MAKALAH
Disusun Oleh:
Pembimbing:
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jarak krista tulang interdental ke bagian apikal titik kontak........6
Gambar 2.10 Gingival Mask pada Pasien untuk Menutupi Black Triangle...14
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Gambar 1 Segitiga Hitam 4
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Jarak krista tulang interdental ke bagian apikal titik kontak gigi(3)
7
donor, keduanya yang memiliki kontak minimal karena ukurannya yang kecil.
Cangkok tulang atau graft pencangkokan gingiva pada area interdental untuk
merekonstruksi papila bukan merupakan prosedur yang dapat diprediksi.4
Gambar 2.2 Grade 0 Black Triangle yang besar (papila interdental benar-benar
hilang)(3)
8
Gambar 2.4 Grade 2 (Setidaknya 1/2 atau lebih papila interdental masih terlihat
secara klinis)(3)
Gambar 2.5 Grade 3 (Kontur jaringan lunak optimal. Papila mengisi seluruh
rongga interdental)(3)
Gambar 2.6 Grade 4 (Papila hiperplastik terlalu banyak menutupi struktur gigi)(3)
9
Gambar 2.7 Klasifikasi Ketinggian Interdental7
Berdasarkan kepada Norland dan Tarnow (1998) Klasifikasi ketinggian papilla yaitu 7:
• Normal: Interdental papil memenuhi seluruh ruang embrasure di apikal sampai titik
interdental
• Class I: Ujung papila interdental terletak antara titik kontak interdental dan level CEJ
pada permukaan proksimal gigi
• Class II: Ujung papila interdental terletak di atau apikal ke tingkat CEJ pada proksimal
permukaan gigi tetapi koronal ke tingkat CEJ pertengahan – bukal.
• Class III: Ujung papila interdental terletak pada atau apikal ke tingkat CEJ pertengahan
– bukal
Tal mempelajari jarak akar antar gigi dan tingkat kerusakan tulang
infraboni. Tal melaporkan bahwa hanya ketika jarak antara akar ≥ 3,1 mm, dua
akar ini memperlihatkan kerusakan infraboni. Hal ini berarti bahwa untuk
mempertahankan papila interdental memerlukan jarak antar akar minimal 3 mm.(5)
10
2.2.2 Biotipe Periodontal
Morfologi papila interdental dan arsitektur tulang dapat digolongkan
menjadi tipis dan tebal. Biotipe periodontal yang tipis meningkatkan risiko resesi
setelah preparasi mahkota dan bedah periodontal atau implan. Biotipe yang tebal
dianggap lebih baik dibandingkan yang tipis. Biotipe tebal bersifat fibrotik dan
resilien sehingga lebih tidak menunjukkan risiko pembentukan poket. Maka dari
itu, biotipe tebal lebih dianggap kondusif untuk penempatan implan untuk
mendapat hal hasil estetik.(5)
2.2.3 Bioform periodontal
Bioform periodontal dikategorikan menjadi 3 morfologi gingiva dasar
yaitu tinggi, normal dan datar. Kategori datar atau dangkal menunjukkan kontur
gingiva interproksimal yang hampir paralel terhadap kontur tulang pendukung.(5)
2.2.4 Morfologi Gigi
Terdapat 3 bentuk dasar gigi antara lain sirkular, kotak, dan triangular.
Bentuk triangular cenderung menunjukkan adanya kondisi black triangle terutama
pada biotipe yang tipis. Gigi dengan bentuk triangular memiliki akar gigi yang
divergen dengan tulang interproksimal yang lebih tebal sehingga kehilangan
tulang vertikal lebih sedikit. Sementara itu, gigi yang berbentuk kotak
menunjukkan pemeliharaan papila interproksimal yang lebih baik yang
disebabkan jarak interproksimal yang lebih kecil dari krista tulang menuju titik
kontak.(5)
11
Kehilangan papila interdental dengan adanya tampilan black triangle
menjadi salah satu dari masalah estetik yang menjadi perhatian saat ini. Penyebab
kondisi hilangnya papila interdental ini, antara lain:
1. Kehilangan tulang interproksimal yang disebabkan oleh periodontitis
(dukungan tulang alveolar hilang).
2. Penyusutan gingiva setelah perawatan bedah periodontal.
3. Anomali posisi gigi.
Adapun etiologi lain yang menyebabkan kondisi black triangle antara lain:
1. Faktor usia
2. Angulasi akar gigi
3. Kehilangan gigi
4. Prosedur oral hygiene yang kurang baik.
5. Posisi kontak interproksimal.
6. Mahkota yang berbentuk triangular.
Pentingnya pemahaman dalam melakukan perawatan periodontal tidak
lain dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan memuaskan bagi
pasien. Jika dilakukan dengan tidak adekuat, beberapa hal mungkin terjadi dan
menjadi kekurangan dari terapi pemeliharaan dalam perawatan periodontal.
Keberhasilan dalam terapi periodontal harus dicapai guna menghilangkan
inflamasi dan poket, mengurangi kedalaman probing, menghentikan attachment
loss, serta menstabilisasi gigi yang memiliki kegoyangan. Banyak kegagalan yang
terjadi setelah terapi periodontal terjadi akibat hal-hal yang dapat dijelaskan dan
berkaitan dengan teknik dan pemahaman dari klinisi.
12
Gambar 2.8 Tampilan Klinis Black Triangle Akibat Terapi Periodontal yang Tidak
Adekuat
teknik ini hanya mampu mengurangi ruang interdental. Azzi dan rekan kerja
melaporkan hasil yang sukses di banyak kasus menggunakan teknik bedah yang
berbeda untuk mendapatkan kembali papila yang hilang. Semua dari kasus-kasus
ini menggunakan teknik pencangkokan yang berbeda menggunakan penghubung
jaringan dan tulang dan desain bedah flap yang menerapkan prinsip kantong dan
terowongan untuk memaksimalkan suplai darah ke jaringan yang dicangkokkan.
Kasus yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 menggabungkan beberapa konsep yang
ditunjukkan sebelumnya untuk rekonstruksi papila.4
13
Gambar 2.9 Gabungan Beberapa Konsep Bedah
(A) Creter interdental antara gigi 21,22 (B and C) Insisi Semilunar pada daerah di
mukogingiva junction insisi sirkular mengelilingi kedua gigi untuk membawa area
gusi ke arah insisal. (D and E) donor jaringan yang diambil dari palatal. (F) donor
jaringan yang ditempatkan di daerah insisi semilunar.(G) Penjahitan pada luka.
(H) luka pasca operasi 2 minggu kemudian. (I) post op 6 bulan kemudian.
2.4.1 Metode Non-bedah
1. Koreksi Prosedur Oral Hygiene yang Menyebabkan Trauma
Jaringan Periodontal
Eritema difus dan lepasnya gingiva cekat dapat terjadi akibat
kebiasaan sikat gigi yang buruk. Penggunaan dental floss yang salah dapat
merusak papila interdental. Reepiteliaslisasi lesi traumatik dapat
mengembalikan papila dengan baik.(5)
Gambar 2.10 Gingival Mask pada Pasien untuk Menutupi Black Triangle
3. Teknik Ortodontik
Penutupan rongga interdental dapat dilakukan dengan pergerakan
bodily menggunakan alat ortodontik. Tujuannya ialah mengurangi
diastema dan menciptakan titik kontak antara gigi yang bersebalahan tanpa
melakukan terapi periodontal. Meski demikian, penutupan yang terpat
menyebabkan adanya kondisi "coronal creeping" jaringan gingiva
interproksimal. Teknik ortodontik dengan pemberian gaya yang adekuat
dapat menyebabkan perubahan pada kontur jaringan lunak dan tingkat
tulang sehingga menghasilkan papila yang baru.(5)
16
d. Autogenous osseous dan connective tissue graft
Teknik ini melibatkan insisi intrasulkular yang dibuat di sekitar
leher insisif sentral dan lateral pada aspek bukal dan palatal sehingga
mempertahankan gingiva sebanyak mungkin. Insisi horizontal dimulai dari
pertemuan mukogingiva meluas ke mukosa alveolar dan secara apikal ke
lipatan vestibulum sehingga mengelevasi flap split-thickness. Seluruh unit
gingivo-papila dilepaskan ke arah koronal. Graft tulang dibentuk untuk
membentuk tumpuan yang sesuai pada krista interdental dan distabilisasi
dengan sekrup titanium. Tulang trabekular yang dihancurkan diisi di
sekitar tulang yang diberi graft untuk merekonstruksi tulang interdental.(5)
e. Injeksi Asam Hialuronat
Teknik ini memanfaatkan filler asam hilauronat yang diinjeksikan
ke area papilla interdental yang menunjukkan black triangle. Konsentrasi
filler yang dapat digunakan ialah 2%.(1)
f. Microsurgery
Bedah ini dilakukan tanpa menggunakan insisi sehingga
meminimalisir trauma jaringan, perdarahan berlebihan, jaringan parut, dan
nyeri. Teknik ini juga menjaga suplai vaskularisasi tetap intact.(5)
17
Gambar 11. Teknik Microsurgery5
18
BAB III
KESIMPULAN
1. Black triangle merupakan kondisi hilangnya papila interdental antara 2 gigi sehingga
dapat menyebabkan impaksi makanan, gangguan fonetik, dan masalah fungsional serta
estetik.
2. Teknik bedah dan non-bedah dapat diterapkan untuk mengembalikan posisi papila
sehingga menutupi rongga di antara kedua gigi yang bersebelahan.
3. Pendekatan interdisiplin antara lain ortodontik, prostetik, dan restoratif harus selalu
dijadikan acuan.
4. Aspek paling penting dalam pengembalian kondisi papila interdental adalah
diagnosa penyebab hilangnya papila interdental dengan tepat dan penggunaan teknik
dengan prognosis yang baik
19
DAFTAR PUSTAKA
3. Rateitschack, Klaus H, Wolf HF. Periodontology. 3rd rev. and expanded ed.
Stuttgart ; New York: Thieme; 2005. 496 p. (Color atlas of dental medicine).
5. Singh VP, Uppoor AS, Nayak DG, Shah D. Black triangle dilemma and its
management in esthetic dentistry. Dent Res J. 2013;10(3):7.
7. Bathla S, Bathla M. Periodontics Revisited. 1st ed. Periodontics Revisited. New Delhi:
20
21