Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASISTENSI II

“PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER PADA


PERENDAMAN AIR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH (PIPER
CROVATUM) DAN OBAT KUMUR”

DI SUSUN
Oleh :
1. Nur Inayah Dwiyull K.A
2. Amanda
3. Andini Eka Pradana
4. Andi Rifki P.
KELAS : PG III

SMK KESEHATAN TNI AL MAKASSAR

i
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh, 


     Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat
Rahmat dan Ridho-Nya, alhamdulillah kami mampu menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER PADA
PERENDAMAN AIR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROVATUM)
DAN OBAT KUMUR”
Meskipun dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang kami alami, namun karena semangat kami, serta kerjasama kami dalam hal ini
sehingga kami mampu menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalahini. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangunakan kami terima dengan baik.
Kami berharap melalui makalah ini pembaca dapat lebih tahu dan memahami tentang
bahan tambalan komposite dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin. Sekian dan terima kasih.
                                                                                 Makassar, 11 Oktober 2020

Penyusun, 
Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………. v
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………….. vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
2.1 Obat Kumur............................................................................................. 4
2.1.1 Macam-macam Obat Kumur......................................... …… 4
2.2 Daun Sirih Merah (Piper crocatum)…………………………………. 6
2.3 Resin Komposit....................................................................................... 6
2.3.1 Komposisi Resin Komposit..................................................... 7
2.3.2 Indikasi Resin Komposit......................................................... 7
2.3.3 Karakteristik Resin Komposit................................................ 8
2.3.4 Macam-macam Resin Komposit........................................... 9
2.3.5 Resin Komposti Nanofiller ..................................................... 11
2.4 Perubahan Warna Resin Komposit ........................................................ 12
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 14
3.1 Bahan dan Metode penelitian...................................................................14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 16
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram perubahan warna resin komposit nanofiller sebelum dan setelah
direndam dalam air rebusan daun sirih (piper crocatum),obat kumur dan aquades
steril............................................................................................................................
18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai rerata perubahan warna resin komposit jenis nanofiller setelah direndam
dalam air rebusan daun sirih merah (piper crocatum),obat kumur dan aquades
steril……………………………………………………………………………….. 16

Tabel 2. Nilai rerata uji normalitas perubahan warna resin komposit pada perendaman
rebusan daun sirih (piper crocatum), obat kumur dan aquades
steril………………………………………………………………………………... 17

Table 3. Nilai kemaknaan uji post hoc bonferroni perbedaan perubahan warna resin
komposit pada perendaman rebusan daun sirihmera (piper crocatum), obat kumur dan
aquades steril… ………………………………………………………………….. 20

v
DAFTAR ISTILAH DALAM KEDOKTERAN GIGI YANG DIGUNAKAN

 Prefix (awalan)
Prefix adalah unsur kata yang terletak di bagian terdepan dari istilah medis
(mendahului root).
 Root (akar kata)
 Pada umumnya terletak di tengah (diantara prefix dan suffix). Setiap istilah
medis mempunyai root yang berfungsi sebagai dasar/inti dari istilah medis
yang terkait.
 Suffix (akhiran)
Unsur kata yang terletak di bagian paling belakang dari istilah medis yang
terkait (selalu mengikuti root atau pseudoroot) yang berfungsi sebagai kata
akhiran.Namun tidak semua istilah medis mengandung unsur kata prefix, root
atau suffix secara lengkap.
 Konservasi : ilmu pengawetan gigi
 Oral Surgeon : ilmu bedah mulut
 Oral medicine : ilmu penyakit mulut
 Operative dentistry : ilmu penambalan gigi
 Endodontia : ilmu perawatan saluran akar
 Orthodontia : ilmu meratakan/merapikan gigi
 Prosthodontia : ilmu gigi tiruan
 Periodontia : ilmu pengawetan jaringan luar gigi
 Exodontia : ilmu pencabutan gigi
 Dental teknologi : ilmu teknologi gigi
 Pedodontia : ilmu mencegah dan merawat penyakit gigi dan mulut pada anak.
 Mahkota gigi : terdapat lapisan email, dentin dan pulpa.

vi
 Akar gigi : terdapat saluran akar gigi dan muara saluran akar gigi/foramen
apical
 Maksila/maxilla : rahang atas
 Mandibula : rahang bawah
 Gingiva : gusi
 Superior : bagian atas
 Inferior : bagian bawah
 Posterior : bagian belakang
 Anterior : bagian depan
 Dextra : kanan
 Sinistra : kiri
 Internal : bagian dalam
 External : bagian luar
 Gigi anterior : Incisivus 1, incisivus 2 dan caninus
 Gigi posterior : premolar 1, premolar 2, molar 1, molar 2 dan molar 3
 Gigi antagonis : gigi pada rahang atas dan bawah yang mengadakan kontak
dengan gigi lawannya (seperti pada saat menggigit makanan)
 Incisivus : gigi seri
 Caninus : gigi taring
 Premolar : gigi geraham pertama/kecil
 Molar : gigi geraham besar
 Lingual : permukaan gigi yang menghadap ke lidah (semua gigi Rahang
bawah)
 Palatinal/palatal : permukaan gigi yang menghadap langit-langit rongga mulut
(semua gigi Rahang atas)
 Labial : permukaan gigi yang menghadap bibir (gigi anterior)
 Bukal/buccal : permukaan gigi yang menghadap ke pipi (gigi posterior)
 Incisal : permukaan atas mahkota gigi anterior

vii
 Oklusal : permukaan atas mahkota gigi posterior
 Mesial : permukaan gigi yang dekat dengan garis median line
 Distal : permukaan gigi yang menjauhi garis median line
 Aproximal : bidang pertemuan dua gigi (mesial atau distal)
 Axial : dasar gigi/permukaan gigi yang menghadap tulang alveolar
 Cervikal : leher gigi (batas antara mahkota dan akar gigi
 Cusp : ujung runcing/menonjol pada permukaan incisal/oklusal mahkota gigi
 Cingulum : tonjolan pada permukaan labial/ lingual
 Pit : cekungan pada permukaan gigi posterior seujung jarum
 Fissure : cekungan, lekukan, Galur pada permukaan oklusal
 Contact point : titik singgung antara mahkota gigi satu dengan gigi sebelahnya
 Contact area : tempat berkontak ya permukaan proximal suatu gigi dengan
bagian proximal gigi tetangganya dalam satu lengkung rahang
 Median line : garis vertikal yang melalui tengah-tengah dari wajah melewati
gigi Incisivus 1 kiri dan kana, seolah-olah membagi wajah menjadi sama besar
kiri dan kanan
 Alveolar : bagian tulang rahang yaitu dimana akar-akar gigi tertanam, yang
mengikat gigi dalam suatu posisi relasi terhadap gigi lainnya dalam satu
lengkung rahang.
 Lobe : bagian menonjol yang merupakan bagian permulaan dari pertumbuhan
gigi dan pembentukan mahkota gigi
 Mamellon : tonjolan yang terdapat pada incisal edge gigi Incisivus yang baru
erupsi yang belum pernah digunakan untuk mengunyah
 Tubercle/tuberculum : tonjolan kecil pada beberapa bagian mahkota gigi oleh
karena pembentukan enamel berlebihan (pada gigi molar rahang atas)
 Fossa : lekukan, cekungan, depresi yang bulat, lebar, dangkal dan tak rata yang
terdapat pada permukaan gigi

viii
 Fossa palatal/lingual : fossa yang terdapat pada permukaan palatal dan lingual
dari gigi Incisivus dan caninus
 Fossa sentral : fossa yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar
 Triangular fossa : fossa yang berupa Bentuk segitiga terdapat pada permukaan
oklusal gigi molar dan premolar yang letaknya didekat mesial atau distal
 Marginal ridge : pertemuan garis yang terletak pada permukaan palatal dan
lingual gigi Incisivus yang terbentuk dari pertemuan marginal ridge dan
cingulum
 Groove : lekukan/depresi yang dangkal, sempit, panjang yang terdapat pada
suatu permukaan gigi
 Sulcus : Parit/depresi yang panjang pada permukaan oklusal antara ridge dan
cusp
 Vestibule : ruang antara labial dan bukal gigi dan gingiva
 Soket : kantung didalam tulang alveolar dimana gigi melekat
 Gangren : kondisi jaringan telah mati
 Succedaneous teeth : gigi tetap yang menggantikan tempat kedudukan dari gigi
susu yaitu Incisivus 1, Incisivus 2, premolar 1 dan premolar 2
 Labia/labium : bibir
 Lingua : lidah
 Fasial : muka/wajah
 Palatum : langit-langit rongga mulut
 Nomenklatur : penyebutan/penamaan/susunan
 Deciduous/primary teeth : gigi susu/gigi sulung
 Permanent teeth : gigi permanen/gigi sulung
 Operculum : lapisan jaringan gingiva yang menutupi gigi yang baru erupsi
sebagian
 Kavitas : lubang pada gigi karena kerusakan (karies) atau buatan (preparasi)
 Preparasi : pengambilan jaringan yang lunak (di bur atau di kuret)

ix
 Restorasi : mengembalikan bentuk gigi seperti semula
 Konservasi : pengawetan gigi/menambal

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang saat ini
populer digunakan oleh dokter gigi dan banyak dipilih oleh pasien. Umumnya
dokter gigi memilih resin komposit sebagai bahan tambal karena sifat estetik
yang sewarna dengan gigi sehingga memberikan hasil yang memuaskan. Resin
komposit diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu generasi pertama dari
resin komposit adalah resin komposit konvensional.
Generasi kedua adalah resin komposit yang mengandung silika dengan
ukuran submikro yang disebut microfilled composites. Generasi ketiga adalah
resin komposit hybrid yaitu sebuah material resin komposit yang mengandung
suatu campuran dari kaca konvensional dan silika. Perkembangan terbaru yaitu
resin komposit yang partikel pengisinya berukuran nano dan dirancang untuk
keperluan restorasi gigi anterior maupun posterior, Resin komposit ini disebut
resin komposit nanofiller.
Salah satu jenis resin komposit yang berkembang saat ini adalah resin
komposit nanofiller. Resin komposit nanofiller memiliki sifat kekuatan dan
ketahanan hasil poles yang sangat baik. Resin komposit nano yang
dikembangkan dengan teknik nanotechnology mempunyai sifat hasil poles
yang sama seperti resin komposit mikro tetapi memiliki kekuatan dan tingkat
keausan seperti pada resin komposit hybrid. Resin komposit memiliki
kelebihan yaitu estetik yang tinggi.
Resin komposit juga memiliki kekurangan yaitu restorasi resin
komposit memiliki kecenderungan untuk mengalami perubahan warna yang
dikaitkan dengan tingkat penyerapan air dan hidrofilitas matriks resin.
Perubahan warna pada resin komposit disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Perubahan warna yang diakibatkan faktor
eksternal disebabkan oleh cairan atau zat pembawa warna disekitar lingkungan

1
restorasi resin komposit seperti : teh, kopi, wine, minuman ringan, nikotin dan
obat kumur.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan perubahan warna pada resin
komposit adalah obat kumur. Obat kumur yang beredar di pasaran terdiri dari
beberapa jenis yaitu yang mengandung alkohol maupun non-alkohol.6 Hasil
penelitian Cingdem (2008), menyimpulkan bahwa resin komposit mengalami
perubahan warna setelah direndam dalam obat kumur yang mengandung
sodium fluoride direndam selama 12 jam.
Obat kumur banyak tersedia di pasaran, namun terdapat juga
pemanfaatan tanaman yang telah teruji klinis memiliki sifat antibakteri dan
dapat digunakan sebagai obat kumur untuk meminimalkan efek yang
merugikan. Salah satu tanaman obat di Indonesia yang umumnya dijadikan
sebagai obat kumur adalah daun sirih merah (Piper crocatum).
Daun sirih merah (Piper crocatum) merupakan tanaman yang sejak
jaman dahulu dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak khasiat. Daun
sirih merah digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit dan
merupakan tanaman yang multi fungsi. Air rebusan dari sirih merah
mengandung karvakol yang dianggap sebagai obat antiseptik untuk menjaga
kesehatan rongga mulut, menyembuhkan penyakit keputihan dan bau tidak
sedap. Senyawa ini bersifat antimikroba dan antijamur yang kuat dan dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain Escherichia coli,
Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Klebsiella, Pasteurella, serta dapat
mematikan Candida albicans. Sirih merah memiliki kemampuan sebagai
antiseptik, antioksidan, dan fungisida. Kemampuan lainnya adalah dapat
menahan pendarahan, mempercepat penyembuhan luka pada kulit, obat saluran
cerna, dan dapat memperkuat gigi.
Dari penjelasan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk menelusuri
lebih lanjut mengenai pengaruh obat kumur komersial dan air rebusan daun

2
sirih merah (piper crocatum) terhadap perubahan warna resin komposit
nanofiller.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh obat kumur komersial dan air
rebusan daun sirih merah terhadap perubahan warna pada resin komposit
nanofiller
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui perbedaan perubahan warna antara resin komposit
nanofiller yang direndam pada rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dan
obat kumur
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Umum
1. Dapat mengetahui jenis obat kumur yang dapat menyebabkan
perubahan warna pada resin komposit nanofiller.
2. Dapat mengetahui apakah daun sirih merah dapat menyebabkan
perubahan warna pada resin komposit nanofiller.
3. Dapat mengetahui perubahan warna yang terjadi pada resin
komposit nanofiller setelah direndam dalam obat kumur yang
mengandung dan obat kumur tidak mengandung alkohol.
1.4.2 Manfaat Klinis
Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menginformasikan
kepada pasien yang menggunakan resin komposit sebagai bahan tambal
gigi untuk lebih berhat-hati dalam memilih obat kumur dan
mengonsumsi air rebusan daun sirih merah sehingga dapat mencegah
terjadinya perubahan warna pada bahan tambal resin komposit
nanofiller yang mereka gunakan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OBAT KUMUR
Obat kumur adalah produk untuk meningkatkan kebersihan mulut. Sebagai
produk antiseptik dan juga anti plak yang mampu membunuh bakteri yang
menyebabkan plak, karies gigi, dan bau mulut
Obat kumur diperlukan untuk menjaga keseimbangan flora normal dengan
mengontrol dan mencegah penumpukan bakteri. Untuk mencegah penyakit karies
sebaiknya digunakan obat kumur yang mengandung fluor, tetapi untuk pencegahan
dan pengurangan bakteri pada oral biofilm penyebab gigi berlubang, gingivitis dan
halitosis sebaiknya menggunakan obat kumur antiseptik.
Penggunaan obat kumur secara umum adalah sebanyak 15-20 ml dua kali stiap
hari setelah menyikat gigi. Cairan dikumur selama kurang lebih 30 detik kemudian
dibuang. Pada beberapa merk tertentu cairan ludah diwarnai, sehingga terlihat
adanya bakteri dan debris. Disarankan untuk menggunakan obat kumur minimal 1
jam setelah menyikat gigi apabila pasta gigi yang digunakan mengandung sodium
lauryl sulfate (SLS), karena komponen anionik pada SLS dapat menonaktifkan
komponen kationik pada obat kumur. Bahan aktif beberapa merk obat kumur
komersial terdiri dari timol, benzal konium chloride, cetylpyridinium chloride
metilparaben, hydrogen peroxide, domiphen bromide, fluoride, enzim dan kalsium.
2.1.1 Macam-macam obat kumur
Beberapa jenis obat kumur yang digunakan dalam kedokteran gigi
1. Clorhexidine
Kumur-kumur dua kali sehari dengan menggunakan 0,2 %
larutan clorhexidine akan mengurangi jumlah mikroorganisme dalam
saliva sebanyak 80 % . Chlorhexidine dapat membantu penyembuhan
ulkus (sariawan), mungkin disebabkan karena berkurangnya kolonisasi
bakteri yang berkontaminasi dengan luka dan mengurangi terjadinya
infeksi sekunder.

4
2. Listerin
Listerin merupakan antiseptik yang efektif sebagai anti plak. Uji
coba klinis antara 760 hari menunjukkan adanya hambatan
pembentukan plak dan radang gingiva bila digunakan untuk membantu
kontrol plak secara mekanis.
3. Hexetidine
Hexetidine termasuk golongan antiseptik dan merupakan derivat
piridin. Mempunyai sifat antibakteri, bermanfaat untuk bakteri Gram
positif dan Gram negatif, dan dapat digunakan untuk merupakan
terjadinya keradangan. Hexeditine merupakan antibakteri dengan
spektrum luas dengan konsentrasi rendah bermanfaat untuk
mikroorganisme rongga mulut.
4. Povidon Iodine
Povidon Iodine 1% sebagai obat kumur yang dipasarkan dengan
merek dagang Betadine sebagai antiseptik mempunyai sifat antibakteri.
Obat kumur ini dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah
pencabutan gigi atau perawatan bedah.
5. Obat kumur yang mengandung minyak esensial
Kandungan timol, mentol dan eukaliptol pada minyak esensial
dapat mengurangi plak dan gingivitis. Pemakaian jangka panjang
sampai 6 bulan menunjukkan hasil yang sama seperti Clorhexidine.
Dapat penetrasi ke dalam oral biofilm lebih cepat daripada Clorhexidine
dan efektif dalam mengurangi perdarahan interproksimal.
6. Cytilpyridinium Chloride
Cetylpyridinium Chloride (CPC) adalah senyawa amonium
kuartenari yang merupakan bakterisid monokationik. Ini merupakan
antiseptik yang cukup baik dengan merusak membran sel melawan
jamur, amoeba dan envelopoed viruses. Efektif mencegah timbulnya
plak serta menurunkan keparahan gingivitis. CPC biasanya digunakan

5
untuk terapi infeksi superfisial rongga mulut dan kerongkongan. CPC
dapat larut dalam air, alkohol, kloroform, benzena dan eter. Sifat
kelarutanya tersebut menyebabkan CPC dapat dibuat dalam sediaan
bebas alkohol. Ketiadaan alkohol pada formula CPC menyebabkan
CPC lebih menguntungkan dan cocok untuk semua individu. CPC
dalam sediaan obat kumur, dapat membantu pasien mengkontrol plak
pada area-area yang sulit dijangkau sikat gigi atau benang gigi.8
7. Triclosan
Indikasi obat kumur ini sama dengan obat kumur yang lain
tetapi tidak sebaik obat kumur Clorhexidine maupun minyak esensial.
Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat biosintesis lipid
membran mikroba.
2.2 DAUN SIRIH MERAH
Daun sirih merah (Piper crocatum) merupakan tanaman yang sejak jaman
dahulu dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak khasiat. Daun sirih merah
digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit dan merupakan tanaman
yang multi fungsi. Air rebusan dari sirih merah mengandung karvakol yang
dianggap sebagai obat antiseptik untuk menjaga kesehatan rongga mulut,
menyembuhkan penyakit keputihan dan bau tidak sedap. Senyawa ini bersifat
antimikroba dan antijamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jenis bakteri antara lain Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus
aureus, Klebsiella, Pasteurella, serta dapat mematikan Candida albicans. Sirih
merah memiliki kemampuan sebagai antiseptik, antioksidan, dan fungisida.
Kemampuan lainnya adalah dapat menahan pendarahan, mempercepat
penyembuhan luka pada kulit, obat saluran cerna, dan dapat memperkuat gigi.
2.3 RESIN KOMPOSIT
Resin komposit adalah material restorasi yang sering digunakan karena
memiliki nilai estetik yang tinggi yang mampu menghasilkan warna bahan
tumpatan sesuai dengan warna gigi asli. Survey yang dilakukannya terhadap 100

6
pengguna bahan tambal didapatkan hasil penggunaan bahan tambal resin komposit
sebanyak 55%, amalgam 28%, GIC 15%, dan polyacid-modified resin composite
2%. Resin komposit mengalami perkembangan dari waktu ke waktu untuk
memperbaiki sifat fisik dan mekanisnya.
Resin komposit merupakan bahan restorasi yang digunakan untuk
menggantikan struktur gigi yang hilang dan terdiri dari berbagai macam jenis yang
beredar di pasaran antaranya resin komposit mikrofill dan nanofill.
Salah satu sistem klasifikasi resin komposit adalah berdasarkan ukuran, bentuk
dan distribusi bahan pengisinya, yaitu resin komposit makrofil, resin komposit
mikrofil, resin komposit hibrid. Selain itu juga dikenal resin komposit mikrohibrid
atau komposit universal. Sifat mekanis resin komposit tergantung dari persentase
volume bahan pengisi. Bertambah beratnya bahan pengisi akan meningkatkan
kekerasan, kekakuan, kekuatan dan ketahanan terhadap retakan. Di samping
persentase volume bahan pengisi, sifat mekanis komposit juga tergantung dari tipe
dan kandungan bahan pengisi, efisiensi proses penggabungan bahan pengisi
dengan resin, serta derajat porositas.
2.3.1 Komposisi resin
komposit Resin komposit terdiri dari monomer dasar resin Bis-GMA
atau Bowen’s, monomer pengencer seperti triethylene atau tetraethylene
glycol dimethacrylate, monomer pengisi yang bersifat penguat seperti
crystaline quartz, lithium aluminosilicate barium aluminoborate silica
glass, dan fused silica, bahan penggabung untuk mendapatkan ikatan
adesif yang sangat stabil oleh bahan pengisi terhadap resin dapat
meningkatkan kekuatan dan daya tahan dari komposit, bahan penghambat
polimerisasi untuk membatasi terjadinya proses polimerisasi selama
penyinaran, bahan pemulas polimerisasi (initiator) dan yang terakhir
adalah bahan pengaktif polimerisasi (activator)1
2.3.2 Indikasi resin komposit
1. Restorasi kavitas gigi anterior dan posterior

7
2. Restorasi direk gigi anterior maupun posterior, sandwich technique
bersama dengan bahan resin glass ionomer, cusp build up, core build
up, splinting,
3. Restorasi indirek gigi anterior maupun posterior termasuk inlay, onlay
and veneer.
4. Restorasi gigi yang mengalami perubahan warna
5. Penutupan diastema ( diastema clousure)
6. Restorasi post endodontic
7. Melekatkan alat orthodontic
8. Fit and fissure sealant
9. Pembuatan bridge anterior 5,10
2.3.3 Karakteristik Resin Komposit
Beberapa karakteristk dari resin komposit adalah :
1. Daya tahan terhadap microleakage Microleakage adalah suatu celah
berukuran mikro antara bahan restorasi dengan struktur gigi, margin
restorasi terbuka serta adaptasinya buruk.
Hal ini menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri maupun
toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder dan sensitifitas
dentin.
2. Daya tahan terhadap pemakaian ( wear resistance) dan daya tahan
terhadap fraktur ( fracture toguhness)
Daya tahan terhadap abrasi serta daya tahan terhadap fraktur
menyebabkan pemakaian resin komposit kebih baik dibandingkan
dengan Glass Ionomer, karena Glass Ionomer cenderung mudah
rapuh.
3. Kebocoran tepi pada tumpatan kelas II
Cara perlekatan berlapis akan memberikan pengurangan
kebocoran tepi tumpatan lebih baik dibandingkan dengan cara
perlekatan keseluruhan. Masalah lain pada pada restorasi kelas II

8
dengan resin komposit adalah sulitnya memperoleh titik kontak
kembali yang memungkinkan kontak tersebut merupakan daerah
self-cleansing. Beda dengan amalgam, resin komposit tidak
mengalami perubahan dimensi setelah polimerisasi sehingga
ruangan bekas matriks tidak dapat tertutup kembali.
4. Evaluasi klinik penggunaan resin komposit.
Parameter evaluasi klinik penggunaan resin komposit meliputi
perubahan warna, adaptasi tepi, bemtuk anatomi, perubahan warna
tepi tumpatan dan sensitivitas setelah penumpatan.
2.3.4 Macam-macam resin komposit
Resin komposit dapat diklasifikasikan ke berbagai jenis. Berdasarkan
ukuran partikel bahan pengisi, jenis resin komposit dibagi tiga, yakni : 13
• Traditional/makrofiller
• Mikrofiller
• Partikel kecil13
Saat ini jenis resin komposit berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi
diperbarui menjadi : 20
a. megafill : 0.5–2 millimeters
b. macrofill : 10–100 microns
c. midifill : 1–10 microns
d. minifill : 0.1–1 microns
e. microfill : 0.01–0.1 microns
f. nanofill : 0.005–0.01 microns 20
Berdasarkan viskositas, resin komposit terbagi 2 yaitu : 21
1. Komposit Flowable :
a. Komposit dengan viskositas rendah
b. Terutama untuk lesi servikal, restorasi untuk gigi decidui,
restorasi kecil dan bebas dari tekanan pengunyahan

9
c. Dimethacrylate resin dan bahan pengisi anorganik dengan
ukuran 0,4-3 nm . Volume bahan pengisi : 42-53%
d. Mempunyai modulus elastiitas rendah
e. Pengkerutan polimerisasi tinggi karena bahan pengisi sedikit
f. Aplikasinya langsung dari syringe karena mempunyai
viskositas rendah.
2. Komposit Packable :
a. Diindikasikan untuk kavitas kelas I, II, dan IV
b. Memerlukan aktivasi sinar
c. Dimethacrylate resin dan bahan pengisi ( volume 66-70%)
Disamping klasifikasi berdasarkan ukuran partikel bahan
pengisi, resin komposit juga dapat diklasifikasikan menurut
mekanisme polimerisasi, yakni:
1. Resin yang diaktifkan secara kimia.
Resin jenis ini terdiri dari dua pasta yakni base paste
berupa benzyl peroxide initiator dan catalyst paste berupa
tertiary amine activator.Pengunaanya : saat kedua pasta di atas
dicampurkan, tertiary amine activator akan bereaksi dengan
benzyl peroxide initiator sehingga radikal bebas akan
menyebabkan reaksi polimerisasi.
2. Resin yang diaktifkan dengan sinar.
Ada dua jenis sinar yang dipakai pada resin ini, yakni:
a. Sistem aktivasi dengan menggunakan sinar ultra violet
(UV).
Sinar UV digunakan untuk merangsang pembentukan
radikal bebas yang dibutuhkan untuk memulai polimerisasi.
Sinar UV memiliki penetrasi yang kurang baik sehingga
tidak efektif pada resin komposit yang tebal.
b. Sistem aktivasi dengan menggunakan cahaya tampak.

10
Cahaya tampak memiliki panjang gelombang 468 nm
dan mampu penetrasi sampai ketabalan 2 cm. Sistem ini
terdiri dari pasta yang mengandung photo inisiator berupa
camphoroquinone 0,25 % dan amine accelerator berupa
diethyl amino ethyl methacrylate 0,15 %.
2.3.5 Resin komposit nanofiller
Merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh visible-light
yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun
posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat
baik. Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya
digunakan untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen
kritisnya adalah sekitar 0.1 hingga 100 nanomer. Secara teori,
nanotechnology digunakan untuk membuat suatu produk baru yang lebih
ringan, lebih kuat, lebih murah, dan lebih tepat. Jika produk dengan
konsep nanotechnology ini digunakan untuk membuat badan pesawat
udara sebagai pengganti metal, maka berat badan pesawat udara ini akan
50 kali lebih ringan, tetapi memiliki kekuatan yang sama dengan yang
dibuat dari metal. Salah satu tujuan utama dari teknologi ini adalah
menciptakan nilai tambah suatu produk.
Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat
dapat mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA dan
sejumlah kecil TEGDMA. Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara
filler nanosilica 20 nm yang tidak berkelompok,dan nanocluster
zirconia/silica yang mudah berikatan membentuk kelompok, dimana
kelompok tersebut terdiri dari partikel zirconia/silica dengan ukuran 5-20
nm. Ukuran partikel satu cluster adalah berkisar antara 0.6 - 1.4 mikron.
Muatan filler komposit ini adalah 78.5% berat. Ukuran suatu nanomer
setara dengan 1/1,000,000,000 meter atau 1/1000 mikron. Ini adalah

11
sekitar 10 kali garis tengah suatu atom hidrogen atau 1/80,000 tebal
rambut manusia.
Terdapat perbedaan dalam hal ukuran partikel filler pada komposit
hybrid dengan nano. Ukuran partikel filler yang relatif besar pada
komposit hybrid membuat filler loading komposit ini menjadi lebih tinggi
sehingga meningkatkan kekuatan komposit ini. Komponen filler pada
komposit nano berisi kombinasi yang unik antara nanopartikel individual
dan nanokluster. Nanopartikel adalah partikel yang terpisah dan tidak
berkelompok yang berukuran 20 nm. Nanokluster terdiri dari partikel-
partikel dengan ukuran nano yang dengan mudah berikatan membentuk
kelompok partikel. Kelompok partikel ini bertindak sebagai unit tunggal
yang memungkinkan filler loading dan kekuatan yang tinggi pada
komposit ini. Kombinasi nanopartikel dengan nanocluster akan
mengurangi jumlah ruanginterstitial antar partikel filler sehingga dapat
meningkatkan sifat fisis dan hasil poles yang lebih baik bila dibandingkan
dengan komposit yang lain. Selama pemakaian komposit di dalam mulut,
hanya nanopartikel yang akan terkelupas, sementara permukaan cluster
masih tetap rata, sehingga ketahanan hasil polesnya akan sangat baik.
Sedangkan pada komposit hybrid, akan terjadi efek ‘Pot-Hole‘ akibat
terkelupasnya satu partikel seukuran nanocluster. Hal ini menyebabkan
penurunan ketahanan hasil poles berupa berkurangnya kilap permukaan.

2.4 PERUBAHAN WARNA RESIN KOMPOSIT


Warna memiliki peran penting dalam meraih tingkat estetik yang optimum.
Syarat bahan tambal estetik harus sesuai dengan gigi asli baik dari warna,
translusensi, maupun tekstur. Bahan tambal estetik juga harus mampu menjaga
stabilitas warna dalam jangka waktu yang lama.
Kekurangan resin komposit adalah dapat berubah warna bila terpapar zat
pewarna. Efek perubahan warna ini merupakan hal yang paling tidak diharapkan

12
terjadi pada resin komposit. Warna yang serasi dengan gigi sekitarnya merupakan
hal terpenting bagi resin komposit sebagai bahan tambal estetik.
2.4.1 Faktor Penyebab Perubahan warna Perubahan warna pada bahan
tambalan gigi resin komposit terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh bahan resin komposit itu sendiri
yaitu: jenis filler, perubahan resin matrik, kurang kuatnya penyinaran
menyebabkan perubahan dari resin matrik itu sendiri dan perubahan antar
muka (interface) antara matrik dan filler, monomer sisa yang tidak
terpolimerisasi pada waktu polimerisasi. Stabilitas warna resin matrik
juga rendah, karena sifat resin yang dapat mengabsorpsi cairan.
Selain itu, perubahan warna dapat terjadi secara kimia berhubungan
dengan perubahan atau oksidasi pada amine accelerator, oksidasi pada
struktur polymer matriks, dan oksidasi pada grup methacrylate.
Perubahan warna bahan restorasi resin komposit merupakan faktor
ekstrinsik yang dipengaruhi oleh cairan atau zat pembawa warna di
sekitar lingkungan restorasi resin komposit tersebut berada, misalnya:
kopi, teh, wine, minuman ringan, nikotin, obat kumur serta dipengaruhi
oleh pellicle dan plak atau oral hygiene yang rendah.3,4
Lebih dari 80% pasien khawatir dengan perubahan warna pada bahan
tambal resin komposit yang mereka gunakan. Perubahan warna ini
merupakan salah satu penyebab dilakukannya penggantian bahan tambal
resin komposit. Proses ini tidak hanya merugikan uang dan waktu pasien
tetapi juga menambah waktu kerja dokter gigi.3

13
BAB III
METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental
laboratorium murni dengan pre-test and post-test with control group design. Penelitian
ini untuk mengetahui perubahan warna resin komposit nanofiller pada perendaman air
rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) obat kumur non-alkohol, dan akuades steril
sebagai kontrol. Sampel pada penelitian ini menggunakan resin komposit jenis
nanofiller berbentuk cakram berdiameter 10 mm, tebal 2 mm (ISO 4049 (2000)) yang
dibuat dengan cetakan yang dibuat dari bahan self cure acrylic. Penelitian ini
menggunakan simple random sampling terdiri dari 3 perlakuan yaitu dengan air
rebusan daun sirih merah (Piper crocatum), obat kumur non-alkohol dan akuades steril.
Sampel untuk 3 kelompok masing-masing berjumlah 10 buah, jadi total sampel ada 30
buah. Pengukuran perubahan warna dilakukan di Laboratorium Optik Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga.
Pembuatan sampel dilakukan di laboratoriumkering Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat dengan prosedur sebagai berikut, mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Pembuatan lempeng resin
komposit menggunakan cetakan yang dibuat dari bahan self cure acrylic dengan
ukuran 10 mm, tebal 2 mm. Resin komposit diaplikasikan dengan menggunakan
instrumen plastis dan diletakkanpada cetakan akrilik berukuran 10 mm, tebal 2 mm
yang telah diulasi vaselin dengan tujuan agar tidak lengket dengan cetakan. Resin
komposit disinar selama 20 detik dengan menggunakan light curing jenis LED. Ujung
sinar harus diletakkan sedakat mungkin dengan permukaan resin. Resin komposit
dikeluarkan dari cetakan. Diperoleh sampel resin komposit.
Pembuatan air rebusan daun sirih merah (Piper Crocatum) dengan cara memilih
daun yang masih segar sebanyak lembar dengan diameter 3,5 cm dengan kisaran pH 6.
Dicuci hingga bersih, lalu direbus dengan air dua gelas (400 ml) hingga mendidih. Air

14
rebusannya didinginkan, selanjutnya sampel diberi perlakuan. Sampel dari tiap
kelompok diambil dengan menggunakan pinset dan direndam dalam larutan saline dan
inkubator suhu 37 C selama 24 jam, kemudian direndam pada masing-masing
kelompok yaitu air rebusan daun sirih merah, obat kumur non-alkohol, dan akuades
steril selama 24 jam dan dimasukkan kedalam inkubator 37 C. Sampel yang telah
direndam sesuai waktunya, diambil satu per satu dari wadah menggunakan pinset dan
diletakkan dalam nierbeken dan diukur dengan menggunakan optical spectrometer
(OPT 101 type of photo detector) dan microvolt digital.
Pengolahan data dengan pengukuran warna menggunakan alat optical spectrometer
(OPT 101 type of photo detector) dan microvolt digital. Pengukuran dilakukan pada
sampel sebelum dan sesudah direndam dalam air rebusan daun sirih merah, obat
kumur non-alkohol, dan akuades steril selama 24 jam dalam inkubator 37 C yang
diambil nilai selisih dari masing-masing kelompok. Data dievaluasi secara statistik
dengan melakukan uji normalitas Shapiro-Wilk test dan uji homogenitas Levene’s test.
Jika data terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan analisis parametrik dengan
menggunakan uji hipotesis one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%
(α=0,05) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonfferoni. 28

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan pengamatan dan pengukuran nilai perubahan warna resin
komposit nanofiller dengan rangkaian alat optical spectrometer (OPT 101 type of
photo detector) dan microvolt digital, maka didapatkan hasil. Data dianalisis dengan
menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk test. Rerata nilai perubahan warna masing-
masing kelompok dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Nilai rerata perubahan warna resin komposit jenis nanofiller setelah
direndam dalam air rebusan daun sirih merah (piper crocatum), obat kumur non-
alkohol dan akuades steril

Kelompok Rerata ± Standar


Deviasi (Mv)

Rebusan Daun Sirih 0,34 ± 0,02


Merah (Piper crocatum)

Obat Kumur Non- 0,24 ± 0,01


alkohol (Oral B)

Akuades Steril 0,15 ± 0,01

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kelompok rebusan daun sirih merah
(Piper crocatum) mengalami perubahan warna tertinggi (0,34 Mv) dibandingkan obat
kumur non-alkohol (0,24 Mv) dan akuades steril (0,15 Mv). Setelah proses
pengukuran selesai dan didapatkan hasil, selanjutnya dilakukan analisis data

16
menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dengan jumlah sampel yang digunakan
kurang dari 50 buah. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Nilai rerata uji normalitas perubahan warna resin komposit pada perendaman
rebusan daun sirih merah (piper crocatum), obat kumur non-alkohol,dan akuades steril

Kelompok Mean ± Signifikasi


Standar
Deviasi (Mv)

Air Rebusan 0,34 ± 0,02 p = 0,83


Daun Sirih
Merah (Piper
crocatum

Obat Kumur 0,24 ± 0,01 p = 0,11


Non-Alkohol
(Oral B)

Akuades steril 0,15 ± 0,01 p = 0,38

Dari hasil uji normalitas diatas menunjukan bahwa data yang diperoleh dari
masing-masing kelompok memiliki nilai signifikansi (p>0,05) yang artinya data
tersebut berdistribusi normal. Setelah itu dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene’s
Test untuk mengetahui varian atau homogenitas kelompok. Hasil uji homogenitas
menunjukan nilai signifikansi p = 0,062 (p>0,05) yang artinya bahwa data tersebut
memiliki varians yang sama. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji normalitas dan
homogenitas dapat disimpulkan bahwa semua data dari tiga kelompok pada penelitian

17
terdistribusi normal dan memilik varians yang sama atau homogeny, sehingga
dilanjutkan dengan uji parametrik One Way ANOVA.
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna yaitu nilai p=0,000 (P<0,05) terhadap perubahan warna resin
komposit jenis nanofiller setelah dilakukan perendaman pada air rebusan daun sirih
merah (Piper crocatum), obat kumur non-alkohol dan akuades steril. Diagram
perubahan warna resin komposit nanofiller dapat dilihat dari gambar 1 dibawah ini

Gambar 1 Diagram perubahan warna resin komposit nanofiller sebelum dan setelah
direndam dalam air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum), obat kumur non-
alkohol dan akuades steril
Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna
maka dilakukan uji post hoc Bonferroni pada tabel 3

Tabel 3 Nilai kemaknaan uji post hoc bonferroni perbedaan perubahan warna resin
komposit pada perendaman rebusan daun sirih merah (piper crocatum), obat kumur
non-alkohol, dan akuades steril
Ket :

18
*Berbeda Bermakna
*Tanda bintang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dari setiap kelompok
perlakuan
Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna pada semua
perendaman larutan uji air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum), obat kumur
non-alkohol, dan akuades steril dengan p=0,000. Rerata nilai perubahan warna resin
komposit jenis nanofiller kelompok akuades steril sebesar 0,15 Mv, rerata nilai
perubahan warna resin komposit jenis nanofiller kelompok obat kumur non-alkohol
sebesar 0,24Mv, dan rerata nilai perubahan warna resin komposit jenis nanofiller
kelompok air rebusandaun sirih merah (Piper crocatum) sebesar 0,34 Mv. Dari
beberapa analisis data, maka didapatkan hasil penelitian bahwa perbandingan nilai pH
dari masing-masing larutan uji mempengaruhi hasil dari nilai perubahan warna resin
komposit nanofiller yaitu dengan nilai pH yang rendah diperoleh nilai perubahan
warna yang semakin besar. Akuades steril memiliki pH yang lebih tinggi (pH=7)
dibandingkan air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) (pH=6) dan obat kumur
non-alkohol (pH=5,8) sehingga didapatkan nilai perubahan warna yang lebih kecil
dibandingkan kedua jenis larutan yang lainnya. Perbandingan pH akuades steril dan air
rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi
pH maka diperoleh nilai perubahan warna yang kecil. Perbandingan pH akuades steril
dan obat kumur non-alkohol juga menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi pH maka
diperoleh nilai perubahan warna yang kecil.
Hasil yang diperoleh dari perbandingan perubahan warna larutan uji air rebusan
daun sirih merah (Piper crocatum) dan obat kumur non-alkohol ada terdapat
perbedaan, dengan pH yang lebih tinggi dibandingkan obat kumur non-alkohol maka
terjadi perubahan warna yang lebih besar dibandingkan obat kumur non-alkohol.
Berdasarkan gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa kelompok air rebusan daun sirih
merah (Piper crocatum) mengalami perubahan warna lebih besar dibandingkan obat
kumur non-alkohol dan akuades steril. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan
perubahan warna resin komposit nanofiller pada perendaman air rebusan daun sirih

19
merah (Piper crocatum) dan obat kumur non-alkohol sehingga h0 ditolak dan Ha
diterima.

PEMBAHASAN
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan bermakna dari
ketiga jenis larutan uji. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan masing-masing pH dan
warna dari masing-masing larutan. Akuades steril mengalami perubahan warna yang
paling rendah dibandingkan air rebusan daun sirih merah dan obat kumur non-alkohol
dikarenakan pH dari akuades steril lebih tinggi
Rebusan Obat Kumur
Kelompok Daun Non-Alkohol Akuades
Sirih (Oral B) steril
Merah
(Piper
Rebusan Daun Sirih Merah - 0.000* 0.000*
(Piper Crocatum)

Obat Kumur Non-Alkohol - - 0.000*


(Oral B)

Akuades Steril - - -

larutan. Akuades steril mengalami perubahan warna yang paling rendah dibandingkan
air rebusan daun sirih merah dan obat kumur non-alkohol dikarenakan pH dari akuades
steril lebih tinggi dibandingkan air rebusan daun sirih merah dan obat kumur non-
alkohol.
Hal ini sesuai dengan penelitian Miwan (2015) yang menyebutkan bahwa air
suling (akuades) tidak menyebabkan perubahan warna secara jelas pada resin
komposit.12

20
Terdapat perbedaan pada air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dan obat
kumur non-alkohol. Pada obat kumur non-alkohol memiliki pH yang lebih rendah
yaitu 5,8 mengalami perubahan warna yang lebih tinggi dibandingkan akuades steril
pada pH yang netral yaitu 7. Selain pH, hal yang dapat mempengaruhi perubahan
warna dari resin komposit karena adanya kandungan sodium fluoride pada obat kumur
non-alkohol yang menghasilkan perubahan warna kecil namun terlihat jelas.13 Pada
penelitian Rasul (2015) pH yang rendah tidak menyebabkan perubahan warna pada
resin komposit yang diuji dan adanya kandungan alkohol juga tidak menyebabkan
perubahan warna yang jelas pada resin komposit yang diuji.14
Berbeda halnya pada air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) mengalami
perubahan warna yang lebih tinggi dibandingkan obat kumur non-alkohol. Selain pH,
hal yang dapat menyebabkan perubahan warna adalah kandungan zat pewarna dalam
air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum). Daun sirih merah mengandung zat
warna tanin. Tanin merupakan kandungan yang dapat menyebabkan perubahan warna
pada resin komposit.15 Zat warna tanin dalam air rebusan daun sirih merah dapat
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada resin komposit karena resin komposit
mempunyai sifat menyerap air secara perlahan-lahan dengan mekanisme penyerapan.
Kerentanan warna resin komposit dikaitkan dengan penyerapan air dan hidrofilisitas
dari matrik resin komposit. Jika resin komposit dapat menyerap air, maka resin
komposit juga mampu menyerap cairan lainnya yang menyebabkan perubahan warna
pada resin komposit.16
Daun sirih merah (Piper crocatum) selain memiliki zat warna tanin juga memiliki
asam tanat. Asam dapat mempengaruhi pewarnaan pada permukaan resin komposit.15
Air yang mengandung asam dapat diserap dan merusak ikatan filler dan matriks,
akibatnya akan terbentuk monomer sisa. Monomer sisa akan terlepas jika mengenai
cairan rongga mulut atau cairan yang mengandung asam. Asam memiliki ion H+ yang
berdifusi ke dalam matriks kemudian mengikat ion negatif yang ada di dalam matriks.
Ion H+ mempengaruhi ion lainnya terdorong keluar dan bebas pada matriks.

21
Hilangnya ion pada matriks mengakibatkan kandungan asam yang menyebabkan
putusnya ikatan kimia menjadi tidak stabil sehingga matriks juga larut dan terurai.16
Kelebihan ion H+ dari larutan asam dalam daun sirih merah (Piper crocatum)
menyebabkan ikatan kimia dari resin komposit menjadi tidak stabil. Ion H+ dari asam
menyebabkan degradasi ikatan polimer sehingga beberapa monomer dari resin
terlepas, lalu disertai pelepasan bahan pengisi resin komposit yang terdiri dari lithium,
barium, atau stronsium. Unsur-unsur tersebut merupakan logam anorganik yang
cenderung larut jika bereaksi dengan asam. Adanya pelepasan bahan pengisi ini akan
menyebabkan ruangan-ruangan kosong diantara matriks polimer bertambah banyak
sehingga memudahkan terjadinya proses difusi cairan dari luar masuk kedalam resin
komposit.17
Cairan yang masuk ke dalam resin komposit melalui proses difusi diikuti oleh
penyerapan substansi lain dari cairan tersebut seperti zat warna. Zat warna ini bersifat
akumulatif terutama pada daerah yang terdapat mikroporositas dan pada ruang-ruang
kosong di antara matriks polimer. Akumulasi dari zat warna inilah yang akan
menyebabkan perubahan fisik dari resin yaitu terjadinya perubahan warna.16 Absorpsi
zat warna resin komposit juga bergantung pada jumlah air yang dapat diserap oleh
resin komposit itu sendiri mengingat zat warna eksogen penyebab diskolorasi
didominasi oleh cairan berwarna. Jumlah air yang dapat diabsorpsi oleh resin komposit
tergantung komposisi dari filler dan sifat hidrofilik dari polimer matriks.17

BAB VI
PENUTUP

22
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, pengaruh obat kumur yang mengandung
alcohol dan obat kumur yang tidak mengandung alcohol terhadap perubahan warna
bahan resin komposit nanofiller dinyatakan terdapat perbedaan dengan saliva buatan
sebagai larutan control. Semua bahan restorasi resin komposit yang diuji mengalami
perubahan warna setelah direndam dalam obat kumur yang mengandung alkohol dan
obat kumur yang tidak mengandung alkohol. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan
obat kumur dapat menimbulkan perubahan warna pada restorasi yang menggunakan
bahan resin komposit nanofiller.
SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada penelitian berikutnya, maka
peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai masukan :
1. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pengaruh obat kumur terhadap jenis
tumpatan lainnya.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengembangkan penelitian ini dengan
menambah waktu perendaman yang lebih lama agar perubahan warna lebih
jelas.

DAFTAR PUSTAKA

23
1. Anusavice KJ. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC; 2004. p. 228-
243
2. Koin PJ, Kilislioglu A, Zhou M, Drummond JL, Hanley L. Analysis of the
Degradation of a Model Dental Composite. J Den Res. 2008;87(7):661-5.
3. McCabe JF, Walls AWG. Bahan KedokteranGigi. 9 th ed. Jakarta: EGC; 2014.
p.166-167
4. Kaur P, Reena L, Puneet. Nanocomposite - A step towards improved restorative
dentistry. Indian Journal of Dental Sciences. 2011;4(3):28-31.
5. Permatasari R, Usman M. Penutupan Diastema Dengan Menggunakan Komposit
Nanofiller. Indonesian Journal of Dentistry 2008;15(3):239-46.
6. Dewi SK, Yuliati A, Munadziroh E. Evaluasi Perubahan Warna Resin Komposit
hybrid Setelah Direndam Obat Kumur. Jurnal PDGI. 2012;61(1):5-9.
7. FONTES ST, FERNANDEZ MR, MOURA CMd, Meireles SS. Color Stability of A
Nanofill Composite: Effect of Different Immersion Media. J Appl Oral Sci.
2009;17(5):388-91.
8. Celik C, Yuzugullu B, Erkut S, Yamanel K. Effects of Mouth Rinses on Color
Stability ofResin Composites. European Journal of Dentistry 2008;2:247-53.
9. Werdhany WI, SS AM, W S. Sirih Merah. Balai Pengkajian Teknologi Yogyakarta.
Yogyakarta 2008. p.14
10. Juliantina F, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat Sirih Merah
(piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan
Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2011:3-4
11. Reveny J. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih Merah (piper betle
Linn.). Jurnal Ilmu Dasar. 2011;12(1):6-12.
12. Alrahman DMSA. the effect of tea, coffe, cola, and distilled water on the color of
microfilled composite resin light cure (in vitro study). International Journal of
Scientific Research. 2015;4(10).

24
13. Agular TR, Gaglianone LA, Mathias P. An Overview of the Impact of Lifestyle
Behaviors on the Operative Dentistry. Journal of Interdisciplinary Medicine and
Dental Science. 2014;2(4).
14. rasul HQH. Evaluating the Effect of One Alcoholic and Two Alcoholic-free
Mouthwashes on the Color Stability and Surface Roughness of Two Resin-based
Composites IJSR. 2015;4(10).
15. Khokhar NH, Qureshi R, Ali SM. Evaluatio Resin Composites. European Journal
of Dentistry 2008;2:247-53.
9. Werdhany WI, SS AM, W S. Sirih Merah. Balai Pengkajian Teknologi Yogyakarta.
Yogyakarta 2008. p.14
10. Juliantina F, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat Sirih Merah
(piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan
Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2011:3-4
11. Reveny J. Daya Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih Merah (piper betle
Linn.). Jurnal Ilmu Dasar. 2011;12(1):6-12.
12. Alrahman DMSA. the effect of tea, coffe, cola, and distilled water on the color of
microfilled composite resin light cure (in vitro study). International Journal of
Scientific Research. 2015;4(10).
13. Agular TR, Gaglianone LA, Mathias P. An Overview of the Impact of Lifestyle
Behaviors on the Operative Dentistry. Journal of Interdisciplinary Medicine and
Dental Science. 2014;2(4).
14. rasul HQH. Evaluating the Effect of OneAlcoholic and Two Alcoholic-free
Mouthwashes on the Color Stability and Surface Roughness of Two Resin-based
Composites IJSR. 2015;4(10).
15. Khokhar NH, Qureshi R, Ali SM. Evaluation of Discolouration of Some
Composite Restorative Materials. Pakistan Oral & Dental Journal. 2009;29(1).
16. Sitanggang P, Tambunan P, Wuisan J. Uji Kekerasan Komposit Terhadap
Perendaman Buah Jeruk Nipis (citrus Aurantifolia). Jurnal e-GIGI 2015;3(1):229-34.

25
17. Aprilia L, Rahardianto E. Pengaruh Minuman Kopi Terhadap Perubahan Warna
Pada Resin Komposit. Indonesian Dent J. 2007;14(3). of Discolouration of Some
Composite Restorative Materials. Pakistan Oral & Dental Journal. 2009;29(1).
16. Sitanggang P, Tambunan P, Wuisan J. Uji Kekerasan Komposit Terhadap
Perendaman Buah Jeruk Nipis (citrus Aurantifolia). Jurnal e-GIGI 2015;3(1):229-34.
17. Aprilia L, Rahardianto E. Pengaruh Minuman Kopi Terhadap Perubahan Warna
Pada Resin Komposit. Indonesian Dent J. 2007;14(3).

26

Anda mungkin juga menyukai