Anda di halaman 1dari 14

ALERGI MAKANAN

KASUS 6

Kelompok 6
1. Rizqi tri hapsari 1600023062
2. Devi indria W 1600023063
3. Sarah febiyana 1600023064
4. Ratna hapsari 1600023065
5. Olyvia wulan k. 1600023066
6. Ilham bintang A 1600023067
7. M. Rezah 1600023068
KASUS 6

Tn. AZ usia 52 tahun mengalami mual muntah dan gatal gatal di kulit berwarna
merah setelah mengkonsumsi kerang laut dan udang. Periksa ke dokter
mengalami arelgi udang. Bapak memiliki riwayat yang sama.
FAKTOR RESIKO

1. Riwayat keluarga
2. Mengalami alergi lain
3. Umur
4. Asma
ETIOLOGI

Reaksi yang timbul akibat paparan alergen yang banyak di temukan pada
lingkungan seperti pada makanan yang dapat menjadi penyebab alergi antara
lain :
1. Kerang
2. Udang
3. Telur
4. Kacang kacangan
Khususnya pada alergi makanan kebayakan makanan yang mengandung protein
tinggi sering kali menjadi penyebab alergi.
Reaksi alergi pangan merupakan reaksi hipersensitivitas yang
diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) dan termasuk dalam reaksi
PATOGENESIS alergi tipe I
Reaksi alergi tipe I diawali dengan tahap pengenalan yaitu saat
protein alergenik kontak dengan tubuh untuk pertama kalinya.
Protein alergenik tersebut kemudian difagosit dan dihancurkan oleh
makrofag menjadi fragmen-fragmen peptida. Fragmen-fragmen ini
kemudian dipresentasikan oleh APC (Antigen-Presenting Cell)
melalui MHC II
Sel T helper 1 (Th 1) akan menempel pada kompleks MHC II-
fragmen peptida ehingga sel Th 1 mensekresikan sitokin yang
merangsang proliferasi dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma.
Sel plasma inilah yang menghasilkan sel memori dan IgE.
Pada pemaparan yang kedua, alergen akan membentuk ikatan
dengan IgE yang menancap pada permukaan sel mastosit dan
basofil. Setiap alergen harus dapat mengikat dua atau lebih molekul
IgE (cross linking). Ikatan tersebut menyebabkan terjadinya reaksi-
reaksi biokimia, sehingga terjadi degranulasi. Hasil degranulasi
adalah terlepasnya mediator alergi yang sebelumnya telah ada
dalam sel seperti histamin,prostaglandin, tromboksan dan
bradikinin.
PATOFISIOLOGI

Adanya aktifasi pada reseptor Histamin pada kulit menimbulkan benjoln


(urtikaria) yang berwarna merah (eritoma) dan gatal hal ini terjadi karena
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah.
MANIFESTASI KLINIS

Data Subjektif :
 Mual
 Muntah
 Gatal” dikuit
 Kulit berwarna merah

Data Objektif :
 Alergi Udang
LANJUTAN....

Gejala klinis biasanya terjadi pada waktu 2 jam setelah mengkonsumsi makanan
dan biasanya reaksi yang terjadi:
1. Mempengaruhi kulit (ruam kulit).Gejalanya bentol (plaques edematous)
multipel yang berbatas tegas, kemerahan, dan gatal.
2. Saluran nafas (kontraksi bronkus). Gejala sesak napas yang akan berlanjut
ke serangan asma. Hal tersebut terjadi karena penyempitan saluran
pernafasan.
3. Pencernaan (sakit perut dan diare).
DIAGNOSA KLINIK

Reaksi alergi makanan merupakan reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh


imunoglobulin E (IgE) dan termasuk dalam reaksi alergi tipe I. hipersensitivitas
tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan
bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap
lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya,
padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-
bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
PENATALAKSANA TERAPI PENYAKIT

Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk :


1. mengendalikan gejala alergi
2. meringankan intensitas serangan
3. mengurangi frekuensi serangan
4. membatasi penggunaan obat karena pada prinsipnya alergi tidak dapat
disembuhkan.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN

 Menghindari atau mengeliminasi alergen


1. Pencegahan primer untuk mencegah sensititasi atau proses pengenalan dini
terhadap allergen.
2. Pencegahan sekunder untuk mencegah manifestasi klinis pada anak berupa
asma dan pilek alergi ang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi tahap awal
berupa alergi makanan. Tindakan yang dilakukan dengan penghindaran
terhadap pejanan dengan allergen inhalan dan makanan yang dapat diketahui
dengan uji kulit.
3. Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya
penyakit alergi dengan penghindaran allergen dan pengobatan.
 Farmakoterapi
1. Antihistamin
Antihistamin adalah antagonis reseptor H1 yang bekerja secara inhibisi kompetitif pada reseptor H1, dan
merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai terapi pertama pada rhinitis alergi
Obat : Difenhidramin, Klorfeniramin, Soproheptadin, Promestatin.

2. Dekongestan
Obat ini secara primer dapat mengurangi sumbatan hidung dan efek minimal dalam mengatasi rinore dan tidak
mempunyai efek terhadap bersin, gatal di hidung maupun dimata.
Obat : Pseudoefedri, Efedrin
Preparat dekongestan topikal sepert oxymetazolin, nafazolin dapat mengatasi gejala sumbatan hidung lebih
cepat dibanding preparat oral karena efek vasokontriksi dapat menurunkan aliran darah ke sinusoid dan dapat
mengurangi udem mukosa hidung.
3. Kombinasi antihistamin dan dekongestan
Tujuan pemberian pengobatan ini dalam satu sediaan seperti loratadin, fexofenadin, dan cetirizen dengan
pseudoefedrin 120 mg. Obat ini dapat mengatasi semua gejala rhinitis alergi . Pada penderita rhinitis alergi ang
disertai asma bronkial, kombinasi loratadin dengan pseudoefedrin lebih efektif untuk mengatasi gejala hidung
dan asma, fungsi paru dan kualitas hidup dibandingkan hanya dengan antihistamin saja.

4. Ipatromium Bromida
Ipatromium bromida topikal merupakan salah satu preparat pilihan dalam mengatasi rhinitis alergi. Obat ini
merupakan preparat antikolinergik yang dapat mengurangi sekresi dengan cara menghambat reseptor kolinergik
pada permukaan sel efektor.
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai