TUTORIAL 2
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Farah Nurisya (160110160002)
2. Fadillah (160110160016)
3. Natania Ramadhiani (160110160030)
4. Anggita Regiana Friandina (160110160044)
5. Fitria Judaputri (160110160058)
6. Aulia Madini Fawaz (160110160072)
7. Urwatul Wutsqo (160110160086)
8. Joanita (160110160100)
9. Amalina Candraditya Putri (160110160114)
10. Rizqi Maudhina Putri (160110160128)
11. Livia Angelina Anggara (160110160142)
12. Rizaldi Alfathan Hidayatullah (160110160156)
13. Hana Zahra Mujahidah (160110160170)
Dosen Pembimbing: Zulia Hasratiningsih, drg., MDSc
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehinga makalah yang berjudul “Kasus 1:
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian yang terdapat di blok
tidak langsung dalam makalah ini, kami ingin mengungkapkan rasa terima kasih
1. Yth. Zulia Hasratiningsih, drg., MDSc selaku dosen pembimbing tutorial blok
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun
Tugas ini telah kami kerjakan sebaik mungkin yang kami mampu. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya jika ternyata masih ada terdapat kekurangan, dan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.2 Tumbuh Kembang Gigi Tahap Lanjut .................................................... 13
Dentition)....................................................................................... 43
iii
2.7.3 Tulang Alveolar ............................................................................. 56
2.13 Sifat yang Membedakan Insisif Sentral Atas dan Insisif Lateral Atas ... 87
iv
DAFTAR GAMBAR
Cahaya. ..................................................................................... 14
Gambar II.10 Enamel Rod: Setiap Rod dibentuk oleh 4 Ameloblas ............... 17
v
Gambar II.17 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
Gambar II.18 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
Gambar II.19 Empat kuadran dari arkus dental gigi permanen dengan
Gambar II.22 Erupsi gigi incisive sentral permanen rahang bawah ke dalam
Gambar II.23 Erupsi gigi incisive sentral permanen. Pada ujung incisal terdapat
Gambar II.24 Gigi molar satu permanen sudah muncul di dalam rongga mulut
Gambar II.25 Gigi permanen lengkap berjumlah 32 buah. (A) Rahang Atas, (B)
vi
Gambar II.26 Saat usia 7 tahun. Gigi M1 sudah erupsi ke dalam rongga mulut
molar. ........................................................................................ 45
Gambar II.27 Saat usia 11 tahun. Gigi caninus rahang atas sudah erupsi.
Gambar II.28 Saat usia 12 tahun. Gigi M2 sudah erupsi ke dalam rongga mulut
Gambar II.29 Saat usia 21 tahun. Seluruh gigi permanen sudah erupsi ke dalam
Gambar II.34 Radiografi gigi 21 (kiri) dan radiografi gigi 11 dan 21 (kanan)
Gambar II.35 Radiograf gigi anterior rahang atas. (Pasler, 1993) .................. 58
Gambar II.36 Radiograf gigi anterior rahang atas. (Pasler, 1993) .................. 59
Gambar II.37 Hipodontia pada anak umur 7 tahun, akibat gigi premolar 2 tidak
vii
Gambar II.41 Insisiv sentral primer. (Nelson, 2015) ...................................... 62
Gambar II.44 Gigi sulung insisiv sentral aspek labial. (Nelson, 2015) .......... 64
Gambar II.45 Gigi sulung insisiv sentral aspek palatal. (Nelson, 2015) ......... 65
Gambar II.46 Gigi sulung insisiv sentral aspek mesial. (Nelson, 2015) ......... 65
Gambar II.47 Gigi sulung insisiv sentral aspek insisal. (Nelson, 2015) ......... 66
Gambar II.49 Aspek Labial Gigi Caninus Rahang Atas (Nelson, 2015) ........ 67
Gambar II.50 Aspek Palatal Gigi Caninus Rahang Atas. (Nelson, 2015)....... 67
Gambar II.51 Aspek Mesial Gigi Caninus Rahang Atas (Nelson, 2015)........ 68
Gambar II.52 Aspek Incisal Gigi Caninus Rahang Atas (Nelson, 2015) ........ 68
Gambar II.54 Insisiv sentral maksila kanan aspek labial. (Nelson, 2015) ...... 70
Gambar II.55 Insisiv sentral maksila kanan aspek palatal. (Nelson, 2015) .... 71
Gambar II.56 Insisiv sentral maksila kanan aspek mesial. (Nelson, 2015) .... 71
Gambar II.57 Insisiv sentral maksila kanan aspek distal. (Nelson, 2015) ...... 72
Gambar II.58 Insisiv sentral maksila kanan aspek insisal. (Nelson, 2015) ..... 72
Gambar II.59 Insisiv lateral maksila kanan aspek labial. (Nelson, 2015) ....... 73
Gambar II.60 Insisiv lateral maksila kanan aspek palatal. (Nelson, 2015) ..... 74
Gambar II.61 Insisiv lateral maksila kanan aspek mesial. (Nelson, 2015) ..... 74
Gambar II.62 Insisiv lateral maksila kanan aspek distal. (Nelson, 2015) ....... 75
Gambar II.63 Insisiv lateral maksila kanan aspek insisal. (Nelson, 2015) ..... 75
viii
Gambar II.64 Rahang gigi kaninus sebelah kanan, aspek lingual dan insisal.
Gambar II.70 Gambar Insisif Sentral Atas (kanan) dan Insisif Lateral Atas (kiri)
Gambar II.71 Gambar Insisif Sentral Atas (kanan) dan Insisif Lateral Atas (kiri)
Gambar II.72 Gambar Insisif Sentral Atas (kiri) dan Insisif Lateral Atas (kanan)
Gambar II.73 Gambar Outline Insisif Sentral Atas (kanan) lebih berbentuk
Gambar II.74 Gambar Insisif Sentral Atas (kanan) dan Insisif Lateral Atas (kiri)
Gambar II.76 Microdontia involving a single tooth pada gigi insisiv lateral
ix
Gambar II.77 Hasil Radiografi Microdontia involving a single tooth pada
Gambar II.78 Macrodontia involving a single tooth pada gigi insisiv sentral
Gambar II.79 Gemination pada gigi insisiv central rahang atas kanan
Gambar II.80 Fusion pada insisiv sentral dengan insisiv lateral rahang bawah
Gambar II.81 Hasil Radiografi Fusion pada insisiv sentral dengan insisiv lateral
Gambar II.85 Talon Cups pada gigi insisiv sentral kanan rahang atas (Rajendran
Gambar II.86 Dens in Dente, gambaran radiografi (kiri) dan sediaan (kanan).
x
Gambar II.88 Kiri: perbandingan gigi normal (kiri) dengan taurodontism
................................................................................................ 103
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II.4 Kronologi dan ukuran umum caninus rahang atas. .................. 79
Tabel II.6 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek
labial. ........................................................................................ 87
Tabel II.7 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek
lingual. ...................................................................................... 88
Tabel II.8 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek
proksimal. ................................................................................. 89
Tabel II.9 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek
insisal. ....................................................................................... 89
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang gadis berusia 15 tahun, Noni, dibawa oleh ibundanya ke RSGM FKG
Unpad untuk menanyakan tentang keadaan gigi depan rahang atas bagian kanan
Noni yang memiliki bentuk yang tidak biasa dan gigi bagian kirinya yang hilang.
Gigi depan bagian kanan lebih kecil daripada seharusnya dan terlihat seperti gigi
bayi, sedangkan gigi dean bagian kirinya tidak muncul sama sekali. Berdasarkan
informasi yang didapat dari ibundanya, diketahui bahwa gigi yang hilang terlihat
sejak gigi susunya tumbuh dan akhir-akhir ini Noni mengeluh tentang keadaannya.
Bentuk yang abnormal dari gigi terlihat ketika gigi tersebut menggantikan gigi
penampilannya kurang karena keadaan ini juga membuat gigi di tengah menjadi
sangat besar dan terdapat jarak yang lebar antara gigi-gigi tersebut. Ibunda Noni
meminta dokter gigi yang bertugas untuk memperbaiki keadaan gigi anaknya.
1
2
dalamtumbuh kembang gigi sehingga terjadi abnormalitas pada bentuk dan jumlah
lateral rahang atas kanan dan hipodonsia insisiv lateral rahang atas kiri setelah gigi
apakah ada benih dari gigi yang hilang atau tidak dan untuk meyakinkan bahwa gigi
lainnya normal.
Nama : Noni
Umur : 15 tahun
1.3.1 Terminologi
Terminologi yang kami belum mengerti dalam kasus ini adalah sebagai
berikut:
1. Peg-shaped
2. Hypodontia
3. Microdontia
3
3. Gigi anterior rahang atas kiri tidak tumbuh sama sekali setelah gigi susunya
tanggal.
besar.
1.3.3 Hipotesis
Hipotesis yang kami ajukan untuk kasus ini adalah sebagai berikut.
1.3.4 Mekanisme
Gigi insisiv lateral kanan rahang atas Gigi insisv lateral kiri rahang atas
peg-shaped tidak tumbuh
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan radiografi
Yang kami tidak ketahui mengenai kasus ini adalah sebagai berikut.
Learning issues dari kasus ini yang dapat kami ambil adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses dari pertumbuhan dan perkembangan gigi pada intra uterin
5. Bagaimana gambaran radiografi gigi rahang atas anterior yang normal dan
abnormal?
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan tahap pembentukan kuntum gigi dari jaringan epitel mulut. Pada
waktu embrio berusia 6 minggu, epitel rongga mulut tersusun oleh lamina
superficialis dengan sel-sel pipih, lamina basalis dengan sel-sel lebih tinggi yang
berasal dari lapisan ektodermal, dan membrana basalis. Lamina basalis ini yang
mengalami proliferasi lebih cepat dan membentuk tonjolan pada lengkung rahang
Apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat mengakibatkan anomali pada
jumlah gigi, yaitu bisa berupa anodontia, hyperdontia atau supernumerary tooth
dentinoblastus.
3. Bagian luar organum enameleum dan papilla dentalis dikitari oleh jaringan
7
8
Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi
lapisan sel yang dapat dilihat pada tahap bell, yaitu Outer Enamel Epithelium,
kubus.
2. Inner Enamel Epithelium, terdapat di dalam enamel organ, berupa sel silindris,
ameloblas.
2.1.3.2 Morfodiferensiasi
morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari mahkota gigi.
Morfologi gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian
rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran
sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu pada pembiakan sel.
11
2.1.3.3 Aposisi
yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang mempunyai kemampuan
2.1.3.4 Kalsifikasi
bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini dapat
dari krista neural. Sabuk berbentuk tapal kuda yang dikenal sebagai lamina dentis
dibentuk pada tiap rahang. Penjuluran ektodermal ini membentuk sungkup di atas
12
kelompok ektomesenkim dan setiap kelompok sel (kuncup gigi) akan berkembang
dengan sel krista neural yang berasal dari ektoderm. Sel-sel ektodermal kemudian
membentuk papila dentis yang akan mengembangkan sel odontoblas (sel yang
menghasilkan dentin) dan struktur pulpa dentis lainnya. Mesenkim juga memadat
disekitar organ email dan akhirnya berkembang menjadi sementoblas (sel yang
Organ email terus membesar dan mengambil bentuk genta pada minggu ke-8
kehamilan. Epitel email luar (eksterna), yang berhubungan dengan lamina dentis
bertakuk oleh banyak pembuluh kapiler. Sel berbatasan dengan papila dentis
menjadi silindris dan menyusun epitel email dalam (interna). Sel ini berkembang
menjadi ameloblas (sel yang akan menghasilkan email). Sel epitelial di antara lapis
lapisan superfisial dari papila dentis untuk memanjang dan berkembang menjadi
2.2.1 Amelogenesis
enamel dan dentin. Protein enamel akan membentuk matriks. Protein Dentin akan
2.2.1.2 Mineralisasi
matriks organik dan segmen interprismatik. Pada tahap ini terjadi influks mineral
Pada akhir bell stage, epitel enamel internal terlihat jelas. Di perifernya
terdapat stratum intermedium, retikulum stelatum, epitel enamel luar, dan folikel
Sel epitel enamel internal meninggi dan berubah bentuk menjadi kolumnar
dengan inti yang berada di ujung proksimal (dekat stratum intermedium). Sel ini
Saat enamel matur, papilla dan ameloblas mengalami regresi dan membentuk
epitel enamel yang tereduksi yang berfungsi untuk proteksi. Pada fase proteksi,
Saat erupsi, epitel enamel tereduksi hancur pada bagian insisal dan akan
1. Tahap Morphogenik
2. Tahap Histodiferensiasi
7. Tahap Proteksi
16
Pada tahap morofogenik, sel epitel enamel internal bermitosis. Di dala sel
komponen lain tersebar dalam sel. Di antara papilla dan enamel epitel internal
Badan golgi dan organel sel lain akan bergerak ke arah distal sedangkan
tahap ini juga, lamina basalis akan mengalami disintegrasi karena terbentukanya
mantel predentin. Pada bagian luar proksimal dan distal akan terbentuk taut dento
Badan golgi dan RE kasar ameloblas akan memproduksi protein enamel pada
tersebut lalu bermigrasi ke prosesus Tomes. Prosesus tomes di ujung distal tersebut
dentin. Saat prosesus Tomes masih berada pada bagian proksimal ujung distal,
lapisan enamel inisial tanpa rod terbentuk. Setelah prosesus mencapai porsi distal
dari ujung distal, enamel terbentuk dengan konfigurasi rod dan interrod. (Nanci,
2013)
Fase Transisi
(Nanci, 2013)
Tepat Maturasi
permukaan distal dan proksimal (rapat ke bocor). Saat permukaan distal berbentuk
(matriks anorganik), dan pompa ion kasium masuk ke dalam sel melaui mebran
protein (matriks organik) dan tida berlangsung aktivitas mebran terkait kasium-
2013)
19
2.2.1.5.1 Morfogenik
Sel ameloblas sebelum diferensiasi sempurna memiliki inti ovoid dan besar,
mitokodria di proksimal, terminal bar di distal, dan badan golgi serta sentriol yang
berada di distal.
Lamina basalis memisahkan epitel enamel dalam dan jaringan ikat papilla
dental.
2.2.1.5.2 Organisasi
odontoblas.
disintegrasi.
2.2.1.5.3 Formatif
2.2.1.5.4 Maturatif
insisal.
Mineralisasi berlangsung.
2.2.1.5.5 Protektif
Stratum intermedium dan epitel enamel luar tidak dapat dibedakan lagi
Epitel enamel tereduksi melindungi enamel dari jaringan ikat sampai erupsi.
2.2.1.5.6 Desmolitik
Enzim epitel enamel melisis jaringan ikat pemisah dengan mulut pada saat
erupsi.
21
2.2.2 Dentinogenesis
bergerak kea rah center dari gigi, dan membentuk suatu ekstensi disebut procesus
Matrix dentinal awalnya gabungan serat collagen, tapi dalam 24 jam akan
kalsifikasi. Pada saat ini dental papilla menjadi dental pulp dan dentin mulai
tubulus dentinal.
Ketika odontoblast sudah berfungsi, nucleinya akan terisi pada posisi basal di
sel, organel nya akan llebih jelas pada sitoplasma. Dan muncul granular reticulum
producing cell. Odontoblast akan sekresi protein secara external melalui vesikel
pada bagian apical cell, dan sepanjang procesus sel. Dentinal matrix yang
berkolagen akan terjajar pada increment seperti tulang atau enamel, akan
mengindikasi daily rhythm untuk formasi jaringan keras. Tempat untuk insiasi
formasi adalah pada cusp tips, dan seiring bertambahnya increments, odontoblast
memanjang, dan tubulus akan dipertahankan pada dentin, Matrix juga terbentuk
disekitar tubulus.
(hydroxyapatite) crystals pada matrix. Inisial kalsifikasi muncul saat Kristal berada
dalam vesikel kecil pada permukaan dan didalamserat kolagen. Kristal Kristal ini
akan tumbuh dan menyebar dan menyatu sampai matriks terkalsifikasi secara
sempurna. Dan hanya matrix dentinal yang baru terbentuk pada border pulpa yang
Tahap pertama pada formasi dentin (mantle dentin) adalah deposisi matriks
yang terbuat dari serat kolagen. Walaupun serat ini tersusun dalam suatu network,
mereka akan menyatu dan terorientasi dengan axes perpendicular mereka yang
Von Korff fibers ini mengikuti spiral course diantara odontoblast awal dan
subodontoblast akan bertanggung jawab untuk formasi matrix, hasil dari penelitian
dentin matrix.
Seiring bertumbuhnya mahkota gigi, proliferasi sel lanjut pada region cervical
(base of the enamel organ), dimana inner dan outer enamel epithelium bergabung
merupakan hasil bentukan outer enamel epithelium dan inner enamel epithelium,
bagian ini disebut root sheath of Hertwig. Kedua lapisan enamel epithelium tersebut
akan terus bersatu tanpa perantara( oada organ enamel terpisah oleh stratum
intermedium dan retikulum stelata) dan masuk lebih dalam ke arah mesenkim di
masuk ke tulang rahang tapi posisinya relatif statis dan yang dinamis adalah bagian
25
koronal selubung akar yang berkaitan dengan pembentukan dentin dan sementum
bergerak ke arah atas karena proliferasi sel selubung yang mengarah ke atas juga
rongga mulut. Perkembangan bagian apikal baru akan bergerak ke bawah setelah
Sel inner enamel epithelium selubung akar tidak akan berdiferensiasi menjadi
ameloblas karena sel ini sudah tidak mengandung komponen organ enamel lagi.
Permukaan dentin yang selesai terbentuk akan dilapisi oleh lapisan hyalin
yang diduga berasal dari sel selubung akar. Selubung akar akan mengalami
perubahan begitu formasi dentin selesai. Lapisan hyalin ini dibentuk baik oleh
papila dental maupun oleh sel inner epithelium, Sel epitel salam lebih
ini. Lapisan ini akan menginduksi mesenkim folikel untuk berdiferensiasi menjadi
sementoblas. Lapisan hyalin mengandung serat kolagen yang dibentuk oleh sel
epite dan juga mengandung asam amino. Lapisan hyalin ini dikenal sebagai zona
Proses selanjutnya akan menyebabkan sel selubung akar terputus satu sama
dia antara sel – sel selubung akar tersebut dan akan berkembang menjadi lamina
basalis. Sel sel selubung akar yang sudah terputus tersebut tidak akan mengalami
26
degeneratif tapi akan tetap bertahan membentuk kelompok – kelompok sel di dalam
jaringan mesenkim dan dikenal sebagai sel rest Malassez. Sel – sel foliker akan
terdapat pada permukaan luar lapisan hyaline yang menutupi dentin. Sebelum gigi
erupsi, serat serat folikel akan bersatu dengan sementum dengan posisi parallel pada
permukaan akar. Posisi ini akan berubah setelah gigi bererupsi. Inklinasi menjadi
oblique dan bertindak sebagai prekurso serat serat periodontal. Ketika matriks
organic sementum atau sementoid terbentuk, mineralisasi matriks ini pun akan
27
berlangsung. Bahan dasar proses mineralisasi adalah asam mineral yang berasal
dari cairan jaringan yang mengandung ion kalsium dan fosfat yang akan
Semakim lama lapisan sementum akan bertambah tebal dan makin banyak serat
epitel selubung akar dari Hertwig, pembentukan dentin, fragmentasi sel selubung
Pemebentukan akar gigi yang mempunyai lebih dari satu akar dimulai dengan
pembentukan satu foramen apical tunggal yang dibentuk oleh sel epitel diafragma
selubung akar Hertwig kemudian terbagi menjadi dua atau lebih foramen apical
oleh jaringan apical yang menjulur menyerupai lidah kea rah papula dental. FUsi
sel selubung akan menjadi daerah furkasi. Aktivitas mitosis pada diafragma setelah
pembentukan foramen apical akan menyebabkan akar gigi terpisah dan bertambah
Sistem Universal diperkenalkan pertama kali oleh Parreidt pada tahun 1882
dan secara resmi diterapkan oleh American Dental Association pada tahun 1975.
Untuk 20 gigi susu digunakan 20 huruf dari A sampai T. Rahang atas, huruf
A dimulai dari molar kedua kanan sampai J untuk molar kedua kiri. Rahang bawah,
huruf K sampai T, dimulai dari molar kedua kiri sampai molar kedua kanan.
Gambar II.17 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
susu. Huruf A hingga T menunjukan sistem penomoran dengan menggunakan
Universal Numbering System untuk dental record di Amerika Serikat.
30
atas, dimulai dari 1 untuk molar ketiga kanan sampai 16 untuk molar ketiga kiri.
Rahang bawah, dimulai dari 17 untuk molar ketiga kiri sampai 32 untuk molar
ketiga kanan.
Gambar II.18 Permukaan oklusal dan insisal dari maxilla dan mandibula gigi
permanen. Angka 1 hingga 32 menunjukan sistem penomoran dengan
menggunakan Universal Numbering System.
Palmer dari Vienna di tahun 1861 dan untuk gigi primer di tahun 1874. Dalam
sistem ini lengkungan dibagi menjadi empat kuadran dengan gigi susu yang
Notasi Zsigmondy/ Palmer untuk gigi permanen yaitu sistem simbolik empat
lengkung.
Contoh penulisan:
Gambar II.19 Empat kuadran dari arkus dental gigi permanen dengan
menggunakan Sistem Palmer.
32
Menggunakan sistem dua digit untuk gigi sulung dan permanen yang
diadaptasi dari World Health Organization dan telah disetujui oleh organisasi lain
Angka kedua menunjukan gigi dalam kuadran: 1 sampai 5 untuk gigi susu.
33
Angka kedua menunjukan gigi dalam kuadran: 1 sampai 8 untuk gigi permanen
2. Erupsi gigi
dimulai. Pada saat pembentukan mahkota, terbentuknya sarung akar atau akar
Hertwig’s. Setelah mahkota dan akar telah selesai dibentuk, maka gigi primary akan
Jika gigi permanen sudah mulai membentuk maka akar dari gigi susu akan
mengalami resorpsi. Akar dari gigi susu yang tidak mengalami resorpsi
(Maloklusi).
Proses erupsi terjadi secara lengkap apabila adanya hubungan contact yang
antagonis atau berlawanan antara rahang dan pergerakan gigi primary yang akan
Pertumbuhan gigi dimulai pada saat erupsi gigi sulung pertama, karena
mahkota dan bagian akar dibentuk jauh sebelum gigi tersebut erupsi, yaitu melalui
4 tahapan pada perkembangan gigi. Pertumbuhan gigi dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
2. Mix dentition
Erupsi gigi adalah proses yang terus menerus terjadi dimulai segera setelah
bagian mahkota terbentuk. Proses erupsi ini berawal ketika gigi masih di dalam
tulang rahang kemudian gigi bergerak ke arah rongga mulut. Bersamaan dengan
pergerakan gigi ke arah rongga mulut, tulang rahang akan bertambah panjang dan
tinggi, kemudian gigi akan bergerak kea rah oklusal untuk memberi ruang untuk
1. Tahap Praerupsi
Pergerakan benih gigi kea rah oklusal pada tahap ini berhubungan dengan
pertumbuhan tulang rahang [ada sisi apical dan jaringan ikat disekitar kantung
gigi. Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apical ini berlangsung lebih cepat
peningkatan tekanan pada sisi apical tulang rahang sehingga benih gigi
2. Tahap Prafungsional
Tahap ini dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai dataran
oklusal.Pada tahap ini gigi bergerak lebih cepat kea rah veritkal, tetapi selain
itu gigi juga bergerak miring dan rotasi.Gerakan ini bertujuan untuk
memperbaii posisi gigi yang berjejal di dalam tulang rahang yang masih
berhubungan dengan jaringan ikat disekitar kantung gigi. Poliferasi aktif dari
yang berperan dalam menggerakan gigi kea rah oklusal pada tahap ini adalah
arah apical juga dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota gigi
prafungsional masih belum diketahui karena gigi yang sudah dirusak akarnya
masih bias bererupsi, bahkan ada gigi yang masih mengadakan erupsi tanpa
3. Tahap Fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah
tanggal.Selama tahap fungsional gigi bergerak kea rah oklusal, mesial dan
Kemunculan gigi primary terjadi pada bulan 6-13 setelah kelahiran atau
postnatal. Gigi susu membutuhkan 2-3 tahun untuk pembentukan secara sempurna,
ini merupakan waktu penting untuk melakukan perkembangan oral motor behavior
Tahapan pembentukan dari gigi primary dimulai dari kalsifikasi yang terjadi
pada usia 13-20 minggu pada masa prenatal. Lalu, dilanjutkan tahap pembentukan
Erupsi dini adalah suatu kejadian yang ditemukan pada beberapa kasus yang
jarang.Pada kasus erupsi dini terdapat gigi pada rongga mulut bayi yang baru lahir,
Gigi tersersebut hanya bertahan sekitar seminggu setelah kelahiran, hal ini
terjadi karena gigi sulung premature tersebut belum mempunyai akar sehingga tidak
melekat dengan kuat pada rongga mulut. Apabila gigi tersebut tanggal, maka tidak
akan digantikan oleh gigi lain. Jadi tempat yang tanggal tersebut akan paten hingga
Sebab utama dari retained primary teeth ini karena impaksi dari gigi
permanen. Kasus ini lebih sering terjadi pada insisive lateral rahang atas, molar
Patologi retained primary teeth adalah karena gigi permanen setelah itu
selama beberapa tahun gigi sulung yang tertahan masih berperan secara fungsional
Pada kasus ini kadang gigi sulung menjadi ankylosed (menyatu). Contohnya
adalah gigi menjadi tidak timbul pada tulang alveolar karena hasil erupsi yang
Period)
Ketika gigi primer dan gigi sekunder keduanya berada di dalam rongga mulut,
maka gigi-geligi disebut gigi-geligi campuran. Periode ini dimulai saat usia 5¾ atau
6 tahun ketika gigi molar satu sekunder muncul. Gigi-geligi campuran berakhir
sekitar usia 12 tahun ketika seluruh gigi primer sudah digantikan dengan gigi
sekunder . Saat usia 12 tahun, seluruh gigi primer sudah digantikan dengan gigi
sekunder yang menandakan akhir dari periode transisi (Scheid & Weiss, 2012).
Gambar II.22 Erupsi gigi incisive sentral permanen rahang bawah ke dalam
rongga mulut dalam waktu yang hampir bersamaan dengan erupsi gigi molar satu
permanen.
Gambar II.23 Erupsi gigi incisive sentral permanen. Pada ujung incisal terdapat
mamelons.
(Nelson, 2015)
42
Gigi sekunder akan muncul ke dalam rongga mulut jika gigi primer sudah
tanggal. Proses hilang atau tanggalnya gigi primer disebut proses eksfoliasi. Setelah
gigi primer tanggal, maka mahkota gigi sekunder akan semakin dekat ke permukaan
dan siap untuk erupsi. Scheid (2012, p.332) mengungkapkan, “Akar gigi primer
lengkap hanya untuk periode yang singkat. Sekitar tiga tahun setelah pembentukan
selesai, akar gigi primer mulai diresorpsi, biasanya pada apeks atau pada salah satu
sisi dekat apeks. Resorpsi akar gigi primer terjadi bersamaan dengan mahkota gigi
sekunder yang akan menggantikan gigi primer memulai pergerakan ke arah oklusal,
sehingga melewati akar primer. Peningkatan hilangnya perlekatan gigi dari proses
resorpsi akar menghasilkan pengenduran dari gigi primer sehingga gigi primer
Gambar II.24 Gigi molar satu permanen sudah muncul di dalam rongga mulut
menandakan dimulainya periode transisi. (A) Rahang atas, (B) Rahang Bawah.
(Nelson, 2015)
43
usia 18 ̶ 25 tahun jika gigi molar ketiga termasuk. Gigi incisive, caninus, dan
Gambar II.25 Gigi permanen lengkap berjumlah 32 buah. (A) Rahang Atas, (B)
Rahang Bawah.
(Nelson, 2015, p.30)
.
Mahkota gigi sekunder yang pertama terbentuk saat lahir adalah gigi molar
satu. Mahkota gigi-geligi sekunder terus dibentuk hingga usia 16 tahun ketika
mahkota gigi molar ketiga lengkap (Scheid & Weiss, 2012, p.333). Nelson (2015,
lingual dari akar gigi primer. Perkembangan gigi premolar, yang akhirnya
menggantikan gigi molar primer, berada dalam bifurkasi akar molar primer.”
44
M1 (6 ̶ 7 tahun) M1 (6 ̶ 7 tahun)
1
I1 (6 ̶ 7 tahun)
2 I1 (7 ̶ 8 tahun) I2 (7 ̶ 8 tahun)
3 I2 (8 ̶ 9 tahun)
4 C (9 ̶ 10 tahun)
5 P1 (10 ̶ 11 tahun)
Ketika gigi molar satu sekunder erupsi, gigi incisive sentral rahang bawah
juga erupsi dalam waktu yang hampir bersamaan. Incisive lateral rahang bawah
sentral rahang atas erupsi dan satu tahun setelahnya diikuti dengan erupsi incisive
lateral rahang atas. Gigi caninus dan premolar erupsi antara usia 9 ̶ 12 tahun. Gigi
menggantikan gigi molar primer. Setelah gigi incisive lateral rahang atas erupsi,
gigi premolar satu rahang atas erupsi. Gigi caninus rahang bawah terkadang juga
muncul pada waktu yang bersamaan. Gigi premolar dua erupsi satu tahun
setelahnya, lalu diikuti dengan erupsi gigi caninus rahang atas. Pada usia 12 tahun,
45
gigi molar kedua erupsi. Gigi molar ketiga tidak muncul sampai sekitar usia 17
tahun atau lebih. Akar gigi sekunder lengkap sekitar 3 tahun setelah muncul ke
Gambar II.26 Saat usia 7 tahun. Gigi M1 sudah erupsi ke dalam rongga mulut
dan mencapai oklusi. Gigi premolar berada pada bifurkasi gigi molar.
Gambar II.27 Saat usia 11 tahun. Gigi caninus rahang atas sudah erupsi. Mahkota
gigi M2 sudah terbentuk namun belum erupsi ke dalam rongga mulut.
46
Gambar II.28 Saat usia 12 tahun. Gigi M2 sudah erupsi ke dalam rongga mulut
dan gigi sekunder lainnya sudah mencapai oklusi.
Gambar II.29 Saat usia 21 tahun. Seluruh gigi permanen sudah erupsi ke dalam
rongga mulut dan sudah mencapai oklusi.
47
Rahang Atas
C 4 ̶ 5 bulan 6̶7 11 ̶ 12 13 ̶ 15
P1 1½ ̶ 1¾ tahun 5̶6 10 ̶ 11 12 ̶ 13
P2 2 ̶ 2¼ tahun 6̶7 10 ̶ 12 12 ̶ 14
M2 2½ ̶ 3 tahun 7̶8 12 ̶ 13 14 ̶ 16
M3 7 ̶ 9 tahun 12 ̶ 16 17 ̶ 21 18 ̶ 25
Rahang Bawah
C 4 ̶ 5 bulan 6̶7 9 ̶ 10 12 ̶ 14
P1 1¼ ̶ 2 tahun 5̶6 10 ̶ 12 12 ̶ 13
P2 2¼ ̶ 2½ tahun 6̶7 11 ̶ 12 13 ̶ 14
M2 2½ ̶ 3 tahun 7̶8 11 ̶ 13 14 ̶ 15
M3 8 ̶ 10 tahun 12 ̶ 16 17 ̶ 21 18 ̶ 25
48
2.6.1 Enamel
dentin yang terletak di bawah enamel atau karena adanya restorasi di sekitar enamel.
Tidak seperti jaringan mineral lain yaitu tulang, dentin, dan sementum yang
dibentuk oleh sel mesenkim, enamel dibentuk oleh sel epithelial. Berbeda dengan
terbentuk sejak sebelum erupsi gigi berlangsung. Enamel dewasa ada yang acelular
dan sel yang membentuknya akan hilang selama erupsi gigi berlangsung.
sekitar 96% mineral, bahan organik 2%, dan air 2%. Komponen mineral, seperti
jaringan mineral lainnya, beberapa ion kalsium, fosfat, dan hidroksil kristal enamel
karbonat, dan fluoride. Secara teknis, mineral dari enamel adalah subtitute
hydroxyapatite.
49
memiliki enam sisi jika dilihat di penampang. Kristal enamel jauh lebih besar
enamel.
Kandungan organik dari mature enamel terdiri dari residu protein matriks
enamel (amelogenin dan non-amelogenin protein) atau fragmen protein ini. Protein
ini diproduksi oleh ameloblasts, sel-sel yang membuat enamel, dan mereka
sepanjang dengan sebagian air dalam matriks digantikan untuk membuat ruang
protein saliva yang terserap ke kristal enamel atau dimasukkan selama perbaikan
Kristal enamel mengatur diri dan membentuk enamel rod (atau prisma) yang
berukuran 2,5 sampai 3 mm,tergantung pada gigi dan lokasinya. Tambahan kristal
enamel, yang terletak di enamel interrod, mengelilingi setiap enamel rod. Kristal
enamel interrod berorientasi pada sudut dari batang tersebut. Sekitar oklusal atau
insisal tiga perempat masing-masing enamel rod, orientasi berbeda dari batang dan
kristal interrod menciptakan sedikit ruang. Ruang ini berisi peningkatan jumlah
50
protein matriks residual dan disebut rod sheath. Sebagai hasil dari variasi
pembentukan permukaan enamel pada saat itu. Muncul pada interval hari ke 7-11
mengandung sedikit mineral dan banyak residu enamel matriks protein. Enamel
2.6.2 Dentin
Merupakan jaringan yang berada di bawah enamel. Berasal dari sel mesenkim.
sementum yang menutupi bagian akar dari gigi. Sifatnya lebih elastis dan
mengandung lebih sedikit mineral dari enamel, resisten terhadap fraktur (retak), dan
seperti enamel,dentin mudah terkena karies. Apabila terpapar bebas maka akan
Frank, 2014)
Tersusun atas 70% mineral, 20 % materi organik, dan 10% air. Mineral terdiri
dari hydroxiapatite, materi organik terdiri paling banyak dari colagen tipe I namun
juga terdiri dari non-collagen (protein, proteglycans, enzim, dan growth factor).
gigi sedangkan secondary dentin muncul setelah primary dentin selesai dibuat.
Deposisi dan mineralisasi yang terus menerus oleh matriks dentin di sekitar
2.6.3 Pulpa
Berasal dasi sel mesenkim. Terdiri dari banyak pembuluh darah, vaskularisasi
getah bening dan juga saraf yang ketiganya masuk melalui apical foramina. Inervasi
pulpa berasal dari saraf sensorik aferen yang merupakan percabangan dari nervus
menjalar ke maksila yang mempersarafi gigi yang ada pada maksila, dan ke
mandibula yang mempersarafi gigi yang ada pada mandibula. Nervus yang terdapat
di pulpa terbagi menjadi beberapa jenis yaitu A-β dan A-ȣ (merupakan nervus cepat
cells yang terdiri dari leukosit, mast cell, limfosit B dan T untuk mekanisme
2.7.1 Sementum
Mengandung banyak kolagen. Fungsi utama sebagai tempat perlekatan serabut dari
tempatnya. Terdiri dari sementum acelular yang menutupi dentin pada bagian
koronal akar. Sementum acelular hanya terdiri dari ektraseluler matriks. Sementum
celullar menutupi dentin pada bagian apikal akar dan pada area percabangan dari
gigi yang memiliki lebih dari satu akar. Sementum celullar memiliki cementoblast
merupakan jaringan avaskular dan memiliki sedikit saraf (Hand & Frank, 2014).
(Colagen tipe I 90%) dan air. Terdapat serat Shrpey’s yang menjulur dari processus
menahan kekuatan dari oklusi pada gigi. Memiliki principle fibers yang yang
berfungsi untuk menahan gigi agar tidak berpindah tempat dan terbagi menjadi
beberapa jenis
1. Alveolar crest
2. Horizontal fibers
3. Oblique fibers
4. Apical fibers
5. Interradicular fibers
pulpa, tulang alveolar, dan gingiva. Sel yang terdapat di jaringan ini adalah
Processus alveolar pada mandibula dan maksila tumbuh saat erupsi gigi dan
keberadaan tulang alveolar ini bergantung pada adanya gigi. Jika gigi hilang/copot
maka tulang alveolar akan diserap dan tinggi dari processus alveolar akan
berkurang di area tersebut. Processus alveolar terdiri dari cortical plate dari tulang
kompak, central regions dari trabecular, tulang, dan marrow spaces, soket gigi.
Disekitar gigi anterior tidak ada tulang trabecular, sedangkan alveolar dan cortical
bone menyatu. Tulang Alveolar disebut juga bundle bone karena terdapat insersi
2.7.4 Gingiva
Terbentuk papilla dentis diantara 2 gigi yang berdekatan. Gingiva dan jaringan gigi
dipisahkan oleh sebuah sulcus. Di bagian permukaan gingiva dilapisi epitel gepeng
Dari jaringan tersebut terdapat serabut-serabut sharpey yang berasal dari collum
dentis dan radix yang melingkari gingiva, disebut sebagai ligamentum circullare
adanya bayangan yang diakibatkan oleh enamel dan ukuran komparatif dari tulang
begitu juga radiolusen di bagian regio servikal gigi yang tidak ditumpangi struktur
lain. Servikal dentin, yang tidak ditumpangi tulang alveolar atau enamel sangat
mudah ditembus oleh sinar-X pada aspek lateral. Ujung dan lubang hidung juga
hidung dan sutura median terlihat jelas. Terkadang sulit untuk memperlihatkan
foramen incisive.
Gambar II.34 Radiografi gigi 21 (kiri) dan radiografi gigi 11 dan 21 (kanan)
(Pasler, 1993)
58
Terlihat pada gambar diatas bahwa bagian yang menampakkan radio opaque
adalah enamel, dan akar. Namun, bagian enamel terlihat sebagai bagian paling radio
opaque dari yang lainnya. Hal itu disebabkan oleh kandungan mineral yang sangat
tinggi di enamel. Semakin sedikit jaringan mineral pada suatu jaringan, maka
jaringan tersebut akan semakin terlihat radiolusen. Pada gambar di atas terlihat
bahwa bagian yang nampak radiolusen adalah pada bagian ginginva (7), tulang
Film dapat menunjukkan struktur lain seperti nasal process dari maxilla dan
nasal soft tissues yang merupakan hasil dari efek tambahan. Nasopalatine canal dan
foramen incisive terkadang terlihat menumpuk dengan gigi incisive sentral. Pada
proyeksi ini kedua akar dari premolar pertama muncul, dan terkadang lobus anterior
dari sinus maxillary terlihat. Struktur dari tulang terlihat sedikit terhubung. Ini
merupakan ciri khas dari maxilla. Gigi incisive yang rotasi atau miring di sentral
Gambar II.37 Hipodontia pada anak umur 7 tahun, akibat gigi premolar 2 tidak
tumbuh.
(Pasler, 1993)
Gigi insisiv sentral terdiri dari bagian akar/radix yang bagian luarnya dilapisi
sementum, dan bagian mahkota/korona yang bagian luarnya berupa enamel. Bagian
mahkota gigi merupakan bagian yang tidak dilapisi oleh jaringan keras maupun
lunak, sedangkan akar merupakan bagian gigi yang berada di dalam jaringan
periodontal. Bentuk mahkota gigi insisiv sentral seperti sekop, namun karena
bagian labialnya lebih datar dari gigi anterior lain gigi insisiv sentral nampak seperti
persegi. Korona gigi insisiv sentral atas terlihat paling jelas dan menonjol karena
berada tepat disebelah kanan dan kiri midline, dan mesiodistalnya paling lebar
dibanding gigi anterior lain. Sedangkan bagian akarnya panjang dan lebih tebal dari
insisiv sentral gigi primer, dengan ujung yang tumpul dan membulat.
Agar dapat dideskripsikan, bagian akar dan korona gigi dibagi menjadi tiga
bagian.
Bagian akar dibagi menjadi apikal yang merupakan ujung akar, medial, dan
servikal. Bagian mahkota dibagi secara orizontal dan vertikal. Tiga bagian mahkota
enamel, medial, dan insisal. Tiga bagian gigi secara vertikal terdiri dari mesial yaitu
bagian yang mendekati midline, medial, dan distal yaitu bagian yang menjauhi
midline. Sedangkan pembagian gigi dari aspek distal, secara vertikal terdiri dari
labial yaitu bagian yang menghadap gigi, medial, dan lingual yang menghadap
bagian lidah.
Selain pembagian gigi mejadi tiga divisi, terdapat juga pembagian garis sudut
Aspek Labial:
permanent
Aspek Palatal :
aspek labial
65
development groove.
Aspek Insisal:
lebih kecil). Sudut disto incisal lebih membulat dibandingkan incisivus 1. Ukuran
mesio distal lebih kecil daripada cervico incisal. Akar lebih panjang daripada
2.9.2 Caninus
Pada aspek Labial, mahkota tidak sama dengan gigi incisivus, karena caninus
punya titik kontak mesial dan distal tidak pada satu garis, mengecil ke arah cervix.
Cusp yang panjang dan tajam karena pertumbuhan baik. Gigi mengecil ke arah
Pada aspek Palatal, enamel ridge (incisal ridge) dan cingulum jelas dan
bersatu satu sama lain. Terlihat tubercal (tonjolan kecil) kelanjutan dari lingual
membagi palatal menjadi mesio dan disto palatal fossa (Nelson, 2015).
Pada aspek Mesial, outline hampir sama dengan gigi incisivus, tetapi
mempunyai proporsi yang berbeda (dimana 1/3 cervicalnya lebih besar daripada
1/3 cervical gigi incisivus). Distal tidak sama dengan mesial, lengkung permukaan
distal lebih kecil daripada aspek mesial. Cervical line lebih kecil daripada aspek
Pada aspek Incisal, bentuk mahkota seperti berlian.dan sudut-sudut pada titik
kontak mesial dan distal, pada 1/3 cervical pada permukaan labial kurang membulat
dibanding gigi caninus tetap rahang atas. Puncak cusp lebih ke distal sehingga
lereng mesial lebih panjang daripada lereng distal, memungkinkan inter cuspis
(pertemuan cusp) yang lebih baik daripada caninus rahang bawah (yang lereng
dibandingkan dengan gigi anterior rahang atas lainnya. Permukaan labialnya tidak
secembung gigi incisive lateral dan caninus, sehingga membuat gigi incisive sentral
tertinggi garis servikal dan titik terendah tepi incisal. Lebar mesio-distal mahkota,
pada area-kontak 8-9mm. Puncak kecembungan pada garis mesial dan distal
mesioincisal. Garis incisal biasanya lebih melengkung kebawah pada bagian tengah,
70
sehingga panjang mahkota lebih panjang pada bagian tengah dibandingkan daerah
sudut.
Akar incisive sentral terlihat berbentuk kerucut dengan sudut yang relative
Garis servikal hampir sama dengan aspek labial, dibawah garis servikal terdapat
tonjolan halus yang disebut cingulum. Dibawah cingulum terdapat cekungan yang
disebut lingual fossa. Lingual fossa dibatasi oleh marginal ridge mesial dan distal,
incisal ridge, dan cingulum. Akar dan mahkota menyempit pada bagian lingual.
Akar pada bagian serviks berbentuk triangular dengan sudut yang membulat.
71
Mahkota terlihat berbentuk wedge atau triangular. Dari aspek mesial, akan
terlihat puncak kelengkungan garis servikal dari aspek palaal dan labial. Garis labial
terlihat sedikit cembung, sedangkan garis palatal mecembung pada cingulum dan
mencekung pada mesial marginal ridge lalu sedikit mencembung lagi pada
linguoincisal ridge dan incisal ridge. Garis servikal pada sisi mesial incisive sentral
Mahkota terlihat menebal pada 1/3 incisal, hal ini dikarenakan kemiringan
permukaan labial
Dari aspek incisal, mahkota menutupi akar sehingga akar tidak terlihat. Pada
bagian 1/3 incisal. garis labial mahkota terlihat luas dan rata jika dibandingkan
dengan garis palatal. Sedangkan pada bagian servikal, garis labial terlihat koveks.
sudut incisal membulat. Garis mesial mahkota menyerupai incisive sentral dengan
terdapat pada pertemuan 1/3 middle dan 1/3 incisal. Garis distal lebih membulat
incisive lateral relative sempit, biasanya 2mm lebih sempit disbanding incisive
sentral. Panjang mahkota rata-rata 2-3 mm lebih pendek disbanding incisive sentral,
dan akarnya biasanya lebih panjang. Panjang akarnya biasanya 1,5 kali panjang
mahkota.
Cingulum menonjol dna pada lingual fossa terdapat grooves yang dalam.
Linguonicisal fossa lebih cekung daripada incisive sentral. Gigi menyempit pada
bagian palatal.
Menyerupai incisive sentral dengan akar yang lebih panjang dan mahkota
sentral. Incisal ridge yang berkembang membuat mahkota terlihat lebih tebal
Mahkota terlihat lebih tebal dibandingkan dari sisi mesial, hal ini dikarenakan
posisi mahkota pada akar. Kelengkunagn dari garis servikal lebih tidak dalam
Aspek insisal dari gigi ini menyerupai insisivus sentral, atau mungkin saja
kaninus kecil. Garis insisal mengikuti lengkung gigi sehingga garis insisal distal
2.10.3 Caninus
Gigi caninus masing-masing adalah gigi ketiga dari garis tengah, kanan dan
kiri, di rahang atas dan rahang bawah. Mereka sering disebut sebagai landasan
sepanjang gigi seri sentral atas, dan akar tunggal lebih panjang daripada gigi lainnya.
Mahkota gigi caninus meruncing, akar berkembang kuat, gigi ini mungkin
Dalam fungsinya, gigi taring mendukung gigi seri dan gigi premolar, karena
Garis besar aspek labial atau lingual dari gigi kaninus rahang atas adalah
serangkaian kurva atau busur kecuali untuk sudut yang dibuat oleh ujung titik
puncak. Puncak ini memiliki mesial insisal ridge dan distal insisal ridge.
Setengah bagian mesial dari mahkota membuat kontak dengan gigi insisivus
lateral, dan setengah bagian distal kontak dengan gigi premolar pertama. Oleh
karena itu daerah kontak dari gigi kaninus rahang atas berada pada tingkat yang
Gambar II.64 Rahang gigi kaninus sebelah kanan, aspek lingual dan insisal.
(Nelson, 2015)
CL, Cervical line (garis servikal); C, cingulum; MMR, mesial marginal ridge;
MLF, mesiolingual fossa; MCR, mesial cusp ridge; DCR, distal cusp ridge; LR,
Akar dari gigi kaninus rahang atas tampak ramping dari aspek labial bila
dibandingkan dengan sebagian besar mahkota; itu adalah berbentuk kerucut dalam
bentuk dengan yang terus terang menunjuk ke apex. Hal ini tidak biasa untuk akar
ini memiliki kurva tajam di sekitar sepertiga apikal. Kelengkungan ini mungkin di
mesial atau arah distal, tetapi dalam banyak kasus adalah yang kedua (lihat Gambar
8-9, 1 dan 6). Permukaan labial dari akar yang halus dan cembung di semua titik.
Mahkota dan akar bagian lingual lebih sempit dari labial. Garis cervical dari
menunjukkan lebih rata kelengkungan. Jalur ini mungkin langsung untuk interval
Cingulum yang besar, dan dalam beberapa kasus, menunjuk seperti cusp kecil.
Pada tipe ini, ridge yang pasti ditemukan pada permukaan lingual dari mahkota
bawah cingulum dan antara dengan kuat berkembang ridge marginal. Meskipun
80
lekukan dapat ditemukan antara bentuk ridge ini, jarang sekali adalah setiap alur
dengan ujung cusp; ini meluas ke titik dekat cingulum itu. kecekungan dangkal
yang jelas antara ridge ini dan ridge marginal. Ketika kecekungan ini hadir, mereka
fossae atau kecil ridge sulit dibedakan. Namun, kecenderungan ada arah
kecekungan di mana fossae yang biasanya ditemukan, dan ridge marginal berat
dengan cingulum terbentuk dengan baik yang diharapkan. Cingulum halus, ridge
marjinal, dan bagian lingual dari bagian bergerigi insisal biasanya anak sungai,
Bagian lingual akar gigi taring rahang atas lebih sempit daripada bagian labial.
Karena formasi ini, banyak permukaan mesial dan distal dari akar terlihat dari aspek
lingual. lekukan perkembangan mesial dan distal dapat dilihat pada sebagian besar
akar ini, memperpanjang sebagian besar panjang akar. Lingual ridge akar agak
sempit, tetapi halus dan cembung di semua titik dari garis cervical ke ujung apikal.
Aspek mesial canine rahang atas menyajikan garis besar bentuk fungsional
dari gigi anterior. Namun, secara umum menunjukkan sebagian yang lebih besar
serviks dan titik apit yang diwakili oleh ujung titik puncak.
sejauh kelengkungan insisivus sentral dan lateral rahang atas. Namun demikian,
puncak lengkungan yang ditemukan pada tingkat yang lebih insisal, karena labial
tengah dan lobus lingual yang lebih berkembang. Banyak gigi taring menunjukkan
area pipih labial di ketiga serviks dari mahkota, yang muncul sebagai garis lurus
dari aspek mesial. Hal ini dipertanyakan seberapa banyak memakai hubungannya
Di bawah ketiga serviks mahkota, wajah labial dapat disajikan oleh garis
hanya sedikit cembung dari puncak lengkungan di ketiga serviks ke ujung titik
puncak. Jalur ini biasanya menjadi tegak saat mendekati titik puncak.
Seluruh garis labial dari aspek mesial menunjukkan lebih konveks dari garis
cervical ke ujung titik puncak dari gigi insisivus sentral atas tidak dari serviks ke
insisal tepi.
Lingual garis besar mahkota dari aspek mesial dapat ditunjukkan dengan garis
Garis cervical yang mencantumkan dasar mahkota dari ini kurva spect
besar akar dari aspek ini adalah berbentuk kerucut, dengan puncak meruncing atau
terus terang menunjuk ke. Akar pada kurva labial ke arah ketiga apikal. Garis labial
82
dari akar mungkin hampir tegak lurus, dengan sebagian besar lancip muncul di sisi
lingual.
Posisi ujung titik puncak dalam kaitannya dengan sumbu panjang akar adalah
berbeda dari insisivus sentral dan lateral rahang atas. Sebuah garis membagi dua
titik puncak adalah labial ke saluran membagi dua akar. Garis membagi dua akar
insisivus sentral dan lateral juga membagi dua bagian bergerigi insisal.
titik kecuali untuk area kecil, dibatasi di atas area kontak, di mana permukaan
dangkal untuk bagian dari panjang akar. Lekukan perkembangan pada akar berat
perpindahan.
Aspek distal kaninus rahang atas menunjukkan sedikit bentuk yang sama
kelengkungan kurang menuju bukit puncak; punggungan marjinal distal lebih berat
dan lebih teratur dalam garis besar; permukaan menampilkan lebih cekung,
biasanya di atas area kontak; dan depresi perkembangan di sisi distal dari akar
Aspek insisal dari gigi taring rahang atas menekankan proporsi gigi ini
mesiodistal dan labiolingual. Secara umum, dimensi labiolingual lebih besar dari
muncul di mana mahkota lebih besar dari biasanya dalam arah labiolingual.
Dari aspek insisal, jika gigi dengan benar ditimbulkan sehingga sumbu
panjang akar adalah langsung di garis visi, ujung titik puncak adalah labial ke pusat
Jika gigi itu harus dipotong secara labiolingual dimulai di pusat titik puncak
mahkota, dua bagian akan menunjukkan akar lebih merata dibelah, dengan porsi
mesial membawa sebagian sempit mahkota mesiodistal dari itu dilakukan oleh
bagian distal gigi. (Catatan proporsi yang ditunjukkan oleh garis fraktur di enamel
pada Gambar 8-11, 9.) Namun demikian, bagian mesial menunjukkan sebagian
mahkota dengan sebagian labiolingual lebih besar. Mahkota gigi ini memberikan
kesan memiliki seluruh bagian distal direntangkan untuk melakukan kontak dengan
premolar pertama.
Punggungan dari lobus labial tengah sangat terlihat labial dari aspek insisal.
Itu mencapai konveks terbesarnya di ketiga serviks mahkota, menjadi lebih luas dan
busur pendek dari yang labial dari aspek ini mungkin menggambarkan garis besar
cingulum itu. Perbandingan ini bertepatan dengan dimensi mesiodistal relatif akar
Sebuah garis membagi dua titik puncak dan titik puncak ridge ditarik ke arah
mesiodistal hampir selalu lurus dan membagi dua busur pendek wakil dari area
kontak mesial dan distal. Fakta ini menekankan hubungan erat antara gigi taring
rahang atas dan beberapa gigi seri lateral, karena mereka mirip satu sama lain dalam
karakteristik ini. Seperti yang telah disebutkan dalam Bab 6, dua jenis insisivus
lateral rahang atas termasuk yang menyerupai taring dari aspek insisal dan lain-lain
yang menyerupai gigi seri tengah. Yang terakhir seharusnya mayoritas. Tentu, gigi
insisivus lateral yang menyerupai gigi taring yang relatif luas secara labiolingual,
dan orang-orang yang menyerupai gigi seri tengah sempit ke arah itu.
Aspek insisal dari yang paling gigi taring, rahang atas atau rahang bawah,
dapat diuraikan dalam banyak kasus oleh serangkaian busur. Gambar 8-11, 6,
misalnya, dapat ditarik hampir sempurna dengan bantuan kurva Perancis, alat
menggambar yang digunakan dalam penyusunan untuk menarik busur dari berbagai
derajat.
85
a. Gigi sulung mememiliki ukuran yang lebih kecil dibanding gigi permanen
dengan nama yang sama (yaitu, gigi insisif dan kaninus sulung lebih kecil
daripada gigi insisif dan kaninus permanen, dan gigi molar pertama dan kedua
sulung lebih kecil daripada gigi molar pertama dan kedua permanen).
b. Mahkota dan gigi akar sulung memiliki tanda berupa kontriksi pada servikal,
tampak seperti terjepit di sekitar CEJ. Dengan demikian, mahkota gigi sulung
servikal membentuk lingir servikal labial dan singulum lingualis yang lebih
c. Gigi sulung memiliki akar yang relatif lebih panjang daripada mahkota jika
atrisi yang luas (keausan karena kontak gigi dengan gigi), yang diperparah
dengan hubungan yang bergeser antara gigi atas dan bawah akibat dari
e. Lapisan email dan dentin pada gigi sulung lebih tipis dibandingkan pada gigi
permanen, sehingga ruang pulpa lebih besar dan lebih dekat dengan
permukaan. Oleh karena itu, proses karies dapat lebih cepat berkembang
mendekati pulpa melalui lapisan email dan dentin yang tipis tersebut
dibandingkan dengan lapisan email dan dentin yang tebal pada gigi dewasa,
87
dan dokter gigi harus berhati-hati sehingga tidak membuka pulpa saat
melakukan preparasi tambalan pada gigi sulung karena pulpa lebih dekat
dengan permukaan.
g. Gigi sulung memiliki bentuk yang lebih konsisten dibandingkan dengan gigi
2.13 Sifat yang Membedakan Insisif Sentral Atas dan Insisif Lateral Atas
Tabel II.6 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek labial.
Insisif Sentral Insisif Lateral
Mahkota lebih besar, lebih lebar ke Mahkota lebih kecil, lebih sempit ke
servikal servikal
Sudut medial insisal adalah sudut Sudut mesial insisal lebih bulat
lurus
Kontak distal lebih dekat dengan Kontak distal dekat sepertiga tengah
lingir insisal
Ujung akar jarang bengkok ke distal Ujung akar sering bengkok ke distal
Tepi insisal lebih dekat ke horizontal Tepi insisal miring di servikal ke
distal
88
Gambar II.70 Gambar Insisif Sentral Atas (kanan) dan Insisif Lateral Atas (kiri)
dari Aspek Labial.
(Scheid & Weiss, 2012)
Tabel II.7 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek lingual.
Insisif Sentral Insisif Lateral
Fosa lingual yang dangkal lebih Fosa dalam tetapi kecil
besar
Posisi singulum di distal Singulum di tengah
Ceruk lingual jarang ada Ceruk lingual lebih sering ada
Gambar II.71 Gambar Insisif Sentral Atas (kanan) dan Insisif Lateral Atas (kiri)
dari Aspek Lingual.
(Scheid & Weiss, 2012)
89
Tabel II.8 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek proksimal.
Insisif Sentral Insisif Lateral
Kekonkafan mahkota lingual lebih Kekonkafan mahkota lingual sedikit
dalam lebih dangkal
Outline akar lebih melengkung pada Akar lebih sering meruncing ke
lingual daripada fasial fasial dan lingual
Gambar II.72 Gambar Insisif Sentral Atas (kiri) dan Insisif Lateral Atas (kanan)
dari Aspek Proksimal (mesial).
(Scheid & Weiss, 2012)
Tabel II.9 Perbedaan insisiv sentral dengan lateral rahang atas aspek insisal.
Insisif Sentral Insisif Lateral
Mahkota terlihat lebih lebar di Mahkota minimal lebih lebar di
mesiodistal daripada fasiolingual mesiodistal daripada fasiolingual
Outline mahkota secara kasar Outline mahkota lebih bulat atau
berbentuk segitiga oval
Singulum sedikit keluar dari tengah Singulum di tengah
ke arah distal
Tepi insisal melengkung di Tepi insisal lebih lurus di mesiodistal
mesiodistal
90
Gambar II.73 Gambar Outline Insisif Sentral Atas (kanan) lebih berbentuk
segitaga dan Insisif Lateral Atas (kiri) lebih berbentuk bulat.
(Scheid & Weiss, 2012)
Gambar II.74 Gambar Insisif Sentral Atas (kanan) dan Insisif Lateral Atas (kiri)
dari Aspek Insisal.
(Scheid & Weiss, 2012)
91
2.14.1.1 Microdontia
yang lebih kecil dari normal, yaitu di luar batas-batas variasi biasanya. Microdontia
a. True generalized microdontia: Dalam jenis microdontia ini, semua gigi lebih
kecil dari normal. Selain dari kejadian dalam beberapa kasus pituitary
dwarfisme atau Down’s Syndrome, kondisi ini sangat jarang ditemukan. Gigi
normal atau sedikit lebih kecil daripada normal gigi tetapi berada di rahang
yang agak lebih besar daripada normal, sehingga ada ilusi jenis microdontia
jenis pertama. Hal ini terjadi karena menurut penelitian bahwa seseorang
dapat mewarisi rahang ukuran dari salah satu orang tua dan ukuran gigi dari
seperti ini.
Microdontia yang hanya terjadi pada salah satu gigi merupakan kondisi yang
lebih umum dari jenis lainnya. Jenis ini paling sering terjadi pada gigi seri
lateral rahang atas dan molar ketiga. Dan dua gigi di antara mereka yang
paling sering hilang secara kongenital. Meskipun gigi lainnya yang sering
hilang secara kongenital, gigi premolar 2 rahang atas dan rahang bawah
gigi (supernumerary teeth), namun dalam ukuran gigi yang kecil. Microdontia
pada molar ketiga menyebabkan gigi tampak kecil dan tidak sempurna
Salah satu bentuk umum microdontia ini juga adalah yang terjadi pada rahang
atas gigi seri lateral, suatu kondisi yang disebut 'pasak lateral'. Bukannya
menunjukkan bentuk paralel atau divergen permukaan mesial dan distal, sisi-
mahkota berbentuk pasak atau berbentuk kerucut. Akar gigi tersebut juga
93
lebih pendek daripada biasanya. Microdontia jenis ini biasanya terjadi akibat
Gambar II.76 Microdontia involving a single tooth pada gigi insisiv lateral
rahang atas
Gambar II.77 Hasil Radiografi Microdontia involving a single tooth pada rahang
atas.
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
94
2.14.1.2 Macrodontia
Macrodontia adalah kebalikan dari microdontia dan mengacu pada gigi yang
lebih besar daripada normal. Gigi tersebut dapat diklasifikasikan dengan cara yang
gigi lebih besar dari normal, biasanya dikaitkan dengan pituitary gigantisme, tetapi
sangat jarang terjadi. Relative generalized macrodontia agak lebih umum terjadi
yang merupakan hasil dari ukuran normal atau sedikit lebih besar daripada normal
gigi di rahang yang kecil, perbedaan dalam ukuran ini memberikan ilusi
satu gigi) relatif jarang terjadi, tapi kadang-kadang terlihat. Belum diketahui
etiologinya. Gigi mungkin tampak normal dalam segala hal kecuali ukurannya.
odontogenesis, dua atau lebih gigi telah menghasilkan gigi satu yang besar.
Macrodontia lokal ini adalah jenis yang kadang-kadang terlihat dalam kasus
mengalami kelainan mungkin jauh lebih besar daripada sisi yang tidak mengalami
kelainan.
95
Gambar II.78 Macrodontia involving a single tooth pada gigi insisiv sentral
rahang atas kanan.
2.14.2.1 Gemination
Gemination pada gigi adalah anomali yang timbul pada saat gigi tunggal
Struktur ini biasanya satu gigi dengan dua mahkota sempurna atau tidak sempurna
terpisah yang memiliki satu akar dan saluran akar. Terjadi pada gigi susu serta
permanen, dan dalam beberapa kasus yang dilaporkan, tampaknya kelainan ini
Gambar II.79 Gemination pada gigi insisiv central rahang atas kanan
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
96
2.14.2.2 Fusion
tumbuh. Tergantung pada tahap perkembangan gigi pada saat proses penggabungan,
kekuatan fisik atau tekanan yang menyebabkan kontak dari gigi pada proses
perkembangan sehingga mereka mengalami fusi. Jika kontak ini terjadi lebih awal,
setidaknya sebelum pengapuran dimulai, dua gigi tersebut mungkin dapat benar-
benar menyatu untuk membentuk satu besar yang gigi. Jika kontak gigi terjadi
penyatuannya hanya terjadi pada akar. Bagian dentin merupakan yang selalu
menyatu dalam kasus fusi. Gigi yang mengalami fusi mungkin memiliki kanal akar
terpisah atau menyatu, dan kondisi ini umum di gigi susu maupun gigi permanen.
Pada kenyataannya, Grahnen dan Granath telah melaporkan bahwa fusi gigi lebih
umum di gigi susu daripada di gigi permanen. Dalam beberapa kasus kondisi ini
terjadi mungkin berhubungan dengan penampilan (estetik), jarak antar gigi, dan
kondisi periodontal yang disebabkan oleh menyatu gigi telah dibahas oleh Mader,
Gambar II.80 Fusion pada insisiv sentral dengan insisiv lateral rahang bawah
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
Gambar II.81 Hasil Radiografi Fusion pada insisiv sentral dengan insisiv lateral
rahang bawah
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
2.14.2.3 Concrescence
Concrescence adalah fusi yang terjadi setelah pembentukan akar telah selesai.
Dalam kondisi ini, gigi disatukan hanya oleh cementum. Biasanya terjadi sebagai
akibat dari cedera traumatis atau gigi yang berkerumun dengan resorpsi pada tulang
interdental sehingga dua akar yang terjadi kontak dan digabungkan oleh
gigi telah erupsi. Meskipun biasanya melibatkan hanya dua gigi, ada setidaknya
satu kasus pada catatan gabungan tiga gigi oleh cementum. Diagnosis dapat
diketahui dengan adanya pemeriksaan radiografi. Karena dengan adanya gigi yang
2.14.2.4 Dilaceration
Istilah dilaceration mengacu pada angulation atau tikungan tajam atau kurva,
di akar atau mahkota gigi yang terbentuk. Kondisi ini biasanya terjadi karena
terkalsifikasi pada gigi menjadi berubah dan sisa dari giginya terbentuk sudut.
Kurva atau lekukan dapat terjadi di mana saja sepanjang gigi, kadang-kadang di
bagian servikal gigi, sepanjang akar, atau bahkan hanya di puncak akar, tergantung
pada jumlah akar yang terbentuk ketika terjadi cedera/trauma. Telah ditekankan
oleh van Gool bahwa cedera gigi permanen dapat mengakibatkan dilaceration,
sering cedera traumatis pada gigi susu, seperti saat gigi terdorong ke arah apical
cingulum rahang atas atau rahang bawah gigi seri permanen. Titik ini menyatu
dengan puncak gigi, kecuali ada alur dalam perkembangan sehingga titik tersebut
menyatu dengan permukaan miring lingual gigi. Titik ini terdiri dari enamel, dentin,
dan jaringan pulpa. Anomali ini telah dibahas oleh Mellor dan Ripa, yang
menekankan masalah ini bagi pasien menimbulkan masalah dalam hal estetika,
gangguan oclusal, titik ini harus dihilangkan, tetapi akan masalah pada jaringan
pulpa sehingga memerlukan perawatan saluran akar. Untungnya, anomali ini cukup
jarang terjadi di antara populasi umum. Namun, telah dilaporkan oleh Gardner dan
Girgis yang tampaknya kelainan ini umumnya terjadi pada orang dengan sindrom
Rubinstein-Taybi. Kelainan ini belum dilaporkan sebagai bagian dari integral dari
mungkin kelainan ini dapat dikaitkan dengan anomali lain yang bersifat somatik
dan odontogenic.
101
Gambar II.85 Talon Cups pada gigi insisiv sentral kanan rahang atas
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
yang timbul akibat adanya invaginasi pada enamel. Invaginasi ini terjadi sebelum
lokal, pertumbuhan focal yang terhambat maupun terstimulasi di area tertentu pada
adalah insisiv lateral permanen maksila. Kejadian ini cukup umum dan memiliki
derajat variasi yang besar. Abnormalitas ini dapat meningkatkan risiko karies pada
gigi yang terlibat dan dapat berujung pada infeksi pulpa. Dens invaginatus memiliki
tingkat keparahan dengan yang paling parah yaitu invaginasi mencapai pulpa dan
Gambar II.86 Dens in Dente, gambaran radiografi (kiri) dan sediaan (kanan).
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
terbentuknya cusp tambahan pada permukaan oklusal. Gigi yang seing terlibat
adalah premolar (Rajendran & Sivapathasundharam, 2012) dan dapat ditemui pula
2.14.2.8 Taurodontism
Taurodontism dapat terjadi pada gigi susu dan gigi permanen. Kelainan ini
disebabkan oleh gagalnya selaput epitel Hertwig’s berada pada posisi seharusnya.
Kasus ini sering ditemukan pada penderita Down syndrome atau Klinefelter’s
syndrome.
Gambar II.88 Kiri: perbandingan gigi normal (kiri) dengan taurodontism (kanan);
Kanan: gambaran radiogragis dari gigi taurodontism.
(Rajendran & Sivapathasundharam, 2012)
daripada seharusnya. Kondisi ini tidak jarang dan dapat terjadi pada gigi apapun.
Kelainan ini jika tidak terdeteksi pada saat ekstraksi maka dapat meninggalkan sisa
Anodontia adalah keadaan dimana rahang tidak terdapat gigi sama sekali.
Dibagi menjadi dua, Anodontia sejati adalah keadaan tidak adanya gigi akibat tidak
adanya benih. Keadaan ini sangat jarang terjadi dan bisanya dibawa oleh penyakit
lain seperdi hipoplasia ektoderm dan Down’s Syndrome (Cawson & Odell, 2002).
Anodontia palsu adalah keadaan dimana gigi hilang akibat ekstraksi. Anodontia
terjadi baik pada gigi susu maupun gigi permanen (Rajendran &
Sivapathasundharam, 2012).
adalah keadaan dimana lebih dari 6 gigi yang hilang. Gigi yang hilang umumnya
M3 akibat faktor tren evolusi maupun karena impaksi. Kemudian gigi yang
Gigi yang hilang dapat dikarenakan tidak adanya benih secara kongenital,
mutasi dan dibawa oleh autosomal dominan, atau karena hancurnya benih gigi
2.14.3.2 Hiperdontia
berlebih dapat bersumber dari benih gigi ketiga dari dental lamina atau
2012).
Gigi yang berlebih dapat sebagai supplemental (bentuk dan ukuran normal)
maupun rudimentary (bentuk dan ukuran abnormal). Gigi yang umum terjadi
hiperdontia adalah pada anterior rahang atas berupa mesiodens, yaitu gigi berlebih
rudimentary yang muncul antara insisiv sentral kanan dan kiri rahang atas, dan
Kelainan ini umumnya dibawa oleh penyakit atau sindrom lain seperti
Tilakaratne, 2014).
106
2.14.3.3 Impaksi
Bayi terkadang lahir dengan memiliki struktur yang mirip gigi yang telah
pada puncak gingiva dan dapat dihilangkan dengan mudah (Rajendran &
Sivapathasundharam, 2012).
Post permanent dentition dapat terjadi setelah gigi permanen tanggal (akibat
ekstraksi maupun hal lain) dan biasanya terjadi setelah pemakaian gigi tiruan
lengkap. Umumnya disebabkan oleh erupsi yang tertunda dari gigi yang terpendam.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang gadis berusia 15 tahun, Noni, dibawa oleh ibundanya ke RSGM FKG
Unpad untuk menanyakan tentang keadaan gigi depan rahang atas bagian kanan
Noni yang memiliki bentuk yang tidak biasa dan gigi bagian kirinya yang hilang.
Gigi depan bagian kanan lebih kecil daripada seharusnya dan terlihat seperti gigi
bayi, sedangkan gigi dean bagian kirinya tidak muncul sama sekali.
Gigi depan terdiri dari gigi seri (insisiv) yang dibagi menjadi sentral dan
lateral, dan gigi taring (caninus). Pada rahang atas, gigi insisiv sentral terlihat lebih
secembung gigi incisive lateral dan caninus, sehingga membuat gigi incisive sentral
tampak berbentuk persegi panjang. Gigi insisiv normalnya memiliki satu akar. Gigi
caninus memiliki mahkota yang runcing dan biasanya sepanjang gigi insisiv sentral
yang hilang terlihat sejak gigi susunya tumbuh dan akhir-akhir ini Noni mengeluh
tentang keadaannya.
gigi sekunder atau permanen. Kemunculan gigi primary terjadi pada bulan 6-13
setelah kelahiran atau postnatal. Gigi susu membutuhkan 2-3 tahun untuk
107
108
sampai dengan pembentukan sempurna pada akar molar 2. Gigi geligi primer akan
digantikan oleh gigi-geligi sekunder/permanen yang terdiri dari 32 buah gigi yang
lengkap dari usia 18 ̶ 25 tahun jika gigi molar ketiga termasuk. Ketika gigi primer
dan gigi sekunder keduanya berada di dalam rongga mulut, maka gigi-geligi disebut
gigi-geligi campuran. Periode ini dimulai saat usia 5¾ atau 6 tahun ketika gigi
molar satu sekunder muncul. Gigi-geligi campuran berakhir ketika seluruh gigi
Bentuk yang abnormal dari gigi terlihat ketika gigi tersebut menggantikan
merasa penampilannya kurang karena keadaan ini juga membuat gigi di tengah
menjadi sangat besar dan terdapat jarak yang lebar antara gigi-gigi tersebut. Ibunda
Noni meminta dokter gigi yang bertugas untuk memperbaiki keadaan gigi anaknya.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan keadaan gigi insisiv lateral rahang atas bagian
kanan lebih kecil dibandingkan dengan insisiv pertama dan insisiv lateral bagian
tumbuh kembang gigi sehingga terjadi abnormalitas pada bentuk dan jumlah gigi-
gigi. Dokter gigi tersebut mendiagnosa Noni mengalami mikrodonsia insisiv lateral
rahang atas kanan dan hipodonsia insisiv lateral rahang atas kiri setelah gigi susunya
tanggal.
109
yang lebih kecil dari normal, yaitu di luar batas-batas variasi biasanya. Hipodontia
adalah kondisi dimana kehilangan gigi kurang dari 6 gigi dan dapat terjadi baik
pada gigi primer maupun permanen. Kelainan-kelainan ini dapat disebabkan oleh
gangguan pada tahap pertumbuhan dan pekembangan gigi yang terdiri dari tahap
inisiasi atau bud stage, tahap proliferasi atau cup stage, dan tahap histodiferensiasi
atau bell stage. Mikrodonsia dapat terjadi pada tahap setelah bud stage dan
hipodonsia dapat terjadi jika ada gangguan pada tahap bud stage. Mikrodonsia dan
hipodonsia juga dapat dibawa oleh penyakit atau sintrom yang lain maupun dibawa
oleh faktor genetik. Kerusakan benih gigi akibat paparan radiasi juga dapat
menyebabkan hipodonsia.
benih dari gigi yang hilang atau tidak dan untuk meyakinkan bahwa gigi lainnya
normal.
Pada radiograf akan terlihat bagian yang terang atau radio opaque dan bagian
yang gelap atau radio lusen. Gelap-terang ini terjadi akibat berbedanya kandungan
mineral pada jaringan keras gigi yang mempengaruhi kemampuan radiasi, dalam
hal ini sinar x, menembus jaringan keras gigi dan sekitarnya. Dengan pemeriksaan
radiografi dapat diketahui keberadaan benih gigi dan dapat mengetahui keadaan
Cawson, R.A. & Odell, E.W. 2002. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and
Oral Medicine. 7th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone.
Hand, A.R. & Frank, M.E. 2014. Fundamentals of Oral Histology and Physiology.
Oxford: Wiley.
Nelson, S.J. 2015. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. 10th ed.
Missouri: Elsevier.
Pasler, F.A. 1993. Color Atlas Of Dental Medicine Radiology. New York: Thieme.
Rajendran, R. & Sivapathasundharam, B. 2012. Shafer’s Textbook of Oral
Pathology. 7th ed. New Delhi: Elsevier.
Rensburg, B.G.J. van 1995. Oral Biology. Chicago: Quintessence Publishing.
Scheid, R.C. & Weiss, G. 2012. Woelfel’s Dental Anatomy. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Warnakulasuriya, S. & Tilakaratne, W.M. 2014. Oral Medicine and Pathology.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.
110