MAKALAH
Oleh:
160112220103
Pembimbing:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2023
1
Judul : Recurent Apthous Stomatitis
NPM : 160112210070
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
2
DAFTAR ISI
3
Pemeriksaan Intra Oral .................................................................... 21
Status Gigi ....................................................................................... 22
Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 22
Gambaran Kasus ............................................................................. 23
Diagnosis ......................................................................................... 25
Rencana Perawatan ......................................................................... 25
Prognosis ......................................................................................... 27
2.3 Status Kontrol 1 Ilmu Penyakit Mulut ............................................ 27
Data Pasien ...................................................................................... 27
Anamnesis ....................................................................................... 27
Riwayat Penyakit Sistemik ............................................................. 28
Riwayat Penyakit Terdahulu ........................................................... 28
Kondisi Umum ................................................................................ 28
Pemeriksaan Ekstra Oral ................................................................. 29
Pemeriksaan Intra Oral .................................................................... 30
Status Gigi ....................................................................................... 31
Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 31
Gambaran Kasus ............................................................................. 32
Diagnosis ......................................................................................... 34
Rencana Perawatan ......................................................................... 35
Prognosis ......................................................................................... 36
BAB III ................................................................................................................. 37
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 37
3.1 Recurent Apthous Stomatitis ........................................................... 37
Definisi ............................................................................................ 37
Etiologi ............................................................................................ 37
Gambaran Klinis ............................................................................. 40
Histopatologi ................................................................................... 43
Penegakan Diagnosis ...................................................................... 43
Diagnosis Banding .......................................................................... 44
Perawatan dan Prognosis................................................................. 47
4
3.2 Oral Findings ................................................................................. 49
Exfoliative Cheilitis ........................................................................ 49
Scalloped Tongue ............................................................................ 51
Coated Tongue ................................................................................ 52
Angular Cheilitis ............................................................................. 53
BAB IV ................................................................................................................. 55
PEMBAHASAN .................................................................................................. 55
KESIMPULAN .................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari jaringan
epitelium.1 Ulkus yang terbentuk di mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral
yang sangat umum dijumpai pada kebanyakan orang di berbagai usia maupun jenis
ulkus terasa nyeri karena hilangnya permukaan jaringan epitel pada suatu jaringan
lunak dalam mulut, hal tersebut mengganggu proses mastikasi dan fonasi.
umum terjadi pada mukosa rongga mulut, ditandai dengan munculnya ulser, baik
berbentuk bulat atau ovoid secara berulang4,5 dan dapat mengenai 5-25% dari
populasi.6 Penyakit ini sering ditemukan pada masyarakat dan merupakan salah satu
bentuk ulser rongga mulut yang menimbulkan rasa sakit, terutama saat makan,
Stomatitis apthosa rekuren (SAR) paling sedikit terjadi 10% dari jumlah
populasi, dan prevalensi tertinggi mencapai 25% yang banyak terjadi pada individu
yang bukan perokok. RAS banyak terjadi pada negara berkembang9,10. Sebagian
7
Etiologi SAR masih belum jelas dan diduga multifaktorial dengan faktor
mikrobio oral.13 Bukti dari literatur yang ada menunjukkan disfungsi imun fokal yang
ditemukan paling sering dikaitkan dengan timbulnya dan perkembangan SAR karena
leukosit di tempat peradangan. Stress telah disebutkan sebagai faktor pencetus dalam
SAR.14
Stres dan kecemasan mungkin memainkan peran penting dalam timbulnya dan
kambuhnya lesi SAR. SAR biasanya diamati selama situasi stres seperti periode ujian
sekolah, perawatan gigi dan periode perubahan signifikan dalam hidup. Stres
mengubah regulasi kedua cabang simpatik dan parasimpatis dari sistem saraf, dengan
patogenesis SAR.14
stomatitis aftosa rekuren, seperti nyeri saat berbicara, makan, dan menelan; tidak
nyaman; gangguan dalam asupan makanan dan cairan; dan masalah dalam hubungan
interpersonal dan harga diri dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup yang
8
BAB II
LAPORAN KASUS
Data Pasien
Nama : Tn. SA
Agama : Islam
Usia : 15 Tahun
Pekerjaan : Siswa
NRM :
Anamnesis
sariawan dan terasa sakit pada bibir bagian dalam sebelah kiri. Keluhan tersebut
sudah dirasakan sejak 7 hari yang lalu. Sariawan tersebut muncul dengan
sekali, keluarga pasien mengalami hal yang serupa. . Saat bicara pasien merasa
sangat terganggu, dan sakit meningkat jika bicara, makan dan tersentuh.
Tidak ada hal-hal yang memperingan keluhan, serta tidak ada perawatan yang
telah diterima. Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya. Pasien merasa tidak
9
memiliki kelainan/gangguan medis. Tidak diketahui riwayat penyakit yang sama
pada keluarga serta tidak ada kebiasaan buruk. Pasien tidak merokok, pasien kurang
makan sayur dan buah serta minum air mineral kurang lebih hanya 1 liter perhari.
Pasien belum memakai obat apapun untuk mengobati sariawanya. Harapan pasien
Hipertensi : TAK
Hamil/Menyusui : TAK
Kontrasepsi : TAK
Lain-lain : TAK
Disangkal
Kondisi Umum
Suhu : 36,1 °C
10
Tensi : 121/65 mmHg
Pernapasan : 16x/menit
Nadi : 62x/menit
Kelenjar Limfe
Konjungtiva : Non-anemis
Sklera : Non-ikterik
TMJ TAK
border jelas.
Terdapat lesi fisura bilateral pada sudut bibir kiri dan kanan
11
Sirkum Oral Tidak ada kelainan
Kebersihan Mulut OHI-S=1,33 (Sedang), Plak (+), Kalkulus (+), Stain (-)
terasa sakit.
Mukosa labial Terdapat lesi ulserasi pada mukosa labial bawah kiri regio
terasa sakit
terasa sakit
(Indeks Miyazaki = 2)
12
Terdapat lesi teraan bergelombang pada tepi lidah kanan dan
Tonsil T1-T1
Status Gigi
Pemeriksaan Penunjang
13
Gambaran Kasus
Terdapat lesi ulserasi pada mukosa labial bawah kiri regio 33, putih
kekuningan, oval dengan tepi ireguler berwarna kemerahan/ halo eritema (+),
Terdapat lesi ulserasi pada mukosa labial bawah kiri regio 31, putih
kekuningan, bulat dengan tepi reguler berwarna kemerahan/ halo eritema (+),
a. Exfoliative cheilitis
b. Coated Tongue
14
Gambar 4. Oral Finding Kunjungan Pertama Coated Tongue
c. Scalloped Tongue
d. Angular Cheilitis
15
Gambar 6. Oral Finding Kunjungan Pertama Angular Cheilitis
Diagnosis
Rencana Perawatan
Farmakologis
16
R/ Becomzet multivitamin
Disp. Tab no X
S 1 dd 1tab pc
R/ Miconazole cream 2%
disp. Tube No. I
S 4 dd 1 lit oris
R/ Vaseline album
disp. Tube No. I
S 4 -5 dd 1 lit oris
gluconate 0,2 % tidak boleh digunakan untuk jangka panjang, yaitu hanya
3. Menganjurkan untuk makan makanan bergizi seperti buah, sayur, dan makanan
tinggi protein (minimal 2 porsi buah, 3 porsi sayur per hari dan telur), rutin
minum air mineral minimal 2 liter/hari, istirahat atau tidur yang cukup minimal
5. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan mulut dengan cara sikat gigi 2 kali
sehari (pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur), serta menyikat lidah,
sekali
17
7. Meminta pasien untuk kontrol 1 minggu berikutnya
Prognosis
Data Pasien
Nama : Tn. SA
Agama : Islam
Usia : 15 Tahun
Pekerjaan : Siswa
NRM :
Anamnesis
RSGM untuk control, setelah 3 minggu yang lalu dilakukan pemeriksaan rongga
sehari) sebelumnya pasien mengeluhkan sariawan pada bibir dalam bawah sebelah
18
kiri. Pasien hanya mengoleskan obat 1x sehari sebelum tidur. Pasien sudah tidak
Pasien mengeluhkan kembali sariawan pada bibir dalam bawah sebelah kiri
Hipertensi : TAK
Hamil/Menyusui : TAK
Kontrasepsi : TAK
Lain-lain : TAK
Disangkal
Kondisi Umum
19
Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Konjungtiva : Non-anemis
Sklera : Non-ikterik
TMJ TAK
border jelas.
Terdapat lesi fisura bilateral pada sudut bibir kiri dan kanan
20
Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut OHI-S= 1,33 (Sedang), Plak (+), Kalkulus (+), Stain (-)
terasa sakit.
Mukosa labial Terdapat lesi erosi pada mukosa labial bawah kiri regio 33,
(Indeks Miyazaki = 2)
21
Dasar mulut TAK
Tonsil T1-T1
Status Gigi
Labioversi gigi 43
Pemeriksaan Penunjang
22
Gambaran Kasus
Terdapat lesi erosi pada mukosa labial bawah kiri regio 33, berwarna
kemerahan , bulat dengan tepi ireguler, cekung, diameter ± 3mm dan tidak terasa
sakit
Terdapat lesi ulserasi pada mukosa labial bawah kiri regio 34, putih
kekuningan, tepi ireguler berwarna kemerahan/ halo eritema (+), cekung, diameter
a. Exfoliative cheilitis
23
b. Coated Tongue
c. Scalloped Tongue
24
d. Angular Cheilitis
Diagnosis
Rencana Perawatan
Farmakologis
25
R/ Chlorehexidine gluconate 0.2%
Disp. FI No. I (60ml)
S 3-4 dd 10ml coll oris
R/ Renovit multivitamin
Disp. Tab VIII
S 1 dd 1tab pc
R/ Miconazole cream 2%
disp. Tube No. I
S 4 dd 1 lit oris
R/ Vaseline album
disp. Tube No. I
S 4 -5 dd 1 lit oris
Pro KIE
2. Instruksi kepada pasien untuk tetap menerapkan pola hidup sehat dengan
mengonsumsi makan makanan bergizi seperti buah, sayur, dan makanan tinggi
protein (minimal 2 porsi buah, 3 porsi sayur perhari dan telur), rutin minum air
mineral minimal 2 liter/hari, istirahat atau tidur yang cukup minimal 6 jam
perhari
istirahat cukup
Pro OHI
1. Instruksi kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulut engan baik
dengan menyikat gigi dan lidah 2x sehari setelah sarapan pagi dan sebelum
26
2. Menjelaskan kepada pasien untuk periksa mulut sendiri secara teratur 1 bulan
3. Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol rutin ke doker gigi minimal 6 bulan
sekali
Prognosis
Data Pasien
Nama : Tn. SA
Agama : Islam
Usia : 15 Tahun
Pekerjaan : Siswa
NRM :
Anamnesis
RSGM untuk control kedua, setelah 2 minggu yang lalu dilakukan pemeriksaan
27
Gluconate 2% 3-4x sehari dan Vaseline album 4-5x sehari) sebelumnya pasien
mengeluhkan sariawan pada bibir dalam bawah sebelah kiri akibat terkena benturan
saat bermain bola. Pasien hanya mengoleskan cream obat 1x sehari sebelum tidur
selama 7 hari terakhir. Pasien sudah tidak merasa sakit setelah 7 hari dan sudah
Hipertensi : TAK
Hamil/Menyusui : TAK
Kontrasepsi : TAK
Lain-lain : TAK
Disangkal
Kondisi Umum
28
Pernapasan : 21x/menit
Nadi : 76x/menit
Kelenjar Limfe
Konjungtiva : Non-anemis
Sklera : Non-ikterik
TMJ TAK
border jelas.
Terdapat lesi fisura bilateral pada sudut bibir kiri dan kanan
29
Lain-lain Tidak ada kelainan
Kebersihan Mulut OHI-S= 1,17 (Baik), Plak (+), Kalkulus (+), Stain (-)
terasa sakit.
Mukosa labial Terdapat lesi erosi pada mukosa labial bawah kiri regio 33,
(Indeks Miyazaki = 2)
30
Tonsil T1-T1
Status Gigi
Labioversi gigi 43
Pemeriksaan Penunjang
31
Gambaran Kasus
Terdapat lesi erosi pada mukosa labial bawah kiri regio 22, berwarna
kemerahan , bulat dengan tepi ireguler, cekung, diameter ± 3mm dan tidak terasa
sakit
a. Exfoliative cheilitis
32
b. Coated Tongue
c. Scalloped Tongue
33
d. Angular Cheilitis
Diagnosis
34
Rencana Perawatan
Farmakologis
R/ Renovit multivitamin
Disp. Tab VIII
S 1 dd 1tab pc
R/ Vaseline album
disp. Tube No. I
S 4 -5 dd 1 lit oris
Pro KIE
5. Instruksi kepada pasien untuk tetap menerapkan pola hidup sehat dengan
mengonsumsi makan makanan bergizi seperti buah, sayur, dan makanan tinggi
protein (minimal 2 porsi buah, 3 porsi sayur perhari dan telur), rutin minum air
mineral minimal 2 liter/hari, istirahat atau tidur yang cukup minimal 6 jam
perhari
istirahat cukup
Pro OHI
e. Instruksi kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulut engan baik
dengan menyikat gigi dan lidah 2x sehari setelah sarapan pagi dan sebelum
f. Menjelaskan kepada pasien untuk periksa mulut sendiri secara teratur 1 bulan
35
g. Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol rutin ke doker gigi minimal 6 bulan
sekali
Prognosis
36
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
SAR adalah kelainan yang ditandai dengan adanya ulser secara berulang
yang terbatas pada mukosa mulut pada pasien tanpa tanda-tanda penyakit lainnya.
kekebalan, dan penyakit jaringan ikat dapat menyebabkan lesi oral yang secara
klinis mirip dengan SAR. SAR merupakan penyakit rongga mulut yang sering
Etiologi
belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang
1. Faktor genetik
37
ini berkaitan dengan diidentifikasinya antigen leukosit manusia yang spesifik secara
genetik (Specific human leukocyte antigens HLA’s) pada pasien dengan SAR.15
Faktor Genetik dianggap memainkan peranan yang sangat besar pada
pasien yang menderita RAS. Peran genetik sebagai faktor predisposisi pada
stomatitis aphthous berulang untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Ship pada
tahun 1965 dan Miller pada tahun 1977, yang mengasumsikan bahwa adanya gen
autosomal resesif atau multi gene yang diwariskan pada pasien RAS. 15
2. Trauma
Mukosa mulut yang tidak berkeratin mempunyai lapisan stratum korneum
lebih tipis dibandingkan mukosa mulut yang berkeratin, hal ini menyebabkan
mukosa mulut yang tidak berkeratin lebih rentan terhadap terjadinya SAR akibat
adanya trauma. Trauma merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya SAR.
Trauma yang paling sering dialami adalah trauma karena terbentur sikat gigi saat
menyikat gigi dan tidak sengaja tergigit bagian tertentu dari mukosa mulut.17
38
4. Stress
Stress merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya SAR. Respon
dari stress menyebabkan penekanan fungsi IgA, IgG, dan neutrofil. Penurunan dari
fungsi IgA pada stress akan mempermudah perlekatan mikroorganisme ke mukosa
sehingga mikroorganisme mudah invasi ke jaringan dan menyebabkan infeksi.
Penurunan fungsi IgG memudahkan terjadinya kondisi patologis karena penurunan
fungsi fagositosis, toksin dan virus tidak dapat dinetralisir. Penurunan neutrophil
akan menyebabkan fungsi fagositosis menurun sehingga terjadi penurunan dalam
membunuh mikroorganisme. Berdasarkan hal tersebut, adanya stress diduga
menyebabkan homeostatis terganggu sehingga jaringan rentan terhadap suatu ulser
berupa SAR melalui berbagai mekanisme. Jenis stress yang paling banyak terjadi
adalah stress yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan saat ujian, yaitu
sebesar 56,52% dan 32,61%.17
Pada kondisi stres, secara fisiologis, tubuh akan menghasilkan
menghasilkan hormon kortisol. Hormon ini dapat meningkatkan proses
katabolisme protein sehingga jaringan mukosa mulut mudah ruptur, sehingga
diduga menginisiasi terjadinya SAR.16
5. Faktor hormonal
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar estradiol
penderita SAR, dengan pola menstruasi teratur cenderung normal, sedangkan kadar
progesteron kurang dari normal. Pengaruh ini mungkin disebabkan oleh fluktuasi
kadar estrogen dan progesteron yang 10 reseptornya dapat dijumpai dalam rongga
mulut, khususnya pada gingiva. Pada penderita SAR, dianggap berkurangnya kadar
progesteron hingga 80%, menyebabkan faktor self limiting berkurang,
polymorphonuclear leukocytes menurun, demikian juga permeabilitas vaskuler
yang mengalami vasodilatasi oleh karena pengaruh estrogen, dan menjadi lebih
permeabel oleh pengaruh progesteron. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
pasien SAR wanita menunjukkan adanya hubungan antara onset ulkus oral yang
39
mereka alami terhadap siklus menstruasi, kehamilan, dan dysmenorrhea. Selain itu
timbulnya SAR juga dipengaruhi oleh hormon seks.19
Gambaran Klinis
Riwayat keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah adanya
rasa panas atau terbakar dalam rongga mulut didalam rongga mulut 2-48 jam
sebelum ulser muncul. Selama periode awal ini, area eritema yang terlokalisasi
berkembang dan dalam beberapa jam kemudian, papula kecil berwarna putih
terbentuk dan secara bertahap membesar selama 48-72 jam berikutnya. Lesi
individu berbentuk bulat, simetris, dan dangkal, tetapi tidak ada tanda jaringan dari
vesikel pecah, yang membantu membedakan SAR dari penyakit yang dimulai
sebagai vesikel, seperti pemfigus, dan pemfigoid. Lesi paling banyak ditemukan
pada mukosa bukal dan labial, serta jarang terjadi pada mukosa palatal yang sangat
berkeratin.15
jenis SAR yang dibedakan berdasarkan tanda klinis dan tingkat keparahannya.
Ulser jenis ini merupakan ulser yang paling sering ditemukan, yaitu
40
• Ulser ditutupi oleh membran fibrin yang berwarna kekuningan dan
dikelilingi oleh halo-erythematous
• Ditemukan pada mukosa yang tidak ter-keratinisasi, seperti mukosa labial,
mukosa bukal, dan dasar mulut.
41
Gambar 20 SAR Mayor
3. SAR Tipe Hepetiform
Ciri khas dari SAR Herpetiform yaitu :
• Cenderung terjadi pada orang dewasa
• Ulser 10-100 buah
• Ukuruan <5mm
• Terasa sakit
• Berbentuk oval
• Ulser ditutupi oleh membran fibrin yang berwarna kekuningan dan
dikelilingi oleh halo-erythematous,
• Dapat ditemukan pada seluruh mukosa rongga mulut, termasuk
palatum dan gingiva
42
Gambar 21 SAR Herpetiform
Histopatologi
Penegakan Diagnosis
43
Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser.
Pemeriksaan fisik untuk ulkus mulut harus mencakup inspeksi jumlah, jenis, dan
ukuran dan bentuk lesi, frekuensi dan durasi lesi, diikuti dengan palpasi untuk
mengevaluasi konsistensi dasar (lunak atau keras) dan fiksasi pada struktur di
bawahnya. Kita harus mempertimbangkan fitur khas dari lesi neoplastik oral.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat dibedakan antara SAR dan
penyakit mulut ulseratif lainnya. Perhatian khusus harus juga ditujukan pada
riwayat keluarga, lokasi terjadinya ulser (non-keratinisasi atau keratinisasi), kondisi
medis, ulser genital, masalah kulit, gangguan pencernaan, riwayat obat, tepi ulser,
dasar ulser, dan jaringan disekitarnya.21,17
Diagnosis Banding
a. Traumatic Ulcer
oleh mukosa yang tergigit, iritasi pada penggunaan gigi tiruan, injuri akibat
sikat gigi, gigi yang tajam, atau terkena iritan eksternal. Traumatic ulcer
biasa terjadi pada bagian lateral lidah, mukosa bukal, bibir, dan terkadang
ulcer akan sembuh dalam waktu beberapa hari. Apabila ulser masih ada
lebih dari 7-10 hari dan terdapat beberapa suspek yang mengarah ke
44
Gambar 22 Traumatic ulcer
b. Bechet’s syndrome
45
Gambar 23. Behcet's Disease
46
Gambar 24 Reccurent herpes simplex infection
a. Obat topikal
Perawatan SAR ditujukan untuk perawatan suportif. Tidak ada pengobatan
farmakologis yang kuratif, meskipun beberapa pengobatan telah efektif dalam
mengurangi rasa sakit dan eritema dan meningkatkan tingkat reepitelisasi yang
terkait dengan penyembuhan lesi. Dokter gigi disarankan untuk melakukan
pendekatan manajemen secara bertahap, menetapkan harapan yang sesuai untuk
pasien, dan menyelidiki kemungkinan penyebab yang mendasarinya.23
Beberapa obat topikal dengan mekanisme yang berbeda efektif dalam
mengobati SAR. Pengobatan topikal ditujukan untuk pencegahan superinfeksi,
perlindungan ulkus yang ada, analgesia, mengurangi peradangan, dan mengobati
ulkus aktif. Dapat diberikan klorheksidin 0,2% untuk semua pasien dengan SAR
agar mengurangi kemungkinan superinfeksi dengan bakteri dan jamur gram positif
dan gram negative serta menghilangkan dan mencegah pembentukan biofilm yang
banyak ditemukan pada plak gigi. Antibiotik topikal berupa obat kumur doksisiklin
atau minosiklin juga efektif, kemungkinan sekunder untuk penghambatan
metaloproteinase.23
Lapisan pelindung ulkus juga dapat dicapai dengan penggunaan pasta
bioadhesif yang diformulasikan dengan benzokain 20% untuk menghilangkan rasa
sakit. Salep lidokain 5% dan semprotan lidokain 10% juga efektif untuk analgesia
47
sementara. Sifat anti-inflamasi diklofenak 3% dengan asam hialuronat 2,5% juga
efektif. Kortikosteroid topikal seperti obat kumur betametason, semprotan
flutikason propionat, dan triamsinolon umumnya juga berhasil dalam pengobatan
ulkus aktif dan dapat diberikan dengan antijamur untuk mengurangi risiko
kandidiasis oral untuk penggunaan jangka panjang.23
b. Obat Sistemik
Ketika pasien melaporkan hanya sedikit atau bahkan tidak ada perbaikan dalam
frekuensi atau tingkat keparahan dengan terapi topikal saja, ada sejumlah pilihan oral
yang dapat dilakukan. Antimikroba oral, seperti penisilin G (50mg) dapat mengurangi
ukuran ulkus dan nyeri. Clofazimine yang merupakan antimikroba, dalam kombinasi
dengan rifampisin dan dapson, telah terbukti mencegah pembentukan lesi baru. Zinc
pada 50mg/hari juga menghasilkan efek menguntungkan pada reepitelisasi dan
penyembuhan luka. Pentoxifylline telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam
mengurangi keparahan lesi, tetapi kurang efektif dalam mencegah wabah baru dan
memiliki banyak efek samping GI.23
Dosis rendah tetrasiklin oral juga dapat membantu karena sifat anti-inflamasinya.
Prednison oral (dosis awal 25mg/hari) adalah terapi sistemik lini pertama dan biasanya
dicadangkan untuk pengobatan akut lesi SAR yang parah. Montelukast 10mg setiap
hari ditemukan juga sama efektifnya dalam mengurangi rasa sakit dan mempercepat
penyembuhan lesi bila dibandingkan dengan kortikosteroid sistemik oral. Asam
askorbat harian 2000mg/m2/hari juga dapat digunakan untuk pengobatan SAR minor,
dimana askorbat menurunkan inflamasi yang dimediasi neutrofil melalui modulasi
spesies oksigen reaktif.23
Terapi suportif juga diperlukan pada pasien ulserasi dengan pemberian
48
a. Vit. E 30UI → Anti oksidan, pelindung sel darah merah
d. Vit. B kompleks → Produksi energi untuk sel, sistem saraf, pencernaan dan
e. Zinc 22,5 mg → Kofaktor protein dan penyusun rantai DNA dan RNA
Vitamin B12 dan asam folat Protein dibutuhkan untuk membentuk struktur
sel seperti DNA dan regulasi sel yaitu pada saat pembelahan sel sehingga terjadi
luka. Pemberian zinc dapat meningkatkan regenerasi sel epitel karena zinc dapat
proses awal penyembuhan luka. Selain itu, zinc dapat berperan pada aktivasi
Exfoliative Cheilitis
bibir, dan pengelupasan kulit bibir yang persisten. Exfoliative cheilitis ini biasanya
terjadi pada bibir atas dan bawah. Kasus exfoliative cheilitis sering ditemukan pada
49
perempuan usia muda. Exfoliative cheilitis timbul akibat adanya produksi
dan retakan pada vermilion bibir. Vermilion bibir kemudian ditutupi oleh penebalan
krusta hiperkeratosis berwarna kekuningan yang dapat berdarah, fisur yang meluas
dan eritema. Kulit perioral dapat terlibat dan menunjukan area eritema. Pasien
biasanya tidak mengeluhkan mengeluhkan rasa sakit, namun pada kasus yang parah
kebiasaan menghisap bibir. Pada kasus dengan penyebab yang jelas, eliminasi
faktor penyebab merupakan perawatan utama pada kasus ini. Selain itu,
50
Gambar 25. Exfoliative Cheilitis
Scalloped Tongue
bergelombang pada margin lateral lidah mungkin paling umum disebabkan karena
makroglosia (pembesaran lidah yang tidak normal sehubungan dengan mulut dan
rahang) dan dapat terlihat pada kondisi seperti sindrom Down, hipotiroidisme,
sifilis dan angioedema. Lidah bergigi tanpa makroglosia, walalupun jarang terjadi,
tetapi terdapat beberapa kasus terjadi pada obstructive sleep apnea dan pada
nocturnal bruxism.27,28
51
Coated Tongue
52
pigmentasi lidah berupa pewarnaan kehitaman ataupun kecoklatan, bila keadaan
bertambah parah.7
Coated tongue biasanya melibatkan dua pertiga posterior bagian dorsum
lidah, mulai dari dekat foramen caecum dorsum lidah yang menyebar ke lateral dan
anterior. Pada keadaan coated tongue papila filiformisnya terlihat seperti
mengalami pemanjangan dapat mencapai panjang beberapa milimeter, hal ini
disebabkan karena tidak terdeskuamasinya epitel berkeratin yang terdapat di papila
filiformis. Oleh sebab itu, lidah akan tampak seperti selaput tebal dan terbungkus.3
Biasanya keadaan lidah berselaput ini tanpa gejala, tetapi bila keadaan ini
bertambah parah dapat membuat ketidaknyamanan dalam rongga mulutnya karena
terdapat sensasi gatal.34,37,38
Angular Cheilitis
53
gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini
ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut
dibuka.41Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya
yang cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala
angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok
usia tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik
anak-anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis
kelamin.41
Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan
trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral
terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus,
dan infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari
hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya.41,39
54
BAB IV
PEMBAHASAN
55
sel yang berperan dalam proses inflamasi, dengan pemberian antiinflamasi
diharapkan dapat menghilangkan proses inflamasi sehingga mengurangi rasa sakit.
pasien mengaku belum teratur dalam konsumsi makanan gizi seimbang terutama
sayur dan buah, maka pasien dianjurkan untuk meningkatkan asupan makanan yang
berimbang antara kebutuhan karbohidrat, protein, dan lemak diikuti dengan
pemberian suplemen multivitamin. Suplemen vitamin ini diberikan karena SAR
sering kali dikaitkan dengan defisiensi vitamin yang berfungsi untuk mempercepat
regenerasi sel. 16
Pasien juga diberikan resep obat kumur chlorehexidine gluconate 0.2% agar
mengurangi kemungkinan superinfeksi dengan bakteri dan jamur gram positif dan
gram negative serta menghilangkan dan mencegah pembentukan biofilm yang
banyak ditemukan pada plak gigi.23 Obat kumur ini juga diberikan karena pada 2/3
dorsal lidah pasien ditemukan adanya Coated tongue.
Penyembuhan pada pasien pada saat kontrol terjadi pada hari ke 10. Pada
kunjungan kontrol tersebut lesi ulser sudah sembuh dan tidak sakit, namun belum
menghilang sepenuhnya. Pasien telah mengikuti intruksi yang diberikan dan juga
mengonsumsi obat sesuai dengan yang telah diresepkan pada kunjungan pertama.
56
KESIMPULAN
Stomatitis Aftosa Rekuren atau SAR merupakan lesi rongga mulut yang
umum, dan dapat disebabkan banyak faktor seperti stress, trauma, defisiensi nutrisi,
dan hormonal.
Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit pasien dan hasil
pemeriksaan klinis, kasus pada pasien ini adalah Stomatitis Aftosa Rekuren dengan
tipe minor. Etilogi pada pasien ini yaitu stress, serta kurangnya asupan nutrisi
berupa konsumsi buah dan sayur. Pada kunjungan pertama ditemukan adanya ulser
pada mukosa labial bawah bagian kiri AR 33, diameter +/- 5 mm dan pada mukosa
labial bawah bagian kiri AR 32, diameter +/- 1 mm Kedua ulser berwarna putih
dikelilingi eritema difus, dasar cekung dan dangkal, berbentuk irrerguler, dan terasa
sakit. Kemudian diberikan resep triamcinolone acetonide 0,1% yang merupakan
antiinflamasi steroid golongan sedang, obat kumur klorheksidin 0,2%, dan
multivitamin. Kemudian pasien datang kembali untuk kontrol, dan hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa ulser telah sembuh tetapi terdapat Kembali
ulcer yang disebabkan benturan saat bermain bola. Kemudian pasien datang
kembali untuk control kedua, dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa
ulser telah sembuh.
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology: Clinical pathologic
4. Scully C. Oral and maxillofacial medicine: the basis of diagnosis and treatment
recurrent aphthous stomatitis for dental practitioners. J Int Oral Health 2015
May;7(5):74-80 3.
7. Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral medicine diagnosis and treatment. 11th
Feb;134(2):200-7.
9. Scully, C. 2012. Oral and Maxillofacial Medicine. 2nd Ed. Elsevier. Hal: 151-
6.
58
10. Scully, C., R.A. Cawson. 2012. Atlas Bantu Kedokteran Gigi : Penyakit Mulut.
11. Manoj MA, Jain A, Madtha SA, Cherian TM. Prevalence and risk factors of
PMCID: PMC10194064.
12. Neville, B.W., Douglas D.D., Carl M.A., Jerry E.B. 2012. Oral and
Metab. 2015;19(1):56–9
15. Michael G, S GM. Burket’s Oral Medicine and Diagnosis 12th edition. 2015.
16. Dewi AGP, Herawati E, Wahyuni IS. Penilaian faktor predisposisi recurrent
food recall, dan food frequency questionnaire. J Kedokt Gigi Univ Padjadjaran.
2017;29(3).
59
18. Apriasari ML. The management of chronic traumatic ulcer in oral cavity. Dent
19. Bassel T, Giath G, Ali A-MS, Nasser AS, Nader A. Guidelines for diagnosis
2019;11(2):47–50.
21. Saikaly SK, Saikaly TS, Saikaly LE. Recurrent aphthous ulceration: a review
52.
23. Rose EN, Dahlia S, A MR. Reccurent aphthous stomatitis: a review. J Clin
24. Herawati E, Dwiarie TA. Temuan klinis dan manajemen kasus ulserasi rongga
26. Isaäc van der Waal. Atlas of Oral Disease: A Guide for Daily Practice. New
27. Khanal R, Pathak R, Young J, Mainali NR, Forman DA. Clue in the Tongue. J
60
29. Karydis A, Bland P, Shiloah J. Management oral melanin pigmentation. Journal
30. Martini FH, Timmons MJ. Human Anatomy. New Jersey: Prentice Hall
31. Field, A. and Longman, L. Tyldesley’s Oral Medicine 5th ed. Inggris: Oxford
17–20.
34. Langlais, R P. and C.S. Miller. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
35. Gallagher JA, Bowler WB. Junquera’s Basic Histology Text and Atlas 14th
Edition. 14th ed. Anthony L. Mescher, PhD. New York: McGraw Hill
Education; 2016.
36. Hansen JT. Netter’S Clinical Anatomy Fourth Edition. Vol. 53, Journal of
37. Seerangaiyan K, Juch F, Winkel G. Tongue coating: its characteristics and role
39. Scully C, Flint SR, Bagan JV, Porter SR, Moos KF. Oral and maxillofacial
diseases. In: Oral mucosa. 3rd ed. New York: Informa Healthcare; 2013.
61
40. Cawson RA, Odell EW, Porter S. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and
Oral Medicine. 8th Ed. New York: Churchill Living Stone. 2008. p. 215,236.
41. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th ed. Newyork:
62