Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

SGD 6 LBM 3

Modul 5.3 Management of Dental Disease 2


“I Can’t Sleep”

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Adelina Prisca Larasati (31101700002)


2. Apriliana Firdayanti (31101700011)
3. Bella Sarita Fariandewi (31101700018)
4. Elsa Echa Wahadah (31101700027)
5. Indah Setia Ningrum (31101700042)
6. Mualif Dayu Pangestu (31101700053)
7. Nabila Salma Kurnia Putri (31101700060)
8. Nana Nilawati Putri (31101700061)
9. Sella Dumaika Desmonda (31101700076)
10. Sinta Herningtyas (31101700077)
11. Untung Prasetyo (31101700085)

FAKULTAS KEDOTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 6 LBM 3

Modul 5.3 Management of Dental Disease 2


“I Can’t Sleep”

Telah Disetujui oleh :

Semarang, 16 Desember 2019


Scriber Tutor

Indah Setia Ningrum drg. Ninuk Sumaryati, M.Kes

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... 2

BAB I ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN .................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4

B. Skenario ........................................................................................................ 4

C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 6

Kerangka Konsep………………………………………………………………11

BAB III…………………………………………………………………………...12

KESIMPULAN…………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pulpitis ireversibel ditandai dengan nyeri akut dan sering, dianggap sebagai salah satu
kedaruratan dalam kedokteran gigi yang paling sering terjadi. Gejala pulpitis ireversibel
terdiri dari nyeri spontan mulai dari beberapa detik hingga beberapa jam dan rasa sakit
yang dapat timbul oleh aplikasi panas atau dingin. Diagnosis dan perawatan yang tidak
tepat dapat menyebabkan kegagalan dalam meredakan nyeri yang diderita, bahkan
dapat memperparah keadaan. Tindakan kegawatdaruratan dental merupakan kondisi
yang berhubungan dengan rasa nyeri dan atau bengkak yang membutuhkan diagnosis
dan perawatan segera. Penanganan kedaruratan dilakukan untuk memberikan
pertolongan terhadap gejala nyeri. Hal tersebut juga didorong oleh komplikasi yang tak
terduga, yang tidak terkait dengan nyeri, tetapi memerlukan perawatan sementara
sampai perawatan definitif. Kedaruratan pada gigi vital dapat terjadi karena pulpitis
akut, terbukanya pulpa karena karies, cedera iatrogenik atau trauma, nyeri selama atau
setelah perawatan pulpektomi.

B. Skenario
Seorang wanita berusia 18 tahun mengeluhkan nyeri gigi sebelah bawah kanan. Pasien
mengeluh sering mengalami nyeri berdenyut yang muncul tiba-tiba, meskipun tidak
sedang beraktivitas, sejak 2 minggu yang lalu. Pasien biasanya mengkonsumsi obat
pereda nyeri akan tetapi nyeri tidak langsung hilang. Pemeriksaan intraoral gigi 46
terdapat karies pada sisi disto proksimal dengan kedalaman hampir mencapai pulpa.
Test CE+, perkusi + dan palpasi -. Pemeriksaan radiografi tidak ditemukan ada
kelainan. Dokter gigi kemudian melakukan tindakan kegawatdaruratan dental.

4
C. Rumusan Masalah
1. Apa etiologi dari pulpitis irreversible?
2. Bagaimana patofisiologi dari pulpitis irreversible?
3. Apa saja diagnosis banding pulpitis irreversible?
4. Mengapa pemberian obat anti nyeri tidak berefek langsung pada pasien?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Etiologi dari pulpitis irreversible
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang
luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma
atau penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan
pulpitis ireversibel.

Pulpitis ireversibel tidak akan bisa pulih walau penyebabnya dihilangkan. Cepat
atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis (Astuti, 2015). Adapun penyebab pulpitis
irreversible yaitu :
a. Faktor mekanis
Faktor mekanis yang menjadi penyebab pulpitis irrversibel dapat terjadi karena
trauma, trauma dapat disertai fraktur atau tidak pada mahkota dan akar. Selain
itu, dapat disebabkan adanya kesalahan prosedur perawatan kedokteran gigi.
Misalnya operator melakukan gaya atau tekanan saat preparasi melebihi batas
fisiologis ligament periodontal akan mengakibatkan gangguan pada pasokan
vaskuler dan saraf yang ada dipulpa. Traumatic dapat berupa akut dan kronik.
Traumatic akut contohnya seperti koronal fraktur, radikular fraktur, vascular
statis, luksasi, dan avulsi. Sedangkan traumatic kronik contohnya atrisi abrasi
dan erosi (Ingle and Bakland, 2002).
b. Thermal
Akibat dari konduksi panas bahan restorasi atau tumpatan saat preparasi kavitas
yang dilakukan saat tindakan perawatan (Oliver, 2013).

6
c. Kimiawi
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi,
sterilisasi, pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Akibat
dari erosi atau akrilik monomer. (Oliver, 2013).
d. Bakterial
Bakteri dapat masuk melalui 3 jalur yaitu koronal, radikular dan lateral.
Masuknya bakteri melalui koronal dapat disebabkan oleh karies, fraktur
complete dan fraktur incomplete, adanya anomaly seperti dens in dente dan dens
invaginatus. Masuknya bakteri melalui radikular dapat disebabkan oleh karies,
infeksi retrogenik seperti periodontal pocket dan abses periodontal, serta dapat
masuk melalui foramen apikalis dan bakteri yang masuk berupa bakteri gram
negatif anaerob. Sedangkan bakteri yang masuk melalui akses lateral yaitu
masuk dari canalis lateralis kemudian masuk melalui karies dan menembus
sementum yang rusak dan menembus sampai ke pulpa (Ingle and Bakland,
2002).

Sumber: (Ingle and Bakland, 2002)

2. Patofisiologi dari pulpitis irreversible


Apabila pulpitis irreversible disebabkan karena gigi terdapat lesi pada email dan
dibiarkan maka karies akan berlanjut hingga permukaan email akan hancur hingga
mengenai DEJ. Kemudian penyebaran karies hingga lateral DEJ, penyebaran
tersebut akan menyebabkan dentin terbuka. Sehingga mengakibatkan pergerakan
cairan tubuli dentin ketika ada rangsangan panas, dingin, manis dan asam yang
kemudian akan menginduksi serabut saraf A delta sehinggga menimbulkan nyeri

7
yang tajam dan mengaktifasi serabut saraf C. serabut saraf C merupakan serabut
saraf yang tidak bermielin sehingga menghantarkan impuls lambat. Oleh karena itu
menyebabkan nyeri yang berdenyut. Bila karies berlanjut hingga selapis tipis dentin
diatas atap pulpa maka iritan akan masuk kekamar pulpa melalui tubuli dentin.
Masuknya iritan kekamar pulpa akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah intrapulpa sehingga akan menekan saraf dan menurunkan ambang
rasa nyeri. Nyeri dapat hilang apabila rangsangan dihilangkan (Santa and
Trilaksana, 2015).
Apabila disebabkan oleh karies maka penetrasi bakteri mengakibatkan
pembuluh kecil menjadi padat dan mempengaruhi sirkulasi pulpa. Penetrasi bakteri
akan mempengaruhi perubahan patologik menyebabkan nekrotik jaringan pulpa
sehingga menarik PMN dan kemotaksis untuk memulai inflamasi akut. Mulainya
inflamasi akut akan menyebabkan terjadinya fagositosis oleh PMN kemudian PMN
akan mati dan menghasilkan enzim lisosomal. Enzim lisosomal akan membuat
lisisnya beberapa stroma pada pulpa. Kemudian bersama dengan debris dan PMN
akan membentuk eksudat atau nanah yg purulen.
Pada kelompok pulpitis irreversible terlihat IgG dan IgM meningkat tinggi,
namun IgA menurun sekali yang menunjukkan bahwa ketahanan mukosalnya
rendah. Tingginya IgG dan IgM menunjukkan adanya ketahanan jaringan pulpa
yang tinggi terhadap mikroorganisme. Reaksi imunitas yang tinggi dari pulpitis
irreversible seharusnya diikuti dengan terjadinya kesembuhan, namun kenyataan
pulpitis irreversible tidak dapat sembuh kembali, bahkan dikatakan bahwa pulpitis
irreversible seringkali mudah berkembang menjadi nekrosis. Hal ini terjadi karena
jaringan pulpa yang berada di dalam ruang pulpa yang sempit, dan menerima
sirkulasi darah hanya melalui pembuluh darah yang masuk ke dalam jaringan pulpa
melalui foramen apikal yang sempit pula, sehingga pulpitis irreversible mudah
berkembang menjadi nekrosis pulpa (Novianti et al., 2014).

3. Diagnosis banding pulpitis irreversible


a. Pulpitis reversible
Pulpitis reversible merupakan inflamasi rongga pulpa yang dapat sembuh
apabila faktor pencetus dihilangkan. Biasanya asimtomatis, jika muncul gejala
biasanya berbentuk pola khusus apabila terdapat rangsangan stimulus dingin
atau panas dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam (Astuti, 2015).
8
Rangsangan ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau
atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang
dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversible (Hargreaves and
Berman, 2014).
Biasanya asimtomatik namun bisa simtomatik tetapi muncul beberapa pola
khusus yaitu nyeri tajam dan sebentar dan responsible terhadap thermal dingin.
Ketika gigi terkena respon panas responnya delay dan akan terasa jika
temperature panas dinaikkan tapi jika terkena stimulus dingin akan segera terasa
saat stimulus terkena dengan gigi secara langsung (Astuti, 2015). Secara
mikroskopis terlihat adanya dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas,
pembesaran pembuluh darah, dan adanya sel inflamasi kronis (Ingle and
Bakland, 2002).
b. Periodontitis apikalis akut
Periodontitis apikalis akut merupakan penyebaran inflamasi yang berlanjut
ke jaringan periapikal. Periodontitis apikalis akut adalah peradangan lokal yang
terjadi pada ligamentum periodontal didaerah apikal. Penyebab utama adalah
iritasi yang berdifusi dari nekrosis pulpa ke jaringan periapikal seperti bakteri,
toksin bakteri, obat disinfektan, dan debris. Selain itu, iritasi fisik seperti
restorasi yang hiperperkusi, instrumentasi yang berlebih, dan keluarnya obturasi
ke jaringan periapikal juga bisa menjadi penyebab periodontitis apikalis akut.
Periodontitis apikalis akut pada umumnya menimbulkan rasa sakit pada saat
mengigit. Sensitif terhadap perkusi merupakan tanda penting dari tes
diagnostik. Tes palpasi dapat merespon sensitif atau tidak ada respon. Jika
periodontitis apikalis merupakan perluasan pulpitis, maka akan memberikan
respon respon terhadap tes vitalitas. Jika disebakkan oleh nekrosis pulpa maka
gigi tidak akan memberikan respon terhadap tes vitalitas. Gambaran radiografi
terlihat adanya penebalan ligamentum periodontal.
Periodontitis apikalis akut terkait dengan eksudasi plasma dan perpindahan
sel-sel inflamasi dari pembuluh darah ke jaringan periapikal. Hal ini
menyebabkan kerusakan pada ligamen periodontal dan resopsi tulang alveolar.
Sakitnya terus menerus dan spontan tanpa ada rangsangan terlebih dahulu.
Terdapat 2 jenis yaitu simtomatik apical periodontitis dan asimtomatik apical
periodontitis. Simtomatik apical periodontitis menunjukkan sakit saat perkusi,

9
berhubungan dengan pulpitis ireversibel atau bisa nekrosis pulpa. Perbedaannya
sakit pada saat oklusi lebih ke muskulo skeletal pain, visceral pain. Sedangkan
asimtomatik apical periodontitis menunjukkan rasa tidak sakit jika dilakukan
perkusi tetapi berhubungan dengan nekrosis pulpa. Pulpitis irreversible dan
periodontitis apikalis akut memiliki persamaan yaitu saat pemeriksaan
radiografi menunjukkan adanya pelebaran periodontal dan hilangnya lamina
dura (Ingle and Bakland, 2002).

Gambaran radiografi dari periodontitis apikalis akut


Sumber : (Ingle and Bakland, 2002)

4. Pemberian obat anti nyeri tidak berefek langsung pada pasien


Analgesik merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau
nyeri (Rakhmi, 2013). Dilihat dari fungsi analgesic yaitu mengurangi rasa nyeri
bukan menghilangkan penyebab dari nyeri. Karena sumber infeksi pada pulpitis
ireversibel tidak dihilangkan maka jika diberikan obat analgesic atau anti nyeri pada
pasien dengan pulpitis ireversibel akan memberikan hasil yang tidak maksimal.
Walaupun rasa nyeri dapat diatasi dengan konsumsi obat analgesic namun jika
sumber infeksi masih ada maka hal tersebut akan membuat obat analgesic tidak
berefek langsung. Sehingga sumber sakit pulpitis harus dibersihkan atau
dihilangkan dengan cara pulpektomi (Santa and Trilaksana, 2015).

Kerangka Konsep

Karies Profunda

10
Patofisiologis

Penegakan Diagnosis

Pulpitis Reversibel

Tanda dan Gejala


Pulpitis Irreversibel

Gambaran Klinis

Tidak dilakukan Penatalaksanaan


Perawatan

Komplikasi Emergency Treatment

Nekrosis Pulpa Indikasi dan


Kontraindikasi

Lesi Periapikal

Pulpotomi Pulpektomi

BAB III
KESIMPULAN

Pulpitis ireversibel seringkali merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pulpitis


reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan suatu proses inflamasi yang menetap sekalipun
penyebabnya dihilangkan. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas

11
selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau penggerakan
gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis ireversibel. Nyeri pulpitis
irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa
menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri
berkepanjangan. Diagnosis banding dari pulpitis ireversibel adalah pulpitis reversible dan
periodontitits apikalis akut. Diagnosis dan perawatan yang tidak tepat dapat menyebabkan
kegagalan dalam meredakan nyeri yang diderita, bahkan dapat memperparah keadaan.
Tindakan kegawatdaruratan dental merupakan kondisi yang berhubungan dengan rasa nyeri
dan atau bengkak yang membutuhkan diagnosis dan perawatan segera. Penanganan
kedaruratan dilakukan untuk memberikan pertolongan terhadap gejala nyeri. Pemberian obat
analgesik hanya mampu mengurangi rasa nyeri sementara bukan menghilangkan penyebab dari
nyeri. Oleh karena perlu dilakukan tindakan perawatan yang menjadi penyebab pulpitis
ireversibel. Perawatan yang tepat untuk gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel adalah
pulpektomi yaitu perawatan endodontik dengan membuang jaringan pulpa yang telah
mengalami proses radang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti (2015) ‘Frekuemsi Pulpitis Reversibel dan Pulpitis Ireversibel pada Ibu Hamill

12
di Kabupaten Pangkep’, Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Makassar,
16(2).
2. Hargreaves, K. M. and Berman, L. H. (2014) Cohen’s Pathways of the Pulp. 8th edn,
Elsevier. 8th edn. California.
3. Ingle, J. I. and Bakland, L. K. (2002) Endodontics. 4th edition, BC Decker. Edited by
5. Canada.
4. Novianti, E. et al. (2014) ‘Patogenesis Terjadinya Penyakit Pulpa , Meliputi Respon
Inflamasi dan Imun’.
5. Oliver, J. (2013) ‘Etiologi Penyakit Pulpa’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9).
6. Rakhmi, N. (2013) ‘Analgetik and antipiretik’.
7. Santa, M. and Trilaksana, A. C. (2015) ‘Penanganan Kedaruratan Endodontik pada
Pulpitis Ireversibel ( Emergency Endodontic Treatment of Irreversible Pulpitis )’,
Makassar Dent J.

13

Anda mungkin juga menyukai