Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAHAP PERKEMBANGAN GIGI

Disusun Oleh :

Kelompok 3

 Anisa Nurjannah Sholeha (P17325122407)


 Ardila Nadia Fitri (P17325122409)
 Artine Nur Aini (P17325122411)
 Cahaya Izzatunisa (P17325122413)
 Devi Indira Pratiwi (P17325122415)
 Dita Rahayu Yunisa (P17325122417)
 Elma Soraya Kania (P17325122419)
 Firly Alvina F. Hidayat (P17325122423)
 Ghufron Akmal Fauzi (P17325122424)
 Inggit Raudatul Janah (P17325122425)
 Ocsa Tri Indrani (P17325122439 )
 Olinsi Diah Permata (P17325122440)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang mencakup Tahap Perkembangan Gigi.
Kami mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mempelajari Histologi terutama pada Tahap Perkembangan Gigi. Dan kami selaku penulis
menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya
pada Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis)
pada waktu mendatang. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih.

Bandung, 26 September 2022

Penulis (Kelompok 3)

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
A. Perkembanagn Gigi Secara Fisologis.......................................................................................4
1. Perkembanagn Gigi................................................................................................................4
2. Tahap Kalsifikasi Gigi............................................................................................................6
3. Tahap Erupsi Gigi..................................................................................................................7
4. Atrisi........................................................................................................................................7
5. Resorbsi akar dan Exfoliasi....................................................................................................8
B. Pertumbuhan Gigi Secara Matriks Organik............................................................................8
1. Pembentukan Dentin (Dentinogenesis)..................................................................................8
2. Pembentukan Enamel (Amelogenesis)..................................................................................9
3. Pembentukan Sementrum....................................................................................................10
C. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Gigi..................................................10
1. Faktor Keturunan (Genetik)................................................................................................10
2. Faktor Ras.............................................................................................................................11
3. Jenis Kelamin........................................................................................................................11
4. Faktor Lingkungan...............................................................................................................11
5. Faktor Penyakit.....................................................................................................................12
6. Faktor Lokal..........................................................................................................................12
BAB III.................................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................................13
B. Daftar Pustaka..........................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang
berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun
demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Menurut
(Irma, dan Intan,2013) Gigimerupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan
dalam tubuh manusia.

Manusia mempunyai 2 macam gigi yaitugigi susu dan gigi dewasa. Gigi susu
merupakan gigi yang tumbuh pada anak usia 6 bulan hingga 8 tahun. Jumlah gigi ini pada
anak yakni 20 buah dengan rincian 8 buah gigi seri, 4 buah gigi taring, dan 8 buah gigi
geraham. Sejak usia 6 tahun hingga usia 14 tahun, gigi susu akan tanggal satu persatu dan
digantikan dengan gigi dewasa.Gigi dewasa atau gigi tetap merupakangigi orang dewasa
yang berjumlah 32 buah. Rinciannya 8 buah gigi seri, 4 buah gigi taring, 8 buah gigi
geraham depan, dan 12 buah gigi geraham belakang (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap perkembangan gigi secara fisiologis?
2. Bagaimana tahap pertumbuhan gigi secara matriks organik?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gigi?
C. Tujuan
1. Mengetahui tahap perkembangan gigi secara fisiologis
2. Mengetahui tahap pertumbuhan gigi secara matriks organik?
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gigi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembanagn Gigi Secara Fisologis


1. Perkembanagn Gigi
Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 7 minggu dan berasal dari lapisan
ektodermal serta mesodermal (Rensburg,1995). Lapisan ektodermal berfungsi
membentuk email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin, pulpa,
semen, membran periodontal, dan tulang alveolar (Pinkham,2005). Pertumbuhan dan
perkembangan gigi dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi
(McDonald dan Avery,2000; Finn,2003).
Tahap perkembangan adalah sebagai berikut (McDonald dan Avery, 2000; Finn,
2003) :
1. Inisiasi (bud stage)

Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel tertentu pada
lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya
adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai
seluruh bagian rahang atas dan bawah.
2. Proliferasi (cap stage)

5
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi,

memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang kemudian membentuk dentin

dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan

papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.
3. Histodiferensiasi (bell stage)

Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam (inner email
epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan
berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas
yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

4. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan
bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai.
Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa
6
sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel
junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu
bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks
dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan
gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.

5. Aposisi
Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum. Matriks
email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses
kalsifikasi sekitar 25%-30%.

2. Tahap Kalsifikasi Gigi

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam kalsium

(McDonald dan Avery, 2000). Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang

sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian

7
lainnya dengan penambahan lapis demi lapis.

Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti

hipokalsifikasi (Rensburg, 1995). Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi

oleh faktor genetik atau keturunan. Faktor ini mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk

mahkota dan komposisi mineralisasi. Kalsifikasi gigi permanen dimulai saat lahir, yaitu

saat molar pertama tetap mulai terkalsifikasi (McDonald dan Avery, 2000).

Diagram Kalsifikasi

3. Tahap Erupsi Gigi


Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal
pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut (Stewart, 1982;
Koch, 1991). Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi (Proffit dan Fields, 1993),
yaitu erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh
gerakan ke arah vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam
rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut,sedangkan erupsi pasif
adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang
dan akar klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di
daerah apikal.

4. Atrisi
Atrisi adalah suatu gesekan fisik antara permukaan sebuah gigi terhadap gigi yang
lain sehingga pada permukaan yang saling berkontak akan timbul keausan, umumnya terjadi
pada gigi di daerah oklusal dan insisal. Keausan jenis ini kebanyakan bersifat fisiologis oleh
8
karena pemakaian dan kejadiannya meningkat seiring bertambahnya usia. Hanya sebagian
kecil atrisi yang bersifat patologis, misalnya karena bruxism. 3 Suatu keausan disebut
fisiologis apabila gigi masih dapat berfungsi, tidak menimbulkan keluhan dan bentuknya
masih wajar. Sebaliknya, pada keadaan patologis sudah timbul bentuk yang tidak
memuaskan, hipersensitivitas atau masalah mekanis seperti berkurangnya dimensi vertikal
oklusal.

5. Resorbsi akar dan Exfoliasi


Resorpsi akar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menandai hilangnya
sementum yang setelah mengalami resorpsi tidak terjadi regenerasi, sehingga terjadi
kehilangan struktur permanen. Sementara exfoliasi adalah keadaan goyahnya kedudukan gigi
susu dalam tulang alveolar

B. Pertumbuhan Gigi Secara Matriks Organik

1. Pembentukan Dentin (Dentinogenesis)


Dentin mengandung 70% bahan anorganik (dari beratnya) yang komponen utamanya
adalah hidroksiapatit (Ca10 (Po4)6 (OH)2). Bahan organiknya merupakan 20% dari berat
dentin yang komponen utamanya adalah serat-serat kolagen yang terpendam dalam bahan
dasarnya yang amorf. 10% nya terdiri atas air. Pada akhir tahap Bel, epitel enamel primer
akan menginduksi sel-sel yang terletak dipinggiran papilla dental untuk berdiferensiasi
menjadi sel-sel odontoblast yang berbentuk kolumnar. Selanjutnya ada 2 tahap
perkembangan dentin, yaitu: (a) peletakkan / sekresi matriks dentin dan (b) mineralisasi
dentin.
 Sekresi Matriks Dentin
Sel-sel odontoblast mulai mensekresikan matriks dentin yang belum termineralisasi.

9
Semakin banyak matriks dentin yang dideposisikan, sel-sel odontoblast mundur kearah
pulpa, dan membentuk suatu perpanjangan sitoplasma sel yang panjang yang disebut
prosesus odontoblast. Matriks dentin yang terbentuk sebelum mineralisasi dinamakan
predentin. Lapisan tipis predentin selalu ditemukan pada permukaan dekat pulpa.
 Mineralisasi Dentin
Mineralisasi dentin dimulai ketika ketebalan predentin mencapai 5µm. Zone sferikal
hidroksiapatit yang dinamakan calcospherites dibentuk didalam matriks dentin. Mineralisasi
matriks dentin berawal pada tempat-tempat yang acak dan akhirnya calcospherite-
calcospherite tadi akan bersatu membentuk dentin termineralisasi. Tubulus dentin terbentuk
disekitar masing-masing proses odontoblast. Sel-sel odontoblast menyusun diri membentuk
kurva berbentuk huruf S menuju ke papila dental. Lapisan pertama dentin yang sudah
termineralisasi dinamakan mantel dentin dan sisa masa dentin yang telah termineralisasi
dikenal sebagai dentin sirkumpulpa.

2. Pembentukan Enamel (Amelogenesis)


Bahan-bahan yang terdapat dalam enamel adalah: lebih kurang 97% bahan anorganik
yang terdiri dari apatit dan karbonat Apatit. 1% dari komposisi enamel merupakan bahan
organik, yang terdiri dari bahan yang tak dapat larut misalnya, keratin, dan bahan yang dapat
larut misalnya mukopolisakarida dan 2% dari komposisi enamel adalah air.
Proese Pembentukan enamel dimuali dengan diferensiasi Sel-sel Ameloblast Segera
setelah lapisan pertama dentin terbentuk, epitel enamel dalam berdiferensiasi menjadi sel-sel
ameloblast. Sel-sel amloblast berbentuk kolumnar dan dasarnya melkat pada sel-sel stratum
intermedium; pada akhiran sekretori ada perluasan yang berbentuk piramida yang disebut
tonjolan Tome,s (prosesus Tome,s) (Gambar 2.3)

 Sekresi Matriks Enamel


Matriks enamel disekresikan melalui tonjolan Tome’s pada amelo-dentinal junction.

 Mineralisasi Enamel
Ion-ion kalsium dan fosfat disekresikan kedalam matriks enamel dan segera terjadi
mineralisasi; terbentuk Kristal-kristal hidroksiapatit. Dengan bergeraknya sel-sel ameloblast
menjauhi amelo-dentinal junction, terbentuklah prisma-prisma enamel, yang dikenal juga
10
sebagai enamel rod, yang berjalan dari amelo-dentinal junction ke permukaan enamel;
masing-masing mengandung jutaan kristal hidroksiapatit.
 Maturasi (Pematangan Enamel)
Selama proses pematangan enamel dari bentuk pre-enamel menjadi enamel yang matang,
Kristal-kristal enamel bertambah besar dan kandungan organiknya berkurang. Jika
pembentukan enamel sudah lengkap, ameloblast akan kehilangan tonjolan Tome’s nya,
bentuknya menjadi datar dan menjadi reduced enamel epithelium. Reduced enamel
epithelium melindungi enamel selama erupsi dan akhirnya menjadi junctional epithelium.

3. Pembentukan Sementrum
Bagian gigi berikutnya adalah Sementum gigi yang strukturnya menyerupai tulang dan
melapisi permukaan akar. Fungsi utamanya sebagai perekat serabut ligament periodontal
yang menahan gigi untuk tetap berhubungan dengan jaringan sekitarnya. Sementum
merupakan jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar dan tempat berinsersinya
bundle serabut kolagen. Kandungan zat organik dalam sementum sekitar 45-50% (Krstic,
1997).

C. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Gigi

Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi

dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada

periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaan yang

normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun (Van der

Linden, 1985).

Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk

(1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut :

1. Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch, dkk., 1991).

Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi

11
gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi

gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001).

2. Faktor Ras

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi

permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih

lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian (Moyers,

2001). Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang

sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar

(Stewart, dkk., 1982).

3. Jenis Kelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap

individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-

laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan (Clark, 1994).

4. Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak

banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh

faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor-

faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:

1. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang dan

faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkat ekonomi

rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak

12
dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers, 2001).

2. Nutrisi

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan

rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi

erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh

faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh

faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).

5. Faktor Penyakit

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan

beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,

Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan

Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982).

6. Faktor Lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi,

malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi

sulung yang tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan gigi dibagi menjadi
1. Perkembangan fisiologis yang melalui benerapa tahap yaitu tahap perkembangan
gigi, tahap klasifikasi gigi, tahap erupsi gigi, atrisi, resprbsi akar dan exfoliasi.
2. Pertumbuhan gigi secara matriks organik yang melalui beberapa tahap yaitu tahap
pembentukan dentin (dentinogenesis), tahap pembentukan enamel (amelogenesis), tahap
pembentukan sementrum.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gigi yaitu faktor keturunan, faktor
ras, jenis kelamin, faktor lingkungan, faktor penyakit dan faktor lokal.
B. Daftar Pustaka
Ratna indriyanti, drg dkk, 2006, pola erupsi gigi permanen (online :
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/taty.zubaidah/material/taty-kuliah.pdf )
Ayu Wahyuni, 2019, gambaran karies gigi molar pertama permanen
(online :http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1837/1/COVER.pdf )

14

Anda mungkin juga menyukai