DISUSUN OLEH:
MUSTIKA PURNAMA SARI
1948201072
2A FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah membarikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENYAKIT ASMA,
PNEUMONIA DAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTI KRONIS” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas ibu Feni Rahayu Gusti, M.Farm,Apt pada mata kuliah
sinonim obat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“PENYAKIT ASMA, PNEUMONIA DAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTI KRONIS”
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Feni Rahayu Gusti, M.Farm,Apt selaku
dosen mata kuliah sinonim obat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
BAB II PEMBAHASAN
ASMA
A. Pengertian penyakit asma
B. Jenis-jenis penyakit asma
C. Tanda-tanda gejala penyakit asma
D. Penyebab terjadinya asma
PNEUMONIA
A. Pengertian
B. Penyebab dan faktor resiko
C. Gejala
D. Diagnosis
E. Komplikasi
F. Pengobatan
G. Pencegahan
PENYAKIT PARU OBSTRUKTI KRONIS
A. Pengetian
B. Faktor resiko
C. Penyebab
D. Gejala
E. Diagnosis
F. Komplikasi penyakit
G. Pengobatan
H. Pencegahan
BAB I
PENDAHULUAN
ASMA
A. PENGERTIAN
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang
memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas,
batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata
lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel
sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2010)
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-
lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing,
dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara
episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama
yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan
penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini.
Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon
yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan
tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk.
Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari
berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas
yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).
b. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.
Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca,
kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang
berlebihan.
Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan
tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang
baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes
mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.
Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk
mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang
akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya,
asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk
menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi
asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.
C. GEJALA PENYAKIT ASMA
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat
dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami
batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu
infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis
atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk
berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang
berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar
ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma
terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada
kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma
adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam
beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa
hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk
kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-
satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga
timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan
mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara
karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang
menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar
kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan
pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera
dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan
menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara
terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh
penderita.
Terapi Penanganan Terhadap Gejala Terapi ini dilakukan tergantung kepada
pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang mempunyai pengalaman buruk
terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini
dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti:
β2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
PNEUMONIA
A. PENGERTIAN
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gassetempat. Pneumonia adalah
infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandaidengan demam, batuk dan sesak
napas. "elain gambaran umum di atas,Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman
tanda-tanda klinis lainnyadan pemeriksaan penunjang. Pneumonia adalah kondisi di
mana seseorang mengalami infeksi yang terjadi pada kantung-kantung udara dalam
paru-paru orang tersebut. Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah
satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan
terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Infeksi virus, bakteri, ataupun jamur
adalah penyebab utama pneumonia. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah
di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga
terjadi pada anak-anak, hingga bayi yang baru lahir.
B. PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO PNEUNOMIA
Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat
penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang
penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang
ditularkan di rumah sakit. Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia
ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan di rumah sakit, umumnya organisme
yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan pada rumah sakit lebih sulit untuk
diobati.
Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena
pneumonia, seperti:
Diganosis terhadap pneumonia bisa dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
juga pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mencari
tanda dan gejala, kemudian pada pemeriksaan suara napas biasanya ditemukan adanya
kelainan. Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan,
yaitu foto rontgen dada. Pada hasil rontgen dada, dokter melihat lokasi dari infeksi yang
terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui
organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.
E. KOMPLIKASI PNEUNOMIA
Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang
sudah memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia
yang mungkin bisa terjadi yaitu:
Radang selaput dada, yaitu kondisi di mana lapisan tipis antara paru-paru dan tulang
rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang
dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat
penyalahgunaan alkohol yang parah.
Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat
serius.
F. PENGOBATAN PNEUNOMIA
Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi
yang terjadi dan memberikan terapi suportif. Dokter akan memberikan antibiotik yang
harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan
terapi suportif yang diberikan dapat berupa:
Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas
terganggu.
Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak
bisa keluar.
Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi
ini:
Berusia >65 tahun.
Mengalami gangguan kesadaran.
Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
Suhu tubuh di bawah normal.
Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.
G. PENCEGAHAN PNEUNOMIA
Vaksinasi.
Memiliki kebersihan diri yang baik.
Tidak merokok.
Menjaga imunitas tubuh tetap baik dengan konsumsi makanan yang sehat dan rajin
berolahraga.
A. PENGERTIAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan kronis pada paru-paru
yang menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan napas. Dua kondisi
yang paling umum yang berkontribusi pada PPOK adalah bronkitis kronik dan
emfisema. Pada bronkitis kronik, terjadi peradangan pada bronkus (saluran yang
membawa udara dari dan ke kantung udara paru-paru atau alveoli). Sedangkan pada
emfisema, peradangan dan kerusakan terjadi pada alveoli yang merupakan sebuah
kantong tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
B. FAKTOR RESIKO
Faktor utama yang meningkatkan risiko terjadinya PPOK adalah paparan rokok dalam
jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif. Selain paparan rokok, faktor risiko PPOK
lainnya adalah:
1. Paparan debu dan bahan kimia di tempat kerja. Paparan kimia, uap, dan debu dalam
jangka panjang di tempat kerja dapat mengiritasi dan membuat paru-paru meradang.
2. Paparan asap dari pembakaran bahan bakar. Misalnya, terpapar asap dari pembakaran
bahan bakar saat memasak atau akibat ventilasi di rumah yang buruk
3. PPOK adalah penyakit yang berkembang secara bertahap, sehingga kebanyakan
pengidap baru mengalami gejalanya di usia 40 tahun.
4. Kekurangan genetik yang tidak biasa, yaitu defisiensi alpha-1-antitrypsin merupakan
penyebab dari beberapa kasus PPOK. Faktor genetik lainnya dipercaya juga dapat
membuat beberapa perokok lebih rentan terhadap penyakit ini.
C. PENYEBAB
Emfisema. Penyakit paru ini menyebabkan kerusakan dinding dan serat elastis
dari alveoli.
Bronkitis Kronis. Dalam kondisi ini, saluran bronkial pengidap meradang dan
menyempit, serta paru-paru menghasilkan lendir yang banyak, sehingga
menghalangi saluran udara.
Merokok dalam waktu yang lama.
Iritasi lain, seperti asap cerutu, polusi udara, dan paparan debu.
Kekurangan alfa-1 antitripsin. Kekurangan protein tersebut bisa memengaruhi
kesehatan hati dan paru-paru.
Defisiensi AAt. Pada orang dewasa, PPOK sering kali disebabkan oleh defisiensi
Aat.
D. GEJALA
Gejala PPOK seringkali tidak muncul sampai paru-paru mengalami kerusakan yang
signifikan dan kinerjanya sudah semakin memburuk seiring berjalannya waktu,
apalagi jika pengidap tetap merokok. Pada bronkitis kronik, gejala utama yang dialami
pengidap adalah batuk berdahak yang berlangsung minimal 3 bulan dalam 2 tahun.
Gejala lain pada PPOK dapat meliputi:
Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
Mengi.
Produksi dahak yang banyak.
Batuk kronik yang produktif.
Seringnya terpapar infeksi saluran napas.
Mudah lelah.
Sianosis pada kuku maupun bibir.
Penurunan berat badan.
Bengkak pada pergelangan kaki, kaki, atau betis.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis PPOK dilakukan berdasarkan wawancara medis dan pemeriksaan fisik yang
dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
meliputi:
1. Tes fungsi paru-paru. Tes ini bertujuan untuk mengukur jumlah udara yang bisa
kamu hirup dan hembuskan, dan apakah paru-paru memberikan oksigen yang
cukup ke darah. Spirometri adalah tes fungsi paru-paru yang paling sering
digunakan. Pada tes ini, kamu akan diminta untuk meniup udara ke dalam tabung
besar yang terhubung ke mesin kecil yang bernama spirometer. Mesin ini dapat
mengukur berapa banyak udara yang mampu ditahan oleh paru-paru pasien dan
seberapa cepat pasien dapat mengeluarkan udara dari paru-parunya. Spirometri
dapat mendeteksi PPOK, bahkan sebelum gejala penyakit tersebut muncul. Tes ini
juga digunakan untuk mengukur perkembangan penyakit dan untuk memantau
seberapa baik pengobatan bekerja.
2. X-ray dada dapat mendeteksi adanya emfisema yang merupakan salah satu
penyebab utama PPOK. CT Scan juga dapat dilakukan untuk mendeteksi
emfisema dan memprediksi keuntungan yang bisa didapatkan melalui operasi.
Selain itu, CT Scan juga dapat digunakan sebagai skrining terhadap kanker paru-
paru.
F. KOMPLIKASI
PPOK bisa menyebabkan banyak komplikasi, antara lain:
Infeksi pernapasan. Pengidap PPOK rentan terserang flu dan pneumonia.
Masalah jantung. Untuk alasan yang belum jelas, PPOK bisa meningkatkan risiko
penyakit jantung, salah satunya serangan jantung.
Tekanan darah tinggi. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di arteri
yang membawa darah ke paru-paru.
Depresi. Kesulitan bernapas membuat kamu tidak bisa melakukan banyak hal.
Kondisi ini bisa membuat kamu lama kelamaan mengalami depresi.
G. PENGOBATAN
PPOK merupakan penyakit yang bisa diobati dengan melakukan beberapa perawatan.
Bahkan bila PPOK sudah mencapai tahap lebih lanjut pun, masih ada terapi yang
efektif untuk mengendalikan gejala dan mengurangi risiko komplikasi. Berikut
adalah beberapa pilihan pengobatan PPOK:
1. Berhenti Merokok
Ini adalah langkah terpenting dalam mengatasi PPOK. Berhenti merokok adalah
satu-satunya cara agar PPOK tidak bertambah buruk, yang pada akhirnya bisa
mengurangi kemampuan bernapas.
2. Pemberian Obat-obatan
Dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengobati gejala dan
komplikasi PPOK. Pengidap dianjurkan untuk mengonsumsinya secara teratur dan
sesuai kebutuhan.
3. Terapi Paru-paru
Dokter sering menggunakan terapi tambahan ini untuk pengidap PPOK yang
sedang sampai berat.
4. Operasi
Operasi adalah tindakan bagi pengidap emfisema yang parah dan tidak mempan
lagi diobati dengan obat-obatan. Pilihan operasi yang biasanya dilakukan adalah
operasi pengurangan volume paru-paru, transplantasi paru-paru, dan bullectomy.
H. PENCEGAHAN
Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah dengan
menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif. Oleh sebab itu, bagi
orang yang tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba rokok dan sebisa mungkin
menghindari asapnya. Sedangkan bagi perokok, cara terbaik adalah berhenti merokok
dan juga menghindari paparan asapnya. Bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan
yang penuh dengan bahan kimia yang dapat membuat paru-paru menjadi iritasi,
disarankan untuk menggunakan alat pelindung seperti masker.