Anda di halaman 1dari 32

ALERGI

KELOMPOK 3 : E F R I YA N T I M AYA N G A P R I L I A N I
A L M A WA H Y U N I E L S H A FA D H I K A D R M U T I A FA D I L A S A R I
A M I N AT U L S A L A M I ERMIDA DIANI H OKSI APRILIANI
A M A LYA P U T R I J E RY G U S M E L A N D I RIZKA NURJANNAH
A N J A N I AW I J AYA N T I FEBRIA ANDINI ROSA DIANA LASMINI
ANNISA FITRI ANGRAINI NURUL ANNISA SEPTIANI NINDIA PUTRI
AT Y K A P U T R I W I S N I MUSTIKA PURNAMA SARI W I D YA C H AYA N I
AQILA RIFDAH JONANG N A B I L A FA U Z I W I N D Y D A M AYA N T I I S M U N
DIANA RESKY NIA NURMALA SARI YENI KARLINA
D I N D A H I D AYAT I S R NOVIKA INDRIANI YETRI NOVIANTI
D O N I TA Z U L I A N A N O V I TA
Pengertian alergi
 Alergi adalah kepekaan berbeda terhadap suatu antigen eksogen atas dasar proses imunologi.
Pada dasarnya reaksi imun tersebut berfungsi melindungi organisme terhadap zat-zat asing yang
menyerang tubuh.

Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi
ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka.
Etiologi
Ada beberapa penyebab alergi :
• Difesiensi lifosit T yang mengakibatkan kelebihan IgE
• Kelainan pada mekanisme umpan balik mediator
• Faktor genetik
• Faktor lingkungam : debu, sebuk sari, bulu binatang dan berbagai jenis makanan
Patofisiologi
Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel limfosit B dan sel
limfosit T. Aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu
keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas atau alergi. Bila suatu protein asing (antigen)
masuk berulangkali ke dalam aliran darah seorang yang berbakat hipersensitif, maka limfosit B akan
membentuk antibodi dari tipe IgE (di samping IgG dan IgM). IgE ini yang juga disebut reagin, mengikat diri
pada membran mast-cells tanpa menimbulkan gejala.
Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya memasuki darah lagi,
maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya
membran mastcells. Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan, yakni histamin bersama serotonin,
bradikinin dan asam arachidonat, yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Reaksi
terhadap masuknya antigen tersebut akan menyebabkan beberapa gejala antara lain bronchokonstriksi,
vasodilatasi, dan pembengkakan jaringan.
GEJALA
Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair,mata
terasa gatal dan kadang bersin. Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan,
kelainan fungsi jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi
jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya
segera setelah makan makanan atau obatobatan tertentu atau setelah disengat lebah, dengan
segera menimbulkan gejala. Gejala selanjutkanya seperti reaksi dermatologis seperti Urtikaria,
ruam maculopapular, eritema multiforme, syndrome stevens-Johnson, nekrolisis epidermal
beracun.
TIPE-TIPE ALERGI
Alergi tipe I

Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahanbahan yang umumnya
imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata
lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh
dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat
atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Reaksi Alergi tipe II {Antibody-Mediated Cytotoxicity (Ig G)}
Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel
tubuh oleh karena antibodi melawan/menyerang secara langsung antigen yang
berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya Ig G.
Reaksi Alergi Tipe III (Immune Complex Disorders)
Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks
antigen antibody berada di jaringan.
Reeks tipe III dihasilkan dari kompleks imun beredar di serum

Keterangan : Adanya antigen antibody kompleks di


jaringan, menyebabkan aktifnya komplemen. Kompleks
ini mengatifkan basofil sel mast aktif dan merelease
histamine, leukotrines dan menyebabkan inflamasi.

Keterangan: Alergen (makanan) yang terikat pada


antibody pada netrofil (yang berada dalam darah) dan
antibody yang berada pada jaringan, mengaktifkan
komplemen. Kompleks tersebut menyebabkan
kerusakan pada jaringan.
Reaksi Alergi Tipe IV {Cell-Mediated Hypersensitivities (tipe lambat)}
 Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal
(“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag dan
sel T. Ekstrinsik : nikel, bhn kimia Intrinsik: Insulin-dependent diabetes
mellitus (IDDM or Type I diabetes), Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid
arthritis, TBC

Keterangan :
Makrofag (APC) mengikat allergen pada
permukaan sel dan akan mentransfer allergen pada
sel T, sehingga sel T merelease interleukin (mediator
kimia) yang akan menyebabkan berbagai gejala.
Tujuan Terapi

• Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala


dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang
ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang
beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan
berbagai gejala.
• Penangan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan melainkan
dengan cara menhgindari allergen. Secara teorititd, alergi memang tidak bisa
dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun,
sering kali terjadi dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan
sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.
PEMICU ALERGI

Beberapa substansi pemicu alergi (alergen) yang


umum ditemui meliputi: Makanan tertentu,
seperti makanan laut, susu, telur, dan kacang-
kacangan; Bulu hewan, tungau, serbuk sari, atau
debu; Gigitan serangga, misalnya sengatan
lebah; Obat-obatan tertentu; dan Bahan kimia
tertentu, seperti sabun, sampo, parfum, atau
bahan lateks
FAKTOR RESIKO ALERGI
Usia
Jenis Kelamin
Polimorfisme genetik
Infeksi virus
Faktor terkait obat seperti frekuensi paparan, rute
administrasi dan berat molekul
Faktor lingkungan: semakin sering dan semakin lama
seseorang terpapar dengan alergen tertentu,
kemungkinan untuk menderita alergi semakin tinggi.
TERAPI FARMAKOLOGI
ANTIHISTAMIN
Mekanisme Kerja : Histamin H1 antagonis reseptor mengikat reseptor H1 tanpa
mengaktifkannya, mencegah pengikatan dan aksi histamin. efektif dalam mencegah histamin
respon tetapi tidak membalikkan efeknya setelah terjadi.
Antihistamin oral dibagi menjadi 2 kategori:
Non selektif (generasi pertama/antihistamin sedasi)
Selektif perifer (generasi kedua/antihistamin non sedasi)
Hati-hatipada pasien yang cenderung mengalami retensi urin dan pada mereka dengan
peningkatan tekanan intraokular, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Mengantuk adalah efek samping yang paling sering terjadi, dan dapat mengganggu kemampuan
mengemudi atau fungsi yang memadai. Efek sedatif dapat bermanfaat pada pasien yang
mengalami kesulitan tidur karena gejala rinitis.
DEKONGESTAN
Dekongestan topikal dan sistemik adalah agen simpatomimetik yang bekerja
pada reseptor adrenergik di mukosa hidung untuk menghasilkan vasokonstriksi,
mengecilkan pembengkakan mukosa, dan meningkatkan ventilasi.
Dekongestan topikal dioleskan langsung ke mukosa hidung yang bengkak
melalui tetes atau semprotan
Kortikostreoid nasal
 Mengurangi peradangan dengan memblokir pelepasan mediator, menekan
kemotaksis neutrofil, menyebabkan vasokonstriksi ringan, dan
menghambat reaksi fase akhir yang diperantarai sel mast.
 Kortikosteroid intranasal meredakan bersin, rinore, pruritus, dan hidung
tersumbat dengan efek samping minimal
 Efek samping termasuk bersin, menyengat, sakit kepala, epistaksis, dan
infeksi langka dengan Candida albicans.
Anti alergen lain
A.natrium kromolin
Mekanisme kerja Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A (Slow
Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal pada paru-
paru tempat obat diberikan.

Nama alergen Bentuk sediaan Dosis


Natrium kromolin Aerosol, larutan nebulizer Larutan Nebulizer : dosis awal 20
mg diinhalasi 4 kali sehari dengan
interval yang teratur. Aerosol :
untuk penanganan asma bronkial
pada dewasa dan anak 5 tahun
atau lebih. Dosis awal biasanya 2
inhalasi, sehari 4 kali pada interval
yang teratur.
B. Nedokromil

Mekanisme kerja menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe
sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel mast, monosit dan
platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun
lanjut terhadap antigen terinhalasi

Nama generik Bentuk sediaan Dosis


Nedokromil Aerosol DEWASA dan ANAK di atas
6 tahun 4 mg (2 hirupan) 4
x sehari, apabila telah
teratasi dosis bisa
dikurangi menjadi 2 x
sehari.
C. Ketotifen
Mekanisme kerja Ketotifen adalah suatu antihistamin yang mengantagonis secara
nonkompetitif dan relatif selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan
menghambat penglepasan mediator dari sel-sel yang berkaitan dengan reaksi
hipersensitivitas.
Nama generik Bentuk sediaan Dosis
Ketotifen Sirup, tablet, sirup 1 mg 2 kali sehari waktu
makan, bila perlu dinaikkan
menjadi 2 mg 2 kali sehari;
terapi awal pada pasien yang
sudah tersedasi 0,5-1 mg
malam; ANAK di atas 2 tahun 1
mg 2 kali sehari.
Terapi Farmakologi

Obat antihistamin dan antiserotonin, serta penghambat sel mast adalah pilihan untuk terapi alergi.
Antihistamin generasi lama selalu menimbulkan efek samping sedasi/mengantuk, seperti:
klorfeniramin maleat (CTM), dimenhidrinat, triprolidin, dan prometasin.
Antihistamin generasi baru sebagian besar tidak menimbulkan rasa ngantuk, seperti: astemisol,
loratadin, terfenadin, dan cetrisin.
Sementara itu, satu-satunya antiserotonin yang dipasarkan adalah siproheptadin. Obat ini selain
menghambat alergi juga dikenal sebagai pemicu nafsu makan. Penghambat sel mast yang
dipasarkan adalah sodium kromoglikat.
Terapi Non Farmakologi

Salah satu terapi alergi adalah pencegahan terhadap paparan


alergen. Namun pencegahan alergi tidaklah mudah apalagi jika
alergen penyebabnya belum bisa dipastikan. Rumah harus kerap
dibersihkan, tidak boleh memelihara binatang, sebaiknya tidak
menggunakan bantal dari kapuk dan sebaiknya tidak menggunkan
karpet. Gunakan masker saat berkebun dan hindarkan berada
didekat bunga pada musim penyerbukan.
Terapi non farmakologi
Selain itu, untuk mengatasi gatal, yang harus
diperhatikan adalah tidak menggaruk daerah yang terkena, karena garukan dapat
menyebabkan luka, iritasi dan menyebabkan pelepasan mediator yang
memperburuk rasa gatal. Pakaian yang dipakai tidak boleh terlalu ketat dan tidak
mengiritasi kulit.
Cara Mengatasi Alergi,yaitu:

Cara paling efektif untuk mengatasi alergi adalah


menghindari alergen yang memicu reaksi. Misalnya
jika Anda punya alergi kacang, pastikan membaca label
makanan atau minuman yang akan dikonsumsi untuk
memastikan tak ada kandungan kacang di sana.
Adapun obat yang bisa membantu mengendalikan reaksi alergi
meliputi:

1. Antihistamin: diminum saat muncul gejala reaksi ataupun


sebelum terpapar alergen untuk menghentikan reaksi
2. Dekongestan: tablet, kapsul, semprotan hidung, atau cairan
untuk pengobatan jangka pendek hidung tersumbat
3. Losion dan krim, misalnya krim pelembap untuk meredakan
kemerahan dan gatal pada kulit
4. Obat steroid: membantu meredakan pembengkakan yang
disebabkan oleh reaksi alergi
SWAMEDIKASI UNTUK ALERGI

Pada pasien yang ter serang alergi, penting untuk mengidentifikasi reaksi alerginya terlebih
dahulu. Gejala yang timbul dapat bervariasi dari orang ke orang. Reaksi alergi dapat
menyebabkan iritasi kulit, masalah pernafasan, masalah pencernaan dan yang paling serius
menyebabkan anafilaksis yang merupakan keadaan darurat medis. Tanda-tanda lain dari
alergi meliputi mata dan hidung yang bengkak, ter sumbat, dan berair.

Pengobatan swamedikasi untuk menangani gejala yang timbul akibat reaksi alergi dapat
dilakukan dengan pemberian Obat OTC (Over The Counter). Swamedikasi menggunakan
obat OTC sebaiknya dilakukan pada pasien yang berumur >7 tahun (Siponen, 2014). Obat
OTC dapat dibeli dengan bebas di apotek dan untuk pemilihan obat OTC dapat dilakukan
dengan berkonsultasi dengan apoteker di apotek tersebut.
Alergen yang sering dijumpai
kutu debu yaitu organ mikroskopis yang hidup pada debu rumah
serbuk sari bunga atau pohon
hewan peliharaan yaitu melalui air liur hewan, rambut halus maupun protein pada air seni
Jamur yaitu jamur yang berukuran mikroskopis dengan spora yang dapat melayang - layang di
udara
Obat
Makanan tertentu
polusi udara Nitrogen dioksida (NO2) yang naik di udara adalah faktor - faktor penting yang memicu
alergi

Anda mungkin juga menyukai