Anda di halaman 1dari 3

PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA

Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida antara udara alveolar dan darah pulmoner
terjadi melalui difusi pasif. peristiwa ini mengikuti dua hukum gas, yaitu Hukum Dalton dan
Hukum Henry. Hukum Dalton penting untuk memahami peristiwa penurunan tekanan gas
melalui proses difusi, sedangkan hukum Henry menjelaskan bahwa kelarutan gas
mempengaruhi kecepatan difusinya.

Hukum Gas: Hukum Dalton dan Hukum Henry

Menurut hukum Dalton, setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya sendiri yang
disebut tekanan parsial. Tekanan parsial dilambangkan dengan Px, dengan x adalah rumus
molekul gas bersangkutan. Tekanan total campuran gas merupakan penjumlahan tekanan
parsial komponen-komponen gasnya. Udara atmosfer mengandung nitrogen, oksigen, uap
air, karbon dioksida, dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian,
tekanan atmosfer adalah:

Tekanan parsial gas-gas tersebut menentukan pergerakan oksigen dan karbon dioksida
antara atmosfer dan paru-paru, antara paru-paru dan darah, dan antara darah dengan sel-
sel tubuh. Setiap gas berdifusi melalui membran permeabel dari daerah dengan tekanan
parsial lebih tinggi ke daerah dengan tekanan parsial lebih rendah. semakin besar
perbedaan tekanan parsial, maka laju difusi gas akan semakin cepat.

Dibandingkan dengan udara yang masuk ke paru-paru, udara alveolar memiliki lebih sedikit
O2 dan lebih banyak CO2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertukaran gas di
alveoli meningkatkan komposisi CO2 dan menurunkan konsentrasi O2udara alveolar. Kedua,
ketika udara masuk melalui saluran pernafasan, udara tersebut dilembabkan. peningkatan
konsentrasi uap air menyebabkan penurunan konsentrasi O2. sebaliknya, udara yang
dikeluarkan dari paru-paru mengandung lebih banyak O2 dan lebih sedikit CO2 daripada
udara alveolar karena udara yang dikeluarkan sebagian bercampur dengan udara
pada dead space yang tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran gas.

Hukum Henry menyatakan bahwa kuantitas gas yang terlarut pada cairan adalah
proporsional terhadap tekanan parsial dan kelarutan gas tersebut. Pada cairan tubuh,
kemampuan gas untuk tetap berada di dalam larutan lebih besar ketika tekanan parsial dan
kelarutannya di dalam cairan tubuh besar. CO2 terlarut lebih banyak di dalam plasma darah
karena kelarutan CO2 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2, dan walaupun kuantitas N2
paling banyak pada udara atmosfer, gas ini tidak memberikan pengaruh yang begitu
signifikan terhadap tubuh karena kelarutannya di dalam plasma darah sangat rendah.

Laju pertukaran gas sistemik dan pulmoner dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

 Perbedaan tekanan parsial gas-gas; semakin besar perbedaan tekanan parsial gas-gas,
maka lajudifusi semakin cepat.
 Luas permukaan pertukaran gas; jika luas permukaan pertukaran gas semakin besar,
maka laju difusi akan bertambah dan sebaliknya.
 Jarak difusi; laju difusi akan semakin besar jika jarak difusinya semakin kecil
 Berat molekul dan kelarutan gas; kelarutan gas yang besar akan mempercepat laju difusi,
sedangkan besar molekul yang besar memperlambat laju difusi.

Mekanisme Pertukaran Karbon Dioksida Dan Oksigen

Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses difusi.
Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangsung
sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui
membran sel dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau
tekanan rendah.

Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus.
Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri pori-pori. Masuknya oksigen dari
luar (lingkungan) menyebabkan tekanan parsial oksigen (P02) di alveolus Iebih tinggi
dibandingkan dengan P02 di kapiler arteri paru-paru. Karena proses difusi selalu
terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi ke daerah yang bertekanan parsial
rendah, oksigen akan bergerak dari alveolus menuju kapiler arteri paru-paru.

Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai
menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, semakin banyak
oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat sub
unit, setiap sub unit terdiri dari bagian yang disebut heme. Di setiap pusat heme
terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan oksigen, sehingga setiap molekul
hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen berbentuk oksihemoglobin.
Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversibel (bolak-balik)
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida, serta tekanan parsial.

Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan


berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi. Proses
difusi ini terjadi karena tekanan parsial oksigen pada kapiler tidak sama dengan
tekanan parsial oksigen di sel-sel tubuh.

Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses
respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigen yang digunakan oleh sel-
sel tubuh, semakin banyak karbon dioksida yang terbentuk dari proses respirasi. Hal
tersebut menyebabkan tekanan parsial karbon dioksida atau (PCO2) dalam sel-sel
tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh
karenanya karbon dioksida dapat berdifusi dari sel-sel tubuh ke dalam kapiler vena
sel-sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju ke paru-paru. Di paru-
paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi
karena tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih tinggi daripada tekanan parsial
CO2 dalam alveolus.
Karbon dioksida dalam eritrosit akan bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat. Akibat terbentuknya asam karbonat, pH darah menjadi asam, yaitu sekitar
4,5. Darah yang bersifat asam dapat melepaskan banyak oksigen ke dalam sel-sel
tubuh atau jaringan tubuh yang memerlukannya.

Pengangkutan karbon dioksida dari jaringan dengan pengubahan dari karbon dioksida
menjadi asam karbonat atau sebaliknya dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase.

Apabila ion H+ tetap tinggal di dalam darah akan berakibat darah bersifat asam. Oleh
karena itu, ion H+ dinetralkan dengan ion K+. Setelah itu aliran darah kembali ke paru-
paru dan melepaskan karbon dioksida. Hal itu dapat mengurai konsentrasi karbon
dioksida dan asam karbonat. Kemudian asam karbonat diuraikan menjadi air dan
karbon dioksida. Darah melepaskan sekitar 10% karbon dioksida saat darah mengalir
ke paru-paru dan sisanya yaitu sekitar 90% tetap tertahan dalam bentuk bikarbonat
(HCO3-) yang bertindak sebagai buffer (penyangga) darah yang penting untuk
menjaga agar Ph darah tetap.

Karbon dioksida yang dibentuk melalui respirasi sel diangkut menuju paru-paru.
Setelah sampai di alveolus, karbon dioksida berdifusi dari kapiler ke alveolus. Dapi
alveolus, karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernafasan saat
menghembuskan nafas, dan akan keluar melalui hidung.

Anda mungkin juga menyukai