Anda di halaman 1dari 25

Allergic Reaction and

Anaphylactic Shock
TOPIC DISCUSSION

MARTINUS HANANDITO NUGROHOPRATOMO


LINGGO

NIM; 00000003526

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA


HARAPAN

KEPANITRAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT


DALAM

DR. STEVENT SUMANTRI SPPD


ALLERGIC REACTION

Seseorang yang teralu reaktif terhadap sebuah


substan yang ditoleransi baik oleh orang lain
dikatakan sebagai allergic atau hypersensitive
Reaksi allergi kerusakan jaringan
Antigen yang menyebabkan reaksi allergi adalah
allergens (makakan, obat, vaccine, racun, cosmetic,
dll)
Terdapat 4 tipe reaksi hipersensivitas:
1. Type I (anaphylactic)
2. Type II (Cytotoxic)
3. Type III (immune complex)
4. Type IV (cell-mediated)
Chemical mediators of immediate hypersensivity

1. Histamine: Vasodiatasi, meningkatkan permeabilitas


kapiler, meningkatkan sekresi mucus
2. Slow-reactive substance of anaphylaxis (SRS-A):
kontraksi otot polos terutama di saluran nafas. SRS-A
merupakan koleksi dari 3 leukotrienes dan secara lokal
berupa mediator yang mirip dengan prostaglandin
3. Eosinophil chemotactic factor: Mengundang eosinofil
ke suatu daerah. Eosinophil juga mengeluarkan enzyme
yang menginaktifikasi SRS-A serta menginhibisi
histamine (off switch) untuk melimit respons alergi
Type I Hypersensivity (IgE-mediated, Immediate respons)

Paling sering dan terjadi sekian menit


setelah seseorang tersensitisasi terhadap
alergen yang terekspos terhadapnya.
Exposure pertama terhadap beberapa
alergen beberapa orang memproduksi
IgE antibodies yang berikat pada mast sel
dan basophil. Jika lain waktu alergen yang
sama memasuki tubuh, langsung akan
menempel ke IgE.
Mast cells dan basophil mengeluarkan
histamine, prostaglandin, leukotrines, dan
kinins.

Contoh: Asthma, atophy, anafilaksis


Type II (cytotoxic) Hypersensivity reaction

Disebabkan oleh antibodi (IgG/IgM)


menghadapi antigen darah seseorang
(rbc, lymphocytes atau platelets)
maupun jaringan.
Reaksi antibodi dan antigen
menyebabkan activasi dari
complement.
Reaksi tipe II dapat terjadi pada
tranfusi darah yang incompatible
sehingga menyebabkan lysis
Contoh penyakit lain : Graves disease,
autoimmune hemolytic anemia, dll
Type III (immune-complex) Hypersensivity
reaction

Melibatkan antigen, antibodi (IgA atau


IgM), dan complement.
Pada ratio tertentu antara antigen dan
antibody , immune complex yang cukup
kecil dapat melarikan diri dari
phagocytosis. Mereka terprangkap
dibawah basement membrane dibawah
epitehlium pembuluh darah
menyebabkan aktivasi complement dan
menyebabkan inflamasi.
Contohnya: Glumerulonephritis, RA,
Lupus nephritis, membranous
nephropathy, dll
Type IV (Cell-Mediated) Reactions/Delayed
Hypersensivity Reactions

Biasanya terjadi 12-72 jam setelah


eksposur terhadap allergen yang dibawa
oleh APC (seperti sel langerhans di
kulit) yang migrasi ke KGB dan
mempresentasikan alergen ke sel T,
hingga lalu proliferasi.
Beberapa dari T sel yang baru akan
kembali ke daerah masuk allergen
dalam tubuh terproduksi gamma-
interferon aktivasi dari macrophage,
TNF, dan menstimulasi reaksi
inflamasi.
Contoh: TB, Racun poison ivy,
mantoux, celiac disease, MS, Contact
dermatitis
Diagnosa

Setiap reaksi alergi dipicu oleh alergen tertentu,


tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali
alergen.
PF membantu gejala yang berhubungan dengan
alergi dan menenteukan penyebabnya.
Pemeriksaan darah eosinofil
Tes RAS (radioallergosorbent) mengukur kadar
antibody igE dalam darah yang spesifik untuk
alergen individual
Tes kulit
ANAPHYLAXIS SHOCK

Sebuah reaksi sistem Melibatkan sensitisasi


multiorgan yang bersifat terhadap alergen dengan
akut dan berpotensi fatal eksposur setelahnya, yang
Definisi
yang disebabkan oleh menyebabkan gejala
mediator kimiawi dari melalui mekanisme
mast cell serta basophils immunologis
Patofisiologi

1) Immunologic

Alergen masuk dalam Berinteraksi Antibody IgE


tubuh dengan B-cells terbentuk

IgE menempel pada Histamine vasodilator yang


Mast cell (jika terpapar Mast sel dan basophil menyebabkan BP dan
dengan alergen yang mengeluarkan permeabilitas capiler
prostaglandins, (cairan keluar dari rongga
sama, akan terjadi leukotrines, kenins, dan vaskular), kontraksi
respon alergi lebih histamine smooth muscle di bronchci,
sekresi mucus,
cepat)

Edem, distribusi oxigen


terganggu, Shock
bronchospasm

2) Non Immunologic
Sama seperti yang diatas namun alergen secara spesifik me-target receptor di mast cell
Tanda dan gejala

Gejala beragam,

paling sering adalah :


kulit (80-90%),
respiratori (70%),
gastrointestinal (30-
45%), jantung dan
vaskular (10-45%),
CNS (10-15%)

Biasanya melibatkan

lebih dari 2 bagian


Tanda dan gejala

Kulit hives, itchiness, Respiratorik SOB,


flushing, swelling wheezing (spasm otot
(angioedma) dari jaringan. bronchial) , stridor (obstruksi
Hidung meler, inflamasi sekunder karena swelling),
conjunctiva, kulit membiru hoarseness, nyeri menelan,
karena turunya kadar O2 dan batuk

Cardiovascular Spasm
arteri koroner (adanya
Lain-Lain Gejala
histamine releasing cells di
gastrointestinal seperti nyeri
jantung), takikardi (karena
perut, diare, muntah, pusing,
BP rendah), hipotensi, shock
anxiety
(cardiogenik/ditributive) MI,
dysrhythmia, henti jantung
Penyebab

Pencetus paling sering termasuk


racun dari gigitan serangga,
Faktor fisik seperti olahraga
sengatan, makanan atau medikasi.
(exercise induced anaphylaxis) atau
Pencetus yang jarang termasuk agen
temperatur (dingin/panas) dapat
biologis seperti latex, semen, perasa
menjadi trigger melalui efek lansung
makanan (monosodium glutamate),
terhadap sel mast.
pewarna makanan, bahkan medikasi
topikal

6 Vaksin (MMR, varicella, influenza,


hep B, tetanus, meningococcal) dapat
Saat di anastesi, neuromuscular menyebaban reaksi anaphylaxis.
blocking agents, antibiotics, dan
latex merupakan penyebab paling
sering 32-50% kasus dikatakan idiopatik
anafilaksis
Klasifikasi

Biphasic
Anaphylactic shock Pseudoanaphylaxis
Anaphylaxis
Diasosiasikan Rekurensi dari Anaphylactoid
dengan gejala antara 1-72 Reaction
vasodilatasi jam tanpa Tipe anaphylaxis
sistemik yang eksposur lanjut yang tidak
menyebabkan BP terhadap melibatkan
rendah (30% allergen. reaksi alergi
diawah batas namun karena
seseorang atau degranulasi
nilai standard) lansung dari
mast cell
Diagnosis

Anafilaksis merupakan diagnosa atas dasar tanda dan gejala seseorang tersebut. Jika
terdapat salah satu dari tiga yang terjadi antara menit sampai beberapa jam dari
eksposure terhadap allergen, kemungkinan besar merupakan reaksi anafilaksis:

1. Involvement of the skin or mucosal tissue plus either respiratory difficulty or a


low blood pressure causing symptoms
2. Two or more of the following symptoms after a likely contact with an allergen:
a. Involvement of the skin or mucosa
b. b. Respiratory difficulties
c. c. Low blood pressure
d. d. Gastrointestinal symptoms
3. Low blood pressure after exposure to a known allergen
Diagnosis

Hitstamine: naik pada 10 Serum Mature Tryptase:


menit pertama setelah puncaknya 60-90 menit
onset, namun turun setelah setelah episode pertama
30 menit. Tidak bisa dan tetap tinggi untuk 5
menjadi patokan karena jam. Sensitive namun
terefek oleh diet dan bakteri diperlukan investigasi
di urin lanjut.

Skin allergy testing dan In


Vitro IgE Tests
Penanganan

Airway: Cek patent/tidak, mendengar suara stridor


atau hoarse, pada anafilaksis sever bisa jadi aphonia

Jika nafas keras/berisik Airway comprimise


1. Head tilt, chin lift maneuver
2. Jaw thrust
3. Jika airway masih compromised kita pakai airway
adjunct:
Oropharyngeal airway (guedel): hanya jika tidak sadar
Nasopharyngeal airway
Penanganan

Breathing: Pasien duduk tegak jika hipoksia


merupakan masalah utama.

Beri high flow oxygen (40-60%) dengan tigt fitting


mask, maintain Sp02 94-98%

Beri bronchodilator nebulised jika curiga


bronchospasm (Salbutamol dosis bervariasi,
Ipratropium bromide 500mcg nebulised)
Penanganan

Circulation: Kasih Adrenaline IM (1:1000) lansung, dewasa


0.5 ml, ulang tiap 5 menit jika pasien tetap dalam
hemodinamik shock (max 5ml), jika pasien tetap dalam
keadaan shock setelah 2 dose, infus adrenalin dapat
dilakukan.
Pantau tanda tanda shock (pale, hipotensi, penurunan
kesadaran, takikardi, CRT >2detik
IV access large bore cannula
1. Fluid (STAT) NaCl 0.9%/Hartmanns solution (biasanya
volume awal adalah bolus 500-1000 ml)
2. Chlorphenamine 10mg IV Stabilisasi mast cell
3. Hyrocortisone 200mg IV Mencegah reaksi inflamasi
Ambil sampel darah (FBC, LFT, Clotting, CRP, Mast cell
tryptase, Urea & Electrolytes)
ABG Hypoxia dan asidosis merpakan warning sign
ECG
Penanganan

Disability: Cek keadaan umum pasien, GCS

Delerium dapat terjadi jika pasien hiposik


Penurunan kesadaran dapat terjadi karena hipotensi
dan hipoxia
Penanganan

Exposure Identifikasi jika terdapat allergen


Ekspos badan pasien untuk melihat perubahan pada
kulit atau mucosa (eritem, urticaria, angioedema)

Anda mungkin juga menyukai