Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

ALERGI DAN PENGOBATANNYA


(ANTIHISTAMIN)

PERTEMUAN KE 15
DISUSUN OLEH:
1. Eci Oktavia (PO.71.39.1.20.004)
2. Via Annisa Oktalia (PO.71.39.1.20.008)
3. Eva Futihahtul Jannah (PO.71.39.1.20.010)

KELAS REGULER 2A

Email:
evafutihahtuljannah@student.poltekkespalembang.ac.id

DOSEN MATA KULIAH:


1. Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes
2. Ade Agustianingsih, S.Farm., Apt

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2022/2023
PERCOBAAN 14

Judul: Alergi Dan Pengobatannya (Antihistamin)

I Hari/ Tanggal Senin/ 2022

II Tujuan 1. Untuk memahami definisi,


patofisiologi, etiologi, faktor
resiko, dan manifestasi klinis
alergi obat antihistamin
2. Untuk mengetahui jenis-jenis
obat dan penggolongan obat
antihistamin
3. untuk memberikan contoh
obat anti histamin.
4. Untuk mengetahui nama
generik, nama dagang,
kekuatan dan dosis obat.
5. Untuk mengetahui
mekanisme kerja obat

III a. A. Bahan & alat Praktikum a. Obat,


b.
c. B. Alat tulis b.
1. Laptop
2. Alat tulis

IV Teori
A. DEFINISI
1. Pengertian alergi
 Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang
berikatan dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat,
terjadi silang molekul IgE, sel mast manusia dirangsang untuk
berdegranulasi dan melepaskan histamin, leukotrein, kinin, Plateletes
Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari hipersensitivitas,
dimana histamin merupakan penyebab utama berbagai macam alergi.
Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh
antigen atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu
keadaan imunopatologik.
 Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak tepat dan sering kali
membahayakan terhadap subtansi yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi
akibat interaksi antara antigen dan antibodi (brunner & suddarth,
2002)
 Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar
imunoglobin E. Istilah tersebut di bedakan dengan sensitif, yaitu
perubahan reaksi terhadap bahan yang secara normal aman. Istilah
lain yang juga harus di bedakan adalah intoleransi, yaitu
penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun. ( Retno
W.Soebaryo, 2002)

2. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung
pada aktivitas sel 8 dan sel T. Aktivitas berlebihan oleh antigen atau
gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Mekanisme imun
mendasari terjadinya alergi adalah mekanisme tipe I dalam klasifikasi
Gell dan Coomb yang diperankan oleh IgE. Seratus tahun yang lalu Paul
Erlich mengemukakan sel mast dan basofi, dimana sel-sel ini
mempunyai peran penting pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi
tipe 1) melalui mediator: yang dikandungnya, yaitu histamin dan zat
peradangan lainnya. Dermatitis atopik terjadi imunitas seluler dan
respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada
penderita DA.
Paparan awal alergen akan dikenali oleh sel penyaji antigen (APC)
untuk selanjutnya mengekpresikan pada sel limfosit T secara langsung
atau melalui sitakin. Pada fase akut sel Thelper (Th2) memproduksi
antibodi switching pembentukan IgE dan ekspresi molekul adhesi
endotel sehinga terjadi reaksi hipersensitivitas tipa cepat. Sel limfoit T
tersensitisasi akan merangsang sel limfosit B menghasilkan antibodi dari
bertigal kelas. Alergen yang utuh diserap oleh usus dan mencapai
pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan argen limfuxid usu (plek
Peyer) den kan membentuk imunoglobulin tipe IgG, IgM IgA dan IgE,
Pda anak atopi. lgE dibentuk secara berlebihan dan akan menempel pada
reseptornya di sel mast, basofil an eosinofil yang terdapat sepanjang
saluran cerna kulit dan saluran nafas.
Kombinati alergen dengan peteren alargen berikutnya adalah dua
molekul lg yang terikat pada reseptornys akan mengalami degranulasi
dan mengeluarkan mediator yang sudah ada dalam sel (preformed
mediator) den mediator yang terbentuk kemudian (newly performed
mediator)
• Mediator yang sudan ada dalam sel

Ada 3 jenis mediator yang penting yaitu histammansinophil chemotactic


factor of anaphylactic (ECE-A), dan nutri chemotacticfactor (NGF).

• Mediator yang terbentuk kemudian

Mediator yang terdiri dan fail meetilisensemarakidsat faktor aktivitas


trombosit, arrotonin dan lain-lain. Etabolisme asam arakat terdiri dari
jalur siklooksigenase dan jalur hipoksigensee yang masing-masing akan
mengeluarkan produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai
proses inflamasi.

3. MANIFESTASI KLINIK

• Anafilaksis

merupakan salah satu reaksi alergi yang sering yang ditandai dengan
gajala awal pada kulit (flushing pruritus urtikaria, anginedemo). Geala
selanjutnya yang paling umum adalah pada saluran pernapasan (sesak
tenggorokan dan deda, di stagi dislonia dan suara serak, betuk stridor
sesaknepes, dyspnea, lemaxtan, hinarrhea: hersin) diikuti olah pusing
dan gejala pada saluran pencernaan (mual, nyeri perut kram, muntah,
diare). Linunga reaksi anafilaksi terjadi dalam waktu 20 menit atau 7
jam stelah terpapar alergen

• Serum Sickness

sindrom klinis yang berasal dari sistem imun biasanya muncul setelah
menggunakan antisera yang mengandung (donor) entigen Beszanya
reaksi terjadi antara 7-14 hari setelah pemberian antisera
Demam,malaise, dan limfadenopati adalah manifestasi klinis.
yang paling umum. Arthralgiaurtikaria, dan erupsi kulit morbiliformis
juga dapat menyertai.

• Obat Demam

Demam dapat terjadi sebagai respon terhadap proses inflamasi atau


sebagai salah satu manifestasi dari reaksi obat.

• Obat yang menginduksi autoimun

Manifestasi klinis yang paling umum termasuk arthralgia, mialgia.


Ruam wajah, bisul, dan alopecia jarang terjadi.
• vakulitis

Vakulitis adalah proses klinik patologi ditandai dengan peradangan dan


nekrosis dinding pembuh darah. Proses vakulitis mungkin terbatas pada
kulit, atau mungkin melibatkan beberapa organ, termasuk hati atau
ginjal, sendi atau sistem saraf pusat. Secara karakteristik. Vakulitis kulit
dimanifestasikan oleh lesi purpura yang bervariasi dalam ukuran dan
jumlah . vakulitis juga dapat dimenifestasikan sebagai papula, nodul,
ulserasi, atau lesi vesiculobullos, umumnya terjadi pada ekstremitas
bawah tapi kadang-kadang melibatkan ekstremitas atas, termasuk
tangan.

• Reaksi saluran pernafasan

Obat dapat menghasilkan reaksi alergi pada saluran pernapasan atas atau
bawah, termasuk rhinitis dan asma. Manifestasi yang terjadi pada
saluran pernapasan dapat terjadi karena adanya luka pada saluran
pernfasan atau dapat terjadi sebagai komponen dari reaksi sistemik
(misalnya, anafilakais).
Alergen memasuki tubuh dari rute saluran pernapasan, gejala sesak
napas yang akan berlanjut ke serangan asma. Hal tersebut terjadi karena
penyempitan saluran napas, terutama pada malam hari. Alergen pada
umumnya menyebabkan timbulnya banyak lendir pada saluran
pernapasan. Kebanyakan anak yang menderita asma mengalami gejala
pertama sebelum usia 5 tahun. Gejala yang menonjol dari asma dapat
berupa sesak napas, mengi, dan batuk berulang. Hingga usia lima tahun,
diameter saluran napas bagian bawah pada anak relatif lebih kecil
dibandingkan dengan dewasa sehingga lebih mudah terjadi obstruksi.
Dinding dada pada bayi kurang kaku sehingga mempercepat penutupan
saluran napas. Demikian pula tulang rawan trakea dan bronkus pada
bayi kurang kaku sehingga mempermudah kolaps saat ekspirasi. Otot
bronkus masih sedikit menyebabkan brokodilator tidak memberikan
hasil yang diharapkan. Pada dinding bronkus utama anak ditemukan
banyak kelenjar mukosa sehingga dapat mengakibatkan hipersekresi dan
memperberat obstruksi. Insertio diafragma pada bayi dan anak posisinya
adalah horizontal, sehingga pada inspirasi diafragma akan menarik dada
ke dalam (retraksi).

• Reaksi hematologi

Reaksi hematologi dapat dipengaruhi oleh reaksi obat imunologi,


Eosinofilia adalah manifestasi umum dari hipersensitivitas obat. Anemia
hemolitik bisa terjadi akibat hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
Reaksi hematologi lainnya yaitu dapat berupa trombositopenia,
neutropenia dan agranulositosis.

(Pharmacotherapy 8th ed chapter 97)

1) • Rhinitis alergi
2)
Manifestasi klinis baru ditemukan pada anak usia 4-5 tahun dan
insidennya meningkat progresif dan akan mencapai 10-15% pada usia
dewasa. Gejalanya hidung tersumbat, gatal di hidung dan mata, bersin,
dan sekresi hidung. Anak yang menderita rinitis alergi kronik dapat
memiliki bentuk wajah khas yaitu warna gelap serta bengkak di bawah
mata. Bila hidung tersumbat berat, sering terlihat mulut selalu terbuka
(adenoid face). Keadaan ini memudahkan timbul gejala lengkung
palatum yang tinggi, overbite serta maloklusi. Anak yang sering
menggosok hidung karena gatal menunjukkan tanda Allergic salute.

3) • Dermatitis Atopik (Eksim)


4)
Penyakit yang sering dijumpai pada bayi dan anak, ditandai dengan
reaksi inflamasi pada kulit yang didasari oleh faktor herediter dan
lingkungan. Eksim atau dermatitis atopi terjadi pada bayi sebelum
berusia 6 bulan dan jarang terjadi dibawah usia 8 minggu. Angka
kejadian1-3% di masyarakat. Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis
atopik, yaitu bentuk infant, bentuk anak, dan bentuk dewasa. Bentuk
infant predileksi daerah muka terutama pipi lebih sering pada bayi yang
masih muda dan ekstensor ekstremitas pada bayi sudah merangkak. Lesi
yang menonjol adalah vesikel dan papula, serta garukan yang
menyebabkan krusta dan terkadang infeksi sekunder (infeksi bakteri
maupun jamur). Gatal merupakan gejala yang mencolok sehingga bayi
sering rewel dan gelisah dengan tidur yang terganggu. Bentuk anak
merupakan lanjutan bentuk infant. gejala klinis ditandai kulit kering
(xerosis) bersifat kronis dengan predileksi daerah flexura antecubiti,
poplitea, tangan, kaki, dan periorbita. Bentuk dewasa terjadi sekitar usia
20 tahun. Umumnya berlokasi di daerah lipatan, muka, leher, badan
bagian atas, dan ekstremitas.

• Urtikaria (kaligata, biduran)

Sebanyak 3,2 -12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria.


Gejalanya bentol (plaques edematous) multipel yang berbatas tegas,
kemerahan, dan gatal. Warna memerah bila ditekan akan memutih.
Berbentuk sirkuler atau serpiginosa (merambat). Jika dibiarkan dapat
menjadi pembengkakan di hidung, muka, dan bibir. bahkan jika terjadi
di mulut dapat terjadi gangguan pernapasan.

• Alergi saluran pencernaan

Alergi pada saluran pencernaan jarang terjadi pada bayi dengan asupan
ASI. Paling banyak terjadi pada anak yang minum susu sapi dengan
gejala muntah, diare, kolik, konstipasi, buang air besar bardarah, dan
kehilangan nafsu makan

4. Etiologi

Etiologi: Ada beberapa jenis penyebabkan alergi, yaitu:


• Defisiensi limfosit T yang mengakibatkan kelebihan IgE
• Kelainan pada mekanisme umpan balik mediator.
• Faktor genetic
• Faktor lingkungan: debu, serbuk sari, bulu binatang, berbagai
jenis makanan dll

Eiologi alergi multifaktorial. Diantaranya dapat berasal dari agen, host,


dan lingkungan. Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia dimana
usia dini semakin rentan terhadap alergi. Lingkungan dapat berupa suhu,
musim. Agen dapat berupa alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat
paparan alergen pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan
dalam lingkungan dan sangat beragam.

5. Faktor dan gejala

Gejala – gejala yang umum pada penderita alergi:

1. Pada sistem pernapasan: gejala alergi pada sistem pernafasan adalah


batuk, pilekk, hidung terumbat, bersin, sesak nafas, mengi suara, sakit
telinga, kemerahan telinga, tenggorokan gatal dan sesak nafas.

2. Pada sistem penceman Gejala alergi terjadi terhadap sistem


penceman: nyeri perut, diare, sulit buang air besar, kembung, dan sering
kentut.

3. Pada kulit. Gejala alergi pada kulit bisa gatal, kulit merah bintik-
bintik, kulit menebal, eksim, kulit menjadi kebiruan/hitam, bibir menjadi
bengkak.

4.Pada mata. Gejala alergi pada mata adalah mata gatal, mata merah,
mata berair, mata belekan warna kehitaman di bawah mata, bintitan.

Penyebab alergi:

Penyebab alergi berasal dari dalam tubuh (intrinsik) yaitu faktor genetik
dan penyebab dari luar tubuh (ekstrinsik) yang terdiri atas lingkungan
dan gaya hidup termasuk pola makanan dan hygiene. Pola makan terdiri
dari konsumsi alkohol pada masa kehamilan, pola diet atau komponen
makanan ibu ketika masa kehamilan dan menyusui, penggunaan
antibiotik pada ibu hamil, dan nutrisi yang diperoleh bayi. Sedangkan
hygiene terdiri dari paparan asap rokok dan hewan peliharaan. Metode
persalinan seksio sesarea, bayi lahir premature (maturitas) dan berat
badan bayi lahir termasuk ke dalam faktor risiko alergi pada bayi.

6. Tipe alergi

• Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).
Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah sel mast atau basofil.
Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrofil, dan
eosinofil. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar
antigen, namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal
hingga 10-12 jam.
Beberapa reaksi umum hipersensitifitas tipe 1 adalah:
• Urticaria atau biduran, yaitu ruam gatal pada kulit
• Rhinitis menyebabkan bersin, hidung tersumbat atau berair , dan gatal.
Asma menyebabkan penyempitan saluran napas, produksi lender, dan
radang saluran napas yang mengakibatkan sesak pada dada dan
kesulitan bernapas.

• Hipersensitivitas Tipe II
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin
G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) terhadap antigen pada permukaan
sel dan matriks ekstraseluler. Pada umumnya, antibodi yang langsung
berinteraksi dengan antigen permukaan sel akan bersifat patogenik dan
menimbulkan kerusakan pada target sel.

• Hipersensitivitas Tipe III


Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun.
Hal ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi
yang kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan
timbulnya inflamasi atau peradangan. Pada kondisi normal, kompleks
antigen-antibodi yang diproduksi dalam jumlah besar dan seimbang
akan dibersihkan dengan adanya fagosit. Namun, kadang-kadang,
kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen (spora fungi, bahan
sayuran, atau hewan) yang persisten akan membuat tubuh secara
otomatis memproduksi antibodi terhadap senyawa asing tersebut
sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-
menerus.

• Hipersensitivitas Tipe IV
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang
diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type). Reaksi ini terjadi karena
aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag. Waktu cukup
lama dibutuhkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi sel T,
sekresi sitokin dan kemokin, serta akumulasi makrofag dan leukosit lain
pada daerah yang terkena paparan.

7. Terapi Farmakologi

Obat antihistamin dan antiserotonin, serta penghambat sel mast adalah


pilihan untuk terapi alergi.

Antihistamin generasi lama selalu menimbulkan efek samping


sedasi/mengantuk, seperti: klorfeniramin maleat (CTM), dimenhidrinat,
triprolidin, dan prometasin.

Antihistamin generasi baru sebagian besar tidak menimbulkan rasa


ngantuk, seperti: astemisol, loratadin, terfenadin, dan cetrisin.

Sementara itu, satu-satunya antiserotonin yang dipasarkan adalah


siproheptadin. Obat ini selain menghambat alergi juga dikenal sebagai
pemicu nafsu makan. Penghambat sel mast yang dipasarkan adalah
sodium kromoglikat

Obat alergi diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan


menghilangkan alergen (penyebab alergi). Namun, untuk
mengendalikan alergi dalam jangka panjang disarankan melakukan
imunoterapi dengan vaksin antiserum dan imunologikal.

Berikut Adalah salah satu obat alergi yang umum digunakan:

1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1)


Obat alergi golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1
(AH1) yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya
histamin. Histamin inilah yang kemudian menimbulkan reaksi imunitas
seperti ruam kemerahan, gatal-gatal, pilek, bersin, dll.
Antihistamin adalah kelompok obat yang digunakan untuk meredakan
keluhan atau gejala akibat reaksi alergi, misalnya pada rhinitis alergi
atau urtikaria.
Antihistamin bekerja dengan cara menghambat kerja dan jumlah
histamin. Histamin merupakan satu zat kimia yang akan menimbulkan
munculnya reaksi alergi, saat seseorang yang alergi terpapar zat pemicu
alergi (alergen). Dengan begitu, gejala akibat reaksi alergi bisa mereda.

Efek Samping dan Bahaya Antihistamin


Ada beberapa efek samping yang umum dapat terjadi setelah
menggunakan antihistamin, di antaranya:

 Sakit kepala
 Pusing
 Pandangan kabur
 Kantuk
 Agitasi
 Sakit perut
 Sulit buang air kecil
 Mulut kering

Antihistamin bisa dibeli bebas atau diperoleh dengan resep dokter. Obat
ini tersedia dalam beberapa bentuk, di antaranya:
 kapsul dan pil,
 obat tetes mata,
 suntikan,
 cairan, dan
 nasal spray.

8. Terapi Non Farmakologi

1. Rinitis Alergi
Pasien harus di dorong untuk menghindari alergen. Beberapa
penyesuaian lingkungan juga harus di lakukan seperti pada contoh
pasien yang sensitif pada tungau dan debu harus menggunakan penutup
yang kedap pada bantal, dan kasur,mencuci sprei di tempat yang
panas,dan meminimalkan penggunaan karpet di rumah, serta tidak
memelihara hewan peliharaan yang berbulu. Alergen seperti serbuk sari
tumbuhan dan jamur tidak dapat di hindari sepenuhnya untuk itu pasien
harus menjaga jendela dan pintu tertutup. ( Burns et al., 2008)
2. Pada dermatitis kontak iritan
Pencucian segera mungkin pada daerah yang terpapar agen iritan.

3. Pada diaper dermatitis pada bayi


• Mengurangi kelembaban pada bayi,misalnya dengan
menggunakan pakaian yang tidak banyak membuat keringat.
• Mengurangi kontak dengan feses dan urin
• Mencuci pakaian bayi dengan bersihmenggunakan deterjan yang
lembut

4. Pada Eksim
• Dapat menggunakan krim, lotion atau salep yang dapat
melembabkan kulit
• Menghindari faktor pemicu alergen (iritan/ alergen, stress,
makanan )
• Menghilangkan kebiasaan menggaruk
(Chambers and Roberts, 2003)

V Materi Praktikum
Jenis dan Merek Dagang Antihistamin
Berikut adalah jenis-jenis obat antihistamin yang
dilengkapi dengan merek dagang, serta dosis
yang disesuaikan dengan kondisi dan usia
pasien:
Antihistamin Generasi pertama
1. Chlorpheniramine
Mekanisme kerja : Menurut Dinamika Obat
(ITB,1991),CTM merupakan salah satu
antihistaminika H1(AH1) yang mampu mengusir
histamin secara kompetitif dari reseptornya
(reseptor H1) dan dengan demikian mampu
meniadakan kerja histamin.
Chlorpheniramine bekerja dengan cara
menghambat kerja histamin, yaitu senyawa yang
bisa menyebabkan munculnya gejala alergi saat
seseorang terpapar zat atau bahan pemicu alergi
(alergen).
Merek dagang: Brontusin, Ceteem,
Chlorpheniramine, Chlorpheniramine Maleate,
Cough En Plus, Etaflusin, Molexflu, Nalgestan,
Omecough, Samcodin, Zacoldine.
Indikasi:
Bantuan sementara dari bersin , gatal , mata
berair , hidung gatal atau tenggorokan , dan
hidung meler yang disebabkan oleh demam
( alergi ) rhinitis atau alergi pernapasan lainnya.
Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap antihistamin ;
glaukoma sudut sempit ; stenosing ulkus
peptikum ; gejala hipertrofi prostat ; serangan
asma ; obstruksi leher kandung kemih ; obstruksi
piloroduodenal ; Terapi MAO ; menggunakan
pada bayi baru lahir atau prematur dan pada ibu
menyusui

. Dosis dan Aturan Pakai:

 Dewasa dan anak usia >12 tahun: 4 mg,


tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 24 mg per
hari.
 Anak usia 6–12 tahun: 2 mg, tiap 4–6
jam. Dosis maksimal 12 mg per hari.
 Anak usia 2–5 tahun: 1 mg, tiap 4–6
jam. Dosis maksimal 6 mg per hari.
 Anak usia 1–2 tahun: 1 mg, 2 kali sehari.
Dosis maksimal 4 mg per hari.

2. Ketotifen
Ketotifen adalah obat untuk meredakan berbagai
gejala rhinitis alergi, seperti bersin, pilek, atau
hidung tersumbat. Obat golongan antihistamin
ini bekerja dengan menghentikan efek histamin
yang menyebabkan munculnya keluhan pada
alergi.
Merek dagang: Astifen, Ertifen, Intifen,
Profilas, Scanditen, Tosma, Zaditen
Dosis & aturan pakai:

 Dewasa dan anak-anak usia ≥3 tahun: 1


mg, 2 kali sehari. Jika diperlukan, dosis
dapat ditingkatkan menjadi 2 mg, 2 kali
sehari.

3. Hydroxyzine
Hydroxyzine adalah obat untuk meredakan
gejala alergi, misalnya gatal, pilek alergi, atau
biduran. Obat ini juga bisa digunakan dalam
pengobatan gangguan kecemasan.
Hydroxyzine bekerja dengan cara menghambat
kerja dari histamin, yaitu zat alami yang
menimbulkan munculnya gejala alergi saat tubuh
terpapar alergen (zat pemicu alergi). Obat ini
termasuk ke dalam golongan antihistamin
generasi satu. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan sirup.
Merek dagang: Bestalin

Dosis & aturan pakai:

 Dewasa: 25 mg, 3–4 kali sehari.


 Anak-anak usia <6 tahun: 50 mg per
hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian.
 Anak-anak usia >6 tahun: 50–100 mg
per hari yang dibagi dalam 4 kali
pemberian.

Antihistamin Generasi Kedua


1. Cetirizine
Cetirizine adalah obat untuk meredakan gejala
atau keluhan akibat reaksi alergi, seperti gatal
pada kulit, tenggorokan, hidung, bersin-
bersin, atau biduran. Obat ini bisa ditemukan
dalam bentuk sediaan tablet, sirop, atau obat
tetes oral (drops).
Cetirizine merupakan obat antihistamin. Obat ini
bekerja dengan cara memblokir histamin, yaitu
senyawa yang meningkat jumlahnya dan
menyebabkan terjadinya gejala dan reaksi alergi
saat tubuh terpapar alergen (zat pemicu alergi).
Merek dagang: Alergia, Allerzen, Cerini,
Cetinal, Cetirizine HCl, Cetirizine
Hydrochloride, Etarizine, Falergi, Ozen,
Rinocet, Yarizine, Zentris
Dosis & aturan pakai:

 Dewasa dan anak usia >12 tahun: 10


mg, 1 kali sehari.
 Anak usia 6–12 tahun: 5 mg, 2 kali
sehari.
 Anak-anak usia 2–6 tahun: 2,5 mg, 2
kali sehari.

2. Loratadine

Loratadine adalah obat untuk meredakan gejala


alergi, seperti bersin, hidung meler, mata berair,
ruam kulit yang terasa gatal, atau biduran. Pada
orang yang alergi, paparan zat pemicu (alergen)
akan meningkatkan produksi dan kerja histamin,
sehingga muncul keluhan dan gejala alergi.
Loratadin adalah obat antihistamin generasi
kedua. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat kerja histamin saat seseorang
terpapar alergen. Dengan begitu gejala dan
keluhan akibat reaksi alergi bisa mereda.
Namun, perlu diingat bahwa obat ini tidak bisa
menyembuhkan alergi.
Merek dagang: Deslo, Inalergi, Inclarin, Lorhis,
Loratadine, Lorahistin, Omellegar
Dosis & aturan pakai:
 Dewasa dan anak usia >12 tahun: 10
mg, 1 kali sehari atau 5 mg, 2 kali sehari.
 Anak usia 2–12 tahun dengan berat
badan >30 kg:10 mg, 1 kali sehari.
 Anak usia 2–12 tahun dengan berat
badan <30 kg: 5 mg, 1 kali sehari.

Antihistamin Generasi Ketiga


1. Fexofenadine
Fexofenadine adalah obat untuk meredakan
gejala alergi, seperti bersin, gatal, mata merah
dan berair, serta hidung meler atau tersumbat.
Obat ini biasanya digunakan untuk meredakan
keluhan dan gejala pada rhinitis alergi dan
biduran.
Fexofenadine termasuk dalam kelompok obat
antihistamin yang bekerja dengan cara
memblokir efek histamin, yaitu zat alami dalam
tubuh yang menyebabkan munculnya
gejala alergi. Dengan demikian, gejala alergi
dapat mereda.
Merek dagang: Fexoven OD, Telfast,Telfast
BD, Telfast HD, Telfast OD, Telfast Plus
Dosis & aturan pakai:
Kondisi: Rhinitis alergi

 Dewasa dan anak usia ≥12 tahun: 120


mg per hari yang di bagi menjadi 1–2 kali
pemberian, atau 180 mg sekali sehari.
 Anak usia 2–11 tahun: 30 mg 2 kali
sehari.

Kondisi: Biduran jangka panjang (kronis)

 Dewasa dan anak usia ≥12 tahun: 180


mg sekali sehari.
 Anak usia 6–24 bulan: 15 mg 2 kali
sehari.
 Anak-anak usia 2–11 tahun: 30 mg 2
kali sehari.
2. Desloratadine
Desloratadine adalah obat untuk meredakan
gejala alergi, seperti kulit gatal, mata berair, atau
biduran. Obat yang tersedia dalam bentuk tablet
dan sirop ini hanya boleh digunakan sesuai resep
dokter.
Desloratadine merupakan obat antihistamin yang
bekerja dengan cara menghambat zat histamin.
Zat histamin adalah zat alami dalam tubuh yang
memicu gejala alergi ketika tubuh terpapar zat
pemicu alergi (alergen).
Merek dagang: Aerius, Desdin, Desfumed,
Desloratadine, Deslotine, Destavell, Eslor
Dosis & aturan pakai:

 Dewasa: 5 mg, sehari sekali


 Anak usia 6–11 bulan: 1 mg, sekali
sehari
 Anak usia 1–5 tahun: 1,25 mg, sekali
sehari
 Anak usia 6–11 tahun: 2,5 mg, sekali
sehari

VI Hasil &
Pembahasan 1. Chlorpheniramine
Merek dagang: Brontusin, Ceteem,
Chlorpheniramine, Chlorpheniramine
Maleate, Cough En Plus, Etaflusin, Molexflu,
Nalgestan, Omecough, Samcodin, Zacoldine.
1. Loratadine

Merek dagang: Deslo, Inalergi, Inclarin, Lorhis,


Loratadine, Lorahistin, Omellegar

VII Kesimpulan Alergi merupakan respon sistem imun yang


tidak tepat dan sering kali membahayakan
terhadap subtansi yang biasanya tidak
berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi
cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi
antara antigen dan antibodi (brunner & suddarth,
2002).

VIII Daftar Pustaka Dari artikel yang dimiliki dari PubMed


DOEN, 2020
Cari sumber buku dari :
Goodman Gillman
Katzung

Anda mungkin juga menyukai