Oleh:
NIP :198903022019032014
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan jurnal reading yang berjudul
Resorpsi Akar Internal dan Eksternal ini dengan baik. Adapun tujuan dari
pembuatan jurnal reading ini adalah untuk menambah wawasan mengenai Resorpsi
Akar yang akan sangat berguna kedepannya nanti baik bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga penulisan
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan seluruh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resorpsi adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan proses fisiologis
atau patologis yang dapat menyebabkan hilangnya tulang, sementum, dan dentin
karena adanya interaksi antara sel inflamasi dan sel resorpsi, yaitu osteoklas,
odontoklas, dentinoklas dan jaringan keras. Resorpsi akar merupakan salah satu
komplikasi gigi yang dapat mengakibatkan dilakukannya pencabutan gigi apabila
tidak ditangani dengan baik. Secara umum, beberapa penyebab dapat dikaitkan
dengan terjadinya resorpsi akar, seperti terjadinya impaksi gigi, trauma, patologi
periapikal, kista, tumor, dll (Gopikrishna, 2021).
Resorpsi akar dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal. Secara
internal, dapat diklasifikasikan lagi menjadi internal inflammatory resorption,
internal surface resorption, internal replacement resorption, dan internal transient
apical breakdown. Sedangkan secara eksternal, dapat diklasifikasikan menjadi
external inflammatory resorption, external cervical resorption, external
replacement resorption (ankilosis), external surface resorption, dan external
Transient apical breakdown (Sikri, 2019).
Pada resorpsi akar internal, akan terjadi proses resorptif progresif lambat atau
cepat idiopatik yang terjadi di dentin kamar pulpa atau di saluran akar gigi.
Penyebab resorpsi akar internal tidak diketahui, tetapi biasanya pasien memiliki
riwayat trauma. Sedangkan pada resorpsi akar eksternal, penyebabnya tidak
diketahui. Namun, penyebabnya dapat dikaitkan dengan periradikular akibat
trauma, tekanan berlebihan, granuloma, kista, tumor rahang tengah, replantasi gigi,
bleaching gigi, impaksi gigi, dan penyakit sistemik. Jika tidak ada penyebab yang
jelas, kelainan ini disebut resorpsi idiopatik (Gopikrishna, 2021).
Terkadang resorpsi akar internal dan eksternal sulit dibedakan. Namun, hal
tersebut dapat dibantu dengan melakukan radiografi dari berbagai sudut untuk
membantu menegakkan diagnosis. Selain itu, pengetahuan dari klinisi juga
diperlukan agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang berakhir pada kesalahan
pemberian perawatan (Gopikrishna, 2021).
1
2
Oleh karena itu, pada student project ini akan dibahas mengenai resorpsi akar
yang akan berguna untuk menambah ilmu baik bagi para pembaca maupun dokter
gigi dalam menangani kasus resorpsi akar. Selain itu, dengan mengetahui ilmu
resorpsi akar gigi, dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
karena kurangnya deteksi dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana etiologi, gambaran klinis, klasifikasi, patogenesis, dan
diagnosis resorpsi akar?
2. Bagaimana perawatan dan manajemen kasus resorpsi akar?
1.1 Tujuan
1. Mengetahui etiologi, gambaran klinis, klasifikasi, patogenesis, dan
diagnosis resorpsi akar.
2. Mengetahui perawatan dan manajemen kasus resorpsi akar.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan mengenai etiologi, gambaran klinis, klasifikasi,
patogenesis, dan diagnosis resorpsi akar.
2. Menambah pengetahuan mengenai perawatan dan manajemen kasus
resorpsi akar.
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam artikel studi kasus yang dilaporkan oleh Afzan Adilah Ayoub, et al
mengenai resorpsi akar internal, seorang pria Cina berusia 55 tahun dirujuk untuk
melakukan treatment pada gigi 16. Dokter gigi yang dirujuk mencurigai resorpsi
akar internal telah melubangi akar mesio-bukal (MB) pada gigi 16 tersebut. Ahli
endodontik menyarankan perbaikan internal atau bedah karena pasien sangat ingin
mempertahankan akar MB tanpa mencabut gigi. Pasien mengeluh nyeri terjadi saat
makan makanan keras. Riwayat medis masa lalunya tidak berkontribusi. Pasien
tidak memiliki riwayat cedera traumatis atau perawatan ortodontik. Pasien adalah
pengunjung gigi reguler dan ingin menjaga giginya tetap utuh selama mungkin
(Ayoub & Cheung, 2018).
3
4
rubber dam dan perbesaran dari mikroskop operasi gigi. Kavitas akses dipreparasi
setelah membongkar mahkota keramik logam 16 dan restorasi koronal lama dilepas
dan di restorasi dengan GIC, distabilkan dengan pita ortodontik. Tepi akses kavitas
didefinisikan ulang untuk memfasilitasi akses garis lurus. Tiga orifice dapat
ditemukan. Tambalan lama pada gigi akan di dengan H-file dan pelarut. Terdapat 2
saluran mesio-buccal yang ditemukan dan dinegosiasikan. Saluran kedua mesio-
bukal tersebut bergabung pada bagian apeks gigi. Jaringan granulomatosa terlihat
selama pengangkatan gutta-percha dari kanal MB1. Untuk kedua saluran mesio-
bukal, keduanya di irigasi dengan chlorhexidine dan physiological saline untuk
menghindari kecelakaan. Resorpsi akar internal terjadi pada palatal meluas ke
furkasi gigi. Panjang kerja untuk semua saluran akar diukur dengan apex locator
elektronik (Root ZX Apex Locator, J Morita Corporation, Kyoto, Jepang) dan
dikonfirmasi dengan radiografi periapikal. Patensi dibuat dengan ukuran 10 K-file
dan saluran akar dipreparasi dengan teknik step-down. Ukuran file master apikal
kanal mesio-bukal adalah 35, kanal distobukal adalah 40, dan kanal palatal
disiapkan dengan ukuran master apikal 50. Sodium hipoklorit (3%), chlorhexidine
(2%), EDTA (17%) dan physiological saline (9%) digunakan untuk irigasi saluran.
Saluran akar dikeringkan menggunakan calibrated absorbent paper point (Ayoub
& Cheung, 2018).
Gambar 2. 3 Mencari panjang kerja gigi dengan radiografi (Ayoub & Cheung,
2018).
Kalsium hidroksida non-setting (Calasapt®) digunakan sebagai medikamen
intra-kanal. Semua pengeringan dibantu oleh cotton palette, Cavit®, dan IRM®.
Kecuali MB1 dan MB2, semua saluran akar diobturasi dengan gutta-percha dan
sealer AH Plus menggunakan teknik pemadatan vertikal hangat. Saluran di obturasi
6
kembali dengan gutta percha Obtura II. MTA digunakan untuk obturasi saluran
mesiobukal. Kira-kira 1mm sampai 2 mm filling (IRM) ditempatkan dan
menyisakan sekitar 1 mm sampai 2 mm pada bagian koronal untuk radicular-
bonded amalgam. Gigi 16 di restorasi dengan bonded coronal-radicular amalgam.
(Gambar 2.4). Pasien disarankan untuk kembali ke dokter gigi yang merujuk untuk
penanganan lebih lanjut (Ayoub & Cheung, 2018).
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus yang dipaparkan oleh Ayoub & Cheung, pasien
dilaporkan memiliki prognosis yang buruk dari gigi karena resorpsi akar internal
yang luas dan meluas ke mid-root. Pasien disarankan pada berbagai pilihan
pengobatan termasuk retreatment saluran akar non-bedah, tidak ada pengobatan
sama sekali, reseksi, maupun ekstraksi. Semua tantangan teknis dan potensi risiko
prosedur telah dijelaskan kepada pasien. Pasien tersebut akhirnya memberikan
persetujuan untuk metode potensial terbaik untuk mempertahankan gigi melalui
retreatment saluran akar non-bedah. Non-surgical root canal retreatment pada gigi
16 dilakukan dengan anestesi lokal Xylocaine dan juga rubber dam isolation. Cavity
access dilakukan setelah pembongkaran metal ceramic crown pada gigi 16 dan
restorasi lama dihilangkan dan kemudian di restorasi kembali dengan menggunakan
GIC, lalu di stabilisasi dengan orthodontic band. Root fillings yang lama
dibersihkan menggunakan H-file dan solvent, jaringan granulomatous terlihat
selama proses removal gutta-percha dari saluran akar mesiobukal. Saluran akar
mesiobukal di irigasi dengan chlorhexidine untuk menghindari akumulasi debris
pada saluran akar. Resorpsi akar internal berada di palatal meluas ke daerah furkasi.
Panjang kerja untuk semua saluran akar diukur dengan Electronic Apex Locator
dan dibantu dengan radiografi periapikal. Patency didapatkan dengan ukuran K-file
10 dan saluran akar di preparasi dengan teknik step down. Master Apical File
(MAF) pada saluran akar mesiobukal adalah 35, saluran akar distobukal adalah 40,
dan saluran akar palatal adalah 50. Sodium hypochlorite (3%), chlorhexidine (2%),
EDTA (17%) dan physiological saline (9%) digunakan untuk irigasi saluran akar
dan dikeringkan menggunakan paper points.
8
pinggiran yang halus dan asimetris. Tanda lain adalah dinding lesi mungkin akan
terlihat seperti balon. Sesekali, area resorpsi dapat terlihat seperti karies pada
penampilan radiografi. Namun demikian, penampilan karies gigi kurang tajam jika
dibandingkan dengan resorpsi internal. Resorpsi akar internal mungkin dapat
meluas ke permukaan gigi dan akhirnya menyebabkan perforasi. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa resorpsi akar internal dapat menjadi progresif oleh karena
stimulasi infeksi yang terus menerus. Jaringan pulpa yang meradang disebabkan
oleh ruang pulpa koronal yang terinfeksi (Ayoub & Cheung, 2018).
Pada kasus ini, pasien didiagnosis memiliki chronic apical suppurative
periodontitis yang berkaitan dengan kegagalan perawatan saluran akar yang
disertai resorpsi akar internal dengan kedalaman poket 8mm pada mid-buccal gigi
16. Rencana perawatan untuk pasien ini adalah retreatment saluran akar non-bedah.
Preparasi dilakukan untuk memastikan penghapusan jaringan granulasi secara
menyeluruh. Chemo-mechanical debridement dan obturasi telah terbukti menjadi
tantangan dalam hal ini karena akses yang terbatas ke area resorpsi. Oleh karena
itu, digunakan endosonic device untuk meningkatkan efektifitas pembersihan
biofilm dan jaringan nekrotik dari area yang tidak bisa terjangkau tersebut. Selain
itu, digunakan juga conservative endodontic management dan irigasi serta
penggunaan kalsium hidroksida sebagai medikamen saluran akar. MTA digunakan
untuk obturasi kanal mesiobukal. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
MTA memiliki biokompatibilitas yang baik, apikal seal yang baik dan mampu
merangsang reposisi tulang dalam proses penyembuhan. MTA yang baru dicampur
memiliki konsistensi lembut dan dapat diaplikasikan tanpa tekanan dengan bantuan
ultrasonik. Aplikasi MTA dalam resorpsi akar internal juga telah terbukti
memberikan hasil yang optimal dalam perawatan jangka panjang (Ayoub &
Cheung, 2018).
Resorpsi akar internal yang agresif dapat mempersulit prognosis
pengobatan saluran akar karena melemahnya struktur gigi yang tersisa dan
kemungkinan keterlibatan periodontal. Meskipun prognosis yang buruk, evaluasi
radiografi setelah 6 bulan pasca pengobatan tidak menunjukkan tanda-tanda
perkembangan resorpsi akar internal yang terkait dengan jaringan kesehatan
periodontal dan periapikal. Tindak lanjut dengan CBCT akan bermanfaat untuk
10
visualisasi gambar lesi yang lebih baik daripada melalui radiografi konvensional
(Ayoub & Cheung, 2018).
BAB IV
KAITAN DENGAN TEORI
Gambar 4. 1 Resorpsi akar internal pada insisivus sentral rahang atas kanan yang
menghasilkan tampilan pink spot pada gigi (Garg N., Garg A., 2019)
Selain pink spot yang dapat diidentifikasi pada resorpsi akar internal, pada
pasien dengan riwayat trauma juga dapat dilakukan pemeriksaan radiografi dengan
tanda-tanda pulpa nekrotik/pulpitis ireversibel dengan diagnosis resorpsi eksternal.
Gigi biasanya bergerak dengan adanya peradangan jaringan periodontal dan juga
sensitivitas perkusi yang positif (Nisha & Amit, 2019).
Gambar 4. 2 Pemeriksaan radiografi pada gigi molar pertama rahang atas yang
terkena resorpsi akar (Garg N., Garg A., 2019).
2. Caries-related pulpitis
3. Cedera traumatis
Luxation injuries
4. Cedera iatrogenik
Persiapan gigi untuk mahkota
Prosedur restoratif yang mendalam
Aplikasi panas di atas pulpa
Pulpotomi menggunakan Ca(OH)2
5. Idiopatik
lapisan permukaan sementum dan soket tulang alveolar. Pada saat ini,
gambar radiografi mirip dengan infection-related root surface
resorption (Ingle, et al., 2019).
Gambar 4. 14 (A) Resorpsi Akar Internal; (B) Resorpsi Akar Eksternal (Garg N.,
Garg A, 2014).
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Resorpsi akar didefinisikan sebagai hilangnya dentin secara progresif dan
sementum secara terus menerus dari osteoklastik sel (odontoklas, sementoklas) dari
monosit, yang membentuk makrofag. Gambaran klinis dari resorpsi akar dapat
dilihat atau diidentifikasi melalui pemeriksaan radiografi maupun secara langsung
(visual). Resorpsi akar dapat terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dalam suatu
dentition dan dapat disebabkan oleh trauma, patologi periapikal, kista, tumor,
impaksi gigi, intracoronal bleaching. Berdasarkan lokasi resorpsi, resorpsi akar
dikategorikan dalam internal dan eksternal. Berdasarkan faktor pemicunya,
dikategorikan juga sebagai inflammatory dan replacement. Mekanisme resorpsi
akar terjadi melalui 2 tahap, yakni degradasi struktur kristal anorganik, dan
degradasi Matriks Organik. Diagnosa resorpsi akar dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang, seperti periapical radiography,
digital panoramic radiography, tomosynthetic panoramic radiography dan cone
beam computed tomography (CBCT). Treatment dan management resorpsi akar
dilakukan sesuai dengan etiologi serta tingkat keparahan pasien, sehingga
diperlukan diagnosis yang tepat agar bisa memberikan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan penulis mengenai makalah ini,
1. Untuk pembaca, disarankan memperdalam pemahaman mengenai materi
yang disampaikan dan dianjurkan untuk menggunakan sumber lebih
banyak agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
gambaran klinis dan cara penanganannya
2. Penulis akan merevisi makalah berhubung beberapa kesalahan di dalam
makalah tersebut dengan berpedoman pada beraneka sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
36