PERTEMUAN KE 15
DISUSUN OLEH:
1. Eci Oktavia (PO.71.39.1.20.004)
2. Via Annisa Oktalia (PO.71.39.1.20.008)
3. Eva Futihahtul Jannah (PO.71.39.1.20.010)
KELAS REGULER 2A
Email:
evafutihahtuljannah@student.poltekkespalembang.ac.id
IV Teori
A. DEFINISI
1. Pengertian alergi
Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang
berikatan dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat,
terjadi silang molekul IgE, sel mast manusia dirangsang untuk
berdegranulasi dan melepaskan histamin, leukotrein, kinin, Plateletes
Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari hipersensitivitas,
dimana histamin merupakan penyebab utama berbagai macam alergi.
Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh
antigen atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu
keadaan imunopatologik.
Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak tepat dan sering kali
membahayakan terhadap subtansi yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi
akibat interaksi antara antigen dan antibodi (brunner & suddarth,
2002)
Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar
imunoglobin E. Istilah tersebut di bedakan dengan sensitif, yaitu
perubahan reaksi terhadap bahan yang secara normal aman. Istilah
lain yang juga harus di bedakan adalah intoleransi, yaitu
penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun. ( Retno
W.Soebaryo, 2002)
2. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung
pada aktivitas sel 8 dan sel T. Aktivitas berlebihan oleh antigen atau
gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Mekanisme imun
mendasari terjadinya alergi adalah mekanisme tipe I dalam klasifikasi
Gell dan Coomb yang diperankan oleh IgE. Seratus tahun yang lalu Paul
Erlich mengemukakan sel mast dan basofi, dimana sel-sel ini
mempunyai peran penting pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi
tipe 1) melalui mediator: yang dikandungnya, yaitu histamin dan zat
peradangan lainnya. Dermatitis atopik terjadi imunitas seluler dan
respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada
penderita DA.
Paparan awal alergen akan dikenali oleh sel penyaji antigen (APC)
untuk selanjutnya mengekpresikan pada sel limfosit T secara langsung
atau melalui sitakin. Pada fase akut sel Thelper (Th2) memproduksi
antibodi switching pembentukan IgE dan ekspresi molekul adhesi
endotel sehinga terjadi reaksi hipersensitivitas tipa cepat. Sel limfoit T
tersensitisasi akan merangsang sel limfosit B menghasilkan antibodi dari
bertigal kelas. Alergen yang utuh diserap oleh usus dan mencapai
pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan argen limfuxid usu (plek
Peyer) den kan membentuk imunoglobulin tipe IgG, IgM IgA dan IgE,
Pda anak atopi. lgE dibentuk secara berlebihan dan akan menempel pada
reseptornya di sel mast, basofil an eosinofil yang terdapat sepanjang
saluran cerna kulit dan saluran nafas.
Kombinati alergen dengan peteren alargen berikutnya adalah dua
molekul lg yang terikat pada reseptornys akan mengalami degranulasi
dan mengeluarkan mediator yang sudah ada dalam sel (preformed
mediator) den mediator yang terbentuk kemudian (newly performed
mediator)
• Mediator yang sudan ada dalam sel
3. MANIFESTASI KLINIK
• Anafilaksis
merupakan salah satu reaksi alergi yang sering yang ditandai dengan
gajala awal pada kulit (flushing pruritus urtikaria, anginedemo). Geala
selanjutnya yang paling umum adalah pada saluran pernapasan (sesak
tenggorokan dan deda, di stagi dislonia dan suara serak, betuk stridor
sesaknepes, dyspnea, lemaxtan, hinarrhea: hersin) diikuti olah pusing
dan gejala pada saluran pencernaan (mual, nyeri perut kram, muntah,
diare). Linunga reaksi anafilaksi terjadi dalam waktu 20 menit atau 7
jam stelah terpapar alergen
• Serum Sickness
sindrom klinis yang berasal dari sistem imun biasanya muncul setelah
menggunakan antisera yang mengandung (donor) entigen Beszanya
reaksi terjadi antara 7-14 hari setelah pemberian antisera
Demam,malaise, dan limfadenopati adalah manifestasi klinis.
yang paling umum. Arthralgiaurtikaria, dan erupsi kulit morbiliformis
juga dapat menyertai.
• Obat Demam
Obat dapat menghasilkan reaksi alergi pada saluran pernapasan atas atau
bawah, termasuk rhinitis dan asma. Manifestasi yang terjadi pada
saluran pernapasan dapat terjadi karena adanya luka pada saluran
pernfasan atau dapat terjadi sebagai komponen dari reaksi sistemik
(misalnya, anafilakais).
Alergen memasuki tubuh dari rute saluran pernapasan, gejala sesak
napas yang akan berlanjut ke serangan asma. Hal tersebut terjadi karena
penyempitan saluran napas, terutama pada malam hari. Alergen pada
umumnya menyebabkan timbulnya banyak lendir pada saluran
pernapasan. Kebanyakan anak yang menderita asma mengalami gejala
pertama sebelum usia 5 tahun. Gejala yang menonjol dari asma dapat
berupa sesak napas, mengi, dan batuk berulang. Hingga usia lima tahun,
diameter saluran napas bagian bawah pada anak relatif lebih kecil
dibandingkan dengan dewasa sehingga lebih mudah terjadi obstruksi.
Dinding dada pada bayi kurang kaku sehingga mempercepat penutupan
saluran napas. Demikian pula tulang rawan trakea dan bronkus pada
bayi kurang kaku sehingga mempermudah kolaps saat ekspirasi. Otot
bronkus masih sedikit menyebabkan brokodilator tidak memberikan
hasil yang diharapkan. Pada dinding bronkus utama anak ditemukan
banyak kelenjar mukosa sehingga dapat mengakibatkan hipersekresi dan
memperberat obstruksi. Insertio diafragma pada bayi dan anak posisinya
adalah horizontal, sehingga pada inspirasi diafragma akan menarik dada
ke dalam (retraksi).
• Reaksi hematologi
1) • Rhinitis alergi
2)
Manifestasi klinis baru ditemukan pada anak usia 4-5 tahun dan
insidennya meningkat progresif dan akan mencapai 10-15% pada usia
dewasa. Gejalanya hidung tersumbat, gatal di hidung dan mata, bersin,
dan sekresi hidung. Anak yang menderita rinitis alergi kronik dapat
memiliki bentuk wajah khas yaitu warna gelap serta bengkak di bawah
mata. Bila hidung tersumbat berat, sering terlihat mulut selalu terbuka
(adenoid face). Keadaan ini memudahkan timbul gejala lengkung
palatum yang tinggi, overbite serta maloklusi. Anak yang sering
menggosok hidung karena gatal menunjukkan tanda Allergic salute.
Alergi pada saluran pencernaan jarang terjadi pada bayi dengan asupan
ASI. Paling banyak terjadi pada anak yang minum susu sapi dengan
gejala muntah, diare, kolik, konstipasi, buang air besar bardarah, dan
kehilangan nafsu makan
4. Etiologi
3. Pada kulit. Gejala alergi pada kulit bisa gatal, kulit merah bintik-
bintik, kulit menebal, eksim, kulit menjadi kebiruan/hitam, bibir menjadi
bengkak.
4.Pada mata. Gejala alergi pada mata adalah mata gatal, mata merah,
mata berair, mata belekan warna kehitaman di bawah mata, bintitan.
Penyebab alergi:
Penyebab alergi berasal dari dalam tubuh (intrinsik) yaitu faktor genetik
dan penyebab dari luar tubuh (ekstrinsik) yang terdiri atas lingkungan
dan gaya hidup termasuk pola makanan dan hygiene. Pola makan terdiri
dari konsumsi alkohol pada masa kehamilan, pola diet atau komponen
makanan ibu ketika masa kehamilan dan menyusui, penggunaan
antibiotik pada ibu hamil, dan nutrisi yang diperoleh bayi. Sedangkan
hygiene terdiri dari paparan asap rokok dan hewan peliharaan. Metode
persalinan seksio sesarea, bayi lahir premature (maturitas) dan berat
badan bayi lahir termasuk ke dalam faktor risiko alergi pada bayi.
6. Tipe alergi
• Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).
Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah sel mast atau basofil.
Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrofil, dan
eosinofil. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar
antigen, namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal
hingga 10-12 jam.
Beberapa reaksi umum hipersensitifitas tipe 1 adalah:
• Urticaria atau biduran, yaitu ruam gatal pada kulit
• Rhinitis menyebabkan bersin, hidung tersumbat atau berair , dan gatal.
Asma menyebabkan penyempitan saluran napas, produksi lender, dan
radang saluran napas yang mengakibatkan sesak pada dada dan
kesulitan bernapas.
• Hipersensitivitas Tipe II
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin
G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) terhadap antigen pada permukaan
sel dan matriks ekstraseluler. Pada umumnya, antibodi yang langsung
berinteraksi dengan antigen permukaan sel akan bersifat patogenik dan
menimbulkan kerusakan pada target sel.
• Hipersensitivitas Tipe IV
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang
diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type). Reaksi ini terjadi karena
aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag. Waktu cukup
lama dibutuhkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi sel T,
sekresi sitokin dan kemokin, serta akumulasi makrofag dan leukosit lain
pada daerah yang terkena paparan.
7. Terapi Farmakologi
Sakit kepala
Pusing
Pandangan kabur
Kantuk
Agitasi
Sakit perut
Sulit buang air kecil
Mulut kering
Antihistamin bisa dibeli bebas atau diperoleh dengan resep dokter. Obat
ini tersedia dalam beberapa bentuk, di antaranya:
kapsul dan pil,
obat tetes mata,
suntikan,
cairan, dan
nasal spray.
1. Rinitis Alergi
Pasien harus di dorong untuk menghindari alergen. Beberapa
penyesuaian lingkungan juga harus di lakukan seperti pada contoh
pasien yang sensitif pada tungau dan debu harus menggunakan penutup
yang kedap pada bantal, dan kasur,mencuci sprei di tempat yang
panas,dan meminimalkan penggunaan karpet di rumah, serta tidak
memelihara hewan peliharaan yang berbulu. Alergen seperti serbuk sari
tumbuhan dan jamur tidak dapat di hindari sepenuhnya untuk itu pasien
harus menjaga jendela dan pintu tertutup. ( Burns et al., 2008)
2. Pada dermatitis kontak iritan
Pencucian segera mungkin pada daerah yang terpapar agen iritan.
V Materi Praktikum
Jenis dan Merek Dagang Antihistamin
Berikut adalah jenis-jenis obat antihistamin yang
dilengkapi dengan merek dagang, serta dosis
yang disesuaikan dengan kondisi dan usia
pasien:
Antihistamin Generasi pertama
1. Chlorpheniramine
Mekanisme kerja : Menurut Dinamika Obat
(ITB,1991),CTM merupakan salah satu
antihistaminika H1(AH1) yang mampu mengusir
histamin secara kompetitif dari reseptornya
(reseptor H1) dan dengan demikian mampu
meniadakan kerja histamin.
Chlorpheniramine bekerja dengan cara
menghambat kerja histamin, yaitu senyawa yang
bisa menyebabkan munculnya gejala alergi saat
seseorang terpapar zat atau bahan pemicu alergi
(alergen).
Merek dagang: Brontusin, Ceteem,
Chlorpheniramine, Chlorpheniramine Maleate,
Cough En Plus, Etaflusin, Molexflu, Nalgestan,
Omecough, Samcodin, Zacoldine.
Indikasi:
Bantuan sementara dari bersin , gatal , mata
berair , hidung gatal atau tenggorokan , dan
hidung meler yang disebabkan oleh demam
( alergi ) rhinitis atau alergi pernapasan lainnya.
Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap antihistamin ;
glaukoma sudut sempit ; stenosing ulkus
peptikum ; gejala hipertrofi prostat ; serangan
asma ; obstruksi leher kandung kemih ; obstruksi
piloroduodenal ; Terapi MAO ; menggunakan
pada bayi baru lahir atau prematur dan pada ibu
menyusui
2. Ketotifen
Ketotifen adalah obat untuk meredakan berbagai
gejala rhinitis alergi, seperti bersin, pilek, atau
hidung tersumbat. Obat golongan antihistamin
ini bekerja dengan menghentikan efek histamin
yang menyebabkan munculnya keluhan pada
alergi.
Merek dagang: Astifen, Ertifen, Intifen,
Profilas, Scanditen, Tosma, Zaditen
Dosis & aturan pakai:
3. Hydroxyzine
Hydroxyzine adalah obat untuk meredakan
gejala alergi, misalnya gatal, pilek alergi, atau
biduran. Obat ini juga bisa digunakan dalam
pengobatan gangguan kecemasan.
Hydroxyzine bekerja dengan cara menghambat
kerja dari histamin, yaitu zat alami yang
menimbulkan munculnya gejala alergi saat tubuh
terpapar alergen (zat pemicu alergi). Obat ini
termasuk ke dalam golongan antihistamin
generasi satu. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan sirup.
Merek dagang: Bestalin
2. Loratadine
VI Hasil &
Pembahasan 1. Chlorpheniramine
Merek dagang: Brontusin, Ceteem,
Chlorpheniramine, Chlorpheniramine
Maleate, Cough En Plus, Etaflusin, Molexflu,
Nalgestan, Omecough, Samcodin, Zacoldine.
1. Loratadine