Anda di halaman 1dari 24

Journal Reading

Oleh :
Martinus Hanandito Nugroho Pratomo Linggo
Luckyana Ayuningtias
Pembimbing :
dr. Retno Jayantri Ketaren, Sp.S
ABSTRACT
INTRODUCTION

HIPOVITAMINOSIS D
Neurotransmisi

Regulasi
Proliferasi sel homeostasis
kalsium
Global health problem

Respon imun Vitamin Efek


terhadap CNS D antikonvulsan
Epilepsi merupakan kelainan neurologis paling sering yang
ditemukan pada anak-anak dimana mereka membutuhkan terapi
obat anti epilepsi jangka panjang.
Classic AED  Menginduksi sistem P450 yang menyebabkan
defisiensi vitamin D

Tujuan : menilai adanya hubungan antara asam valproat dan


levetiracetam sebagai monoterapi terhadap defisiensi vitamin D
MATERIAL AND METHODS

PARTICIPANTS
 90 orang dengan epilepsi
 39 laki-laki
 51 perempuan
 244 kontrol
 118 laki-laki
 126 perempuan
 Ras Kaukasia
 Studi potong lintang (cross-sectional)
 Lokasi : Pediatric Neurology Unit of the
Navarra Hospital Complex, Pamplona, Spain
 Waktu : Oktober 2013 – Juni 2014
 Dibagi menjadi 3 grup :
1. Grup VPA (59 orang)
2. Grup LEV (31 orang)
3. Kontrol
 Kriteria inklusi :
 Pasien rawat jalan yang tidak memiliki defisit motorik yang mengkonsumsi asam
valproat dan levetiracetam sebagai monoterapi paling tidak 12 bulan
 Tidak mengkonsumsi vitamin D/kalsium tambahan
 Tidak mengalami keterbelakangan mental
 Tidak memiliki kelainan endokrin, metabolik, ginjal dan tulang.
 Sebelumnya tidak menerima obat-obatan antiepilepsi selain obat yang digunakan
saat ini
CLINICAL INFORMATION AND BIOCHEMICAL ANALYSIS
ANTHROPOMETRY • Kalsium
• Usia  Tanner’s criteria • Fosfor
• Jenis kelamin • Alkaline phosphatase
• BMI Z-Score • 25-OHD
• Tempat tinggal  urban/rural • Hormon paratiroid
• Tipe kejang (generalized, focal, undetermined)
• Etiologi epilepsi (genetic, metabolic, unknown) The United States Endocrine Society Criteria
• Obat antiepilepsi, dosis, durasi terapi for Classification of Vitamin D (25-OHD)
• Defisiensi  <20 ng/ml (<50 nmol/L)
• Insufisien  20-29 ng/ml (50-75 nmol/L)
• Sufisien  >30 ng/ml (>75 nmol/L)

• Secondary parathyroidism  PTH serum


>65 pg/ml
STATISTICAL ANALYSIS
• Hasil  Persentasi (%) dan means (M)
• Standard Deviation (SD) dan confidence interval ( 95% CI)
• Analisis statistik (ANOVA, Chi-square test, descriptive statistic, Pearson, Student’s t)
menggunakan Statistical Packages for the Social Sciences version 20.0 (Chicago, Illinois,
USA)
• Signifikan jika p value < 0,05
• Orang tua/wali terinfo
• Penelitian ini di setujui oleh Ethics Committee for Human Investigation
RESULT
DISCUSSION

Ada beberapa studi  mengevaluasi status vitamin D pada anak dengan epilepsi yang diobati oleh obat – obat antiepileptik
terbaru.

Penelitian ini merupakan laporan pertama untuk mengestimasi efek LEV sebagai monoterapi pada status vitamin D anak – anak
spanyol.

Individu yang termasuk pada studi ini

Suatu kelompok anak dengan Etiologi predominan yang tidak Mendapat valproat atau
epilepsi fokal/umum dikehui, levetiracetam sebagai monoterapi.
DISCUSSION
Tidak ada pasien yang mengalami
• Defisit motorik
• Keterbelakangan mental
• Cerebral palsy,
• Memiliki patologi apa pun yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan, komposisi tubuh, konsumsi makanan maupun fisik
aktivitas.

Selain itu, distribusi beberapa faktor terkait serupa di antara grup AED dan grup kontrol.
• Hipovitaminosis D
• Seperti jenis kelamin, tahap pubertas
• Pigmentasi kulit (semua peserta adalah anak kulit putih)
• Musim dari tahun di mana serum dikumpulkan
• Tempat tinggal
• Status gizi
DISCUSSION

Enzyme inducing AED (fenobarbital, fenitoin, carbamazepine dan primidon), terutama obat antiepilepsi
jangka panjang,  terkait dengan vitamin D defisiensi dan gangguan “bone health”

Diasumsikan bahwa OAE yang menginduksi sitokrom 450 meningkatkan regulasi enzim  katalisis
konversi dari 25-OHD menjadi metabolit polar inaktif  penurunan 1,25 (OH) 2 vitamin D 
berkurangnya penyerapan kalsium + hiperparatiroidisme sekunder konsekutif + peningkatan bone
resorption + akselerasi bone loss;

Ini sebagian menjelaskan mengapa orang yang menderita epilepsi memiliki risiko patah tulang yang
lebih tinggi dari populasi umum
DISCUSSION

Namun, ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa enzyme inducing aeds dapat berdampak negatif pada
integritas tulang dengan absen dari defisiensi vitamin D.

Mekanisme yang dapat terjadi adalah

•Penurunan adalah penyerapan kalsium usus


•Resistensi terhadap PTH,
•Defisiensi kalsitonin
•Efek obat langsung pada fungsi sel tulang.

Semua individu yang termasuk dalam penelitian ini telah menerima non-enzyme-inducing aeds (valproate atau levetiracetam) dan
memiliki prevalensi defisiensi vitamin D yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sehat (kontrol).
DISCUSSION

Hasil diperoleh dalam penelitian ini mendukung pengobatan VPA sebagai monoterapi setidaknya selama dua belas bulan dikaitkan dengan
rendahnya kadar serum kalsium dan 25-OHD, serta prevalensi defisiensi vitamin D yang tinggi dibandingkan dengan kontrol

(24,1% anak-anak di kelompok VPA kekurangan vitamin D vs 14% pada kelompok kontrol); tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat
PTH di antara kedua kelompok.

Terdapat assosiasi negatif antara tingkat 25-OHD dan VPA

Analisa dari beberapa faktor terkait dengan hipovitaminosis D menegaskan bahwa pasien dengan epilepsi menerima valproate menunjukkan
kecenderungan yang lebih tinggi terhadap defisiensi vitamin D dibandingkan dengan kontrol.
DISCUSSION

Hasil diperoleh dalam penelitian ini mendukung pengobatan VPA sebagai monoterapi setidaknya selama dua belas bulan dikaitkan dengan
rendahnya kadar serum kalsium dan 25-OHD, serta prevalensi defisiensi vitamin D yang tinggi dibandingkan dengan kontrol

(24,1% anak-anak di kelompok VPA kekurangan vitamin D vs 14% pada kelompok kontrol); tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat
PTH di antara kedua kelompok.

Terdapat assosiasi negatif antara tingkat 25-OHD dan VPA

Analisa dari beberapa faktor terkait dengan hipovitaminosis D menegaskan bahwa pasien dengan epilepsi menerima valproate menunjukkan
kecenderungan yang lebih tinggi terhadap defisiensi vitamin D dibandingkan dengan kontrol.
DISCUSSION

Levetiracetam  AED spektrum luas, tidak Sebuah penelitian eksperimental pada tikus
menyebabkan induksi / penghambatan  LEV menyebabkan perubahan
sistem enzim P450 atau sistem enzim mikrostruktur pada matriks tulang tanpa
lainnya. mempengaruhi bone mineral density

Beberapa penulis telah meneliti hubungan


Penelitian lain melaporkan bahwa antara status vitamin D dan monoterapi
perawatan levetiracetam jangka panjang LEV pada anak-anak, tetapi tidak
secara signifikan mengurangi kandungan mengamati perbedaan apapun pada level 25-
mineral tulang dalam model tikus. OHD akan grup kontrol setelah 1 – 2 tahun
penanganan.
DISCUSSION
DISCUSSION

Anak berusia 1-18


Endocrine Society’s Walaupun terdapat tahun dengan defisien
Guideline kontroversi mengenai vitamin D diberikan Monitoring level
merekomendasi evaluasi definisi dari dari 50,000 IU vitamin D vitamin D harus
dari status vitamin D deficiensi vitamin D, minimal 1 per minggu dipertimbangkan
pada anak yang Endocrine Society’s dengan minimal 6 sebagai tatalaksana
menderita epilepsi Guideline minggu untuk mencapai rutin dari anak – anak
dibawah pengobatan mendefinisikan level 25-OHD darah epilepsi dengan terapi
AED, terutama pasien defisiensi vitamin D diatas 30 ng/ml, diikuti valproat maupun
dengan terapi valproat sebagai 25-OHD level dengan terapi levetiracetam
dan levetiracetam. yang <20 mg/ml, maintainence 600-1000
IU per hari.
DISCUSSION

Dual-Energy absortiometry
dikatakan sebagai “gold-standard”
Limitasi dari studi ini adalah
dari penilaian BMD, namun
bahwa merupakan studi cross- Limitasi terakhir adalah
keterbatasan waktu yang pendek
sectional, dan analisis biokimia ketidakadaan dari data mengenai
dari terapi antiepilepsi dan
basal tidak diperhitungkan olahraga, eksposur matahari dan
analysis risk-benefit tidak
sebelum pengunaan anti pengunaan sun screen.
membenarkan untuk dilakui
convulsant.
pemeriksan BMD pada pasien
yang termasuk dari studi ini.
KONKLUSI

Studi ini menunjukan bahwa defisiensi vitamin D sering terdapat pada pasien dengan epilepsi – tanpa kondisi abnormal yang mendasari dan
status ambulatori dimana telah diberi valproate maupun levitiracetam sebagai monoterapi selama minimal 12 bulan.

Pada pasien ini, status vitamin D harus dikontrol secara reguler, diperbanyak aktifitas luar(eksposur matahari yang tinggi) dan komsumsi
dari natural source (fatty fish), sumber vitamin D tinggi ( dairy products, breakfast-cerals, etc) harus dianjurkan. Tentu anak dengan
defisiensi vitamin D yang terbukti harus diberi suplemen vitamin D.
CRITICAL APPRAISAL

1. Is the Study Question Relevant? Yes


2. Does the Study Add Anything New? Yes
3. Was the Study Design Appropriate for the Research? Yes
4. Did the Study Methods Address Sources of Bias? Yes
5. Was the Study Performed According to the Original Protocol? Yes
6. Does the Study test a stated hypothesis? No
7. Were the statistical analysis performed correctly? Yes
8. Do the data justify the conclusion? Yes
9. Are there any conflict of interest? No
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai