Anda di halaman 1dari 17

KORUPSI ?

 Menurut asal kata


•Korupsi berasal dari bahasa latin, coruptio.
• Kata ini sendiri pnya kata kerja corumpere Yang artinya busuk , rusak ,
menggoyahkan, memutar balik atau menyogok.

Menurut Transparencisy Internasional


•Korupsi adalah perilaku pejabat publik ,politikus, pegawai negeri yang secara tidak
Wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengan Dirinya , dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada Mereka.

Menurut Hukum Indonesia


•UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 21 Tahun 2001 ( Terdapat 13 Pasal )
bentuk Korupsi di Indonesia
(UU 31/1999 jo UU 20/2001)
Dikelompokkan menjadi:
1. Merugikan keuangan
negara,
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam
jabatan
4. Perbuatan curang
5. Benturan kepentingan
dalam pengadaan
6. Gratifikasi
KENAPA KITA KORUPSI ?????
Faktor Utamaya nih ;
- Korupsi karena
kebutuhan (Corruption
by Need)
- Korupsi karena
keserakahan
(Corruption by Greed)
Faktor Penyebab Korupsi

1. Penegak Hukum Tidak Konsisten (Selalu Berubah-ubah)


2. Penyalahgunaan Kekuasaan/Wewenang. Takut Di Anggap Bodoh
Kalau tidak Menggunakan Kesempatan.
3. Langkanya Lingkungan Yang Anti-Korup. Sistem dan Pedoman Anti-
Korup hanya Sebatas Formalitas.
4. Rendahnya Pendapatan Penyelenggara Negara
5. Kemiskinanan & Keserakahan
6. Budaya Memberi (Gratifikasi)
7. Konsekuensi bila di Tangkap lebih Rendah dari pada keuntungan
Korupsi
Unsur – unsur Korupsi
1. Memperkaya Diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi
2. Merugikan keuangan Negara
3. Menyalahgunakan wewenang dan kesempatan karena
jabatan atau kedudukan
4. Melanggar atau melawan Hukum
5. Dilakukan dalam kondisi krisis atau bencana
Apa yang dimaksud dengan KORUPSI ?
Definisi Korupsi secara gamblang dijelaskan dalam 13 buah pasal
dalam UU 31/ 1999 jo UU 20/2001
30 Bentuk / jenis TPK, dengan pengelompokan sbb:

1. Kerugian Keuangan Negara


- Pasal 2
- Pasal 3
2. Suap – Menyuap
- Pasal 5 ayat (1) huruf a - Pasal 11
- Pasal 5 ayat (1) huruf b - Pasal 6 ayat (1) huruf a
- Pasal 13 - Pasal 6 ayat (1) huruf b
- Pasal 5 ayat (2) - Pasal 6 ayat (2)
- Pasal 12 huruf a - Pasal 12 huruf c
- Pasal 12 huruf b - Pasal 12 huruf d

6
3. Penggelapan dalam jabatan
- Pasal 8
- Pasal 9
- Pasal 10 huruf a
- Pasal 10 huruf b
- Pasal 10 huruf c
4. Pemerasan
- Pasal 12 huruf e
- Pasal 12 huruf g
- Pasal 12 huruf h
5. Perbuatan curang
- Pasal 7 ayat (1) huruf a
- Pasal 7 ayat (1)huruf b
- Pasal 7 ayat (1) huruf c
- Pasal 7 ayat (1) huruf d
- Pasal 7 ayat 2
- Pasal 12 huruf h
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
- Pasal 12 huruf I
7. Gratifikasi
- Pasal 12 B jo. Pasal 12 C

7
Tindak Pidana Lain
yang berkaitan dengan TPK :
1. Merintangi Proses pemeriksaan perkara Korupsi :
- Pasal 21
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan tidak benar
:
- Pasal 22 jo. Pasal 28
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka:
- Pasal 22 jo. Pasal 29
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu :
- Pasal 22 jo.Pasal 35
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberi keterangan palsu
6. Saksi yang membuka identitas pelapor :
- Pasal 24 jo. Pasal 31

8
Pasal 12 B UU 20/2001
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan
oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

9
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan
wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau
milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-
undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

10
UU 31/1999 jo UU 20/2001
• Pasal 2 (1):
• Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00.

Pasal 3:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit
Rp. 50.000.000,00 dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00.

11
UU 31/1999 jo UU 20/2001
Pasal 5
1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
lama 5 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 dan paling banyak Rp 250.000.000,00 setiap orang
yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
12
UU 31/1999 jo UU 20/2001
Pasal 6
1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama
15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili; atau
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan
maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili.
2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
13
 Pasal 15
 Setiap orang yang melakukan percobaan,
pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi, dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai
dengan Pasal 14.

14
 Pasal 11
 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun
dan paling lama 5 tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 dan paling banyak Rp
250.000.000,00 pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau
janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

15
UU 31/1999 jo UU 20/2001
Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00:
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara
yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;
16
Kewenangan atas Kasus Korupsi
• Ps. 11 UU 30/2002

KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan,


dan penuntutan TPK yang:
1.melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan TPK
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara negara;
2.mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
dan/atau
3.menyangkut kerugian negara paling sedikit satu milyar
rupiah.

17

Anda mungkin juga menyukai