Anda di halaman 1dari 40

Jurnal Reading

Resorpsi Akar Internal dan Eksternal

Oleh:

drg. Putri Marina Sukmadewi

NIP :198903022019032014

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI


DAN PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan jurnal reading yang berjudul
Resorpsi Akar Internal dan Eksternal ini dengan baik. Adapun tujuan dari
pembuatan jurnal reading ini adalah untuk menambah wawasan mengenai Resorpsi
Akar yang akan sangat berguna kedepannya nanti baik bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga penulisan
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan seluruh pembaca.

Denpasar, 1 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 7
BAB IV KAITAN DENGAN TEORI .............................................................. 11
4.1 Definisi Resorpsi Akar ......................................................................... 11
4.2 Gambaran Klinis Resorpsi Akar ........................................................... 11
4.3 Etiologi Resorpsi Akar ......................................................................... 12
4.4 Klasifikasi Resorpsi Akar .................................................................... 14
4.5 Pathogenesis Resorpsi Akar ................................................................. 24
4.6 Diagnosis Klinis Resorpsi Akar ........................................................... 27
4.7 Diagnosis Banding Resorpsi Akar ........................................................ 29
4.8 Treatment dan Management Resorpsi Akar .......................................... 30
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 35
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 35
5.2 Saran ................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 36

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tampak depan gigi. ........................................................................ 3


Gambar 2. 2 Hasil radiografi pada gigi 16. ......................................................... 4
Gambar 2. 3 Mencari panjang kerja gigi dengan radiografi . ............................... 5
Gambar 2. 4 Hasil radiografi pasca operasi. ........................................................ 6
Gambar 2. 5 Hasil setelah 6 bulan ...................................................................... 6
Gambar 3. 1 Pengukuran panjang kerja radiografi. ............................................. 8
Gambar 3. 2 Pengukuran panjang kerja radiografi . ............................................ 8
Gambar 3. 3 Tampilan radiografi 6 bulan pasca perawatan . ............................. 10
Gambar 4. 1 Resorpsi akar internal pada insisivus sentral rahang atas kanan yang
menghasilkan tampilan pink spot pada gigi ....................................................... 12
Gambar 4. 2 Pemeriksaan radiografi pada gigi molar pertama rahang atas yang
terkena resorpsi akar . ........................................................................................ 12
Gambar 4. 3 External Inflammatory Resorption . .............................................. 15
Gambar 4. 4 External Resorption due to displacement. ..................................... 16
Gambar 4. 5 Cervical Resorption ...................................................................... 17
Gambar 4. 6 Klasifikasi Heithersay ................................................................. 18
Gambar 4. 7 Transient replacement resorption ................................................. 19
Gambar 4. 8 Progressive replacement resorption . ............................................ 19
Gambar 4. 9 External resorption akibat tekanan orthodontic . ........................... 20
Gambar 4. 10 Kerusakan Apikal Sementara (Transient Apical Breakdown) . .... 21
Gambar 4. 11 Internal Resorption .................................................................... 22
Gambar 4. 12 Internal Surface Resorption . ...................................................... 23
Gambar 4. 13 Transient apical breakdown ....................................................... 24
Gambar 4. 14 (A) Resorpsi Akar Internal; (B) Resorpsi Akar Eksternal ........... 26
Gambar 4. 15 Radiografi Resorpsi Akar Internal .............................................. 28
Gambar 4. 16 Radiografi Resorpsi Akar Eksternal ............................................ 29
Gambar 4. 17 (a) Penampakan radiografis Resorpsi Akar Eksternal. (b)
Penampakan radiografis Resorpsi Akar Internal . ............................................... 30
Gambar 4. 18 A. Foto klinis posisi gigi pada usia 13 Tahun. B. Radiografi
menunjukkan luasnya resorpsi terkait ankilosis. ................................................ 32
Gambar 4. 19 Penggunaan Ultrasonics Instrument ........................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resorpsi adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan proses fisiologis
atau patologis yang dapat menyebabkan hilangnya tulang, sementum, dan dentin
karena adanya interaksi antara sel inflamasi dan sel resorpsi, yaitu osteoklas,
odontoklas, dentinoklas dan jaringan keras. Resorpsi akar merupakan salah satu
komplikasi gigi yang dapat mengakibatkan dilakukannya pencabutan gigi apabila
tidak ditangani dengan baik. Secara umum, beberapa penyebab dapat dikaitkan
dengan terjadinya resorpsi akar, seperti terjadinya impaksi gigi, trauma, patologi
periapikal, kista, tumor, dll (Gopikrishna, 2021).
Resorpsi akar dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal. Secara
internal, dapat diklasifikasikan lagi menjadi internal inflammatory resorption,
internal surface resorption, internal replacement resorption, dan internal transient
apical breakdown. Sedangkan secara eksternal, dapat diklasifikasikan menjadi
external inflammatory resorption, external cervical resorption, external
replacement resorption (ankilosis), external surface resorption, dan external
Transient apical breakdown (Sikri, 2019).
Pada resorpsi akar internal, akan terjadi proses resorptif progresif lambat atau
cepat idiopatik yang terjadi di dentin kamar pulpa atau di saluran akar gigi.
Penyebab resorpsi akar internal tidak diketahui, tetapi biasanya pasien memiliki
riwayat trauma. Sedangkan pada resorpsi akar eksternal, penyebabnya tidak
diketahui. Namun, penyebabnya dapat dikaitkan dengan periradikular akibat
trauma, tekanan berlebihan, granuloma, kista, tumor rahang tengah, replantasi gigi,
bleaching gigi, impaksi gigi, dan penyakit sistemik. Jika tidak ada penyebab yang
jelas, kelainan ini disebut resorpsi idiopatik (Gopikrishna, 2021).
Terkadang resorpsi akar internal dan eksternal sulit dibedakan. Namun, hal
tersebut dapat dibantu dengan melakukan radiografi dari berbagai sudut untuk
membantu menegakkan diagnosis. Selain itu, pengetahuan dari klinisi juga
diperlukan agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang berakhir pada kesalahan
pemberian perawatan (Gopikrishna, 2021).

1
2

Oleh karena itu, pada student project ini akan dibahas mengenai resorpsi akar
yang akan berguna untuk menambah ilmu baik bagi para pembaca maupun dokter
gigi dalam menangani kasus resorpsi akar. Selain itu, dengan mengetahui ilmu
resorpsi akar gigi, dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
karena kurangnya deteksi dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana etiologi, gambaran klinis, klasifikasi, patogenesis, dan
diagnosis resorpsi akar?
2. Bagaimana perawatan dan manajemen kasus resorpsi akar?
1.1 Tujuan
1. Mengetahui etiologi, gambaran klinis, klasifikasi, patogenesis, dan
diagnosis resorpsi akar.
2. Mengetahui perawatan dan manajemen kasus resorpsi akar.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan mengenai etiologi, gambaran klinis, klasifikasi,
patogenesis, dan diagnosis resorpsi akar.
2. Menambah pengetahuan mengenai perawatan dan manajemen kasus
resorpsi akar.
BAB II
LAPORAN KASUS

Dalam artikel studi kasus yang dilaporkan oleh Afzan Adilah Ayoub, et al
mengenai resorpsi akar internal, seorang pria Cina berusia 55 tahun dirujuk untuk
melakukan treatment pada gigi 16. Dokter gigi yang dirujuk mencurigai resorpsi
akar internal telah melubangi akar mesio-bukal (MB) pada gigi 16 tersebut. Ahli
endodontik menyarankan perbaikan internal atau bedah karena pasien sangat ingin
mempertahankan akar MB tanpa mencabut gigi. Pasien mengeluh nyeri terjadi saat
makan makanan keras. Riwayat medis masa lalunya tidak berkontribusi. Pasien
tidak memiliki riwayat cedera traumatis atau perawatan ortodontik. Pasien adalah
pengunjung gigi reguler dan ingin menjaga giginya tetap utuh selama mungkin
(Ayoub & Cheung, 2018).

Gambar 2. 1 Tampak depan gigi (Ayoub & Cheung, 2018).


Kebersihan mulut pasien dianggap baik dengan deposit plak ringan. Semua
gigi permanen ada, insisivus sentral kanan atas terjadi chipping pada sepertiga
insisal. Ceramo-metal crown (CMC) ditempatkan pada gigi 16. Kavitas abrasi
dicatat pada gigi 14, 15, 24 dan 25. Terdapat metal fused with ceramic bridge dari
gigi 26 hingga gigi 28. Kecuali gigi 16, probing periodontal pada semua gigi
berukuran 3 mm atau kurang dan mobilitas normal terdeteksi di semua gigi. Pada
pemeriksaan klinis, gigi 16 disajikan dengan mahkota logam-keramik. Terdapat
sinus tract pada mukosa disto-bukal gigi ini. 16 ini tidak nyeri tekan pada palpasi
atau perkusi. Sebuah poket sedalam 8-mm terdeteksi pada aspek mid-buccal
(Ayoub & Cheung, 2018).

3
4

Gambar 2. 2 Hasil radiografi pada gigi 16 (Ayoub & Cheung, 2018).


Berdasarkan hasil radiografi pra-operasi, sinus tract diukur dengan ukuran
titik gutta-percha 30, dengan radiografi periapikal menunjukkan bahwa sinus tract
mengarah ke daerah distal gigi 16. Gigi telah dirawat akar sebelumnya. Pelebaran
jaringan periodontal pada gigi 16 memiliki area radiolusen yang besar di dalam akar
mesio-bukal. Tampak ada 'pembengkakan' asimetris dari bagian tengah ke bagian
apikal akar mesial. Radiopasitas pada koronal mewakili metal fused with ceramic
crown. Diagnosis periodontitis supuratif apikal kronis yang berhubungan dengan
kegagalan perawatan saluran akar yang rumit dengan resorpsi akar internal dan
poket sedalam 8 mm pada mid-buccal dibuat untuk gigi 16. Prognosis gigi 16
dianggap buruk selama konsultasi (Ayoub & Cheung, 2018).
Dalam melakukan perencanaan perawatan, pasien diberitahu tentang
prognosis buruk dari gigi karena resorpsi akar internal yang luas meluas ke akar
bagian tengah. Pasien diberitahu tentang temuan klinis dan berbagai pilihan
pengobatan dibahas termasuk perawatan ulang saluran akar non-bedah, tidak ada
perawatan sama sekali, reseksi atau pencabutan gigi. Semua tantangan teknis dan
potensi risiko prosedur telah dijelaskan kepada pasien. Dia telah memberikan
persetujuan untuk metode potensial terbaik untuk melestarikan gigi melalui
perawatan ulang saluran akar non-bedah meskipun ekstraksi. Pasien telah
menyatakan keinginan untuk mempertahankan gigi asli selama mungkin tanpa
reseksi apapun (Ayoub & Cheung, 2018).
Perawatan ulang saluran akar gigi 16 tanpa pembedahan dilakukan dengan
anestesi lokal (Xylocaine® dengan 1:80.000 adrenalin), isolasi menggunakan
5

rubber dam dan perbesaran dari mikroskop operasi gigi. Kavitas akses dipreparasi
setelah membongkar mahkota keramik logam 16 dan restorasi koronal lama dilepas
dan di restorasi dengan GIC, distabilkan dengan pita ortodontik. Tepi akses kavitas
didefinisikan ulang untuk memfasilitasi akses garis lurus. Tiga orifice dapat
ditemukan. Tambalan lama pada gigi akan di dengan H-file dan pelarut. Terdapat 2
saluran mesio-buccal yang ditemukan dan dinegosiasikan. Saluran kedua mesio-
bukal tersebut bergabung pada bagian apeks gigi. Jaringan granulomatosa terlihat
selama pengangkatan gutta-percha dari kanal MB1. Untuk kedua saluran mesio-
bukal, keduanya di irigasi dengan chlorhexidine dan physiological saline untuk
menghindari kecelakaan. Resorpsi akar internal terjadi pada palatal meluas ke
furkasi gigi. Panjang kerja untuk semua saluran akar diukur dengan apex locator
elektronik (Root ZX Apex Locator, J Morita Corporation, Kyoto, Jepang) dan
dikonfirmasi dengan radiografi periapikal. Patensi dibuat dengan ukuran 10 K-file
dan saluran akar dipreparasi dengan teknik step-down. Ukuran file master apikal
kanal mesio-bukal adalah 35, kanal distobukal adalah 40, dan kanal palatal
disiapkan dengan ukuran master apikal 50. Sodium hipoklorit (3%), chlorhexidine
(2%), EDTA (17%) dan physiological saline (9%) digunakan untuk irigasi saluran.
Saluran akar dikeringkan menggunakan calibrated absorbent paper point (Ayoub
& Cheung, 2018).

Gambar 2. 3 Mencari panjang kerja gigi dengan radiografi (Ayoub & Cheung,
2018).
Kalsium hidroksida non-setting (Calasapt®) digunakan sebagai medikamen
intra-kanal. Semua pengeringan dibantu oleh cotton palette, Cavit®, dan IRM®.
Kecuali MB1 dan MB2, semua saluran akar diobturasi dengan gutta-percha dan
sealer AH Plus menggunakan teknik pemadatan vertikal hangat. Saluran di obturasi
6

kembali dengan gutta percha Obtura II. MTA digunakan untuk obturasi saluran
mesiobukal. Kira-kira 1mm sampai 2 mm filling (IRM) ditempatkan dan
menyisakan sekitar 1 mm sampai 2 mm pada bagian koronal untuk radicular-
bonded amalgam. Gigi 16 di restorasi dengan bonded coronal-radicular amalgam.
(Gambar 2.4). Pasien disarankan untuk kembali ke dokter gigi yang merujuk untuk
penanganan lebih lanjut (Ayoub & Cheung, 2018).

Gambar 2. 4 Hasil radiografi pasca operasi (Ayoub & Cheung, 2018).


Pasien ditinjau 6 bulan setelah selesainya perawatan ulang saluran akar.
Pasien telah menerima mahkota keramik selama 16 tahun (Gambar 2.5). Pasien
tidak memiliki keluhan dan gigi tidak nyeri pada palpasi atau perkusi. Kedalaman
probing periodontal adalah 3mm atau kurang dan tidak ada mobilitas yang
berhubungan dengan gigi. Kondisi gigi dianggap baik meskipun prognosis buruk
diberikan pada awal perawatan (Ayoub & Cheung, 2018).

Gambar 2. 5 Hasil setelah 6 bulan (Ayoub & Cheung, 2018).


7

BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan laporan kasus yang dipaparkan oleh Ayoub & Cheung, pasien
dilaporkan memiliki prognosis yang buruk dari gigi karena resorpsi akar internal
yang luas dan meluas ke mid-root. Pasien disarankan pada berbagai pilihan
pengobatan termasuk retreatment saluran akar non-bedah, tidak ada pengobatan
sama sekali, reseksi, maupun ekstraksi. Semua tantangan teknis dan potensi risiko
prosedur telah dijelaskan kepada pasien. Pasien tersebut akhirnya memberikan
persetujuan untuk metode potensial terbaik untuk mempertahankan gigi melalui
retreatment saluran akar non-bedah. Non-surgical root canal retreatment pada gigi
16 dilakukan dengan anestesi lokal Xylocaine dan juga rubber dam isolation. Cavity
access dilakukan setelah pembongkaran metal ceramic crown pada gigi 16 dan
restorasi lama dihilangkan dan kemudian di restorasi kembali dengan menggunakan
GIC, lalu di stabilisasi dengan orthodontic band. Root fillings yang lama
dibersihkan menggunakan H-file dan solvent, jaringan granulomatous terlihat
selama proses removal gutta-percha dari saluran akar mesiobukal. Saluran akar
mesiobukal di irigasi dengan chlorhexidine untuk menghindari akumulasi debris
pada saluran akar. Resorpsi akar internal berada di palatal meluas ke daerah furkasi.
Panjang kerja untuk semua saluran akar diukur dengan Electronic Apex Locator
dan dibantu dengan radiografi periapikal. Patency didapatkan dengan ukuran K-file
10 dan saluran akar di preparasi dengan teknik step down. Master Apical File
(MAF) pada saluran akar mesiobukal adalah 35, saluran akar distobukal adalah 40,
dan saluran akar palatal adalah 50. Sodium hypochlorite (3%), chlorhexidine (2%),
EDTA (17%) dan physiological saline (9%) digunakan untuk irigasi saluran akar
dan dikeringkan menggunakan paper points.
8

Gambar 3. 1 Pengukuran panjang kerja radiografi (Ayoub & Cheung, 2018).


Kalsium hidroksida non-setting digunakan sebagai medikamen intrakanal.
Semua saluran akar di obturasi dengan gutta-percha dan sealer dengan teknik warm
vertical compaction technique kecuali pada saluran akar mesiobukal 1 dan 2. MTA
digunakan untuk obturasi saluran akar mesiobukal. Setelah 6 bulan, pasien
diperiksa kembali setelah melakukan retreatment saluran akar. Pasien telah
diberikan restorasi ceramic crown pada gigi 16. Pasien tersebut tidak memiliki
keluhan dan perkusi serta palpasinya dinyatakan negatif, sinus tract juga
tidak terdeteksi. Kedalaman poket periodontal pada saat dilakukan probing yaitu
kurang dari 3 mm dan tidak terdapat mobilitas pada gigi tersebut. Kondisi gigi
dianggap menguntungkan meskipun prognosis yang buruk diberikan pada awal
pengobatan (Ayoub & Cheung, 2018).

Gambar 3. 2 Pengukuran panjang kerja radiografi (Ayoub & Cheung, 2018).


Fuss mengklasifikasikan resorpsi akar berdasarkan faktor stimulasi untuk
membuat perawatan yang tepat dengan memberantas mekanisme pemicu. Resorpsi
akar internal dapat dideteksi dan didiagnosis dengan pemeriksaan radiografi rutin.
Biasanya, pada radiografi periapikal, resorpsi akar internal terlihat tajam dengan
9

pinggiran yang halus dan asimetris. Tanda lain adalah dinding lesi mungkin akan
terlihat seperti balon. Sesekali, area resorpsi dapat terlihat seperti karies pada
penampilan radiografi. Namun demikian, penampilan karies gigi kurang tajam jika
dibandingkan dengan resorpsi internal. Resorpsi akar internal mungkin dapat
meluas ke permukaan gigi dan akhirnya menyebabkan perforasi. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa resorpsi akar internal dapat menjadi progresif oleh karena
stimulasi infeksi yang terus menerus. Jaringan pulpa yang meradang disebabkan
oleh ruang pulpa koronal yang terinfeksi (Ayoub & Cheung, 2018).
Pada kasus ini, pasien didiagnosis memiliki chronic apical suppurative
periodontitis yang berkaitan dengan kegagalan perawatan saluran akar yang
disertai resorpsi akar internal dengan kedalaman poket 8mm pada mid-buccal gigi
16. Rencana perawatan untuk pasien ini adalah retreatment saluran akar non-bedah.
Preparasi dilakukan untuk memastikan penghapusan jaringan granulasi secara
menyeluruh. Chemo-mechanical debridement dan obturasi telah terbukti menjadi
tantangan dalam hal ini karena akses yang terbatas ke area resorpsi. Oleh karena
itu, digunakan endosonic device untuk meningkatkan efektifitas pembersihan
biofilm dan jaringan nekrotik dari area yang tidak bisa terjangkau tersebut. Selain
itu, digunakan juga conservative endodontic management dan irigasi serta
penggunaan kalsium hidroksida sebagai medikamen saluran akar. MTA digunakan
untuk obturasi kanal mesiobukal. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
MTA memiliki biokompatibilitas yang baik, apikal seal yang baik dan mampu
merangsang reposisi tulang dalam proses penyembuhan. MTA yang baru dicampur
memiliki konsistensi lembut dan dapat diaplikasikan tanpa tekanan dengan bantuan
ultrasonik. Aplikasi MTA dalam resorpsi akar internal juga telah terbukti
memberikan hasil yang optimal dalam perawatan jangka panjang (Ayoub &
Cheung, 2018).
Resorpsi akar internal yang agresif dapat mempersulit prognosis
pengobatan saluran akar karena melemahnya struktur gigi yang tersisa dan
kemungkinan keterlibatan periodontal. Meskipun prognosis yang buruk, evaluasi
radiografi setelah 6 bulan pasca pengobatan tidak menunjukkan tanda-tanda
perkembangan resorpsi akar internal yang terkait dengan jaringan kesehatan
periodontal dan periapikal. Tindak lanjut dengan CBCT akan bermanfaat untuk
10

visualisasi gambar lesi yang lebih baik daripada melalui radiografi konvensional
(Ayoub & Cheung, 2018).

Gambar 3. 3 Tampilan radiografi 6 bulan pasca perawatan (Ayoub & Cheung,


2018).
11

BAB IV
KAITAN DENGAN TEORI

4.1 Definisi Resorpsi Akar


Resorpsi akar adalah hilangnya dentin dan sementum dari akar gigi baik
fisiologis maupun patologis yang berlangsung secara progresif sebagai akibat dari
aktivitas osteoklas. Resorpsi akar dapat dibagi menjadi 2 yaitu resorpsi akar internal
dan eksternal.. Biasanya resorpsi akar internal biasanya lebih jarang terjadi jika
dibandingkan resorpsi eksternal dan bermula pada dentin dan menyebar ke arah
sementum, selain itu, dapat terjadi pada gigi yang tidak mengalami perkembangan
yang sempurna, dimana lapisan dentinnya menipis dan tubulusnya meluas.
Sedangkan resorpsi akar eksternal sering terjadi pada satu gigi ataupun gigi secara
berkelompok biasanya resorpsi eksternal bersifat irreversibel yang menyebabkan
hilangnya cemento enamel junction sampai ke permukaan akar gigi. Resorpsi akar
eksternal biasanya diinisiasi dengan injuri mekanis atau kimia pada pre-sementum
yang menutupi lapisan luar akar pada gigi vital maupun non-vital (Odell and
Cawson, 2017).
4.2 Gambaran Klinis Resorpsi Akar
Gambaran klinis dari resorpsi akar dapat dilihat atau diidentifikasi melalui
pemeriksaan radiografi maupun secara langsung (visual). Pemeriksaan secara
visual atau dapat dilihat secara langsung biasanya dapat dilakukan pada gigi dengan
resorpsi akar internal yang biasanya asimtomatik sampai akarnya berlubang. Hal
ini terdeteksi secara kebetulan oleh pemeriksaan radiografi yang rutin. Pasien
mungkin akan mengeluh nyeri ketika lesi perforasi dan jaringan terkena cairan
mulut (saliva). Gigi yang paling sering terkena adalah insisivus maxilla dan sering
terjadi pada gigi permanen maupun gigi sulung. Di dalam gigi sulung,
penyebarannya lebih cepat dibandingkan dengan penyebaran pada gigi
permanen. Jaringan granulasi secara klinis dapat bermanifestasi sebagai "pink
spot" di mana kerusakan dentin mahkota sangat parah untuk penampilan gigi
dengan "pink spot" (Garg N., Garg A., 2019)
12

Gambar 4. 1 Resorpsi akar internal pada insisivus sentral rahang atas kanan yang
menghasilkan tampilan pink spot pada gigi (Garg N., Garg A., 2019)
Selain pink spot yang dapat diidentifikasi pada resorpsi akar internal, pada
pasien dengan riwayat trauma juga dapat dilakukan pemeriksaan radiografi dengan
tanda-tanda pulpa nekrotik/pulpitis ireversibel dengan diagnosis resorpsi eksternal.
Gigi biasanya bergerak dengan adanya peradangan jaringan periodontal dan juga
sensitivitas perkusi yang positif (Nisha & Amit, 2019).

Gambar 4. 2 Pemeriksaan radiografi pada gigi molar pertama rahang atas yang
terkena resorpsi akar (Garg N., Garg A., 2019).

4.3 Etiologi Resorpsi Akar


Resorpsi akar dapat terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dalam suatu dentition
dan dapat disebabkan oleh trauma, patologi periapikal, kista, tumor, impaksi gigi,
internal bleaching, dll.
4.3.1. Resorpsi Internal
Resorpsi internal adalah bentuk resorpsi gigi yang tidak biasa yang dimulai
secara sentral di dalam gigi, tampaknya dimulai dalam banyak kasus oleh
peradangan pulpa yang khas. Meskipun etiologi tidak diketahui tetapi
paling sering terlihat pada kasus berikut: (Garg N., Garg A., 2019)
1. Peradangan pulpa kronis yang berlangsung lama
13

2. Caries-related pulpitis
3. Cedera traumatis
 Luxation injuries
4. Cedera iatrogenik
 Persiapan gigi untuk mahkota
 Prosedur restoratif yang mendalam
 Aplikasi panas di atas pulpa
 Pulpotomi menggunakan Ca(OH)2
5. Idiopatik

4.3.2. Resorpsi Akar Eksternal


Resorpsi akar eksternal didefinisikan sebagai hilangnya substansi gigi
dari permukaan luar gigi, yang timbul dari reaksi jaringan pada jaringan
periodontal atau perikoronal.
1. Surface Resorption
Surface resorption adalah bagian dari respons penyembuhan
terhadap cedera jaringan kronis dan/atau akut pada PDL, dan ini
mempengaruhi sel-sel yang berdekatan dengan permukaan akar.
Situasi khas di mana repair-related resorption transien akut terjadi
tampaknya mengikuti cedera luksasi seperti gegar otak, subluksasi,
dan luksasi lateral. Hal ini juga dapat terjadi setelah intrusi dan
replantasi gigi avulsi. Dalam kasus seperti itu, itu dapat
mempengaruhi semua bagian akar; pada fraktur akar diamati
berdekatan dengan garis fraktur. Jenis resorpsi ini juga sering terjadi
setelah cedera kronis yang mempengaruhi PDL seperti yang
berhubungan dengan perawatan ortodontik, oklusi traumatis dan
tekanan dari kista/granuloma apikal yang berkembang dan gigi yang
erupsi ektopik. Ketika trauma dan/atau tekanan dihentikan,
penyembuhan spontan terjadi, yang merupakan ciri khas
dari resorpsi ini (Ingle, et al., 2019).
14

2. External Inflammatory Root Resorption


Resorpsi terkait infeksi dijelaskan pada tahun 1965 dalam
studi klinis dan histologis gigi avulsi yang ditanam kembali. Trauma
tersebut merupakan cedera gabungan pada pulpa dan PDL, di mana
mikroorganisme, terutama terletak di ruang pulpa dan di tubulus
dentin, memicu aktivitas osteoklastik pada permukaan akar dan
tulang alveolar yang berdekatan. Ini dapat mempengaruhi semua
bagian akar dan biasanya didiagnosis 2-4 minggu setelah cedera.
Resorpsi adalah proses yang berkembang pesat yang dapat
mengakibatkan resorpsi total akar dalam beberapa bulan. Hal ini
hampir secara eksklusif terkait dengan trauma akut dan terutama
sering terjadi setelah cedera intrusi dan replantasi gigi avulsi (Ingle,
et al., 2019).
3. Replacement Resorption
Komplikasi PDL terkait ankilosis menunjukkan suatu akibat
dari defek, atau cedera pada sel PDL, termasuk lapisan sel di sebelah
sementum. Penyebab yang paling sering tampaknya adalah trauma
akut (luksasi parah seperti luksasi lateral, intrusi, dan replantasi gigi
avulsi). Dalam situasi tersebut, homeostasis PDL telah berkurang.
Hal ini menyebabkan peristiwa penyembuhan yang terjadi dari
alveolus tulang yang mengakibatkan terciptanya jembatan tulang
antara dinding soket dan permukaan akar (Ingle, et al., 2019).
4.4 Klasifikasi Resorpsi Akar
Berdasarkan lokasi resorpsi, resorpsi akar dikategorikan dalam internal dan
eksternal. Berdasarkan faktor pemicunya, dikategorikan juga sebagai inflammatory
dan replacement. Selain itu beberapa penulis juga mengkategorikan resorpsi akar
menjadi sistemik, inflamasi dan idiopatik (Sikri, 2019).
4.4.1. Resorpsi Eksternal
Resorpsi eksternal merupakan resorpsi yang melibatkan permukaan
lateral/eksternal akar yang biasanya ditutupi dengan sementum dan
ligamen periodontal. Rangsangan patologis yang mengganggu
keseimbangan antara aktivitas sementoblas dan osteoklas merupakan
15

penyebab dari resorpsi ini. Iritasi ringan juga dapat menyebabkan


transient resorption/resorpsi sementara yang bersifat reversible setelah
menghilangkan penyebabnya. Sedangkan stimulus kronis dapat
menyebabkan resorpsi eksternal (Sikri, 2019).
Resorpsi eksternal dikategorikan menjadi External inflammatory
resorption (infection related); External cervical resorption; External
replacement resorption (ankilosis); External surface resorption; External
transient apical breakdown.
a. External inflammatory resorption (infection related)
Jenis resorpsi ini berhubungan dengan infeksi endodontik. Bakteri
yang ada di saluran akar dan tubulus dentin memicu aktivitas
osteoklastik pada permukaan akar. Bacterial toxins ketika berdifusi ke
ligamen periodontal melalui tubulus dentin yang terbuka merangsang
aktivitas osteoklastik, yang menyebabkan resorpsi tulang dan
sementum. Hampir semua gigi dengan periodontitis apikal akan
menunjukkan resorpsi apikal. Secara klinis, kondisi ini jarang menjadi
perhatian, karena setelah perawatan saluran akar resorpsi dapat
teratasi atau tidak berlanjut. Namun, pada gigi yang mengalami
displacement injuries, resorpsi akar eksternal dapat meluas (Sikri,
2019).

Gambar 4. 3 External Inflammatory Resorption External Resorption due to


displacement (Sikri, 2019).
16

Gambar 4. 4 External Resorption due to displacement (Sikri, 2019).


Secara klinis, resorpsi tersebut berlangsung cepat dan
mungkin melibatkan seluruh permukaan akar. Gigi menunjukkan
mobilitas dan mungkin sedikit diekstrusi karena ligamen periodontal
yang meradang. Secara radiografik, tampak radiolusen kecil dengan
tepi yang tidak rata dan tidak teratur. Pergeseran gigi dapat
menyebabkan gangguan pembuluh darah di foramen apikal dan dapat
menyebabkan nekrosis pulpa iskemik. Mikroorganisme akan masuk
ke saluran akar melalui retakan email-dentin dan tubulus dentin yang
terbuka. Saat ini resorpsi akar yang diinduksi oleh area permukaan
akar yang kosong kemungkinan dapat mengekspos dentin akar
tubular. Kemudian bacterial products dari saluran akar yang terinfeksi
akan menjangkau lakuna resorptif pada permukaan akar melalui
tubulus dentin dan mempertahankan resorpsi akar (Sikri, 2019).
Tujuan perawatan adalah untuk menghilangkan atau
menghancurkan mikroorganisme di saluran akar dan tubulus dentin.
Ini akan memungkinkan penyembuhan berlangsung di seluruh ruang
periradikular (permukaan akar, PDL, dan tulang alveolar yang
berdekatan). Mikroorganisme dimusnahkan secara efektif dengan
menggunakan Ca(OH)2 sebagai obat intrakanal. Namun, menurut 2
studi klinis dengan rentang 66%-72% dituliskan efek samping dari
penggunaan Ca(OH)2 dalam jangka panjang (>30 hari) yaitu
melemahnya struktur akar pada gigi imatur yang dapat menyebabkan
fraktur akar servikal. Pada gigi dewasa, masalahnya ternyata tidak
ada. Oleh karena itu, teknik endodontik harus dikaitkan dengan
maturitas gigi (Ingle, et al., 2019).
17

b. External cervical resorption


Cervical resorption adalah lesi resorptif lokal dari daerah
cervical root di bawah perlekatan epitel (tidak selalu di daerah
cervical) (Sikri, 2019). Hingga saat ini etiologi cervical resorption
masih belum jelas, defek pada lapisan sementoblas dikatakan menjadi
prasyarat, diikuti dengan dengan kerusakan sistem RANK-RANKL-
OPG (Ingle, et al., 2019).
Dalam studi klinis besar dari 222 pasien (total 257 gigi )
dengan cervical resorption , beberapa faktor predisposisi potensial
diidentifikasi. Faktor tunggal yang paling sering diidentifikasi adalah
perawatan ortodontik (21,2%), diikuti oleh trauma (14%). Seringkali
terdapat kombinasi beberapa faktor, misalnya trauma dan bleaching
(7,7%), sedangkan bleaching sebagai satu-satunya faktor ditemukan
pada 4,5% pasien yang diteliti (Ingle, et al., 2019).

Gambar 4. 5 Cervical Resorption (Sikri, 2019)


Berdasarkan klasifikasi Heithersay (1999), defek dari cervical
resorption dibagi menjadi 4 kelas (Sikri, 2019):
Kelas 1: Lesi resorptif invasif kecil di dekat daerah serviks dengan
penetrasi dangkal ke dalam dentin.
Kelas 2: Lesi resorptif invasif yang berbatas tegas yang telah
menembus dekat dengan kamar pulpa koronal, tetapi menunjukkan
sedikit atau tidak ada perluasan ke dalam dentin radikular.
Kelas 3: Invasi ke dentin yang lebih dalam dengan cara meresorbsi
jaringan, tidak hanya melibatkan dentin koronal, tetapi juga meluas ke
sepertiga koronal akar.
18

Kelas 4: Proses resorptif invasif besar yang telah melampaui sepertiga


koronal akar.

Gambar 4. 6 Klasifikasi Heithersay (Sikri, 2019)


Klasifikasi ini berguna untuk menilai luasnya defek resorptif
serviks; namun, klasifikasi hanya mendeteksi lesi pada sisi proksimal.
Lesi pada sisi labial/lingual cukup menantang. CBCT dapat efektif
dalam mengevaluasi lesi ini (Sikri, 2019).
c. External replacement resorption (ankilosis)
External replacement resorption adalah proses penggantian
permukaan akar dengan tulang, yang disebut sebagai 'ankilosis'. Ini
bukan hasil dari proses penyakit, tetapi terjadi sebagai kesalahan
karena sel-sel yang terlibat dalam remodeling tulang tidak dapat
membedakan antara jaringan gigi dan tulang (umum terjadi pada
orang muda, 8-16 tahun). Kerusakan pada lapisan terdalam dari
ligamen periodontal memulai penyembuhan kompetitif.
Penyembuhan dari dinding soket (sel yang berasal dari sumsum
tulang) dan penyembuhan dari ligamen periodontal yang berdekatan
(serat sementum dan Sharpey) terjadi secara bersamaan. Ankilosis
sementara dapat terjadi jika kurang dari 20% permukaan akar terlibat
dan ankilosis sementara dapat diresorbsi karena rangsangan
fungsional, asalkan gigi pada periode tersebut distabilkan dengan
splint (transient replacement resorption / resorpsi pengganti
sementara). Pada cedera yang lebih besar, di mana 40% atau lebih akar
terlibat, terjadi ankilosis permanen (progressive replacement
resorption / resorpsi penggantian progresif). Dengan demikian gigi
menjadi bagian integral dari sistem remodeling tulang; sel-sel
19

penyerap tetap menjadi osteoklas. Selanjutnya, osteoblas


menggantikan area akar yang diserap dengan tulang. Trabekula tulang
berkembang di dalam ruang ligamen periodontal dan menyatu ke
permukaan akar (Sikri, 2019).

Gambar 4. 7 Transient replacement resorption (Sikri, 2019)

Gambar 4. 8 Progressive replacement resorption (Sikri, 2019).


Pada gambaran radiografis, menunjukan tidak adanya ruang
ligamen periodontal dan penyatuan langsung terlihat antara tulang
alveolar dan akar. Kehilangan total sementum dan dentin terlihat pada
beberapa kasus, terutama setelah replantasi
d. External surface resorption
External surface resorption terjadi karena cedera mekanis kronis atau
sebagai akibat dari tekanan terus menerus pada gigi impaksi,
kista/tumor yang meluas dan kontak oklusal yang abnormal. Gaya
ortodontik juga mempengaruhi terjadinya resorpsi. Lokasi dan
luasnya defect tergantung pada arah, waktu kerja dan amplitudo gaya
yang diterapkan (Sikri, 2019).Secara radiografi, setelah 2-4 minggu,
pelebaran lokal dari ruang PDL dapat terlihat, karena hilangnya
20

lapisan permukaan sementum dan soket tulang alveolar. Pada saat ini,
gambar radiografi mirip dengan infection-related root surface
resorption (Ingle, et al., 2019).

Gambar 4. 9 External resorption akibat tekanan orthodontic (Sikri, 2019).


Perawatan dari external surface resorption ini hanya dilakukan
dengan menghilangkan penyebab dan merehabilitasi defect
menggunakan bahan pengisi yang sesuai. Perawatan saluran akar
cukup jarang digunakan (Sikri, 2019).
e. External Transient Apical Breakdown
Perubahan biologis pada ligamen periodontal dapat terjadi akibat dari
aplikasi tekanan ortodontik selama periode waktu tertentu. Resorpsi
akar yang berhubungan dengan tekanan gerakan ortodontik sering
terjadi pada gigi anterior rahang atas. Transient apical breakdown,
sejenis resorpsi akar, dianggap sebagai proses sementara di mana
apeks gigi menunjukkan resorpsi secara radiografis karena tekanan
ortodontik. Gigi merespon secara normal terhadap tes pulpa; dapat
pula terlihat tumpul pada bagian apeks akar secara radiografi dan
pelebaran ligamen periodontal. Selain itu, perubahan warna juga
terjadi pada gigi yang terkena (Sikri, 2019).
21

Gambar 4. 10 Kerusakan Apikal Sementara (Transient Apical Breakdown)


(Sikri, 2019).
Faktor genetik juga telah dikaitkan dengan resorpsi tersebut; Dengan
banyak gen seperti IL-1B dan TNF RSF 11A berkontribusi pada
masalah ini. Belum ada perawatan yang direkomendasikan untuk
transient apical breakdown; karena dalam kurun waktu 1 tahun, apeks
akar dan jaringan sekitarnya akan kembali normal setelah
menghilangkan tekanan. Jenis resorpsi ini harus dibedakan dari
periapical replacement resorption without ankylosis (apex gigi
terlibat dan tidak sembuh setelah penyebabnya dihilangkan).
4.4.2. Resorpsi Internal
Resorpsi internal ini melibatkan dentin akar dan sementum dari dalam
saluran akar. Bisa apikal atau intraradikular. Secara radiologis, area
radiolusen kecil terlihat di sekitar ruang pulpa. Resorpsi internal
biasanya terjadi pada gigi seri dan molar mandibular. Pemeriksaan
radiografi merupakan hal yang wajib dilakukan untuk untuk
mendiagnosis resorpsi internal. Namun, kadang-kadang dapat
bermanifestasi secara klinis sebagai “pink spot” ketika resorpsi
berlangsung sampai jaringan pulpa vaskular terlihat melalui jaringan
keras gigi yang menipis di atasnya. Selain itu, selama ekstirpasi pulpa
jika terjadi pendarahan berlebihan secara klinis, Resorpsi internal
harus dipantau. Resorpsi internal juga dapat terjadi karena perubahan
vaskular pada pulpa setelah trauma, pergerakan gigi ortodontik,
pulpitis kronis, direct dan indirect pulp capping serta pulpotomi
(Sikri, 2019). Secara klinis, Resorpsi internal dikategorikan menjadi
Resorpsi inflamasi internal, Resorpsi permukaan internal, Resorpsi
22

pengganti internal, Kerusakan apikal sementara internal (Ingle, et al.,


2019).
a. Internal inflammatory resorption
Internal inflammatory resorption atau dikenal juga sebagai radial
pulp enlargement resorption ditandai dengan pembesaran saluran
akar berbentuk bulat telur atau fusiform; ekspansi lebih sering
pada sisi lateral. Pulpa mengalami inflamasi kronis (bakteri dapat
memasuki jaringan pulpa melalui tubulus dentin atau retakan
pada akar servikal). Resorpsi inflamasi internal biasanya
asimtomatik dan ditemukan melalui pemeriksaan radiografi rutin.
Dalam kasus yang jarang terjadi, resorpsi dapat melubangi
permukaan akar lateral dan tampak mirip dengan resorpsi
eksternal. Proses ini analog dengan resorpsi inflamasi eksternal
(Sikri, 2019).

Gambar 4. 11 Internal Resorption (Sikri, 2019)


b. Internal surface resorption
Internal surface resorption dapat ditemukan di daerah di mana
revaskularisasi terjadi, seperti pada garis fraktur fraktur akar, dan
di bagian apikal saluran akar gigi yang mengalami luksasi yang
menjalani revaskularisasi. Secara radiografis, tampak ada
pelebaran sementara saluran akar. Tidak ada pengobatan yang
direkomendasikan kecuali untuk memantau perubahan radiografi
(Ingle, et al., 2019).
23

Gambar 4. 12 Internal Surface Resorption (Ingle, et al., 2019).

c. Internal replacement resorption


Internal replacement resorption merupakan kasus yang jarang
terjadi. Namun ia dapat terjadi bersamaan dengan external
replacement resorption (Sikri, 2019). Ketika jaringan pulpa
yang rusak diganti sebagai bagian dari proses penyembuhan,
metaplasia jaringan dapat terjadi yang mengarah pada
pembentukan jaringan tulang di saluran pulpa. Kerusakan pada
jaringan pulpa biasanya berhubungan dengan trauma dan
jaringan pulpa yang rusak digantikan dengan pertumbuhan
jaringan baru, yang meliputi sel-sel yang berasal dari tulang.
Secara bertahap akar akan diganti dengan tulang. Dalam
beberapa kasus, penggantian tulang akan berhenti secara
spontan. Gigi tidak menunjukkan gejala tetapi gigi secara
bertahap akan berkembang menjadi infraoklusi pada pasien
muda jika terjadi ankilosis (Ingle, et al., 2019).
d. Internal transient apical breakdown
Proses kerusakan transien internal sejalan dengan kerusakan
transien eksternal. Resorpsi apikal disebabkan oleh gaya
ortodonti dan belum ada perawatan yang direkomendasikan,
karena resorpsi akan sembuh setelah tekanan dari ortodontik
dihilangkan (Sikri, 2019).
24

Gambar 4. 13 Transient apical breakdown (Sikri, 2019)

4.5 Pathogenesis Resorpsi Akar


Sementum dan jaringan ligamen periodontal melindungi permukaan akar
eksterna, sementara itu permukaan akar internal dilindungi oleh predentin.
Kerusakan yang terjadi pada permukaan osteoklas untuk menempel pada
permukaan akar, dan respon inflamasi dapat merangsang terjadinya proses
resorpsi. Rangsangan atau stimulus yang terjadi secara terus-menerus dapat
mengakibatkan resorpsi klinis. Sementum tidak memiliki protein seperti yang
ditemukan pada tulang yang dapat merangsang proses osteoklastik. Hal ini
menjadi faktor penghambat terjadinya proses osteoklastik. Komponen non
kolagen yang terdapat dalam predentin dapat memperlambat terjadinya
resorpsi akar internal. Proses resorptif dipengaruhi oleh adanya osteoklas (sel
dengan inti yang banyak yang ditemukan dalam kriptus pada jaringan keras).
Mekanisme penghancuran jaringan keras oleh osteoklas dapat berlangsung
melibatkan beberapa tahap, yakni: (Sikri, 2019)
a. Pelarutan hidroksiapatit anorganik oleh asam dari ruffled border (batas
yang berkerut) dari osteoklas dan enzim karbonat anhidrase II dan asam
fosfatase.
b. Pelepasan matriks yang mengandung kolagen tipe 1 yang dilakukan oleh
enzim, seperti kolagenase dan sistein proteinase,
Stimulus yang terjadi juga dipengaruhi oleh bakteri. Adanya adanya bakteri
lipopolisakarida, mengakibatkan leukosit berdiferensiasi menjadi osteoklas.
Bakteri golongan gram positif memiliki peran untuk merangsang aktivitas
osteoklastik melalui faktor diferensiasi osteoklas. Secara morfologi
25

odontoblas mirip dengan osteoklas, yakni memiliki kemampuan untuk


menyerap jaringan. Kedua sel ini (odontoblas dan osteoklas) memiliki enzim
yang serupa yang berperan dalam resorpsi permukaan jaringan
termineralisasi. Resorpsi akar tergantung pada stimulus bakteri dan sel-sel
klastik yang terlibat dalam proses resorpsi. Jaringan pulpa apikal harus
memiliki suplai darah yang adekuat untuk menyediakan sel-sel klastik dan
nutrisi yang cukup untuk memberikan daya tahan pada permukaan akar gigi.
(Sikri, 2019)
Mekanisme resorpsi akar terjadi melalui 2 tahap, yakni
a. Degradasi struktur kristal anorganik
Degradasi struktur kristal anorganik diawali dari Ph asam dengan nilai 3-
4,5 pada lokasi resorpsi. Hal ini dilakukan oleh pompa proton terpolarisasi.
Apabila PH berada dibawah 5, maka akan terjadi pelarutan dari kalsium
hidroksiapatit. Kondisi lingkungan yang asam pada daerah resorpsi
dipertahankan oleh enzim karbonat anhidrase II yang mengkatalisis dan
mengkonversi CO2 dan H2 CO3 intraseluler dengan bantuan ion H+.
Selain itu enzim yang berperan dalam resorpsi akar, adalah enzim asam
fosfatase. (Garg N., Garg A, 2014)
b. Degradasi Matriks Organik
Tiga enzim utama yang terlibat dalam proses ini adalah kolagenase,
matriks metalloproteinase (MMP) dan proteinase sistein. Kolagenase dan
MMP bertindak pada pH netral (pH—7.4). Enzim kolagenase dan MMP
ditemukan pada area permukaan tulang, akibat adanya kapasitas buffer.
MMP terlibat dalam proses odontoblastik. proteinase sistein disekresikan
langsung ke dalam osteoklas ke dalam zona bening. Enzim karbonat
anhidrase II yang mengkatalisis konversi CO2 dan H2 CO3 intraseluler
juga berperan dalam mempertahankan lingkungan asam di tempat resorpsi
dengan bantuan ion H+. (Garg N., Garg A, 2014)
4.5.1 Resorpsi Akar Internal
Diawali dengan adanya suatu cedera yang berlangsung lama
menyebabkan peradangan pulpa kronis dan perubahan sirkulasi di dalam
pulpa. Hiperemia aktif dengan tekanan oksigen tinggi mendukung dan
26

menginduksi aktivitas osteoklastik. Piezoelektrik yang timbul dari


peningkatan aliran darah juga dapat meningkatkan proses
resorptif.Trauma mendadak menyebabkan perdarahan intrapulpa, yang
mengatur untuk membentuk gumpalan dan membentuk granulasi
jaringan. Jaringan granulasi yang berproliferasi menekan dinding dentin,
dan merangsang pembentukan odontoblas. Dengan demikian proses
resorpsi dimulai. Menurut Heithersay, resorpsi internal mungkin hasil
dari efek suplai darah kolateral melalui menghubungkan kanal aksesori
besar, yang merangsang proses tersebut. (Garg N., Garg A, 2014)
4.5.2 Resorpsi akar eksternal
Berbagi patogenesis kehilangan atau kerusakan pada lapisan
presementum permukaan akar dikombinasikan dengan peradangan
ligamen periodontal yang berdekatan, mengaktifkan odontoblas.
Resorpsi akar eksternal berhubungan dengan patologi endodontik.
Cedera ini berhubungan dengan nekrosis pulpa dan kerusakan langsung
pada permukaan akar, termasuk precementum dan ligamen periodontal
yang berdekatan. Trauma yang menyebabkan nekrosis pulpa yang
selanjutnya dapat menyebabkan peradangan periodontal karena
masuknya toksin dan mikroorganisme dari pulpa yang terinfeksi, saluran
lateral, foramen apikal, saluran aksesori, tubulus dentin di mana ada
diskontinuitas sementum. Terlepas dari penyebabnya Resorpsi akar
eksternal merupakan hasil dari osteoklastik pada permukaan akar gigi.
(Blicher B., 2021)

Gambar 4. 14 (A) Resorpsi Akar Internal; (B) Resorpsi Akar Eksternal (Garg N.,
Garg A, 2014).
27

4.6 Diagnosis Klinis Resorpsi Akar


Untuk diagnosis yang benar, penggunaan radiografi dan anamnesis
sangat penting, karena hanya melalui radiografi tersebut dimungkinkan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat menyebabkan resorpsi akar.
Diagnosis resorpsi akar dapat ditegakkan dengan menggunakan periapical
radiography, digital panoramic radiography, tomosynthetic panoramic
radiography dan cone beam computed tomography (CBCT). Diagnosis dini
adalah faktor yang paling penting dan menguntungkan dalam manajemen
resorpsi akar, karena semakin dini pengobatan dimulai, semakin ringan
konsekuensi resorpsinya. Gigi yang terdapat resorpsi akar biasanya
asimtomatik, dan dapat diagnosis pada pemeriksaan radiografi, tes
sensibilitas mungkin berguna untuk pengenalan resorpsi akar dan wajib untuk
diagnosis banding (Aidos, 2018)
Pemeriksaan klinis ekstra dan intraoral lengkap harus dilaksanakan
sebagai langkah pertama. Semua restorasi harus diverifikasi (tepi bocor dan
karies rekuren), perkusi harus dicatat dan dibandingkan dengan gigi yang
berdekatan (sebagai contoh, suara metalik dapat menunjukkan ankilosis).
Dalam hal mobilitas gigi, harus diperhatikan bahwa peningkatan mobilitas
dapat mengindikasikan kehilangan perlekatan atau fraktur patologis karena
resorpsi akar internal atau eksternal yang luas, dan hilangnya mobilitas
fisiologis juga dapat mengindikasikan gigi ankilosa. Diagnosis yang benar
sangat penting untuk memilih rencana perawatan yang tepat untuk
menghentikan proses resorpsi. Berikut adalah diagnosis dari resorpsi akar
internal dan eksternal:
4.6.1 Resorpsi akar internal
Resorpsi akar internal dapat mempengaruhi mahkota atau akar gigi, atau
mungkin cukup luas untuk melibatkan keduanya. Ini mungkin proses yang
lambat, progresif, intermiten yang berlangsung selama 1 atau 2 tahun; itu
dapat berkembang dengan cepat dan dapat melubangi gigi dalam hitungan
bulan. Meskipun setiap gigi di mulut dapat terlibat, yang paling mudah
dikenali adalah gigi anterior rahang atas. Biasanya, resorpsi internal
didiagnosis selama pemeriksaan radiografi rutin. Munculnya "bintik
28

merah muda" terjadi di akhir proses resorptif, ketika integritas mahkota


terganggu. Radiografi biasanya menunjukkan perubahan tampilan dinding
saluran akar atau kamar pulpa, dengan daerah radiolusen bulat atau ovoid.
(Gopikrishna, 2021)

Gambar 4. 15 Radiografi Resorpsi Akar Internal(Ingle, et al., 2019).

4.6.2 Resorpsi akar eksternal


Area kecil dari resorpsi permukaan luar sementum biasanya tidak dapat
dilihat secara radiografik dan dapat dideteksi secara histologis. Menurut
penelitian, internal resorption lesion dapat melubangi permukaan luar akar,
yang mungkin tidak dapat dideteksi pada gambar radiografi konvensional, dan
pada saat yang sama disimpulkan bahwa radiografi panoramik tidak sesuai
untuk diagnosis Resorpsi akar eksternal (Gopikrishna, 2021).
Resorpsi akar inflamasi eksternal biasanya didiagnosis dengan radiografi.
Secara radiografik, resorpsi eksternal tampak sebagai daerah cekung atau tidak
rata pada permukaan akar atau sebagai tumpul pada apeks. Area resorpsi
inflamasi yang disebabkan oleh tekanan granuloma, tumor yang sedang
tumbuh memiliki area resorpsi akar yang berdekatan dengan area radiolusensi.
(Gopikrishna, 2021).
29

Gambar 4. 16 Radiografi Resorpsi Akar Eksternal(Rotstein, 2016)

4.7 Diagnosis Banding Resorpsi Akar


Ketika resorpsi akar internal berkembang ke dalam periodontal space dan
terjadi perforasi akar, akan sulit dibedakan diagnosisnya dengan resorpsi
eksternal. Pada resorpsi internal, defek resorptif lebih luas pada dinding pulpa
daripada pada permukaan akar. Defect ini biasanya dikenali melalui radiografi.
Pada resorpsi internal, dapat dilihat saluran akar dengan area resorpsi yang
berbatas tegas dan membesar (Gopikrishna, 2021).
Sedangkan pada resorpsi akar eksternal, radiografi menunjukkan apex yang
tumpul, area yang tidak rata, area “scooped-out” di sisi akar, atau jika area tersebut
ditumpangkan pada saluran akar, saluran akar dengan jelas melintasi area resorpsi
(Gopikrishna, 2021).
Kadang-kadang sulit untuk menentukan apakah resorpsi akar internal atau
eksternal, yaitu apakah resorpsi internal telah menembus permukaan akar atau
resorpsi eksternal telah menembus rongga pulpa. Untuk menyelesaikan masalah ini,
dapat dilakukan radiografi pada beberapa sudut berbeda. Ketika tulang yang
berdekatan dengan area resorpsi terlibat dan area yang diabsorbsi secara eksternal
cekung dan ketika saluran akar utuh, seperti yang terlihat pada radiografi, hal
tersebut menandakan resorpsi eksternal (Gopikrishna, 2021).
30

Gambar 4. 17 (a) Penampakan radiografis Resorpsi Akar Eksternal. (b)


Penampakan radiografis Resorpsi Akar Internal (Gopikrishna, 2021).

4.8 Treatment dan Management Resorpsi Akar


4.8.1. Resorpsi akar eksternal
Treatment resorpsi akar eksternal
1. Surface Resorption
Jika faktor traumatis dan/atau tekanan dihilangkan, hampir 100%
repair. Jika apeks akar telah diresorbsi, peningkatan mobilitas dapat
menjadi masalah jika akar lebih pendek dari 9-10 mm (Ingle, et al.,
2019).
2. External Inflammatory Root Resorption
Pengobatan resorpsi akar inflamasi eksternal tergantung pada
etiologi: (Garg N., Garg A., 2019)
a. Jika karena perawatan ortodontik, lepaskan tekanan gerakan
ortodontik untuk menghentikan resorpsi
b. In cervical resorption
Jika pulpa vital dan pengobatan cervical resorption tidak
mungkin menyebabkan cedera pulpa, pulihkan defek dan lakukan
tes pulpa termal dan electrical pulp tests untuk catatan
Jika perawatan cervical resorption cenderung menyebabkan
cedera pulpa, pulihkan defek dan lakukan perawatan endodontik
c. Jika pulpa tidak vital, pulihkan defek dan lakukan perawatan
endodontik. Jika diperlukan, dressing kalsium hidroksida juga
diberikan
31

d. Dalam kasus jaringan gingiva yang terinfeksi, hilangkan plak dan


kalkulus dan pertahankan periodonsium
e. Kalsitonin juga dapat digunakan sebagai obat saluran akar interim
untuk membantu dalam penghambatan resorpsi tulang
osteoklastik dan dentin.
3. Replacement Resorption
Pada anak-anak dan remaja, gigi ankilosa akan gagal erupsi
dan secara bertahap akan berada dalam posisi infraposisi terhadap
gigi yang berdekatan. Semakin muda usianya, semakin jelas
infraposisinya. Saat ini, berikut adalah pilihan pengobatan yang
mungkin: (1) Dekorasi (untuk mempertahankan dan menambah
prosesus alveolar); (2) luksasi gigi (kerusakan tempat ankilosis jika
minimal); (3) ekstraksi dengan augmentasi ridge sebagai persiapan
untuk penempatan implan selanjutnya; (4) ekstraksi dan jembatan
prostetik; (5) gangguan osteogenesis; (6) pemanjangan prostetik;
dan (7) ekstraksi dan transplantasi gigi premolar (Ingle, et al., 2019).
Perawatan dekoronasi sangat cocok pada anak-anak dan
remaja di mana sisa pertumbuhan alveolar yang signifikan
diharapkan. Prosedur ini melibatkan pengangkatan mahkota gigi
(meninggalkan sisa akar) yang memungkinkan pertumbuhan
vertikal alveolus yang berkelanjutan. Jika mahkota diangkat melalui
pembedahan sedikit di bawah level tulang servikal dan semua
pengisi akar atau jaringan pulpa dihilangkan, reformasi serat
interdental, serat dento-periosteal dan periosteum akan mengarah
pada normalisasi level tulang. Karena resorpsi yang berhubungan
dengan ankilosis dari sisa akar dengan penggantian tulang, struktur
alveolar akan optimal untuk implan yang ditempatkan kemudian
ketika pertumbuhan telah selesai (Ingle, et al., 2019).
32

Gambar 4. 18 A. Foto klinis posisi gigi pada usia 13 Tahun. B. Radiografi


menunjukkan luasnya resorpsi terkait ankilosis. (Ingle, et al., 2019

4.8.2. Resorpsi Akar Internal


Management resorpsi akar internal (Garg N., Garg A, 2014):
a. Diagnosis dini merupakan hal yang penting untuk mencegah
melemahnya struktur akar yang tersisa oleh proses resorptif.
b. Terapi saluran akar konvensional harus dilakukan segera setelah
diagnosis resorpsi internal ditetapkan.
c. Jika sepertiga apikal tidak terlibat, maka kasus diperlakukan seperti
biasa dan area yang diresorbsi diisi dengan teknik warm gutta-
percha.
d. Gigi dengan perforasi sering membutuhkan prosedur bedah dan non-
bedah

Pilihan perawatan pada gigi dengan resorpsi internal:


a. Tanpa perforasi: Terapi endodontik
Pembuangan pulpa dan preparasi saluran akar
Dasar pengobatannya ialah membuang semua jaringan yang
meradang dari defect resorptif. Penggunaan ultrasonic instuments
dinilai memberikan hasil lebih baik dalam proses ekstirpasi
dibanding menggunakan hand instruments (Garg N., Garg A,
2014).
33

Gambar 4. 19 Penggunaan Ultrasonics Instrument (Garg N., Garg A, 2014)


Canal Obturation
Obturasi saluran akar menjadi lebih sulit karena ukuran, bentuk
saluran yang irregular dan aksesibilitas dari cacat / defect restorasi.
Gutta-percha padat diisi pada saluran apikal sampai defect
sedangkan daerah resorptif biasanya diisi dengan material yang akan
mengalir pada irregularitas tersebut. Metode obturasi yang
digunakan adalah The warm gutta-percha technique,
thermoplasticized gutta-percha technique dan penggunaan gutta-
percha yang diplastisasi secara kimia (Garg N., Garg A, 2014).
Material
Beberapa material yang digunakan adalah MTA, GIC, Super EBA,
Hydrophilic plastic polymer (2-hydroxyethyl methacrylate with
barium salt); Zinc oxide eugenol dan zinc acetate cement; amalgam;
Thermoplasticized gutta-percha (dengan teknik injeksi / kondensasi
(Garg N., Garg A, 2014).
b. Dengan perforasi: beberapa masalah tambahan seperti perdarahan
periodontal, nyeri dan kesulitan dalam obturasi muncul akibat
berkembangnya resorpsi akar internal melalui gigi ke dalam
periodonsium. (Garg N., Garg A, 2014)
1. Non-bedah (Terapi Ca(OH)2—obturasi)
Setelah cleaning and shaping seluruh saluran akar, kalsium
hidroksida intrakanal diletakkan, lalu diatasnya diletakkan
kembali tambalan sementara untuk mencegah kebocoran
interappointment. Lalu pasien dikontrol setelah bulan ke 3 dan
34

bulan ke 5. Setelah barrier terbentuk, kanal diobturasi dengan


gutta-percha seperti pada internal resorption non-perforating
2. Bedah (Surgical flap; root resection; intentional replantation)
Prosedur bedah dilakukan saat tidak mungkin mendapatkan
akses ke lesi melalui kanal. Beberapa pilihan treatment bedah
yang ada yaitu :
a. Surgical flap
b. Defect restorasi dikuret, dibersihkan dan direstorasi
menggunakan paduan, komposit, semen ionomer kaca, super
EBA, MTA, biodentin, dll. Obturasi akhir dilakukan
menggunakan gutta-percha.
c. Root resection
d. Jika area yang diresorbsi terletak di sepertiga apikal, akar
dapat direseksi ke bagian koronal dari defek dan segmen
apikal dapat dibuang. Retrofilling dapat dilakukan setelah
reseksi akar selesai.
e. Intentional Replantation
f. Jika resorpsi perforasi dengan kerusakan akar minimal terjadi
di area yang tidak dapat diakses, replantasi yang disengaja
dapat dipertimbangkan.
35

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Resorpsi akar didefinisikan sebagai hilangnya dentin secara progresif dan
sementum secara terus menerus dari osteoklastik sel (odontoklas, sementoklas) dari
monosit, yang membentuk makrofag. Gambaran klinis dari resorpsi akar dapat
dilihat atau diidentifikasi melalui pemeriksaan radiografi maupun secara langsung
(visual). Resorpsi akar dapat terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dalam suatu
dentition dan dapat disebabkan oleh trauma, patologi periapikal, kista, tumor,
impaksi gigi, intracoronal bleaching. Berdasarkan lokasi resorpsi, resorpsi akar
dikategorikan dalam internal dan eksternal. Berdasarkan faktor pemicunya,
dikategorikan juga sebagai inflammatory dan replacement. Mekanisme resorpsi
akar terjadi melalui 2 tahap, yakni degradasi struktur kristal anorganik, dan
degradasi Matriks Organik. Diagnosa resorpsi akar dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang, seperti periapical radiography,
digital panoramic radiography, tomosynthetic panoramic radiography dan cone
beam computed tomography (CBCT). Treatment dan management resorpsi akar
dilakukan sesuai dengan etiologi serta tingkat keparahan pasien, sehingga
diperlukan diagnosis yang tepat agar bisa memberikan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien.

5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan penulis mengenai makalah ini,
1. Untuk pembaca, disarankan memperdalam pemahaman mengenai materi
yang disampaikan dan dianjurkan untuk menggunakan sumber lebih
banyak agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
gambaran klinis dan cara penanganannya
2. Penulis akan merevisi makalah berhubung beberapa kesalahan di dalam
makalah tersebut dengan berpedoman pada beraneka sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Aidos, H., 2018. Root Resorption Classifications: A Narrative Review and a


Clinical Aid Proposal for Routine Assessment. European Endodontic Journal, Vol
3, pp. 134-45.
Ayoub, AA. Cheung, GS. 2018. Internal Root Resorption – A Case Report
for Hopeless Tooth. International Journal of Dental Medicine, Vol 4(1), pp. 9-12.
Blicher B. 2021. Differentiating Resorption. American Association Of
Endodontists. [Access on February 26 2022]. Available at :
https://www.aae.org/specialty/communique/differentiating-resorption/
Garg N., Garg A. 2014. Textbook of Endodontics. Third Edition. Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Garg N., Garg A. 2019. Textbook of Endodontics. Fourth Edition. Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Gopikrishna, V., 2021. Grossman's Endodontic Practice. 14th ed. New Delhi:
Wolters Kluwer Health.
Ingle, J.I., Bakland, L.K., Baumgartner, J.C., 2019, Ingle’s Endodontics 7th
Ed, BC Decker Inc.
Odell, E.W. and Cawson, R.A. 2017. Cawson’s essentials of oral pathology
and oral medicine. Edinburgh: Elsevier.
Rotstein, I., 2016. Cohen's Pathways of The Pulp. 8th ed. Canada: Elsevier.
Sikri V. K. 2019. Essentials of Endodontics. CBS Publishers & Distributors
Pvt Ltd

36

Anda mungkin juga menyukai