Anda di halaman 1dari 60

IMUNOLOGI

blok SKIN
dr.Nita sahara
Skin disorder e.c imunologi
TOPIK
• Urtikaria
• Dermatitis
DEFINISI ALERGI KULIT

Alergi adalah suatu reaksi abnormal jaringan


terhadap berbagai substansi yang secara normal
tidak berbahaya bagi individu pada umumnya

Istilah alergi berasal dari bahasa Yunani (Allos= yang


lain, suatu penyimpangan dari cara biasa; ergon=
kerja). Sehingga semua keadaaan penderita yang
menyimpang dari reaksi imun biasa dinamakan
alergi, seperti keadaan penderita yang mengalami
reaksi terhadap toksin, serbuk sari atau urtikaria
yang disebabkan oleh makanan tertentu
Patofisiologi dan Etiologi

Patofisiologi

mekanisme imunologis mekanisme non


imunologis
( ) (
reaksi hipersensitivitas toksisitas obat, over dosis, interaksi antar obat dan

. pe rubahan dalam metabolisme tubuh )


Mekanisme imunologis

Tipe I (Reaksi anafilaksis)

terjadi pada pemberian kedua


Mediator yang dilepaskan ini
dan selanjutnya obat yang
akan menimbulkan
Yang berperan ialah Ig E yang sama, obat tersebut akan
bermacam-macam efek,
mempunyai afinitas yang dianggap sebagai antigen yang
misalnya urtikaria. Reaksi
tinggi terhadap mastosit dan akan merangsang pelepasan
anafilaksis yang paling
basofil. bermacam-macam mediator
ditakutkan adalah timbulnya
seperti histamin, serotonin,
syok.
bradikinin, heparin.
Tipe II (Reaksi sitotoksik/sitolitik)

Adanya ikatan antara Ig


G dan Ig M dengan
antigen yang melekat
pada sel. Aktivasi
sistem komplemen ini
akan memacu sejumlah
reaksi yang berakhir
dengan lisis
Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)

Aktivasi sistem komplemen


Kompleks antigen antibodi
Antibodi yang berikatan merangsang pelepasan
yang terbentuk akan
dengan antigen akan berbagai mediator oleh
mengendap pada jaringan
membentuk kompleks antigen mastosit. Sebagai akibatnya,
tubuh dan akan
antibodi akan terjadi kerusakan
mengakibatkan reaksi radang
jaringan
Tipe IV (Reaksi Alergi Seluler Tipe Lambat)

Reaksi ini disebut reaksi tipe


Limfosit yang tersensitisasi
lambat karena baru timbul 12-
Reaksi ini melibatkan limfosit mengadakan reaksi dengan
48 jam setelah perjalanan
antigen
terhadap antigen
Mekanisme non imunologis

pelepasan
mediator
sel mast
dengan cara
langsung

aktivasi
langsung
dari sistem
komplemen

pengaruh
langsung pada
metabolisme
enzim asam
arachidonatas
e
Etiologi

alergi

Dan pada pemaparan adanya benda asing


berikutnya terjadi atau alergen yang
reaksi antigen- masuk ke dalam
antibodi tubuh

Jika jaringan yang rentan Alergen bersifat antigenik,


berulang kali terpapar dengan
menyebabkan pembentukan
alergen, maka dapat
antibodi atau mempunyai
mengakibatkan jaringan
tersensitisasi sehingga terjadi
kemampuan untuk
pembentukan antibodi menginduksi respon imun
URTIKARIA
• Adalah reaksi vaskuler kulit yang khas,
berupa peninggian
kemerahan/keputihan karena edema
terbatas dermis dan selaput lendir
• Angioedema = odem dermis bawah /
subkutis
Causa :
• Obat-obatan, makanan, inhalan
• Infeksi kuman / jamur, parasit
• Gigitan serangga, penyakit sistemik, SLE,
Limfoma, Rh. Fever
• Psikogen, stress
• Fisik : panas, dingin, tekanan, radiasi, UV
• Otoimunitas : Ab IgG terhadap resep-tor IgE,
Ab anti IgE, Ab anti thyroid
• Idiopatik
Klasifikasi :
1. Urtikaria akut : Bila serangan
berlangsung < 6 minggu
2. Urtikaria kronik : Bila serangan
berlangsung > 6 minggu
Kelainan patologis dan mediator
Gejala Patologi Mediator

Bintul Permeabilitas Histamin, prostaglandin,


vaskuler bradykinin, lekotrien

Kemera Vasodilatasi Histamin, prostaglandin,


han PAF, bradykinin,
lekotrien
Gatal Rangsangan Histamin
saraf
Mekanisme
I. Urtikaria dg perantara imunologik
1. Antigen spesifik : obat2an, makanan, gigitan
serangga, dll.
2. Keadaan atopi
3. Urtikaria fisik : dingin, panas, tekanan, getaran,
sinar matahari, cholinergik
II. Urtikaria dg perantara komplemen
4. Angioedema yg didapat
5. Serum sickness (tipe III)
6. Necrotizing vasculitis
III. Mekanaisme non-imunologik
1. Direct mast cell releasing agents : opiat,
antibiotika tertentu, kurare, bahan kontras,
dll.
2. Reaksi intoleran : aspirin, NSAIDs, benzoat,
pewarna azo
3. Histamine-releasing factor (HRF)
IV. Idiopatik
Gejala Klinik
• Gatal, panas; urtika +; dermografisme
• Bisa kolik (sal. Cerna), sesak (sal. Nafas)
• Dapat disertai angioedema : kelopak mata, bibir,
wajah
• Perjalanan : dapat akut atau kronis
• Bentuk klinis :
- Papular urtikaria
- Guttata
- Anular
- Lokalisata
- Generalisata
Pengobatan :
I. Menyingkirkan penyebab
II. Pengobatan simtomatik :
1. Antihistamin :
a. AH1 klasik
b. AH1 generasi baru
c. Kombinasi AH1 dan AH2 (kontroversi)
2. -adrenergik agonis :
a. Epinefrin
b. Terbutalin
3. Kortikosteroid :
a. Urtikaria akut – berat
b. Urtikaria kronik – hati-hati
c. Pemakaian jangka panjang – cegah
d. Efek samping – jelaskan
4. Antidepresan trisiklik
5. Imunosupresif, imunoglobulin, plasmaferesis : kasus
berat – recalcitrant
III. Lain-lain :
1. PUVA
2. Hydroxychloroquin
3. Leukotriene inhibitor
DERMATITIS
Dermatitis kontak

Definisi

Dermatitis yang
disebabkan oleh
bahan/substansi yang
menempel pada kulit
• Dermatitis kontak
iritan
• Dermatitis kontak
alergi
Dermatitis Kontak Iritan
ETIOLOGI
Penyebabnya: bahan yang bersifat iritan (bahan
pelarut, detergen, minyak pelumas,asam, alkali,
dan serbuk kayu)

Faktor individu juga berpengaruh pada DKI:


- Perbedaan ketebalan kulit
- Usia
- Ras
- Jenis kelamin
- Penyakit kulit yang sedang atau pernah dialami
Patofisiologi:
PATOGENESIS

Bahan iritan menembus membran sel 


merusak lisosom, mitokondria, atau komponen
inti merusak membranvasodilatasi dan
permeabilitas vaskuler meningkat
GEJALA KLINIS
KL
AS
IFI
KA
SI
DK
• Iritan kuat memberi I
gejala akut.
• Iritan lemah memberi • DKI akut
gejala kronis • DKI lambat akut
• Reaksi iritasi
• DKI traumatik
• DKI eritematosa
• DKI subyektif
DKI AKUT
Iritan kuat: asam sulfat, asam
hidroklorid/basa kuat, misalnya
natrium dan kalium hidroksida

DKI Akut lambat Kulit pedih, panas, rasa terbakar


Eritem, udema, bula, nekrosis

Contoh: dermatitis yang disebabkan oleh bulu


serangga yang terbang malam hari ( dermatitis
venenata)  dirasakan baru keesokan harinya
• DKI Kronis
• Kontak berulang – ulang dengan iritan lemah (ex:
gesekan, kelembaban rendah, panas,
DKI KUMULATIF
dingin,detergen, sabun, dll)
• Kering, eritem, skuama, hiperkeratosis  fisure

Skuama, eritem, vesikel, pustul, dan erosi


REAKSI IRITAN Terpajan dengan pekerjaan basah  penata rambut,
pekerja logam dalam beberapa bulan pertama

DKI Traumatik : setelah trauma panas atau laserasi


DKI Non eritematosa: perubahan fungsi sawar stratum korneum tanpa
disertai kelainan klinis
DKI Subyektif: kelainan kulit tidak terlihat  penderita merasa pedih dan
panas
HISTOPATOLOGI
• Pada DKI akut : vasodilatasi dan sebukan
sel mononuklear di sekitar pembuluh
darah dermis bagian atas
• Pada keadaan berat kerusakan epidermis
dapat menimbulkan vesikel atau bula.
• Didalam vesikel atau bula ditemukan
limfosit dan neutrofil
• Diagnosis  uji tempel
• Pengobatan:
Menghindari pajanan bahan iritan,
Menyingkirkan faktor yang memperberat,
Kortikosteroid mengatasi peradangan
Pelindung diri
• Prognosis
DKI kronis dan penderita atopi 
prognosis kurang baik
Dermatitis kontak alergi
PENYEBAB DKA:
Bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya
rendah, merupakan alergen yang belum diproses, disebut
hapten  bersifar lipofilik dan reaktif

Patogenesis:
1.Fase sensitisasi
- Fase induksi/ aferen
- Hapten menempel pada kulit  komplek hapten protein
- LC+ Ag  duktus limfatikus & parakorteks limfonodus
regional : presentasi Ag ke CD 4+ & CD3 (pd permukaan Sel T)
- LC  IL1  Sel T  IL 2  proliferasi sel T memory T cells
2. Fase Elisitasi

- Pajanan ulang dari antigen yang sama , dan telah ada sel
yg tersensitisasi.
- Sel Langerhans  IL 1  IL 2 INF Gamma  ICAM1 &
skresi eikosanoid  sel mast  histamin  vasodilatasi
dan permeabilitas meningkat  DERMATITIS

Penyusutan peradangan  skuamasi, degradasi antigen,


kerusakan sel langerhans dan sel keratinosit, pelepasan
prostaglandin (PGE 1 & 2) menekan produksi IL- 2R sel T
dan mencegah kontak sel T dengan keratinosit.

Sel mast dan basofil  memperlambat puncak degranulasi


setelah 48 paparan antigen
DKA
GEJALA KLINIS
• Gatal
• Eritematosa, edema, papulovesikel, vesikel
dan bula  pecah  eksudasi

LOKASI DKA
• Tangan DIAGNOSIS
• Lengan • Badan Anamnesis: riwayat pekerjaan, hobi,
• Wajah • Genetalia obat topikal yang digunakan, obat
• Telinga • Paha dan tungkai sistemik, kosmetika, riwayat atopi,
• Leher bawah dll
• Dermatitis
kontak sistemik Pemeriksaan fisik: melihat lokasi dan
kelainan di kulit.
Diagnosis banding
• DKI
• Dermatitis numularis, dermatitis atopik,
deratitis seboroik, psoriasis

UJI TEMPEL
PENGOBATAN
• Pencegahan terulangnya kembali kontak dengan
alergen penyebab.
• Kortikosteroid jangka pendek mengatasi
peradangan DKA akut

PROGNOSIS :
BAIK, kecuali bersamaan dengan dermatitis
oleh faktor endogen
Dermatitis Atopi
Peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, umumnya terjadi pada masa bayi
dan anak - anak

Berhubungan dengan peningkatan kadar IgE


dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita (D.A, rinitis alergik, dan atau
asma bronkial)
Papul gatal yang
mengalami ekskoriasi
dan likenifikasi
Epidemiologi
• Wanita : pria = 1,3: 1
• D.A cenderung diturunkan.
• > 25%t anak dari seorang ibu yang menderita atopi
akan mengalami D.A pada masa kehidupan 3 bulan
pertama.
• Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih
dari 50% (separuh jumlah) anak akan mengalami
gejala alergi sampai usia 2 tahun dan meningkat
sampai 79% bila kedua orang tua menderita atopi
Etiopatogenesis

• Faktor yang ikut berinteraksi pada


patogenesis D A : genetik, lingkungan,
sawar kulit, farmakologi, dan imunologi

Kadar Ig E dalam serum Ada hubungan antara D A


penderita D A & jumlah & alergi saluran nafas 
eosinofil dalam darah 80% anak dengan D A
perifer umumnya mengalami asma bronkial
meningkat atau rinitis alergik
Etiopatogenesis – GENETIK +lingkungan:
alergen
Kromosom 5q31-33  IL-
3, IL-4,IL-13, dan GM-
CSF, yang diekspresikan
oleh sel TH2
IL-4  ekspresi D A
Perbedaan genetik
aktivitas transkripsi gen
IL -4 mempengaruhi
predisosisi D A
Respon imun pada kulit
Lesi akut : sedikit sel
• Pada D.A Th 1 menurun mengekspresikan IFN γ, &
sedangkan Th 2 lebih IL -12
banyak jumlahnya Lesi kronis : sedikit sel
• Pada lesi akut dan kronis  mengekspresikan
IL-4, IL-5, IL-13 IL-4 & IL-13
• IL-5  mempertahankan
eosinofil & meningkatkan
fungsinya Pada lesi kronis: IL-5,GM-
• IL-4  Berperan dalam CSF, IL-12, IFNγ lebih
perkembangan Th 2 meningkat dibandingkan
lesi yang akut
IL-5  mempertahankan eosinofil hidup lebih lama dan
meningkatkan fungsinya.

IL-12  Berperan dalam perkembangan Th 1

IL-4  berperan dalam perkembangan Th 2

GM-CSF mempertahankan monosit, sel langerhans, dan


eosinofil
Sel T  menginduksi apoptosis keratinosit  spongiosis
diperantarai IFNγ
TNF- α dan IFNγ  Kronisitas dan keparahan D.A

Garukan kronis  menginduksi TNF α dan sitokin proinflamasi yang lain


 mempercepat timbulnya peradangan

DA  Sel mononuklear CAMP -PDE


- meningkatkan sintesis IgE oleh sel B
- Meningkatkan IL-4 oleh sel T

• Sel Langerhans (SL)  langsung menstimuli Th tanpa antigen


• SL yang mengandung IgE meningkat  mampu
mempresentasikan tungau debu rumah kepada sel T
• SL yang mengandung IgE  mengaktifkan sel Th 2 memori di kulit
atopi, juga bermigrasi ke kelenjar getah bening  menstimulasi
sel T naïve --. Th2 semakin banyak
Respon Sistemik
• Sintesis IgE meningkat
• Ekspresi CD 23 pada sel B dan monosit meningkat
• Pelepasan basofil dan histamin meningkat
• Respon hipersensitivitas lambat terganggu
• Eosinofilia
• Sekresi IL-4, IL-5, dan IL-13 oleh sel Th2 meningkat
• Sekresi IFNγ oleh sel Th1 menurun
• Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat
• Kadar CAMP-phosphodiesterase monosit meningkat ,
disertai peningkatan IL-10 dan PGE2
Berbagai faktor pemicu

Pada anak kecil  makanan (telur, susu,


gandum, kedelai dan kacang tanah

Dermatitis ekzematosa, Immediate skin test


dengan berbagai jenis
urtikaria, kontak makanan  histamin
urtikaria. dalam plasma
meningkat dan aktivasi
eosinofil
Gambaran klinis

Kulit : kering, pucat,


kadar lipid di
epidermis Digar
liken uk: p
berkurang ifikas apul,
erosi i, erit
, eks ema,
Gejala utama: eksu koria
dasi, si,
PRURITUS kr ust dan
a
Fase Dermatitis Atopik
D A Infantil( 2 bulan – 2 Tahun)
- Mulai menggaruk gelisah, susah tidur, sering menangis
- Lesi; banyak eksudat,erosi, krusta,dan infeksi.
- umur 18 bulan  likenifikasi
- Sebagian sembuh setelah 2 tahun

D A Pada anak (usia 2 -10 tahun)


- Lanjutan infantil / de novo
- Lesi lebih kering
- Papul dan likenifikasi lebih banyak
- sensitif terhadap wol, bulu kucing, bulu anjing, dan sejenisnya
D A Pada remaja dan dewasa

- Lesi kulit: plak papular – eritematosa


dan berskuama atau plak likenifikasi
yang gatal
- Dewasa: stress  menurunkan
ambang rangsang gatal
- Berlangsung lama dan menbaik
setelah usia 30 tahun
DIAGNOSIS D A 3 kriteria mayor
Kritria Mayor Hanifin Rajka dan 3 kriteria
minor
• Pruritus
• Dermatitis dimuka atau ekstensor pada
bayi dan anak; Dermatitis di fleksura pada
dewasa
• Dermatitis kronik dan residif
• Riwayat atopi pada penderita &
keluarganya
Kriteria minor • Lipatan infra orbital Dennie-
• Xerosis Morgan
• Infeksi kulit  S.Aureus & • Konjungtivitis berulang
• Kataraksubkapsular anterior
HSV
• Dermatitis non spesifik pada • Orbita menjadi gelap
• Muka pucat atau eritem
tangan atau kaki
• Ptiriasis alba • Gatal bila berkeringat
• Dermatitis di papila mammae • Perjalanan penyakit dipengaruhi
• white dermographism dan oleh faktor lingkungan dan atau
delayed blanch response emosi
• Intoleran terhadap wol atau • Tes kulit alergi tipe dadakan(+)
• Kadar IgE didalam serum naik
pelarut lemak
• Aksentuasi perifolikuler • Awitan usia dini
• Hipersensitifitas terhadap
makanan
Kriteria diagnosis untuk bayi
l ua rga
mayor ad a ke
o pi p t au
t a t a a
Riw aya d i muk
• i ti s
a t
• Derm nsor
ekste s
ru ri tu minor
• p

• Xerosis/iktiosis/
hiperliniaris palmaris
• Aksentuasi perifolikulear
• Fisura belakang telinga
• Skuama di skalp kronis
Diagnosis Banding

Dermatitis Seboroik
Dermatitis kontak
Dermatitis numularis
Skabies
Iktosis Pada bayi,juga
Psoriasis sindrom
Dermatitis herpetiformis imunodefisiensi
Sindrom sezary sindrom wiskott-
Penyakit letterer -Siwe aldrich, dan sindrom
hiper IgE
Penatalaksanaan umum
Kulit penderita D A rentan terhadap
bahan iritan  identifikasi dan
singkirkan faktor yang memperberat
dan memicu siklus ‘gatal- garuk 
sabun, detegen dll.
Pengobatan Topikal
• Hidrasi Kulit
Kulit kering  krim hidrofilik urea 10%/ hidrokortison 1%

• Kortikosteroid Topikal
Sebagai anti inflamasi lesi kulit
Pada bayi, daerah generalisata dan intertriginosa  steroid
berpotensi rendah.

• Imunomodulator topikal : calcineurin inhibitor


- Takrolimus : menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam D.A
 sel langerhans, sel T, sel mast dan keratinosit
- Pimekrolimus: menghambat produksi Th1 dan Th2

• Preparat ter
Efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit
Pengobatan Sistemik
Kortikosteroid

Antihistamin

Anti infeksi
Interferon  menekan
respon IgE
menurunkan fungsi
Siklosporin  dan proliferasi sel Th2
imunosupresif
kuat
Terapi sinar
( phototherapy)  untuk
DA yang berat dan luas
PROGNOSIS

Faktor yang berhubungan dengan prognosis


kurang baik D A adalah
- D A luas pada anak
- Menderita rinitis alergi dan asma bronkial
- Riwayat D A pada orang tua atau saudara
kandung
- Awitan (onset) D A pada usia muda
- Anak tunggal
- Kadar Ig E serum sangat tinggi

Anda mungkin juga menyukai