“GATAL – GATAL”
2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan hasil laporan tutorial
skenario 1 blok BMS 3 ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam penyusunan laporan
tutorial skenario 1 blok BMS 3 ini, kami menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan
didalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami
miliki, kami menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidaklah
mungkin hasil laporan tutorial skenario 1 blok BMS 3 ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan
baik.
2. drg. Retno Kusniati M.Kes selaku dosen pembimbing kelompok 3, atas segala masukan, dan
bimbingannya.
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. mahasiswa menjelaskan Definisi,factor,dan jenis jenis hipersensitifitas
2. mahasiswa menjelaskan Mediator inflamasi pada reaksi hipersensitifitas
3. mahasiswa menjelaskan Mekanisme reaksi hipersensitifitas
4. mahasiswa menjelaskan Ayat dan hadits yang berkaitan
1.4 Manfat
Mindmap
BAB II
PEMBAHASAN
• Hipersensitivitas tipe II
Hipersensitivitas tipe kedua disebut juga reaksi hipersensitivitas sitotoksik,
yaitu kondisi saat sel tubuh normal secara keliru dimusnahkan oleh sistem
kekebalan tubuh sendiri. Reaksi ini melibatkan antibodi imunoglobulin G
(IgG) atau imunoglobulin M (IgM).
Hipersensitivitas tipe 2 dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan. Contoh dari reaksi hipersensitivitas jenis ini adalah anemia
hemolitik autoimun, penolakan transplantasi organ, dan penyakit Hashimoto.
• Hipersensitivitas tipe III
Hipersensitivitas jenis ini disebut juga penyakit kompleks imun. Kondisi
ini terjadi ketika antibodi dan antigen bergabung menjadi satu di bagian tubuh
tertentu, misalnya pembuluh darah di kulit, ginjal, dan sendi, hingga
menyebabkan peradangan atau kerusakan lokal.
Reaksi hipersensitivitas tipe 3 umumnya muncul 4–10 hari setelah tubuh
terpapar antigen. Contoh penyakit yang terjadi karena reaksi hipersensitivitas
tipe 3 adalah lupus, glomerulonefritis, dan rheumatoid arthritis.
• Hipersensitivitas tipe IV
Reaksi hipersensitivitas tipe 4 disebut sebagai reaksi hipersensitivitas tipe
lambat, karena reaksinya relatif lebih lama dibandingkan dengan tipe
hipersensitivitas lain. Pada tipe hipersensitivitas 4, yang berperan dalam
menyebabkan reaksi alergi adalah sejenis sel darah putih yang disebut sel T.
Contoh hipersensitivitas tipe 4 adalah dermatitis kontak dan berbagai bentuk
reaksi hipersensitivitas akibat obat-obatan.
• Prostaglandin D2 (PGD2)
Prostaglandin (PGD2) merupakan vasoaktif yang poten, menyebabkan
vasodilatasi ketika diinjeksikan ke kulit manusia. PGD2 juga dapat menginduksi
kontraksi otot paru dan saluran pencernaan. PGD2 dihasilkan oleh sel mast.
• Amina vasoaktif.
Bagian sel mast yang paling penting menghasilkan amina adalah histamin.
Histamin menyebabkan kontraksi otot polos yang intens, peningkatan
permeabilitas vaskular dan peningkatan sekresi mucus oleh nasal, bronkus dan
kelenjar lambung.
• Enzim-enzim.
Ini mengandung matriks butiran dan termasuk protease netral (chymase,
tryptase) dan beberapa asam hidrolase. Enzim-enzim ini menyebabkan kerusakan
jaringan dan menyebabkan adanya kinin dan aktivasi komponen-komponen dari
komplemen dengan bertindak pada protein-protein prekursor.
• Proteoglikan.
Ini termasuk heparin, dikenal sebagai antikoagulan dan kondroitin sulfat.
Proteoglikan berfungsi untuk mengemas dan menyimpan amina dalam butiran
butiran.
PENUTUP
Kesimpulan :
Pada scenario diatas diketahui bahwa “gatal-gatal” hipersensitivitas adalah istilah luas
yang digunakan untuk menggambarkan respons imun yang berlebihan dan/atau patogen terhadap
antigen asing atau antigen sendiri. Gell dan Coombs adalah yang pertama mengkategorikan
reaksi hipersensitivitas menjadi 4 jenis menurut patofisiologi, tetapi wawasan yang lebih baru
tentang mekanisme ini sejak itu telah memodifikasi sistem klasifikasi asli. Tinjauan ini
menjelaskan mekanisme kekebalan yang terlibat.
Daftar Pustaka