SGD 6 LBM 3
ANGGOTA KELOMPOK :
LAPORAN TUTORIAL
SGD 6 LBM 3
2
DAFTAR ISI
B. Skenario ........................................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 6
Kerangka Konsep………………………………………………………………11
BAB III…………………………………………………………………………...12
KESIMPULAN…………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulpitis ireversibel ditandai dengan nyeri akut dan sering, dianggap sebagai salah satu
kedaruratan dalam kedokteran gigi yang paling sering terjadi. Gejala pulpitis ireversibel
terdiri dari nyeri spontan mulai dari beberapa detik hingga beberapa jam dan rasa sakit
yang dapat timbul oleh aplikasi panas atau dingin. Diagnosis dan perawatan yang tidak
tepat dapat menyebabkan kegagalan dalam meredakan nyeri yang diderita, bahkan
dapat memperparah keadaan. Tindakan kegawatdaruratan dental merupakan kondisi
yang berhubungan dengan rasa nyeri dan atau bengkak yang membutuhkan diagnosis
dan perawatan segera. Penanganan kedaruratan dilakukan untuk memberikan
pertolongan terhadap gejala nyeri. Hal tersebut juga didorong oleh komplikasi yang tak
terduga, yang tidak terkait dengan nyeri, tetapi memerlukan perawatan sementara
sampai perawatan definitif. Kedaruratan pada gigi vital dapat terjadi karena pulpitis
akut, terbukanya pulpa karena karies, cedera iatrogenik atau trauma, nyeri selama atau
setelah perawatan pulpektomi.
B. Skenario
Seorang wanita berusia 18 tahun mengeluhkan nyeri gigi sebelah bawah kanan. Pasien
mengeluh sering mengalami nyeri berdenyut yang muncul tiba-tiba, meskipun tidak
sedang beraktivitas, sejak 2 minggu yang lalu. Pasien biasanya mengkonsumsi obat
pereda nyeri akan tetapi nyeri tidak langsung hilang. Pemeriksaan intraoral gigi 46
terdapat karies pada sisi disto proksimal dengan kedalaman hampir mencapai pulpa.
Test CE+, perkusi + dan palpasi -. Pemeriksaan radiografi tidak ditemukan ada
kelainan. Dokter gigi kemudian melakukan tindakan kegawatdaruratan dental.
4
C. Rumusan Masalah
1. Apa etiologi dari pulpitis irreversible?
2. Bagaimana patofisiologi dari pulpitis irreversible?
3. Apa saja diagnosis banding pulpitis irreversible?
4. Mengapa pemberian obat anti nyeri tidak berefek langsung pada pasien?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Etiologi dari pulpitis irreversible
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang
luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma
atau penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan
pulpitis ireversibel.
Pulpitis ireversibel tidak akan bisa pulih walau penyebabnya dihilangkan. Cepat
atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis (Astuti, 2015). Adapun penyebab pulpitis
irreversible yaitu :
a. Faktor mekanis
Faktor mekanis yang menjadi penyebab pulpitis irrversibel dapat terjadi karena
trauma, trauma dapat disertai fraktur atau tidak pada mahkota dan akar. Selain
itu, dapat disebabkan adanya kesalahan prosedur perawatan kedokteran gigi.
Misalnya operator melakukan gaya atau tekanan saat preparasi melebihi batas
fisiologis ligament periodontal akan mengakibatkan gangguan pada pasokan
vaskuler dan saraf yang ada dipulpa. Traumatic dapat berupa akut dan kronik.
Traumatic akut contohnya seperti koronal fraktur, radikular fraktur, vascular
statis, luksasi, dan avulsi. Sedangkan traumatic kronik contohnya atrisi abrasi
dan erosi (Ingle and Bakland, 2002).
b. Thermal
Akibat dari konduksi panas bahan restorasi atau tumpatan saat preparasi kavitas
yang dilakukan saat tindakan perawatan (Oliver, 2013).
6
c. Kimiawi
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi,
sterilisasi, pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Akibat
dari erosi atau akrilik monomer. (Oliver, 2013).
d. Bakterial
Bakteri dapat masuk melalui 3 jalur yaitu koronal, radikular dan lateral.
Masuknya bakteri melalui koronal dapat disebabkan oleh karies, fraktur
complete dan fraktur incomplete, adanya anomaly seperti dens in dente dan dens
invaginatus. Masuknya bakteri melalui radikular dapat disebabkan oleh karies,
infeksi retrogenik seperti periodontal pocket dan abses periodontal, serta dapat
masuk melalui foramen apikalis dan bakteri yang masuk berupa bakteri gram
negatif anaerob. Sedangkan bakteri yang masuk melalui akses lateral yaitu
masuk dari canalis lateralis kemudian masuk melalui karies dan menembus
sementum yang rusak dan menembus sampai ke pulpa (Ingle and Bakland,
2002).
7
yang tajam dan mengaktifasi serabut saraf C. serabut saraf C merupakan serabut
saraf yang tidak bermielin sehingga menghantarkan impuls lambat. Oleh karena itu
menyebabkan nyeri yang berdenyut. Bila karies berlanjut hingga selapis tipis dentin
diatas atap pulpa maka iritan akan masuk kekamar pulpa melalui tubuli dentin.
Masuknya iritan kekamar pulpa akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah intrapulpa sehingga akan menekan saraf dan menurunkan ambang
rasa nyeri. Nyeri dapat hilang apabila rangsangan dihilangkan (Santa and
Trilaksana, 2015).
Apabila disebabkan oleh karies maka penetrasi bakteri mengakibatkan
pembuluh kecil menjadi padat dan mempengaruhi sirkulasi pulpa. Penetrasi bakteri
akan mempengaruhi perubahan patologik menyebabkan nekrotik jaringan pulpa
sehingga menarik PMN dan kemotaksis untuk memulai inflamasi akut. Mulainya
inflamasi akut akan menyebabkan terjadinya fagositosis oleh PMN kemudian PMN
akan mati dan menghasilkan enzim lisosomal. Enzim lisosomal akan membuat
lisisnya beberapa stroma pada pulpa. Kemudian bersama dengan debris dan PMN
akan membentuk eksudat atau nanah yg purulen.
Pada kelompok pulpitis irreversible terlihat IgG dan IgM meningkat tinggi,
namun IgA menurun sekali yang menunjukkan bahwa ketahanan mukosalnya
rendah. Tingginya IgG dan IgM menunjukkan adanya ketahanan jaringan pulpa
yang tinggi terhadap mikroorganisme. Reaksi imunitas yang tinggi dari pulpitis
irreversible seharusnya diikuti dengan terjadinya kesembuhan, namun kenyataan
pulpitis irreversible tidak dapat sembuh kembali, bahkan dikatakan bahwa pulpitis
irreversible seringkali mudah berkembang menjadi nekrosis. Hal ini terjadi karena
jaringan pulpa yang berada di dalam ruang pulpa yang sempit, dan menerima
sirkulasi darah hanya melalui pembuluh darah yang masuk ke dalam jaringan pulpa
melalui foramen apikal yang sempit pula, sehingga pulpitis irreversible mudah
berkembang menjadi nekrosis pulpa (Novianti et al., 2014).
9
berhubungan dengan pulpitis ireversibel atau bisa nekrosis pulpa. Perbedaannya
sakit pada saat oklusi lebih ke muskulo skeletal pain, visceral pain. Sedangkan
asimtomatik apical periodontitis menunjukkan rasa tidak sakit jika dilakukan
perkusi tetapi berhubungan dengan nekrosis pulpa. Pulpitis irreversible dan
periodontitis apikalis akut memiliki persamaan yaitu saat pemeriksaan
radiografi menunjukkan adanya pelebaran periodontal dan hilangnya lamina
dura (Ingle and Bakland, 2002).
Kerangka Konsep
Karies Profunda
10
Patofisiologis
Penegakan Diagnosis
Pulpitis Reversibel
Gambaran Klinis
Lesi Periapikal
Pulpotomi Pulpektomi
BAB III
KESIMPULAN
11
selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau penggerakan
gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis ireversibel. Nyeri pulpitis
irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa
menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri
berkepanjangan. Diagnosis banding dari pulpitis ireversibel adalah pulpitis reversible dan
periodontitits apikalis akut. Diagnosis dan perawatan yang tidak tepat dapat menyebabkan
kegagalan dalam meredakan nyeri yang diderita, bahkan dapat memperparah keadaan.
Tindakan kegawatdaruratan dental merupakan kondisi yang berhubungan dengan rasa nyeri
dan atau bengkak yang membutuhkan diagnosis dan perawatan segera. Penanganan
kedaruratan dilakukan untuk memberikan pertolongan terhadap gejala nyeri. Pemberian obat
analgesik hanya mampu mengurangi rasa nyeri sementara bukan menghilangkan penyebab dari
nyeri. Oleh karena perlu dilakukan tindakan perawatan yang menjadi penyebab pulpitis
ireversibel. Perawatan yang tepat untuk gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel adalah
pulpektomi yaitu perawatan endodontik dengan membuang jaringan pulpa yang telah
mengalami proses radang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti (2015) ‘Frekuemsi Pulpitis Reversibel dan Pulpitis Ireversibel pada Ibu Hamill
12
di Kabupaten Pangkep’, Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Makassar,
16(2).
2. Hargreaves, K. M. and Berman, L. H. (2014) Cohen’s Pathways of the Pulp. 8th edn,
Elsevier. 8th edn. California.
3. Ingle, J. I. and Bakland, L. K. (2002) Endodontics. 4th edition, BC Decker. Edited by
5. Canada.
4. Novianti, E. et al. (2014) ‘Patogenesis Terjadinya Penyakit Pulpa , Meliputi Respon
Inflamasi dan Imun’.
5. Oliver, J. (2013) ‘Etiologi Penyakit Pulpa’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9).
6. Rakhmi, N. (2013) ‘Analgetik and antipiretik’.
7. Santa, M. and Trilaksana, A. C. (2015) ‘Penanganan Kedaruratan Endodontik pada
Pulpitis Ireversibel ( Emergency Endodontic Treatment of Irreversible Pulpitis )’,
Makassar Dent J.
13