SGD 1 LBM 3
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Assyifa Irwanto (31101700014)
2. Avena Dwi Kunfiar (31101700016)
3. Cici Amalia Sumardani (31101700021)
4. Galuh Eka Sasanti (31101700036)
5. Indah Setia Ningrum (31101700042)
6. Monalisa (31101700051)
7. Muhammad Henri Indrawan (31101700057)
8. Nabila Salma Karunia Putri (31101700060)
9. Regilia Shinta Mayangsari (31101700068)
10. Regita Bella Ayunani (31101700069)
11. Sella Dumaika Desmonda (31101700076)
12. Suprayogi Yoga Prakasa (31101700082)
LAPORAN TUTORIAL
SGD 1 LBM 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bibir merupakan salah satu bagian rongga mulut yang memiliki peranan penting bagi manusia
terutama wanita. Penggunaan lipstick yang sering digunakan wanita bertujuan untuk
menambah nilai estetik pada bibir. Namun tidak semua produk lipstick memiliki kandungan
yang cukup aman sehingga ada beberapa individu yang memiliki efek tidak baik akibat
penggunaan lipstick. Penggunaan lipstick dengan merk yang berbeda dapat menimbulkan
reaksi yang berlebih karena adanya kemungkinan terjadinya perbedaan dari kandungan
lipstick yang sebelumnya digunakan dengan merk yang baru digunakan. Salah satu kandungan
yang berpengaruh pada lipstick yaitu nikel. Reaksi berlebih yang tidak diinginkan serta dapat
terjadi pada individu dan kondisi tertentu yaitu reaksi hipersensitivitas.
B. Skenario
Wanita berusia 22 tahun mengeluhkan bibirnya yang terasa kering dan mengelupas sejak 2
minggu yang lalu, setelah menggunakan lipstick dengan merk yang berbeda. Pemeriksaan
ekstraoral terdapat lesi berupa deskuamasi dan erosi kemerahan pada vermilion bibir atas dan
bawah.
C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja macam-macam reaksi hipersensitivitas dan patogenesisnya?
2. Bagaimana diagnose, gejala klinis, dan manifestasi reaksi hipersensitivitas pada rongga
mulut?
3. Apa saja diagnose banding dari allergic cheilitis contact?
4. Bagaimana immunopathogenesis dari allergic cheilitis contact?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Macam-macam reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas merupakan reaksi yang tidak diinginkan yang dihasilkan
oleh adanya sistem imun pada kondisi tertentu. Reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi
beberapa tipe yaitu reaksi hipersensitivitas tipe 1, reaksi hipersensitivitas tipe 2, reaksi
hipersensitivitas tipe 3 dan reaksi hipersensitivitas tipe 4.
a Reaksi hipersensitivitas tipe 1 (reaksi cepat/reaksi anafilaksis)
Komponen yang terlibat pada reaksi hipersensitivitas tipe 1 yaitu :
1) Sel Th yang befungsi pada aktivasi sel B untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma
menghasilkan IgE.
2) IgE memiliki fungsi untuk meningkat saat ada reaksi inflamasi, dan mengadakan
ikatan silang dengan antigen yang menyebabkan degranulasi sel mast.
3) Sel mast berfungsi sebagai sekresi mediator inflamasi yaitu sitokin, amine
vasoaktif, dan mediator lipid.
4) Eosinofil berfungsi dalam sekresi enzim untuk kerusakan jaringan.
3) Fase efektor
degranulasi sel mast yang menyebabkan sekresi mediator inflamasi :
a Sitokin
Reaksi lambat (atopik) yang muncul setelah terpapar alergen sebelum 24
jam. IL-3 dan IL-4 meningkatkan produksi IgE oleh sel B. IL -5 berperan
dalam pengarahan dan aktivasi eusinofil. TNF-a yang tinggi akan dilepas oleh
sel mast dalam reaksi anafilaksis. Gejalanya yaitu urtikaria (gatal), rinitis
allergic (bersin), sesak nafas, dan adanya sariawan berulang (stomatitis
alergic) (Baratawidjaja, 2012).
b Amine vasoaktif dan mediator lipid
Reaksi cepat (anafilaktik) yang muncul segera setelah terpapar alergen
(detik – menit, menit – jam). Vasodilatasi pembuluh darah sehingga dinding
pembuluh darah merenggang kemudia timbul oedema yang menyebabkan
kontriksi bronkus yang mengakibatkan sesak nafas. Spasme otot pencernaan
akan menyebabkan kram perut, mules (Baratawidjaja, 2012).
Gejala dibagi menjadi 4 level :
• Level 1 : eritema, urtikaria disertai atau tanpa angiodema
• Level 2 : hipotensi, kakikardi, gangguan gastroinstentinal
• Level 3 : spasme bronkitis, detak jantung tidak beraturan, cardiac colaps
• Level 4 : henti jantung
Gambar mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 1
Sumber : (Hikmah, 2010)
2) Fase efektor
Apabila adanya paparan berulang dari antigen akan mendorong sel Tdth (sel
Th1 dan CD8+) tersensitasi kemudian sel sitotoksik dan mensekresi mediator
inflamasi. Mediator inflamasi yaitu :
- Sitokin : IFN-g, TNF-a, IL-2, dan IL-3 bertugas untuk mengarahkan
eusinofil, basofil, dan makrofag.
- Kemokin : IL -8 , MIF (Macrofag Inhibiting Factor) akan mengaktivasi
makrofag.
Gambar mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 4
Sumber : (Hikmah, 2010)
2. Diagnose, gejala klinis, dan manifestasi reaksi hipersensitivitas pada rongga mulut
A. Reaksi hipersensitivitas tipe 1
a Oral alergy Sindrome
Gejala klinis dari oral allergy syndrome yaitu gatal, meyengat, edema pada
pembuluh darah bibir, lidah, palatum dan faring dengan onset cepat disertai nyeri
pada telinga dan rasa sesak di dada (Atika, 2015).
b Stomatitis alergika
Gejala klinis stomatitis alergika yaitu adanya vesikel multiple yang akan
menjadi ulser, tepi erimatous ditandai inflamasi dan rasa nyeri, deskuamasi
disertai hiperpigmentasi pada daerah perioral (Sung Erna, 2017)
c Angioedema
Angioedema merupakan Pembengkakan yang disebabkan oleh
meningkatnya permeabilitas vascular pada jaringan subkutan kulit, lapisan
mukosa dan submukosa. Angioedema biasanya diakibatkan oleh makanan, kontak
alergi, obat-obatan. Biasanya ditandai dengan adanya pembekakan dibibir dan
ketika di palpasi terasa lunak (Sung Erna, 2017).
b Exfoliative Cheilitis
Adalah kelainan inflamasi kronis superficial yang ditandai dengan adanya
pengelupasan permukaan keratin. berlokasi pada batas bibir, lebih sering bibir bawah
daripada bibir atas. gambaran klinisnya yaitu eritema pada vermilion border bibir,
adanya krusta, hiperkeratotik, bibir berfissur, pecah-pecah, berwarna kekuningan,
mengeluhkan nyeri, kesulitan berbicara, makan maupun tersenyum (Dewi Agustina,
2012).
d Cheilitis glandularis
Kondisi inflamasi kronik pada kelenjar saliva minor yang terjadi pada bibir
bawah. Gambaran klinisnya yaitu adanya dilatasi pada kelenjar saliva minor, apabila
bibir ditekan dapat menghasilkan mukus/mucopustular dari ductus, dapat pula terjadi
adanya krusta/erosi, pembengkakan pada bibir bawah (Isfandiasari, 2018).
f Dermatitis kontak
Dermatitis kontak merupakan suatu keadaan inflamasi yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit (Sri Lestari Ramadhani, 2018).
Reaksi Hipersensitivitas
4a 4b 4c 4d
Diagnosis
Allergic Contact
Cheilitis
BAB III
KESIMPULAN
1. Atika, N. S. 2015. Pengaruh Ekstrak Teripang Emas terhadap IgE Mencit Balbc. Jurnal
PDGI vol 65 no 3 .
2. Bakula, A. 2011. Contact Allergy in the Mouth: Common Allergens Relevant to Dental
Practice. Acta Clin Croat 50:553-561 .