Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial skenario 4 yang bertema Pertumbuhan dan
Perkembangan Jaringan Periodontal.
Dalam laporan tutorial ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan laporan tutorial ini.
Dalam pembuatan laporan tutorial ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan tutorial
skenario 4, khususnya kepada :
1. drg. Tantin Ermawati, M.Kes selaku pembimbing (tutor) pada Ruang Tutorial 1
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan laporan tutorial ini
Akhirnya, kami berharap semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan laporan tutorial ini.

Jember, Desember 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ............................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Skenario ........................................................................................................................... 3

1.3 Mind Mapping ............................................................... Error! Bookmark not defined.

1.4 Learning Objective......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Periodontal .................................................. 5

2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Sementum .................................................... 5

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Ligamen Periodontal .................................. 11

2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Alveolar .......................................... 16

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Gingiva ....................................................... 19

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Periodontal .. 28

2.3 Penyakit Periodontal ...................................................................................................... 31

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 43

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan periodontal adalah jaringan yang terdapat disekitar gigi tempat gigi tertanam
dan membentuk lengkung rahang dengan baik. Jaringan Periodontal merupakan jaringan
yang mengelilingi gigi dan dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya.
Jaringan Periodontal adalah sistem yang kompleks dan memiliki kepekaan tinggi terhadap
tekanan. Strukur jaringan periodontal terdiri dari sementum, tulang alveolar, ligamen
periodontal dan gingiva.
Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi orang dewasa yang
disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan pada sementum, tulang alveolar,
ligamen periodontal dan gingiva. Prevalensi untuk penyakit periodontal mendekati 14%
pada cakupan usia yang luas.
Masalah mengenai jaringan periodontal merupakan salah satu masalah mengenai
kesehatan gigi dan mulut yang banyak dialami masyarakat. Terlebih apabila susunan gigi
pasien berpotensi menjadi retensi makanan yang bisa menimbulkan plak penyebab
gingivitis. Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bacterial
terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang
nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara
langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Untuk
itulah, penyebab penyakit periodontal harus segera di hilangkan. Faktor resiko lain untuk
penyakit periodontal adalah kalkulus, usia, genetik dan diabetes.

1.2 Skenario
Seorang ibu hamil + 5 minggu datang ke dokter gigi untuk berkonsultasi mengenai
kondisi giginya yang berdesakan agar nanti tidak terjadi pada calon anaknya. Dokter gigi
menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut pada anak,
salah satunya terjadi saat proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal
yang meliputi sementum, ligamen periodontal, gingiva, dan tulang alveolar pada janin.
Dokter juga menjelaskan menggunakan gambar (gambar 1), bahwa pertumbuhan jaringan
periodontal dimulai setelah tahapan cap stage dan bell stage, dimana terdapat gambaran
dental sac atau dental follicle yang nantinya akan membentuk sementum (sementum

3
selular), ligamen periodontal, dan tulang alveolar(gambar 1b). Pada tahap awal
pembentukan akar gigi di inisiasi oleh gambaran Epitelial Root Sheath dari Hertwig yang
berperan penting terhadap pertumbuhan sementum (sementum aselular) (gambar 1d).
Pada tahapan tersebut juga terdapat gambaran sisa- sisa berupa gerombolan sel- sel epitel
malassez yang juga berperan penting terhadap perkembangan ligamen periodontal.
Sedangkan perkembangan gingiva berasal dari mukosa rongga mulut dan perkembangan
tooth germ. Dokter gigi menyarankan pada ibu tersebut untuk menjaga asupan nutrisi
selama kehamilannya.

1.3 Mind Mapping

Pertumbuhan dan
Perkembangan Jaringan
Periodontal

Faktor yang PENYAKIT


mempengaruhi

Sementum Tulang alveolar Ligamen periodontal Gingiva


1. Dental Sac 1. Mukosa
1.Dental sac 1. Dental sac Rongga Mulut
2. Sel
2. HERS Progenitor 2. Epitel Mallasez 2. Tooth Germ

1.4 Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses pertumbuhan dan


perkembangan jaringan periodontal
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyakit periodontal

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Periodontal


2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Sementum
Sementum adalah Jaringan mesenkinal yang mengalami kalsifikasi dan menutupi
seluruh permukaan akar gigi. Sementum dapat dianggap sebagai tulang perlekatan dan
merupakan satu – satunya jaringan gigi khusus dari jaringan periodontal. Sementum tidak
mengandung pembuluh darah, limfatik dan saraf ( Desi Sandra sari, 2006) . Gambar 2-1

Gambar 2-1. Sementum

Pembentukan sementum dikenal dengan sementogenesis. Sementum berasal dari sel


mesenkimal folikel gigi yang berkembang menjadi sementoblas. Pembentukan sementoblas
diawali ketika pembentukan akar gigi hampir selesai. Karena akar memanjang ke bawah
membuat Hertwig’s epithelial root sheat merentang dan terputus dan menjadi folikel folikel
yang dikenal dengan ephitelial rest of malassez. Hal ini membuat dentin akar terbuka untuk
pertama kalinya ke sel inner ektomesensim dari dental sac. Sel sel tersebut selanjutnya
bermigrasi di antara rest dan menyatukan dirinya sendiri pada permukaan dentin akar, yang
nantinya akan berdiferensiasi menjadi sementoblas (Didin Erma Indahyani,dkk., 2017) .

Mineralisasi Sementum

Mineralisasi Sementum terjadi selama pembentukan akar, Sementoblas memproduksi


lapisan matriks yang awalnya pada permukaan dentin akar, selanjutnya disepanjang

5
permukaaan sementum. Lapisan tersebut dipisahkan dari sementum yang telah terkalsifikasi
oleh lapisan matriks yang tidak termineralisasi yaitu presementum atau cementoid. Hal ini
membuat sementum avascular sehingga nutrisi yang diperoleh sementum berasal dari
ligamen periodontal. Sementum mengandung Prosesus sel sementoblas. Sementoblas
terperangkap oleh produk yang disekresinya sendiri. Produk tersebut akhirnya akan
mengalami kalsifikasi dan sel yang terperangkap disebut sementosit. Sementosit ada dalam
lakuna. Kalsifikasi pada matriks sementum melibatkan sintesa dan sekresi bahan matriks oleh
sementoblas. Sel sementoblas mempunyai kemampuan untuk untuk mengambil, menyimpan
dan melepaskan ion – ion mineral ke daerah yang terkalsifikasi. Awal mineralisasi matriks ini
berasal dari penyebaran kristal hidroksiapatit dari permukaan dentin akar. Proses
sementogenesis merupakan rangkaian aposisi yang ritmik yang terjadi sepanjang hidup. Oleh
karena aposisinya ritmik, maka ada lamella – lamella dan garis – garis rest dalam sementum.
Aposisi yang terus menerus, menyebabkan ketebalan sementum meningkat dengan
bertambahnya umur, dan periode aposisi berubah dengan periode rest. Pada periode rest,
karena sel sementoblas tidak aktif, maka kalsifikasi akan terganggu (normal), sehingga pada
gambaran radiografik terlihat lebih gelap, karena hipokalsifikasi. Selama kalsifikasi
sementum, serabut kolagen ekstrinsik dari ligamen periodontal yang sedang berkembang
bergabung dalam sementum yang termineralisasi yang disebut dengan sharpey’s fibers (Didin
Erma Indahyani,dkk., 2017) .

Ketebalan sementum ½ coronal dari akar = 16-60µm ( setebal rambut) 1/3 apikal &
furkasi = 150-200µm lebih tebal permukaan distal daripada mesial. Sementum memiliki
permeabilitas, memungkinkan difusi cairan dari pulpa dan permukaan luar akar.
Permeabilitas Sementum berkurang seiring bertambahnya usia. Sementum terdeposisi pada
akar gigi secara terus-menerus sepanjang hidup, kecuali terdapat kondisi patologis dari
jaringan periapikal atau periodontal. Berbeda dengan dentin, komposisi mineral sementum
tidak berubah secara signifikan dengan bertambahnya umur. Pada gigi yang tidak berfungsi
atau gigi impaksi, biasanya sementum tampak lebih tipis dibandingkan gigi yang berfungsi
dan tampak terdapat perbedaan struktur. Pada sementum gigi impaksi, serabut Sharpey
hampir tidak ada dan sementum terdiri terutama oleh serabut-serabut intrinsik yang tersusun
paralel dengan permukaan akar gigi.

6
Sel-sel yang terdapat pada sementum :

a. Sementoblas
Sementoblas pada awalnya berasal dari sel-sel ektomesenkimal yang terdapat pada
follicle gigi. Kemudian pada akhirnya, sementoblas dapat berasal dari sel-sel ligamen
periodontal yang tidak berdiferensiasi. Secara morfologi, sementoblas sama dengan
osteoblas. Sementoblas yang aktif berbentuk kuboid, dengan sitoplasma sangat
basofilik, mononukleus, mengandung rough endoplasmic reticulum yang berkembang
baik, apparatus golgi. Sementoblas memproduksi serabut kolagen intrinsik dan substansi
dasar yang bersama-sama dengan serabut kolagen ekstrinsik membentuk sementum
(Didin Erma Indahyani,dkk., 2017) .
b. Sementosit
Selama periode sementogenesis, sementoblas dapat terperangkap dalam lakuna
sebagai sementosit. Pada sementosit tampak pengurangan volume sitoplasmik dan
berkurangnya jumlah organela sitoplasmik yang merupakan gambaran berkurangnya
aktivitas metabolik.
c. Fibroblas Ligamen Periodontal
Walaupun secara teknis sel ini merupakan penyusun ligamentum periodontal, namun
set ini juga memproduksi serabut kolagen yang akan mengalami mineralisasi dan akan
menjadi bagian dari sementum. Dengan demikian, fibroblas ligamen periodontal
berperan dalam sementogenesis.
d. Sementoklas
Sementoklas merupakan sel raksasa dengan inti lebih dari satu (multinucleated giant
cell) yang berperan aktif dalam resorpsi sementum. Sel ini tidak dapat dibedakan dengan
osteoklas.

CDJ - CEMENTODENTINAL JUNCTION


Area apikal terminal sementum dimana ia menghubungkan dentin saluran akar internal.
CEJ – Cementum Enamel Junction ( Didin Erma Indahyani,dkk., 2017) .
Area apikal terminal sementum dimana ia menghubungkan dentin saluran akar internal
(Gambar 2-2). Ada 3 tipe:
1. 60% - 65% - sementum tumpang tindih dengan email
2. 30% - sementum dan email bertemu secara edge to edge
3. 5% - 10% - sementum dan enamel gagal untuk bertemu

7
Gambar 2-2. CEJ
Struktur sementum

Sementum menutupi seluruh akar gigi, mirip dengan tulang termasuk struktur,
komposisi dan lingkungannya tetapi avaskuler. Berwarna kuning terang dan lebih lunak dari
dentin. Mengandung bahan organik dan anorganik. Terdiri dari matriks kolagen 23% dari
berat total sementum, hidroksi apatit 65% dari berat total, sisanya air.

Ketebalan sementum bervariasi, pada daerah sepertiga koronal hanya 16-60 mikron
atau kira-kira setebal rambut. Sementum pada daerah CEJ kurang lebih 50 mikron pada umur
11-20 tahun. Sedangkan pada umur 70 tahun meningkat menjadi 130 mikron. Paling tebal
pada daerah sepertiga apikal 150-200 mikron. Ketebalan sementum terbesar terjadi pada
apeks dan pada daerah furkasi. Antara umur 1 dan 70 tahun, ketebalan sementum meningkat
3 kali lipat, peningkatan paling besar di daerah apikal. Secara rontgenologis sementum sulit
untuk dibedakan dengan jarngan lainnya.

Pembentukam sementum berlangsung sepanjang kehidupan dan biasanya ditandai


oleh adanya perubahan yang terus menerus melalui fase resorbsi dan deposisi, sehingga
memungkinkan gigi dapat beradaptasi dengan kondisi periodontal terhadap fungsi.

Tipe sementum (Desi Sandra sari, 2006)

Ada tiga tipe yaitu, aselluler, selluler, sellular. Pembentukannya terus sepanjang hidup
yang ditandai adanya proses resorpsi dan deposisi yang memungkinkan gigi beradaptasi
dengan kondisi jaringan periodontal dan fungsinya.

8
1. Sementum aselluler (extrinsic fiber cementum : AEFC)
Sementum aselluler berasal dari Hertwig’s epithelial root sheath melalui perubahan
bentuk epithelial-mesenchymal. Pembentukan sementum aselluler yaitu sementoblas
menarik diri (mundur) ke dalam periodontal ligamen setelah mensekresi matriksnya,
selama pertumbuhan aposisi, oleh karena lambatnya proses kalsifikasi. Dengan demikian
tidak ada sementoblas yang terperangkap matriks sementum dan mineralisasinya,
sehingga menyebabkan sementum kosong dari lumen selular. Keadaan ini ditandai
dengan adanya incremental lines (rest lines) yang sejajar dengan permukaan akar. Pada
sementum aselular ini, ditemukan pada sepanjang 1/2 koronal sampai 2/3 permukaan akar,
mengandung sharpey fibers, sejumlah kecil intrinsik kolagen. Sementum aselluler ini
sempit, membentuk lapisan permukaan yang tipis, tebal ± 50 µm. (Gambar 2-3)

Gambar 2-3. Sementum aselluler

2. Sementum selluler (mixed stratified cementum : CMSC)


Sementum selluler berasal dari dental follicle. Terbentuk karena cepatnya kalsifikasi
pada matriks sementum, sehingga sementoblas terperangkap dalam matriks yang
termineralisasi untuk membentuk sementosit. Tebal lapisan sementum selluler adalah ±
200-300 µm. Kebanyakan ditemukan di aspek apikal akar dan furkasi akar. Kadang-
kadang sementum selluler ini berperan pada penyempitan foramen apikal. Dan
mengandung serabut ekstrinsik dan intrinsik (Gambar 4) .
3. Sementum sellular (intrinsic fiber cementum : CIFC)

9
Terjadi setelah gigi mencapai dataran oklusal dan mengandung sel-sel (sementosit)
yang terletak pada ruangan lacuna dan berkomunikasi dengan sel lainya (Gambar 2-4) .

Gambar 2-4. Tipe Sementum

Serabut kolagen (Desi Sandra sari, 2006)

1. Serabut Instrinsik (tipe I)


Serabut ini dibentuk oleh sementoblas selama sementogenesis, serabut ini tersusun
secara sejajar dengan akar gigi.
2. Serabut Ekstrinsik (tipe II)
Serabut Ekstrinsik disebut dengan sharpey’s fibers yang berasal dari ligamen yang
tertanam dalam sementum dan di sintesis oleh fibroblas, menyusun sebagian besar
struktur sementum aselular. Serabut ini tersusun tegak lurus pada permukaan gigi.

Fungsi sementum

Bertindak sebagai medium untuk perlekatan serabut ligamen periodontal dan


kemudian memastikan stabilitas gigi di dalam soketnya. Oleh karena sementum dibentuk
sepanjang hidup, perlekatan serabut ligamen secara konstan berubah oleh karena faktor-
faktor seperti pergerakan selama fase erupsi (pre-erupsi, pre-fungsional, dan fungsional) atau
sebagai hasil dari prosedur ortodonsia.

10
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang mengelilingi gigi dan
menghubungkannya dengan tulang ligamen periodontal disebut juga membrana periodontal
karena dianggap perluasan dari jaringan ikat gingiva kedalam ruangan antara akar gigi dan
tulang alveolar atau disebut dengan periodental space karena secara rontgenologis merupan
ruangan sempit diantara akar dan tulang alveolar yang gambarannya berupa radiolucen
(drg.Itjiningsih, 2014) .

Gambar 2-5. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal terdiri dari pembuluh darah yang kompleks dan jaringan ikat
yang sangat selular yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan ke dinding bagian
dalam tulang alveolar (Gambar 2-6) . Ligamen ini bertemu dengan jaringan ikat di gingiva
dan berhubungan dengan sementum maupun ruang sumsum tulang melalui saluran pembuluh
darah dalam tulang sehingga ligamen periodontal juga berfungsi untuk memberikan nutrisi
kepada sementum, tulang alveolar serta jaringan gingiva (Gambar 2-7) .

Ketebalan ligamen periodontal bervariasi dari 0,3 – 0,1 mm. Yang terlebar pada mulut
soket dan pada apeks gigi, dan tersempit pada akses rotasi gigi yang terletak sedikit apikal
dari pertengahan akar. Bila stres fungsional besar ligamen biasanya juga juga tebal dan gigi
bila tidak berfungsi ligamen akan menjadi tipis setipis 0,06 mm. Lebar ligamen periodontal
tergantung dari umur dan fungsi gigi. Dengan terjadinya proses ketuaan ligamen akan
menjadi lebih tipis. Kegoyangan gigi terjadi jika pelebaran periodontal meningkat. Bila
terjadi inflamasi maka beberapa bagian ligamen periodontal menghilang.

Ligamen periodontal lembut, banyak pembuluh darah dan sel jaringan ikat yang
mengelilingi akar gigi dan berinsersi pada sementum soket gigi. Bagian koronal dari ligamen

11
periodontal berbatasan dengan ke jaringan ikat longgar gingiva oleh bundelan serabut
kolagen yang berlanjut ke alveolar crest fiber.

Gambar 2-6. Diagram anatomi ligamen periodontal (Lindhe, dkk., 2003)

Gambar 2-7. Diagram histologis ligamen periodontal (Rateitschak, dkk., 2004)

Perkembangan Ligamen Periodontal

Proses pembentukan ligamen periodontal

Ligamen Periodontal berasal dari jaringan ektomesenkim folikel gigi yang


mengelilingi gigi saat berkembang. Pada saat gigi erupsi, sel dan serat kolagen pada folikel
gigi yang akan menjadi ligament periodontal, akan mengarah sejajar dengan akar gigi.

Tahap-tahap pertumbuhan:

1. Dental folikel berpindah pada tahap organ enamel perifer ke folikel untuk membentuk
tulang alveolar dan ligamen periodontal.

12
2. Sel - sel folikel berdiferensiasi menjadi kolagen pada ligamen membentuk
sementoblas.
3. Sel - sel lain pada ligamen membentuk serat-serat ligamentum yang terlihat di
sepanjang akar dekat daerah serviks.
4. Sel - sel fibroblas membentuk kumpulan serat-serat yang berasa di sementum pada
permukaan dan perlekatan lain pada tulang.
5. Sel - sel fibroblas berfungsi pada proses fibrilogenesis yang melibatkan deposisi tipe I
dan II fibril kolagen yang selanjutnya akan berpolimerisasi membentuk serabut
kolagen.
6. Serat-serat tersebut bergantian secara cepat dan terus-menerus memperbaiki diri
(remodelling) .
7. Serat kolagen berjalan melalui ligamen dan terjadi pertukaran serat pada daerah apeks
dan serviks.
8. Terjadi perpindahan arah pada setiap perubahanyang terjadi pada saat pembentukan
ligamen periodontal.
9. Kumpulan serat semakin banyak karena mengalami maturasi ligamen pada saat gigi
telah oklusi.

Gambar 2-8. Tahap Pertumbuhan Ligamen Periodontal

Serat – Serat Periodontal

Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah serat utama, yang terdiri dari
bundel serat kolagen yang diproduksi oleh fibroblas dan merupakan protein yang tersusun

13
dari berbagai asam amino yang berbeda, terutama glycine, proline, hydroxylysine, dan
hydroxyproline. Serat kolagen ini merupakan serat utama dari ligamen periodontal yang
masuk ke dalam sementum maupun tulang alveolar yang dinamakan Serat Sharpey. Kolagen
disintesis oleh fibroblas, kondroblas, osteoblas, odontoblas, dan sel lain. Serat kolagen
ligamen periodontal terdiri dari sera transeptal, serat puncak alveolar, serat horizontal, serat
oblique, serat apikal dan serat interradikuler (Gambar 2-9) (Newman, dkk., 2006; Hoag dan
Pawlak, 1990; Wikesjo, dkk., 1992).

Serat transeptal merupakan serat yang memperpanjang interproksimal puncak tulang


alveolar dan sementum gigi sebelahnya, serat ini berfungsi untuk mencegah hilangnya titik
kontak. Serat alveolar crest merupakan serat yang berjalan dari sementum ke puncak tulang
alveolar dengan arah menuju apikal dan berfungsi untuk mempertahankan gigi tetap di dalam
soket dengan melawan tekanan yang berasal dari koronal dan mencegah pergerakan gigi ke
arah lateral (Gambar 2-9). Serat horizontal terletak lebih ke apikal dari serat alveolar crest
dan berjalan tegak lurus dari sementum ke tulang alveolar.

Serat oblique merupakan kelompok serat terbesar, serat ini berjalan ke arah koronal
dari gigi ke tulang alveolar. Serat ini bertindak untuk melawan tekanantekanan yang
berorientasi vertikal (Gambar 2-9). Serat apikal berada di daerah apikal dari soket. Serat ini
menyebar tidak teratur di apikal gigi dan tidak akan terbentuk jika perkembangan akar gigi
tidak sempurna (Gambar 2-9). Serat interradikuler ini menyebar dari sementum ke tulang
alveolar di daerah furkasi pada gigi berakar ganda (Gambar 2-9) (Newman, dkk., 2006; Hoag
dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk., 2004; Wikesjo, dkk., 1992)

Gambar 2-9. Serat-serat Ligamen Periodontal

14
Elemen Seluler

Elemen seluler ligamen periodontal dibagi menjadi empat tipe sel, yaitu sel jaringan
ikat, sel epitel, sel sistem imun, dan sel yang berhubungan dengan elemen neurovaskuler
(Gambar 2-10). Sel jaringan ikat meliputi fibroblas, sementoblas, dan osteoblas. Fibroblas
merupakan sel yang paling banyak terdapat di ligamen periodontal, sel ini mensintesis
kolagen serta memfagositosis dan menghilangkan kolagen yang sudah tua. Osteoblas dan
sementoblas sama seperti osteoklas dan sementoklas terdapat di area semental dan tulang
pada ligamen periodontal. Sel epitel res malassez terdistribusi dekat dengan sementum
melalui ligamen periodontal dan terdapat paling banyak di daerah apikal dan servikal. Sel ini
mengalami degenerasi sesuai bertambahnya usia dan kemudian menghilang atau mengalami
kalsifikasi menjadi sementikel. Epitel ini dapat mengalami proliferasi ketika distimulus dan
ikut andil dalam pembentukan kista periapikal maupun kista lateral akar. Sel pertahanan atau
sel imun, terdiri dari: neutrofil, limfosit, makrofag, sel mast, dan eusinofil. Sel-sel pertahanan
tersebut berhubungan dengan elemen neurovaskuler (Newman, 2004) .

Gambar 2-10. Penampang histologis irisan melintang dari ligamen periodontal

Substansi Dasar

Substansi dasar ligamen periodontal mengisi ruang antara serat-serat dan sel-sel, yang
terdiri dari dua komponen utama, yaitu glikosaminoglikan seperti asam hialuronik and
proteoglycans, serta glikoprotein seperti fibronektin dan laminin. Komponen-komponen ini
juga memiliki kandungan air yang tinggi sekitar 70%. Ligamen periodontal ini juga
mengandung masa terkalsifikasi yang dinamakan sementikel yang melekat di permukaan akar
(Newman, 2004) .

15
Fungsi Ligamen Periodontal

Fungsi dari ligamen periodontal meliputi fungsi fisik, formatif dan remodeling, serta
fungsi nutrisi dan sensoris (Wikesjo, dkk., 1992) .

1. Fungsi Fisik
Fungsi fisik dari ligamen periodontal ini, meliputi:
1. Menyediakan tempat bagi jaringan lunak untuk melindungi pembuluh darah
dan persarafan dari trauma mekanis.
2. Transmisi tekanan oklusal ke tulang.
3. Melekatkan gigi dengan tulang.
4. Menjaga jaringan gingiva dalam hubungan yang tepat dengan gigi 17.
5. Menahan pengaruh tekanan oklusal (shock absorption) .
2. Fungsi formatif dan remodelling
Fungsi ini terdiri dari pembentukan dan resorpsi sementum serta tulang alveolar,
menyalurkan tekanan oklusal terhadap jaringan periodonsium, serta pada pemulihan luka.
Sel yang berfungsi yaitu fibroblas, dengan membentuk serat kolagen dan sel mesenkim
yang akan mengaktifkan osteoblas dan sementoblas (Litsgarten, 2013) .
3. Fungsi Nutrisional dan Sensoris
Ligamen periodontal mensuplai nutrisi ke sementum, tulang, dan gingiva melalui
pembuluh darah serta menyediakan drainase limfatik. Periodontal ligamen ini juga
menerima suplai transmisi taktil, tekan, dan sensasi rasa melalui serabut saraf sensoris
trigeminal. Bundel saraf mencapai ligamen periodontal dari periapikal dan tulang
alveolar. Bundel saraf tersebut terdiri dari serat myelin tunggal dan berakhir di salah satu
dari keempat terminal saraf, yaitu: free endings yang memiliki konfigurasi tree-like dan
membawa sensasi nyeri, mekanoreseptor Ruffini-like terletak di daerah apikal,
mekanoreseptor corpus Meissners ditemukan di pertengahan akar dan spindlelike untuk
tekanan dan getaran dikelilingi oleh kapsul fibrosa dan terletak terutama di apex
(Newman, 2006) .

2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Alveolar


ANATOMI DAN HISTOLOGI TULANG ALVEOLAR
Tulang alveolar merupakan bagian dari mandibula dan tulang rahang atas yang
membentuk dukungan utama untuk struktur gigi (Sodek dan Marc, 2000) . Tulang
alveolar atau prosesus alveolaris yaitu bagian dari maksila dan mandibula yang

16
membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). Processus ini terbentuk saat erupsi gigi
dan melekat dengan ligamen periodontal, serta akan menyusut secara bertahap setelah
gigi hilang. Prosesus alveolaris ini bersama - sama dengan akar, sementum dan membran
periodontal selain bertanggung jawab dalam perlekatan gigi, juga memiliki fungsi utama
mendistribusikan dan menyerap gaya yang dihasilkan dari proses mastikasi maupun
kontak oklusal (Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk, 2004).
Processus ini terdiri dari tiga komponen yaitu tulang alveolar, tulang kompakta dan tulang
cancellous. Tulang alveolar meliputi tulang kortikal dan tulang alveolar proper atau yang
sering dikenal dengan cibriform plate, dinding alveolar, dan lamina dura. Tulang
kompakta menyusun sebagian besar soket bagian fasial atau palatal dan lingual,
sedangkan tulang cancellous mengelilingi lamina dura di bagian apikal, apikolingual, dan
daerah interradikuler, serta banyak terdapat di maksila dibandingkan mandibula. Tulang
cancellous ini terdiri dari trabekula trabekula. Dengan pola trabekula tersebut akan sangat
bervariasi tergantung pada gaya oklusal yang diterima (Newman, dkk., 2006; Hoag dan
Pawlak, 1990) . Gambar 2-11

Gambar 2-11
MATRIKS SELULER DAN INTERSELULER
Ada atau tidaknya tulang alveolar merupakan suatu hasil akhir dari proses
pembentukan dan resorpsi tulang yang berlangsung seumur hidup. Osteoblas merupakan
sel pembentuk tulang yang mengeluarkan matriks organik bernama 23 osteosit. Sel - sel
ini berlokasi di lakuna. Lakuna ini saling berhubungan dan berkomunikasi melalui

17
kanalikuli. Kanalikuli ini yang membentuk sistem anastomosis menggunakan matriks
interseluler dari tulang, kemudian membawa oksigen dan nutrisi untuk osteosit melalui
darah dan membuang sisa produk metabolit. Tulang terdiri dari bahan anorganik
sebanyak dua per tiga bagian, sedangkan sepertiganya terdiri dari bahan organik. Bahan
anorganik tersusun terutama dari mineral kalsium dan fosfat, selain itu juga terdapat
hidroksil, karbonat, sitran dan ion - ion lain seperti magnesium, sodium, dan fluorin.
Matriks organik mengandung 90% kolagen tipe I. Deposisi tulang oleh osteoblas
seimbang dengan resorbsi oleh osteoklas selama proses remodeling dan pembentukan
jaringan baru (Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk, 2005) .
Remodeling merupakan suatu keadaan baik berupa perubahan bentuk tulang,
resistensi terhadap tekanan atau gaya, perbaikan luka, serta homeostatis dari kalsium dan
fosfat dalam tubuh. Proses ini meliputi resorpsi dan formasi yang dipengaruhi oleh
adanya faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal terdiri dari keadaan fungsional masing -
masing gigi dan usia yang mempengaruhi perubahan dalam sel tulang, sedangkan faktor
sistemik kemungkinan berkaitan erat dengan hormonal, seperti hormon paratiroid,
kalsitonin, atau vitamin D (Newman, dkk., 2006; Rateitschak, dkk, 2005) .
DINDING SOKET
Dinding soket meliputi tulang tipis yang menyusun sistem harvesian dan bundel
tulang. Bundel tulang ini berdampingan dengan ligamen periodontal yang mengandung
banyak serat sharpey (Hoag dan Pawlak, 1990). Pada embrio dan bayi yang baru lahir,
cavitas pada semua tulang diisi oleh sumsum darah merah yang kemudian secara bertahap
berubah kekuningan dan menjadi tidak aktif. Pada orang dewasa, sumsum darah merah
hanya ditemukan di tulang rusuk, dada, tulang belakang, tengkorak, serta tulang kering.
Sumsum tulang ini kadang ditemukan pada rahang dan biasanya bersamaan dengan
resorpsi dari trabekula tulang. Lokasi yang biasanya dijumpai kehadiran sumsum tulang
ini yaitu 24 tuberositas maksila, daerah molar dan premolar maksila maupun mandibula,
simfisis dan sudut ramus mandibula dengan tampilan secara radiografi terlihat adanya
zona radiolusen (Newman, dkk., 2006) . Gambar 2-12

18
Gambar 2-12. Dinding Soket
PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM
Semua permukaan tulang, tertutupi oleh jaringan ikat dengan permukaan luar disebut
periosteum dan permukaan dalam dilapisi oleh endosteum. Lapisan dalam periosteum
tersusun dari osteoblas yang dikelilingi oleh sel osteoprogenitor, sedangkan lapisan
luarnya tersusun dari serat kolagen dan fibroblas serta kaya akan pembuluh darah dan
nervus. Bundel dari serat kolagen periosteal masuk ke tulang dan membentuk ikatan
antara periosteum dengan tulang. Endosteum tersusun dari selapis osteoblas dan kadang
sejumlah kecil jaringan ikat. Lapisan dalam merupakan lapisan osteogenik dan lapisan
luar merupakan lapisan fibrous (Hoag dan Pawlak, 1990) .

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Gingiva


Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi serviks gigi dan
menutupi tulang alveolar serta menutupi akar gigi sampai batas cementoenamel junction.
Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal. Area gingiva dimulai dari garis
mukogingiva, menutupi tulang alveolar bagian koronal, kemudian pada ujungnya
mengelilingi serviks di setiap gigi. Pada bagian palatal, tidak terdapat garis mukogingiva
karena palatum keras dan tulang alveolar maksila diliputi oleh mukosa mastikasi yang sama
(Newman, dkk., 2012) . Gambar 2-13

19
Gambar 2-13. Gingiva
Gingiva yang sehat dideskripsikan sebagai “salmon orcoral pink”. Gingiva yang sehat
bisa juga tampak agak gelap pada orang kulit hitam tapi terkadang juga pada Kaukasian atau
oriental (Rateitschak, 1985) . Gingiva disebut juga sebagai mukosa oral dan dibagi menjadi 3
tipe :
1. Mukosa mastikasi: bagian yang menempel pada batasan bawah tulang dan diselimuti
parakeratin atau epitelium keratin. Contoh: gingiva yang menutupi jaringan palatum
durum.
2. Mukosa dasar: komposisi jaringan lunak dengan bagian yang tidak menempel dengan
struktur batasan bawah dan diselimuti oleh epitelium keratin. Contoh: bibir, pipi,
dasar mulut, permukaan inferior dari lidah, palatum mole, uvula dan mukosa alveolar.
3. Mukosa special: mukosa ini menutupi dorsal lidah dan beradaptasi dengan memiliki
sensasi perasa.

Gingiva tersusun dari jaringan ikat dan epitel berkeratin yang meluas dari tepi gingiva
ke pertemuan mukogingiva. Menurut Fedi, dkk.(2005) dan Newman, dkk., (2012), secara
anatomis, gingiva terdiri atas gingiva bebas (margin gingiva/free gingiva), gingiva cekat
(attached gingiva), gingiva interdental (interdental gingiva) .
1. Margin gingiva/ gingiva bebas
Margin gingiva merupakan bagian yang mengelilingi leher gigi, tidak melekat secara
langsung pada gigi dan membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Bagian gingiva ini
meluas dari tepi gingiva hingga dasar sulkus. Gingiva bebas adalah batas tepi gingiva yang
mengelilingi gigi, berbentuk seperti kerah baju. Gingiva bebas dipisahkan dari gingiva cekat

20
oleh depresi dangkal yang membentuk garis yang disebut groove gingiva bebas (free gingival
groove/marginal groove/ gingival groove). Lebar gingiva bebas biasanya sekitar 1 mm
(Newman, dkk., 2012) .

Gambar 2-14. Gingival Groove (Lindhe,dkk., 2003)


Gingiva bebas tidak melekat pada gigi, membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus
gingiva serta dapat dipisahkan dari gigi dengan menggunakan alat. Sulkus gingiva adalah
celah dangkal atau ruang sekeliling gigi yang dibatasi oleh permukaan gigi dan epitel gingiva
bebas. Sulkus gingiva merupakan parameter diagnosis yang sangat penting. Pada kondisi
normal, kedalaman sulkus gingiva adalah 0 mm. Kondisi tersebut hanya dapat dijumpai
secara eksperimental, pada hewan bebas kuman atau setelah plak kontrol intensif
berkepanjangan. Metode klinis yang digunakan untuk mengukur kedalaman sulkus berupa
instrument logam yang dinamakan probe periodontal. Kedalaman histologis sulkus tidak
sama persis dengan kedalaman penetrasi probe. Oleh karena itu dikenal kedalaman probing
(probing depth) dari sulkus gingiva normal yakni 2-3 mm (Newman, dkk., 2012).
2. Attached gingiva
Gingiva cekat adalah perluasan gingiva bebas.Gingiva cekat konsistensinya tegas/
kaku, teksturnya stippling seperti kulit jeruk, kenyal dan melekat erat pada tulang alveolar.
Aspek fasial gingiva cekat meluas dari groove gingiva sampai dengan mucogingival junction
(Newman, dkk., 2012).

Gambar 2-15. Stippling pada gingiva cekat

21
Lebar gingiva cekat merupakan parameter klinis yang penting karena merupakan
jarak antara mucogingival junction dan proyeksi bagian luar dari dasar sulkus atau poket
periodontal. Lebar gingiva cekat pada aspek fasial berbeda - beda pada setiap area. Umumnya
gingiva cekat pada regio incisal paling lebar (3,4-4,5 mm di maksila dan 3,3-3,9 mm di
mandibula) kemudian makin berkurang di segmen posterior, dengan lebar terkecil pada
premolar pertama (1,9 mm di maksila dan 1,8 mm di mandibula) (Newman, dkk., 2012) .
Lebar gingiva cekat bertambah sesuai umur dan juga pada gigi supraerupsi. Perubahan lebar
gingiva cekat disebabkan oleh modifikasi posisi ujung bagian koronal. Pada aspek lingual
mandibula, gingiva cekat dimulai dari pertemuan mukosa lingual alveolar yang berlanjut
pada membran mukosa yang melapisi dasar mulut. Pada permukaan palatal gingiva cekat di
maksila tidak dapat diketahui batasnya dengan mukosa palatal yang memiliki konsistensi
yang sama. (Newman, dkk., 2013) .
3. Interdental gingiva
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gigi, yakni pada
daerah interproksimal di bawah kontak gigi. Gingiva interdental dapat berbentuk piramida
atau col (lembah) (Newman, dkk., 2012) .

Gambar 2-16. Interdental Gingiva


Perbedaan variasi anatomi interdental col pada gingiva normal (sisi kiri) dan gingiva
resesi (sisi kanan) tampak pada gambar 7A dan 7B regio anterior madibula, sisi fasial dan
bukolingual, serta gambar 7C dan 7D regio posterior mandibula sisi fasial dan bukolingual.
Bentuk gingiva interdental bergantung pada titik kontak di antara dua gigi yang bersebelahan
dan ada tidaknya resesi. Apabila terdapat diastema diantara dua gigi yang bertetangga, maka
tidak dijumpai papila interdental (Newman, dkk., 2012) .
Histologi Gingiva
Epitel gingiva
Epitel gingiva terdiri atas epitel gepeng berlapis (stratified squamous), Fungsi utama
epitel adalah melindungi struktur yang ada di bawahnya dan memungkinkan terjadinya

22
perubahan selektif pada lingkungan oral.secara morfologis dan fungsional, dapat dibedakan
menjadi epitel rongga mulut, epitel sulkus dan epitel junctional (junctional epithelium). Tipe
sel utamanya, sebagaimana sel epitel gepeng berlapis lainnya, adalah berkeratin. Sel lain
yang ditemukan, ada juga yang tidak berkeratin yang mengandung sel Langerhans, sel merkel
dan melanosit (Newman, dkk., 2006) .
a. Epitel oral
Epitel oral adalah adalah epitel yang melapisi lapisan luar margin gingiva dan
permukaan gingiva cekat. Rata-rata ketebalan epitel oral 0,2 hingga 0,3 mm. Berkeratinisasi
atau parakeratin, membalut permukaan vestibular dan oral (Newman, dkk., 2006) .

Gambar 2-17. a. berkeratin b. tidak berkeratin c. parakeratin (Lindhe, dkk., 2003)


Epitel oral yang berkeratin terdiri atas empat lapisan sel, yaitu :
1. Stratum basale bentuknya kuboid
2. Stratum spinosum bentuknya poligon
3. Stratum granulosum bentuknya pipih
4. Stratum korneum

b. Epitel Sulkular
Epitel sulkular membentuk dinding sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan
gigi. Epitel ini merupakan epitel stratified squamous yang tipis, tidak berkeratin dan tanpa
rete peg, meluas dari batas koronal junctional epithelium hingga krista tepi gingiva. Epitel ini
penting sekali karena bertindak sebagai membrane semipermeabel yang dapat dilewati oleh
produk bakteri menuju gingiva dan melalui cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva
(Newman, dkk., 2006) .
c. Junctional epithelium
Junctional epithelium membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi.
Epitel ini merupakan epitel stratified squamous yang tidak berkeratin. Pada usia muda

23
junctional epithelium terdiri atas 3 - 4 lapis, namun dengan pertambahan usia lapisan
junctional epithelium bertambah menjadi 10 hingga 20 lapis. Junctional epithelium melekat
pada permukaan gigi dengan bantuan lamina basal.
Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi melalui lamina basal interna dan
melekat pada jaringan ikat gingiva melalui lamina basal externa.Lamina basal interna terdiri
atas lamina densa (melekat pada enamel) dan lamina lucida dimana hemidesmosome melekat.
Hemidesmosome memiliki peran penting dalam perlekatan epitel ke lamina basal pada
struktur gigi (Newman, dkk., 2006) .

Gamba 2-18. Epitel Gingiva. OE : Oral Epithelium, JE : Junctional Epithelium, ES : Epitel


Sulkular

Jaringan Ikat Gingiva


Komponen mayor jaringan ikat gingiva adalah serat kolagen (60%), fibroblast (5%),
pembuluh darah, saraf dan matriks (sekitar 35%). Jaringan ikat gingiva dikenal juga dengan
lamina propria dan terdiri atas 2 lapisan, yaitu: lapisan papillari yang terletak di bawah epitel,
yang terdiri atas proyeksi papillari di antara retepeg epitel dan lapisan retikuler yang
bersebelahan dengan periosteum tulang alveolar di bawahnya (Newman, dkk., 2006) .
Jaringan ikat memiliki kompartemen selular dan aselular terdiri dari serat dan
substansi dasar. Substansi dasar mengisi ruang antara serat dengan sel, amorf, dan memiliki
kandungan air yang tinggi, terdiri dari proteoglycans, terutama asam hyaluronic dan
kondroitin sulfat, dan glikoprotein, terutama fibronectin (Newman, dkk., 2006). Serat
jaringan gingiva terdiri atas tiga tipe, serat kolagen, serta retikular, dan serat elastik. Kolagen
tipe I membentuk inti lamina propria dan memberikan tensile strength terhadap jaringan

24
gingiva. Kolagen tipe IV bercabang di antara bundel kolagen tipe I dan menyatu dengan
serat-serat membran basah dan dinding pembuluh darah. Sistem serat elastik dibentuk oleh
serat-serat oksitalan, eluanin dan elastin yang tersebar di antara serat-serat kolagen (Newman,
dkk., 2006) .
a. Serat-serat gingiva
Jaringan ikat gingiva bebas mengandung banyak kolagen Tipe 1 yang tersusun dalam
sistem bundel serat, yang dinamakan serat-serat gingiva. Serat-serat gingiva mempunyai
fungsi:
1) Mendukung jaringan gingiva bebas, sehingga terikat ke permukaan gigi
2) Menimbulkan kekakuan pada gingiva bebas, sehingga tidak terkuak menjauhi gigi
bila terkena tekanan pengunyahan
3) Menyatukan gingiva bebas dengan sementum akar gigi dan gingiva cekat yang
berbatasan.
Serat gingiva tersusun atas 3 kelompok:
a. Serat Gingivodental, merupakan serat yang terdapat pada permukaan fasial, lingual
dan interproksimal, melekat pada sementum di bawah epitel pada dasar sulkus
gingiva. Pada pemukaan fasial dan lingual, serat ini memanjang dari sementum dalam
bentuk seperti kipas angin ke arah crest dan permukaan luar gingiva bebas. Serat ini
juga memanjang keluar menuju periosteum pada permukaan fasial dan lingual tulang
alveolar.
b. Serat Sirkular, serat sirkular melewati jaringan ikat pada gingiva bebas dan interdental
dan melingkari gigi seperti cincin.
c. Serat Transeptal, berlokasi di daerah interproksimal, serat transeptal membentuk
ikatan horisontal yang meluas di antara sementum pada aproksimal gigi. (Newman,
dkk., 2006).

25
b. Elemen seluler
Elemen seluler utama pada jaringan ikat gingiva adalah fibroblas yang banyak
dijumpai diantara bundel serat. Fibroblas berfungsi mensintesa serat - serat kolagen dan serat
- serat elastik glikoprotein dan glikosaminoglikan pada substansi interseluler dan juga
berperan dalam pengaturan degradasi kolagen. Sel- sel inflamasi yang dijumpai pada jaringan
ikat gingiva mencakup leukosit, polimorfonukleus, limfosit dan sel plasma. Dalam kondisi
normal sel - sel ini dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Dalam keadaan terinflamasi, sel - sel
inflamasi dijumpai dalam jumlah yang banyak dalam bentuk agregrat seluler padat yang
menggantikan elemen fibrosa dalam jaringan ikat (Newman, dkk., 2006; Newman, dkk.,
2012) .

Karakteristik Gingiva Sehat


1. Warna
Gingiva sehat umumnya memiliki warna yang disebut “coral pink”. Warna
lain seperti merah, putih, dan biru dapat menandai adanya peradangan (gingivitis)
atau kelainan lain. Walaupun menurut textbook warna gingiva disebut “coral pink”,
pigmentasi rasial normal membuat gingiva berwarna lebih gelap. Karena warna
gingiva dipengaruhi pigmentasi rasial, keseharian dalam warna lebih penting daripada
warna yang ada.
2. Kontur
Gingiva sehat memiliki permukaan halus dan bergelombang didepan tiap gigi.
Gingiva sehat menempati daerah interdental dengan tepat dan pas, berbeda dengan
papilla gingiva yang membengkak yang terdapat pada gingivitis, atau embrassure
yang kosong pada penyakit periodontal. Gusi yang sehat melekat erat pada tiap gigi,
bentuknya meruncing seperti ujung pisau pada tepi marginal gingiva bebas. Disisi
lain, gusi yang meradang memiliki tepi yang menggembung atau bulat.
3. Tekstur
Gingiva sehat bertekstur padat, tahan terhadap adanya pergerakan. Tekstur ini
sering dideskripsikan sama seperti kulit jeruk. Gingiva yang tidak sehat teksturnya
membengkak dan seperti busa. Gingiva berfungsi melindungi jaringan dibawah
perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut (Susanto, 2009).

26
Pertumbuhan dan Perkembangan Gingiva
Jaringan gingiva berasal dari mukosa rongga mulut dan perkembangan tooth germ.
Sebelum gigi erupsi, mahkota diutupi oleh reduced enamel epithelium yang terdiri dari sisa –
sisa dari dediferensiasi ameloblast dan sel-sel lain dari enamel organ. Reduced enamel
epithelium dipisah dari kavitas oral oleh jaringan ikat dan tulang.
Jaringan tersebut akan hilang selama proses erupsi gigi, yang diantaranya diperankan
oleh fibroblas, osteoblas, dan osteoklas. Mahkota gigi yang mendekati epitel mulut, membuat
terjadinya aktivitas proliferasi secara lokal di epitel mulut dan outer layer dari reduced
enamel epithelium. Cups atau insisal dari gigi yang erupsi pada tahap ini terpisah dari rongga
mulut oleh sumbatan epitel yang padat. Sel-sel tersebut mati, kemungkinan sebagai lanjutan
terhadap tekanan yang menyebabkan atropi, yang menciptakan epithelium line channel yang
berhubungan dengan mahkota yang nantinya erupsi. Oral epitel bersambung dengan reduced
enamel epithelium di sekitar periferal chanel tersebut, sehingga melindungi lamina propria
yang halus dibawahnya.
Reduced enamel epithelium terlibat pada awal pembukaan junctional epithelium di
dalam gigi yang baru erupsi dan bahwa crevicular (sulcular) epithelium berasal dari oral
mucosa. Ada dua pendapat mengenai reduced enamel epithelium :
a) Reduced enamel epithelium merupakan komponen junctional epithelium yang diganti
oleh oral epithelium. Hal ini karena oral epitel bermigrasi ke apikal di sekitar reduced
enamel epithelium dan bersatu dengan sel tersebut. Oleh karena sel reduced enamel
epithelium matur, mereka bermigrasi di sepanjang permukaan gigi sampai mereka
berubah menjadi sulkus gingiva. Pada peristiwa ini, sel reduced enamel epithelium
tidak memiliki kemampuan mitotik dan akhirnya diganti oleh oral epitel disekitarnya,
kemudian bertanggung jawab pada secondary atau permanent junctional epithelium.
b) Reduced enamel epithelium merupakan populasi yang memproduksi sel-sel unik yang
membentuk kerah (collar) di leher gigi, dan oral epitel hanya untuk crevicular
epithelium lining pada sulkus gingiva. Hal ini di dasarkan pada perbedaan sel pada
dua regio. Sel epitel krevikular sejajar dengan panjang aksis permukaan sulkus
gingiva, dan matur dengan cara yang sama seperti epitel gingiva. Sel epitel junctional,
sejajar dengan aksis panjangpermukaan gigi sampai berubah menjadi sulkus gingiva.

27
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan
Periodontal
A. Pengaruh Hormon Terhadap Jaringan Lunak Rongga Mulut
Seperti yang telah lama diketahui, hormon adalah pengatur spesifik yang mempunyai
efek yang kuat pada perkembangan integritas skeleton dan rongga mulut, termasuk di
dalamnya jaringan periodontal. Hormon merupakan zat yang disekresi oleh kelenjar, tanpa
saluran, dan bereaksi di target organ, atau mediator kimia yang mengatur organ atau sel
tertentu.
1. Steroid
Manifestasi periodontal akan muncul jika terjadi ketidak seimbangan hormon
steroid. Ada beberapa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh juga mempengaruhi jaringan yang berada pada
rongga mulut. Hormon seksual steroid telah menunjukkan secara langsung dan tidak
langsung gangguan terhadap proliferasi sel, diferensiasi dan pertumbuhan pada sel
target, termasuk keratin dan fibroblast pada gingiva. Kehamilan menyebabkan
perubahan fisiologis pada tubuh dan termasuk juga di rongga mulut. Hal ini terutama
terlihat pada gingival. Perubahan ini dipengaruhi oleh perubahan pada sistem
hormonal dan vaskular bersamaan dengan faktor iritasi lokal dalam rongga mulut
(Burket, 1971 : Barber dan Graber, 1974; Sallis dkk,1995). Hormon seks steroid dapat
mengalami peningkatan pada saat kehamilan dan dapat mempengaruhi vaskularisasi
gingiva, sel spesifik periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan
2. Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh indung telur,
setelah ovulasi. Jika pembuahan dan kehamilan terjadi, plasenta akan mulai
memproduksi progesteron. Dalam hubungannya dengan jaringan di rongga mulut
progesteron yang jumlahnya kurang dari normal dapat mengakibatkan stomatitis
aftosa rekuren (SAR). Croley dan Miers (Croley, 2011) meneliti bahwa pengaruh
hormon esterogen yang ternyata merangsang maturasi lengkap sel epitel mukosa
mulut dan progesteron yang menghambatnya (Jones, 2003). Selain itu tampak jelas
adanya perubahan pada lapisan mukosa mulut, dan peningkatan jumlah bakteri dalam
jaringan yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, sedangkan progesteron berperan
dalam jaringan periodonsium. Progesteron juga mengubah tingkat dan pola produksi
dalam gingival yang menyebabkan gangguan perbaikan dan pemeliharaan. Estrogen

28
dan progesterone dalam dalam jaringan ikat mempengaruhi proliferasi fibroblast dan
pematangan kolagen. Protein nonkolagen jaringan ikat seperti glikosaminoglikan yang
tinggi.
3. Estrogen
Hormon seksual mempunyai peran penting pada fisiologis periodontal dan
juga pada perkembangan dan keparahan penyakit periodontal. Estrogen diduga
mempunyai peran pada berbagai penyakit periodontal. Efek biologis estrogen
diperantarai oleh reseptor estrogen. Reseptor estrogen adalah faktor transkripsi yang
memediatori efek pleiotropik hormon steroid terhadap pertumbuhan, perkembangan
dan pemeliharaan bermacam-macam jaringan (Indonesian Journal of Dentistry,
2008). Estrogen mempengaruhi proliferasi, diferensiasi dan keratinisasi epitel gingiva
melalui pengaturan produksi beberapa protein yang terlibat dalam proliferasi sel dan
pengaturan siklus sel.
Salah satu kondisi tubuh yang penting untuk dipertimbangkan yaitu
penggunaan hormon seksual estrogen yang diduga menjadi faktor resiko penyakit
periodontal. Estrogen berperan dalam mengubah sistem mikrosirkulasi gingiva.
Reseptor estrogen yang ada di gingiva manusia bertanggung jawab terhadap
peningkatan hormon estrogen di jaringan gingival. Fungsi hormon estrogen yaitu
meningkatkan proliferasi seluler, diferensiasi dan menurunkan keratinisasi.
Menurut Goodman, banyaknya reseptor hormon dipengaruhi oleh konsentrasi
hormon di ruang interseluler. Kadar estrogen pada wanita menopause akan
merangsang pembentukan reseptor estrogen yang lebih banyak, namun belum
dipastikan keterkaitan antara kadar estrogen dengan keberadaan reseptor estrogen.
Menurut pendapat penelitian, pada kerusakan jaringan periodontal, reseptor estrogen α
dibutuhkan sebagai faktor pertumbuhan untuk mempercepat penyembuhan luka
sedangkan reseptor estrogen β dibutuhkan untuk menahan agar reaksi peradangan
yang menyebabkan kerusakan jaringan tidak berlebihan.

B. Pengaruh Vitamin Terhadap Jaringan Lunak Rongga Mulut


Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita
yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Ada beberapa
vitamin yang berpengaruh pada jaringan rongga mulut, berikut penjelasannya :

29
1. Vitamin A
Vitamin A atau retinol merupakan senyawa polisoprenoid yang mengandung
cincin sikloheksenil. Retinol adalah bentuk aktif dari vitamin A. Hal ini ditemukan
dalam hati hewan, susu dan beberapa makanan.
Vitamin A diperlukan untuk kesehatan gingiva. Penting untuk menjaga selaput
lendir mulut dan jaringan mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel, membantu
perkembangan gigi serta pertahanan terhadap infeksi. Vitamin A adalah vitamin yang
larut dalam lemak dan berkontribusi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
gigi, tulang, jaringan lunak, rambut kulit, serta penglihatan. Vitamin A juga
membantu memelihara kesehatan mulut, membuat gigi kuat, dan mencegah plak.
Ameoblast yang membentuk email sangat dipengaruhi oleh vitamin A. Pada kondisi
kekurangan vitamin A ketika bakal gigi sedang dibentuk, terjadi hambatan pada
fungsi ameoblast, sehingga terbentuklah email gigi yang defektif dan sangat peka
pada faktor-faktor kariogenik (Sediaoetama, 2012). Beta-karoten atau prekursor
vitamin A memiliki sifat antioksidan kuat untuk mencegah penyakit periodontal dan
mengurangi risiko pembusukan gigi. Secara historis, defisiensi vitamin A yang
disebut-sebut sebagai penyebab penyakit periodontal, kekurangan vitamin ini adalah
penyebab gingivitis (Darwazeh.et.al, 2005). Vitamin A banyak terdapat pada sayuran
yang berwarna hijau atau kuning, buah dengan warna yang mencolok, susu, telur dan
minyak ikan.
2. Vitamin B Kompleks
Vitamin B kompleks seperti niacin, riboflavin, pyridosin, asam folat dan B12
adalah kofaktor dalam metabolisme energi dan dibutuhkan dalam sintesis DNA dan
RNA. Vitamin B yang berpengaruh pada jaringan rongga mulut yaitu:
a. Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 memiliki fungsi: (a) metabolisme kerbohidrat, lemak dan protein
yang penting untuk memeilhara jaringan yang normal dan (b) membantu pencernaan
dan mencegah konstipasi. Vitamin B2 berpengaruh pada rongga mulut yaitu
menguatkan lapisan mukosa mulut, mukosa bibir dan mukosa lidah. Sumber utama
dari vitamin B2 dalam makanan adalah susu dan produk susu. Oleh karena itu,
tersedianya vitamin B2 dalam makanan sehari-hari sangat penting. Sumber vitamin
B2 yang utama yaitu susu serta hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian

30
mengandung vitamin B2 seperti brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang
baik (Eschelemen, 2007; Muhilal.et.al, 2006) .
b. Vitamin B3 (Niacin)
Vitamin B3 yang disebut dengan Niacin atau asam Nicotinat telah dikenal oleh
para ahli biokimia sejak 1867. Vitamin B3 berpengaruh bagi kesehatan mukosa di
rongga mulut, baik itu mukosa lidah, mukosa pipi dan mukosa palatum. Gejala klinik
dari defisiensi vitamin B3 diantaranya dermatitis, glossitis, dan stomatitis. Defisiensi
vitamin B3 sering tercampur dengan gejala defisiensi vitamin B2. Sumber utama
vitamin B3 ialah daging, unggas (ayam, itik) dan ikan merupakan sumber utama
vitamin B3, sama halnya roti dan sereal (biji- bijian) (Sediaoetama, 2012) .
c. Vitamin B12 (Cyanocobalamine)
Struktur vitamin B12 merupakan yang paling kompleks dari struktur semua
vitamin yang diketahui sampai sekarang. Vitamin B12 apabila dikristalkan berwarna
merah tua dan menjadi warna hitam saat dipanaskan, larut di dalam air, tidak larut di
dalam minyak dan zat-zat pelarut lemak. Larutan vitamin B12 memiliki pH yang
stabil yaitu 4 – 7 (Sediaoetama, 2012). Fungsi vitamin B12 yaitu berperan penting
pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga
memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serta syaraf dan mendorong
pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktivitas dan metabolisme
sel- sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat
membantu pembentukan sel-sel darah merah (Tegeman, 2010; Eschelmen, 2007;
Mulhilal.et.al., 2006) .
Vitamin B12 disintesis oleh sebagan besar mikroorganisme, tetapi tidak dapat
disintesis oleh tubuh hewan atau tumbuhan tingkat tinggi. Walaupun demikian, bahan
makanan hewani secara merata mengandung vitamin B12, meskipun dalam
konsentrasi yang rendah. Vitamin B12 terhadap jaringan lunak rongga mulut
berpengaruh pada kesehatan mukosa lidah, mukosa palatum dan mukosa bibir.
Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12 (Eschelemen,
2007) .

2.3 Penyakit Periodontal


Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu
gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan

31
tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu
penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat
menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi,
pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat
dicegah.
Klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan International Workshop for a
Classification of Periodontal Disease and Conditions ( 1999 ) :
I. Penyakit Gingiva
A. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh dental plaque
1. Gingivitis yang hanya berhubungan dengan dental plaque saja
a. Tanpa adanya kontribusi faktor lokal lainnya.
b. Disertai dengan kontribusi faktor local.
2. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik
a. Berhubungan dengan sistem endokrin
1) Gingivitis yang berhubungan dengan masa pubertas.
2) Gingivitis yang berhubungan dengan siklus menstruasi.
3) Berhubungan dengan keadaan hamil
a) Gingivitis.
b) Pyogenic granuloma.
4) Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes mellitus.
b. Berhubungan dengan penyakit darah
1) Gingivitis yang berhubungan dengan leukemia.
2) Penyakit gingiva lainnya.
3. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh obat
a. penyakit gingiva yang dipengaruhi oleh obat
1) Pembesaran gingiva karena pengaruh obat.
2) Gingivitis oleh karena pengaruh obat
a) gingivitis yang berhubungan dengan kontrasepsi oral.
b) penyakit gingiva lainnya.
4. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
a. gingivitis karena defisiensi asam askorbat.
b. penyakit gingiva lainnya.

32
B. Lesi gingiva yang bukan disebabkan oleh plak

1. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh bakteri spesifik


a. Lesi yang berhubungan dengan Neisseria gonorrhea.
b. Lesi yang berhubungan dengan Treponema pallidum.
c. Lesi yang berhubungan dengan spesies Streptococcus.
d. Lesi lainnya.
2. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh virus
a. infeksi virus herpes
1) primary herpetic gingivostomatitis.
2) recurrent oral herpes.
3) infeksi varicella-zoster.
b. infeksi lainnya
3. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh jamur
a. infeksi spesies candida
1) generalized gingival candidosis.
b. linear gingival erythema.
c. Histoplasmosis.
d. penyakit lainnya.
4. Lesi gingiva yang disebabkan oleh genetik
a. hereditary gingival fibromatosis.
b. penyakit lainnya.
5. Manifestasi gingiva karena keadaan sistemik
a. penyakit mukokutaneus
1) lichen planus.
2) Pemphigoid.
3) pemphigus vulgaris.
4) erythema multiforme.
5) lupus erythematosus.
6) penyakit yang disebabkan oleh obat
7) penyakit lainnya
b. reaksi alergi
1) bahan restorasi gigi
a) Mercury.

33
b) Nickel.
c) Acrylic.
d) bahan lainnya
2) reaksi yang diakibatkan oleh
a) pasta gigi.
b) obat kumur.
c) bahan aditif penmen karet.
d) makanan dan bahan aditif.
3) penyakit lainnya
6. Lesi traumatik (tidak wajar, iatrogenic, kecelakaan)
a. trauma kemikal.
b. trauma fisikal.
c. trauma termal.
7. Reaksi tubuh terhadap benda asing
8. Penyakit gingiva lainnya yang tidak spesifik

II. Periodontitis Kronik

Karakteristik yang umum pada pasien dengan periodontitis kronis :


a. Prevalensi lebih banyak pada dewasa namun dapat terjadi pada anak-anak
b. Besar destruksi konsisten dengan factor lokal
c. Berhubungan dengan variasi pola microbial
d. Kalkulus subgingiva seringkali ditemukan
e. Perjalanan penyakit lambat sampai sedang, namun ada kemungkinan pada
beberapa periode berjalan cepat.
f. Dapat dimodifikasi oleh hal seperti
(i) Penyakit sistemik seperti HIV dan diabetes mellitus
(ii) Faktor predisposisi lokal dari periodontitis
(iii)Faktor lingkungan seperti merokok dan stress emosional
Periodontitis kronis dapat disubklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata
serta dikarakterisasikan sebagai slight, moderate, dan severe berdasarkan :
a. Lokalisata : <30% sites yang terlibat
b. Generalisata : >30% sites yang terlibat
c. Slight : 1 sampai 2 mm clinical attachment loss

34
d. Moderate : 3 sampai 4 mm clinical attachment loss
e. Severe : ≥5 mm clinical attachment loss
III. Periodontitis Aggresif

Karakteristik umum pada pasien periodontitis agresif :


g. Secara umum klinis pasien sehat
h. Kehilangan perlekatan (attachment loss) dan destruksi tulang secara cepat
i. Jumlah deposit mikroba tidak konsisten dengan keparahan penyakit
j. Ada factor keturunan dari individu
Karakteristik yang umum namun tidak universal
a. Penyakit biasanya diinfeksi oleh Actinobacillus actinobacillus
actinomycetemcomitans.
b. Abnormalitas dari fungsi fagosit
c. Hiperresponsive makrofag, peningkatan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan
interleukin-1β
d. Pada beberapa kasus, progresifitasnya self-arresting.

Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata seperti


berikut:
a. Lokalisata
i) Circumpubertal onset
ii) Lokalisasi pada molar pertama atau insisif dengan proksimal attachment
loss pada setidaknya 2 gigi permanen, salah satunya molar pertama.
iii) Respon antibodi kuat terhadap agen infeksi
b. Generalisata
i) Biasanya mengenai pasien usia dibawah 30 tahun
ii) Attachment loss proksimal generalisata mengenai setidaknya 3 gigi lain
selain molar pertama dan insisif.
iii) Pronounced episodic nature dari destruksi periodontal
iv) Respon antibodi serum buruk terhadap agen infeksi.

IV. Periodontitis Sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik

A. Berhubungan dengan kelainan hematologic

35
1. Acquired neutropenia
2. Leukemias
3. Penyakit lainnya
B. Berhubungan dengan kelainan genetic
1. Familial and cyclic neutropenia
2. Down syndrome
3. Leukocyte adhesion deficiency syndromes
4. Papillon-Lefevre syndrome
5. Chediak-Higashi syndrome
6. Histiocytosis syndrome
7. Glycogen storage disease
8. Infatile genetic agranulocytosis
9. Cohen syndrome
10. Ehlers-Danlos syndrome ( types IV, VIII )
11. .Hypophosphatasia
12. Penyakit lainnya

V. Necrotizing Periodontal Disease

a. Necrotizing ulcerative gingivitis


Karakteristik utama dari NUG adalah etiologinya merupakan bakteri, ada lesi
nekrotik, dan factor predisposisi seperti stress psikologis, merokok, dan
immunosupresi. Sebagai tambahan, malnutrisi dapat menjadi faktor kontribusi.
NUG seringkali terlihat sebagai lesi akut yang mempunyai respon baik
terhadap terapi antimikroba yang dikombinasikan dengan pembersihan plak
dan kalkulus serta peningkatan oral hygiene.
b. Necrotizing ulcerative periodontitis
Perbedaan antara NUP dan NUG terdapat pada adanya clinical attachment
loss dan resorpsi tulang alveolar, karakteristik lainnya sama. NUP dapat
diobservasi pada pasien HIV dan bermanifestasi sebagai ulserasi lokal dan
nekrosis jaringan gingiva dengan exposure dan destruksi yang cepat dari
tulang alveolar, perdarahan spontan, dan rasa nyeri yang parah.
VI. Abses Periodontal

A. Abses gingival

36
B. Abses periodontal
C. Abses perikoronal

VII. Periodontitis Yang Berhubungan Dengan Lesi Endodontik

A. Lesi gabungan periodontik-endodontik

VIII. Developmental or Acquired Deformities and Conditions

A. Penyakit gingiva / periodontitis karena plak yang dimodifikasi atau diperparah oleh
faktor keadaan lokal gigi
1. Faktor anatomi gigi
2. Restorasi / alai gigi
3. Fraktur akar
4. Resorbsi akar bagian servikal dan cemental tears
B. Deformitas mukogingival dan keadaan di sekeliling gigi
1. Resesi gingiva jaringan lunak
2. Kurangnya keratinisasi gingiva
3. Berkurangnya kedalaman vestibular
4. Letak frenulum / otot yang salah
5. Gingival excess
a. Pseudopocket
b. Inconsistent gingival margin
c. Excessive gingival display
d. Gingival enlargement ( pembesaran gingival )
6. Warna yang abnormal
C. Deformitas mukogingival dan keadaan ridge edentulous
1. Rendahnya ridge dalam arch vertikal dan / atau horizontal
2. Kurangnya gingiva / jaringan yang berkeratinisasi
3. Pembesaran gingiva / jaringan lunak
4. Letak frenulum / otot yang salah
5. Berkurangnya kedalaman vestibular
6. Warna yang abnormal
D. Trauma oklusal
1. Primary trauma occlusal

37
2. Secondary trauma occlusal

PENYEBAB PENYAKIT PERIODONTAL


Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor
lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan penyebab yang
berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan
metabolisme dan kesehatan umum. Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama
disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan
keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan
ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang
alveolar pada sisi permukaan akar.
a. Faktor Lokal
1. Plak Bakteri
Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat
erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut.
Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi
gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang
terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan.
Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah
terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit
periodontal secara tidak langsung dengan cara :
a. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh.
b. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh
c. Menggerakkan proses immuno patologi.
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,
akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan
multifaktor, meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan
kapasitas daya tahan tubuh.
2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami
pengapuran, terbentuk pada permukajan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan
pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena
penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang
dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor

38
penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada
permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan
keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang
berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat
terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self
cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi
makanan yaitu:
a. perasaan tertekan pada daerah proksimal.
b. sakit yang sangat dan tidak menentu.
c. inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau.
d. resesi gingiva.
e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya,
sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi.
f. kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar.
4. Pernafasan Mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal
ini sering dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen misalnya pada anak
dengan kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan
membuka mulut terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada
beberapa anak yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup
bibir. Keadaan ini menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada
permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri
bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan
terjadinya penyakit periodontal.
5. Sifat Fisik Makanan
Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang
bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit
pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa
berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan pembentukan karang gigi.
Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang
sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah

39
secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau
makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit.
Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self cleansing
dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut secara
lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang
sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.
6. Iatrogenik Dentistry
Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan
dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi
dan jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar
gigi.Dokter gigi harus memperhatikan masa depan kesehatan jaringan periodontal
pasien, misalnya:
a. Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal (penggunaan matriks)
atau servikal, harus dihindarkan tepi tambalan yang menggantung (kelas
IIamalgam), tidak baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal ini
menyebabkan mudahnya terjadi penyakit periodontal.
b. Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan, penggunaan bein
sampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hati-
hati.
c. Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati-hati,karena
dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.
7. Trauma dari oklusi
Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan
oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.Trauma dari
oklusi dapat disebabkan oleh :
a. Perubahan-perubahan tekanan oklusal. Misal adanya gigi yang elongasi,
pencabutan gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching.
b. Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal.
c. Kombinasi keduanya.

b. Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat
oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti
hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat

40
mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa
kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal
yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan
adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan
kerusakan jaringan periodontal.
1. Demam Tinggi
Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang
tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit
tidak dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang
diberikan biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada
mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.
2. Defisiensi Vitamin
Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan
periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat.Defisiensi
vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya
iritasi lokal menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan
tersebutsehingga terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).
3. Drugs atau Obat-Obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak
penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin).
Dilantin bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hyperplasia
gingiva memudahkan terjadinya penyakit.Penyebab utama adalah plak bakteri.
4. Hormonal
Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormone
estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi
margingingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit periodontal.

41
BAB III
KESIMPULAN

Jaringan Periodontal merupakan jaringan yang mengelilingi gigi dan dapat


mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan Periodontal adalah sistem
yang kompleks dan memiliki kepekaan tinggi terhadap tekanan. Strukur jaringan periodontal
terdiri dari sementum, tulang alveolar, ligamen periodontal dan gingiva.

Sementum adalah Jaringan mesenkinal yang mengalami kalsifikasi dan menutupi


seluruh permukaan akar gigi. Sel-sel yang terdapat pada sementum antara lain Sementoblas,
Sementosit, Fibroblas Ligamen Periodontal, Sementoklas. Tipe-tipe sementum ada sementum
sellular, selluler dan aselulluler. Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang mengelilingi
gigi dan menghubungkannya dengan tulang ligamen periodontal disebut juga membrana
periodontal. Ligamen periodontal terdiri dari pembuluh darah yang kompleks dan jaringan
ikat yang sangat selular yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan ke dinding bagian
dalam tulang alveolar. Tulang alveolar merupakan bagian dari mandibula dan tulang rahang
atas yang membentuk dukungan utama untuk struktur gigi. Gingiva adalah bagian mukosa
rongga mulut yang mengelilingi serviks gigi dan menutupi tulang alveolar serta menutupi
akar gigi sampai batas cementoenamel junction. Gingiva tersusun dari epitel gingiva dan
jaringan ikat gingiva.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal


terdiri dari hormon dan vitamin. Hormon yang mempengaruhi antara lain steroid,
progesterone dan estrogen. Vitamin A dan B kompleks yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal.

Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu
gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan
tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal antara lain Penyakit
Gingiva, Periodontitis Kronik dan Developmental or Acquired Deformities and Conditions.
Penyebab dapat disebabkan faktor lokal dan faktor sistemik.

42
DAFTAR PUSTAKA

Sari, D. S. 2006. Diktat Mata Kuliah Periodonsia I: Jaringan Periodontal Normal. UNEJ.
Indahyani, D. E., Izzata Barid, Yenny Yustisia, Yani C. R. dan Atik Kurniawati. 2017.
Petunjuk Praktikum Blok Tumbuh Kembang Biologi Mulut. UNEJ.
Consolaro, Alberto. 2012. cementum, apical morphology and hypercementosis. Dental press
journal of orthodontic, Vol.17, No.1.
Listgarten MA. Histology of Periodontium. http://www.dental.pitt.edu. Diakses pada tanggal
12 September 2013.
Newman MG., Takei HH., Carranza FA. 2010. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th Ed.
Philadelphia: WB. Saunders Co.
Berkovitz BKB., Holland GR., Moxham BJ. 2009. Oral Anatomy, Histology and
Embriology. 4th Ed. London: Mosby Elsevier.
Veruska De João Malheiros; Mario Julio Avila-Campos. Detection Of Pathogens From
Periodontal Lesions. Rev. Saúde Pública Vol.38 [5].2004; p. 436-7.
Carranza et al. Glickman’s Clinical Periodontology. 10th ed. Philadelphia : WB. Saunders co.
2008.p. 495-9.
Hapsari, D. Prevalensi Actinobacillus Actynomicetemcomitans pada Pasien Periodontitis
Kronis dan Orang Dewasa yang memilki Periodontal Sehat di Cina. [Internet].
Available from : URL: http ://www.dhinierha.blogspot.com/2009/07/prevalensi-
actinobacillus.html. 2009. Diakses 19 Desember 2017.

43

Anda mungkin juga menyukai