Anda di halaman 1dari 29

Alergi

Disusun Oleh :

Bayu Kartiko
Fadlikah
Heni K.
Syaiful R.
Suryanti
Yusnia Gulfa M.

KELOMPOK 3
Apoteker - B

Program Studi Profesi Apoteker


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
Jakarta
2012
Definisi

• Alergi (Lat: Berlaku berlainan) adalah


kepekaan berbeda terhadap suatu antigen
eksogen atas dasar proses imunologi. Pada
dasarnya reaksi imun tersebut berfungsi
melindungi organisme terhadap zat-zat asing
yang menyerang tubuh.
Patofisiologi
Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung
pada aktivasi sel limfosit B dan sel limfosit T. Aktivitas berlebihan oleh antigen
atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas atau alergi. Bila suatu
protein asing (antigen) masuk berulangkali ke dalam aliran darah seorang yang
berbakat hipersensitif, maka limfosit B akan membentuk antibodi dari tipe IgE
(di samping IgG dan IgM). IgE ini yang juga disebut reagin, mengikat diri pada
membran mast-cells tanpa menimbulkan gejala.
Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau yang mirip rumus
bangunnya memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat
padanya. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membran mast-
cells. Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan, yakni histamin bersama
serotonin, bradikinin dan asam arachidonat, yang kemudian diubah menjadi
prostaglandin dan leukotrien. Reaksi terhadap masuknya antigen tersebut akan
menyebabkan beberapa gejala antara lain bronchokonstriksi, vasodilatasi, dan
pembengkakan jaringan.
Histamin
• Histamin merupakan 2-(4-imidazol) etilamin, didapatkan pada tanaman
maupun jaringan hewan serta merupakan komponen dari beberapa racun
dan sekret sengatan binatang.
• Histamin terdapat pada hampir semua organ dan jaringan dalam keadaan
terikat dan inaktif yang terutama terdapat dalam sel-sel tertentu. Mast
Cells atau Mastocyt menyerupai balon-balon kecil yang penuh dengan
gelembung yang ditimbun dengan histamin dan zat-zat mediator lain. Sel-
sel ini banyak ditemukan tepat di bagian tubuh yang bersentuhan langsung
dengan lingkungan, yakni di kulit, mukosa mata, hidung, saluran nafas, dll.
• Faktor- faktor yang dapat membebaskan Mast Cells :
1. Reaksi alergi
2. Kecelakaan dengan cedera serius
3. Sinar UV matahari
4. Zat – zat kimia yang dapat membebaskan mast cells (Histamine
Liberators) seperti racun ular, tawon, obat – obat tertentu (kodein,
klordiazepoksid)
Histamin
• Aktivitas terpenting histamin diantaranya adalah :
1. Kontraksi otot polos bronchi, usus, dan rahim.
2. Vasodilatasi semua pembuluh dengan penurunan
tekanan darah.
3. Memperbesar permeabilitas kapiler untuk cairan dan
protein dengan akibat udema dan pengembangan
mukosa
4. Hipersekresi ingus dan air mata, ludah, dahak dan asam
lambung.
5. Stimulasi ujung syaraf dengan erytema dan gatal –
gatal.
• Dalam keadaan normal, kadar histamin dalam darah
rendah, yaitu ca 50 mcg/L sehingga tidak menimbulkan
efek. Baru bila mast cells dirusak membrannya sebagai
akibat dari salah satu faktor yang dapat membebaskan
mast cells maka dibebaskanlah banyak histamin sehingga
efek itu menjadi nyata. Setelah melakukan kegiatannya,
kelebihan histamin diuraikan oleh enzim histaminase yang
juga terdapat dalam jaringan.
Histamin
• Histamin memegang peranan utama pada proses peradangan
dan pada sistem daya tangkis. Kerjanya berlangsung melalui tiga
jenis reseptor yaitu Reseptor H1, Reseptor H2 dan Reseptor H3.
• Reseptor H1 : Terdapat pada endotel dan sel otot polos.
Menyebabkan kontraksi otot polos, meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah dan sekresi mukus.
• Reseptor H2 : Terdapat pada mukosa lambung, sel otot
jantung, dan beberapa sel imun. Aktivasinya terutama
menyebabkan sekresi asam lambung.
• Reseptor H3 : Berfungsi sebagai penghambat umpan balik
pada berbagai sistem organ. Aktivasinya didapatkan di
beberapa daerah di otak mengurangi pelepasan transmitter
baik histamin, maupun norepinefrin, serotonin, dan
asetilkolin.
Diagnosis
• Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu
anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan
pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat
pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak kecil
dan dengan eliminasi dan provokasi.
• Pemeriksaan yang dilakukan untuk mencari penyebab alergi sangat
banyak dan beragam. Baik dengan cara yang ilmiah hingga cara
alternatif, mulai yang dari yang sederhana hingga yang canggih.
Diantaranya adalah uji kulit alergi, pemeriksaan darah (IgE, RASt
dan IgG), Pemeriksaan lemak tinja, Antibody monoclonal dalam
sirkulasi, Pelepasan histamine oleh basofil (Basofil histamine
release assay/BHR), Kompleks imun dan imunitas seluler, Intestinal
mast cell histamine release (IMCHR), Provokasi intra gastral melalui
endoskopi, biopsi usus setelah dan sebelum pemberian makanan.
• Pemeriksaan laboratorium hanya memperkuat dugaan adanya
penyakit alergi, jadi bukan untuk menetapkan diagnosis
Tipe – Tipe Alergi
A. Tipe I (Reaksi Segera, “Immediate”)
Alergi tipe I ini juga dinamakan alergi atopis atau reaksi anafilaksis dan
terutama berlangsung di saluran nafas (serangan asma, rhinitis) dan di kulit
(ekzema resam = dermatitis atopis), jarang di saluran lambung-usus (alergi
makanan) dan di pembuluh (shock anafilaktis). Mulai reaksinya cepat (5-20
menit setelah terkena allergen), gejalanya bertahan lebih kurang 1 jam.
B. Tipe II (Reaksi Cytolisis)
Reaksi ini terutama berlangsung di sirkulasi darah. Contohnya adalah gangguan
autoimun seperti anemia hemolitis (akibat penisilin) dan agranulositosis
(akibat sulfonamida). Reaksi autoimun ini umumnya sembuh dalam waktu
beberapa bulan setelah penggunaan obat dihentikan.
C. Tipe III (Reaksi Arthus)
Reaksi alergi dimulai 4-6 jam setelah terkena atau terekspos, dan lamanya 6-
12 hari. Obat – obat yang dapat menginduksi reaksi ini adalah sulfonamida,
penisili dan iodida.
D. Tipe IV (Reaksi Lambat “Delayed”)
Mulai reaksinya sesudah 24-48 jam dan bertahan beberapa hari. Contohnya
reaksi tuberkulin dan dermatitis kontak.
Lanjutan Tipe-Tipe Alergi
Tipe I-III dimediasi oleh antibodi dan dibedakan satu sama
lain dengan perbedaan antigen yang dikenali dan juga kelas
dari antibodi yang terlibat pada peristiwa tersebut.
Hipersensitif tipe I dimediasi oleh IgE yang menginduksi
aktivasi dan degranulasi mast-cells dan khusus terjadi pada
orang yang berbakat genetis. Hipersensitif tipe II, antigen
yang terikat bereaksi dengan IgG atau IgM dalam darah dan
menyebabkan sel musnah. Reaksi ini terutama berlangsung
di sirkulasi darah. Tipe III, antigen dalam sirkulasi bergabung
dengan IgG menjadi suatu imun kompleks, yang diendapkan
pada endotel pembuluh. Di tempat itu sebagai respon terjadi
peradangan, yang bercirikan urticaria, demam, nyeri otot dan
sendi.
Lanjutan tipe-tipe alergi
Hipersensitif tipe IV dimediasi oleh sel T dan dapat dibagi
menjadi tiga grup. Pada grup pertama, kerusakan jaringan
disebabkan oleh aktivasi makrofag akibat rangsangan sel Th1.
Pada mekanisme ini akan terjadi reaksi inflamasi. Pada grup
kedua, kerusakan jaringan disebabkan oleh aktivasi sel TH2
akibat adanya reaksi inflamasi. Pada mekanisme ini eosinofil
mempunyai peranan besar dalam menyumbangkan
kerusakan jaringan itu. Pada grup ketiga, kerusakan jaringan
disebabkan oleh aktivitas sel T sitotoksik, CD8.
Bentuk alergi tipe I-III berkaitan dengan imunoglobulin dan
imunitas humoral, artinya ada hubungan dengan plasma.
Hanya tipe IV yang berdasarkan imunitas seluler (limfosit-T).
Faktor Resiko Alergi
• Riwayat keluarga
Perkembangan sistem imun dan kemampuannya untuk mengembangkan respon imun dalam bentuk
reaksi alergi sudah terbentuk sejak dini pada masa gestasi.
• Allergic march
Perjalanan alamiah penyakit alergi mengikuti suatu kurve yang disebut dengan allergic march, dimana
dermatitis atopik dan alergi makanan sering menjadi manifestasi klinis pertama penyakit atopi pada
usia sekitar 6 bulan/tahun pertama dan dermatitis atopik ini akan menjadi asma atau rhinitis alergik di
kemudian hari.
• Faktor lingkungan
Lingkungan adalah faktor yang cukup banyak berpengaruh terhadap timbulnya gejala penyakit alergi.
Alergen yang sering mencetuskan penyakit asma antara lain serpihan kulit binatang peliharaan, tungau
debu rumah, jamur dan kecoa.
• Faktor regulasi sitokin
sel mast juga merupakan sumber dari beberapa sitokin yang mempengaruhi sel yang berperan pada
reaksi alergi. Pada individu yang cenderung untuk alergi, paparan terhadap beberapa antigen
menyebabkan aktivitas sel Th2 dan produksi IgE. Penyimpangan respon imun atau gangguan
keseimbangan kearah Th2 akan memberikan kemudahan proses perkembangan alergi.
• Faktor dietatik
Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekambuhan dermatitis atopik pada bayi
dan anak, terutama makanan yang banyak mengandung protein, seperti susu sapi, telur ayam, ikan laut
dan kacang-kacangan.
Gangguan Alergi Atas Dasar IgE
A. Alergi Makanan
Alergi ini disebabkan oleh protein yang terdapat dalam makanan dan
berlangsung melalui IgE dan pelepasan mediator. Alergen makanan
diantaranya ikan, udang, kerang, putih telur, susu sapi, dll termasuk pula zat
pengawet (asam benzoat, asam sorbat), zat warna (tartrazin kuning) zat rasa
dan penyedap (MSG). Gejalanya dapat berupa serangan asma, urticaria,
dan keluhan lambung-usus (nausea, muntah, kejang perut, diared, dsb). Bila
penyebabnya dikeluarkan dari diet, gejala akan lenyap sendiri dalam waktu
1-2 hari.
B. Eksim Konstitusional (Dermatitis Atopis)
Umumnya terjadi pada bayi dan anak kecil dengan resam atopis, terutama
pada usia tersebut, eksim ini dapat diperhebat oleh alergi terhadap bahan
makanan sering kali putih telur, susu sapi dan kacang tanah. Pada usia lebih
tua, makanan pada umumnya tidak berperan lagi. Gejalanya berupa bercak
kemerah-merahan tanpa batasan tajam, benjolan dan gelembung kecil yang
menggerisik dan gatal-gatal. Lokasi eksim lazimnya di muka, juga di bagian
dalam siku dan lutut, pergelangan tangan dan tengkuk. Lazimnya bentuk
eksim ini lenyap pada usia 5-7 tahun dan pada usia pubertas dapat muncul
lagi dalam bentuk asma, rhinitis atau alergi makanan.
Gangguan Alergi Atas Dasar IgE
C. Asma Bronkial
Asma sering kali timbul pada orang dengan resam atopis (alergis)
yang dalam darah dan ludahnya terjadi peningkatan jumlah
granulosit eusinofil. Pernapasan dipersulit oleh penyempitan bronkia
akibat reaksi antigen IgE dan terlepasnya mediator dengan efek
vasokonstriksi. Ditambah dengan obstruksi bronkia akibat
peradangan kronis dan pembengkakan mukosa serta banyaknya
dahak dan kejang-kejang turut mengakibatkan perasaan sesak napas.
D. Rhinitis Allergica
Radang mukosa hidung ini merupakan gangguan alergi yang paling
sering terjadi. Sering kali disertai radang selaput ikat mata. Gejalanya
antara lain selesma berat, banyak mengeluarkan ingus dan air mata,
bersin, hidung mampat dan gatal – gatal di sekitar mata dan hidung.
Umumnya gejala ini bertahan lebih dari 4 minggi atau sering kambuh.
Terutama diderita pada usia 5-45 tahun dan sesudahnya dapat
berkurang atau lenyap dengan sendirinya.
Tujuan Terapi
• Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan
mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih
berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya
tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan
menghilang beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin
dapat membantu meringankan berbagai gejala.
• Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-
obatan melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara
teoritis, alergi memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat
dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun sering
sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu,
diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.
Pengobatan
Sebagai tindakan pertama perlu diusahakan identifikasi dari
alergen penyebab alergi dan menyingkirkannya.
Obat – obat yang digunakan untuk pengobatan alergi diantaranya :
1. Antagonis Reseptor-H1 (H1-Blockers)
• Etanolamin
• Etilendiamin
• Piperazin
• Alkilamin Antihistamin Generasi I
• Derivat fenotiazin
• Lain – lain

• Astemizol
• Feksofenadin Antihistamin Generasi II
• Lain – Lain
Lanjutan Pengobatan
2. Antagonis Reseptor-H2 (H2-Blockers)
• Simetidin
• Ranitidin
• Famotidin
• Nizatidin
3. Anti alergi lain
• Natrium Kromolin
• Nedokromil
• Ketotifen
1. Antagonis Reseptor-H1 (H1-Blockers)
• Mekanisme Kerja : Memblok reseptor H1 dengan menyaingi histamin pada
reseptornya di otot licin dinding pembuluh sehingga dapat mencegah
timbulnya reaksi alergi.
Derivat Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Etanolamin Difenhidramin Cairan Injeksi 10 Adult: As hydrochloride: 25-50 mg 3-4
mg/Ml, Sirup 12,5 times daily. Max: 300 mg/day. 
mg/5 mL, Tablet salut Child: 6.25-25 mg 3-4 times daily, up to 5
selaput 25mg, Kapsul, mg/kg in divided doses. Max: 300
Serbuk, Tablet 50mg mg/day. 
Klemastin Cairan injeksi 2 mg/mL, 1 mg, 2 kali sehari: ANAK dibawah 1
(Tavegyl) Sirup 0,5 mg/5 mL, tahun tidak dianjurkan; 1-3 tahun: 250-
Tablet 1 mg 500 mcg, 2 kali sehari; 3-6 tahun 500 mcg
2 kali sehari; 6-12 tahun 0,5-1 mg, 2 kali
sehari.
Dimenhidrinat Tablet 50 mg (Anmum), 50-100 mg, 2-3 kali sehari. ANAK: 16
Suspensi 12,5 mg/5 ml tahun, 12,5-25 mg, 7-12 tahun: 25-50 mg.
(Antimo Suspensi), Motion sickness: dosis pertama: 30 menit
Cairan injeksi 50 mg/ml sebelum perjalanan.
(Dramamine Inj.)
Derivat Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Etilendiamin Antazolin Allergic conjunctivitis
Adult: As ophthalmic solution
containing antazoline 0.5% and
xylometazoline HCI 0.05%. Apply 1-2
drops to affected eye(s) 2-3 times
daily.
Piperazin Sinarizin Tablet salut selaput Dosis awal 75 mg 3 kali sehari; dosis
75 mg(Merron), penunjang 75 mg 2-3 kali sehari.
Tablet 25 mg
(Stugeron).

Hidroksizin Tablet 25 mg Pruritus : dosis awal 25 mg malam


(Bestalin), Sirup 10 hari dinaikkan bila perlu sampai 25
mg/5ml (Bestalin), mg 3-4 kali sehari; ANAK 6 bulan-6
Kaplet Salut Selaput tahun, dosis awal 5-15 mg/hari
25 mg (Iterax) . dinaikkan bila perlu sampai 50 mg
sehari dalam dosis terbagi; lebih
dari 6 tahun dosis awal 15-25 mg
sehari dinaikkan bila perlu sampai
50-100 mg/hari dalam dosis terbagi.
Derivat Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Alkilamin Klorfeniramin Tablet (CTM), Kaplet (Alleron), Oral: 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari.
Sirup (Cohistan), Cairan Injeksi ANAK di bawah 1 tahun tidak dianjurkan; 1-2
(Decaphenon), Kapsul (Ceteem), tahun 1 mg 2 kali sehari; 2-5 tahun 1 mg tiap
Larutan/Cairan (Piriton 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari; 6-12 tahun 2 mg
Expectorant Linctus) tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari. Injeksi
subkutan atau intramuskular: 10-20 mg,
diulang bila perlu maksimal 40 mg dalam 24
jam. Injeksi intravena lambat, lebih dari 1
menit: 10-20 mg dilarutkan dalam spuit
dengan 5-10 ml darah atau dengan NaCl steril
0,9% atau air khusus untuk injeksi.

Fenotiazin Prometazin HCl Tablet (Prometazin), Cairan Injeksi Oral: 25 mg, malam hari, bila perlu dinaikkan
(Phenergan), Kapsul (Bufagan), sampai 50 mg, atau 10-20 mg 2-3 kali/hari.
Sirup (Promex), Tablet Salut Gula ANAK di bawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-5
(Phenergan) tahun, 5-15 mg/hari, 5 10 tahun 10-25
mg/hari

Lain – lain Siproheptadin Kapsul (Operma), Tablet Alergi: dosis lazim 4 mg 3-4 kali sehari;
(Lexahist), Kaplet Salut Selaput rentang dosis: 4-20 mg sehari maksimal 32 mg
(Apeton), Tablet Salut Selaput sehari; ANAK di bawah 2 tahun tidak
(Heptasan), Kaplet (Sinapdin), dianjurkan; 2-6 tahun 2 mg 2-3 kali/hari,
Tablet Salut Gula (Prohessen), maksimal 12 mg/hari; 7-14 tahun 4 mg 2-3
Kaplet Salut Gula (Prohys) kali/hari, maksimal 16 mg/hari.

Kaplet Salut Selaput (Biolergy), DEWASA: dosis tunggal 50-100 mg


Mebhidrolin Kapsul (Tralgi), Kaplet (Gabiten),
napadisilat Tablet Salut Selaput (Histapan),
Sirup (Interhistin), Tablet
(Interhistin)
Antagonis Reseptor-H1 (H1-Blockers) Generasi II
Nama
Bentuk Sediaan Dosis
Generik
Astemizol Tablet (Ikazol), Sirup 10 mg/hari (tidak boleh lebih); ANAK di
(Hismanal), Suspensi bawah 6 tahun tidak dianjurkan, 6-12
(Hispral). tahun 5 mg/hari (tidak boleh lebih)

Loratadin Tablet, Kaplet, Sirup, 10 mg/hari. ANAK: 2-12 tahun, di bawah


Eliksir, Tablet 30 kg, 5 mg/hari; lebih dari 30 kg, 10
effervescent, Kapsul lepas mg/hari
lambat, Tablet salut
selaput, Kaplet, Kaplet
lepas lambat.
2. Antagonis Reseptor-H2 (H2-Blockers) “Penghambat Asam”
• Mekanisme Kerja : Obat – obat kelompok ini menghambat secara selektif
efek histamin terhadap reseptor H2 di lambung dengan jalan persaingan.
Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida juga mengurangi
vasodilatasi dan turunnya tekanan darah,
Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Simetidin Tablet, Cairan Oral, 400 mg 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum
injeksi, Kaplet, tidur malam) atau 800 mg sebelum tidur malam (tukak
Tablet salut lambung dan tukak duodenum) paling sedikit selama 4
selaput, Kaplet minggu (6 minggu pada tukak lambung, 8 minggu pada
salut selaput, tukak akibat AINS); bila perlu dosis dapat ditingkatkan
Sirup. sampai 4 x 400 mg sehari atau sampai maksimal 2,4 g sehari
dalam dosis terbagi (misal: stress ulcer); anak lebih 1 tahun,
25-30 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.
Ranitidin Cairan injeksi, Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150
Tablet salut mg 2 kali sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4-8
selaput, Kaplet minggu, sampai 6 minggu pada dispepsia episodik kronis,
salut selaput, dan sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS (pada tukak
Tablet, Sirup duodenum 300 mg dapat diberikan dua kali sehari selama 4
minggu untuk mencapai laju penyembuhan yang lebih
tinggi);
3. Anti Alergi Lain
A. Natrium Kromolin
Mekanisme kerja : Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A
(Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal
pada paru-paru tempat obat diberikan.
Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Natrium Aerosol, Larutan Larutan Nebulizer : dosis awal 20 mg
Kromolin Nebulizer diinhalasi 4 kali sehari dengan interval yang
teratur. Aerosol : untuk penanganan asma
bronkial pada dewasa dan anak 5 tahun atau
lebih. Dosis awal biasanya 2 inhalasi, sehari 4
kali pada interval yang teratur.

B. Nedokromil
Mekanisme kerja : menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari
berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel
mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronko
konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi
Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Nedokromil Aerosol DEWASA dan ANAK di atas 6 tahun 4 mg
(2 hirupan) 4 x sehari, apabila telah
teratasi dosis bisa dikurangi menjadi 2 x
sehari.
C. Ketotifen
Mekanisme kerja : Ketotifen adalah suatu antihistamin yang mengantagonis secara
nonkompetitif dan relatif selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan
menghambat penglepasan mediator dari sel-sel yang berkaitan dengan reaksi
hipersensitivitas.
Nama Generik Bentuk Sediaan Dosis
Ketotifen Sirup, Tablet, 1 mg 2 kali sehari waktu makan, bila perlu
Drops dinaikkan menjadi 2 mg 2 kali sehari; terapi
awal pada pasien yang sudah tersedasi 0,5-1
mg malam; ANAK di atas 2 tahun 1 mg 2 kali
sehari.
Contoh Kasus
Terminologi Medis
Terminologi Medis
Daftar Pustaka
• Suharti KS. 2007. Histamin dan Antialergi. Dalam : Farmakologi dan
Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
• Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat – Obat Penting Khasiat
Penggunaan dan Efek – Efek Sampingnya Edisi 5. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
• Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.
Dirjen Binfar dan Alkes, Jakarta.
• BPOM RI. 2012. Informatorium Obat Nasional Indonesia.
http://ioni.pom.go.id
• Anonim. 2012. Mims Online. http://www.mims.com/
• Dorland 201. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai