Pembimbing :
PENDAHULUAN
merupakan masalah kesehatan serius pada anak dengan morbiditas dan mortalitas
Kejadian PGK di setiap negara berbeda dan diperkirakan lebih tinggi karena
banyak kasus yang tidak terdeteksi. The European Society for Pediatric
Network (IPPN), dan Australia and New Zealand (ANZDATA) Registries telah
bayi yang menjalani dialisis kronik di 32 negara antara tahun 2000 dan 2011; pada
sekitar 18% bayi berusia < 2 tahun di Eropa Timur dan Barat serta 6,8% di
Australia dan Selandia Baru. Di Jepang, 8,6% bayi yang didialisis berumur <5
tahun. Di Indonesia belum ada data nasional tentang kejadian PGK. Tahun 2006
dan 2007 dijumpai 382 pasien PGK di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM
Jakarta.2 Data IRR 2016 mendapatkan pasien baru anak usia 1-14 tahun sebanyak
1
3
sehingga penderita dapat hidup layak dan tumbuh maksimal. Kesulitan mengenali
penderita CKD dini karena klinis CKD baru terlihat bila fungsi ginjal atau laju
filtrasi glomerulus (LFG) < 50%, berupa nyeri kepala, lelah, kurang nafsu makan,
bila ada riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Peran tenaga kesehatan ataupun
dokter umum adalah mengenali secara dini penderita CKD dan kemudian
merujuknya ke dokter spesialis anak atau ke dokter konsultan ginjal anak agar
Saat ini dialisis peritoenal (PD) dan hemodialisis (HD) adalah dua modalitas
terapi pengganti ginjal utama di negasa asia namun proporsi pasien CAPD dan
HD sangat bervariasi di berbagai negara. Di Hong Kong sebagai contoh, lebih dari
80 % pasien penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) menjalani CAPD. Pasien PGTA
Singapura. Sebaliknya di Cina, Jepang dan Taiwan lebih dari 90% pasien PGTA
terdiri dari ahli ginjal, perawat, pekerja sosial, administrasi, dan ahli gizi yang
TINJAUAN PUSTAKA
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan kerusakan ginjal atau
LFG < 60 mL/menit/1,73m2 dalam waktu 3 bulan atau lebih. Seorang anak
dikatakan menderita CKD jika terdapat salah satu dari kriteria di bawah ini:
atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG yang bermanifestasi
2. LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan dengan atau tanpa gejala
3
4
K x TB(cm)
LFG (mL /menit /1,73 m)=
Kreatinin Serum(mg/dL)
K = konstanta (K= 0,33 untuk bayi berat lahir rendah di bawah usia 1 tahun, K= 0,45
untuk bayi berat lahir cukup bulan sampai 1 tahun, K= 0,55 untuk anak sampai umur 13
tahun, K= 0,57 untuk anak perempuan usia 13-21 tahun, dan 0,70 untuk anak laki-laki
usia 13 – 21 tahun).
TB = tinggi badan
0,413 x TB(cm)
LFG (mL /menit /1,73 m)=
Kreatinin Serum(mg/dL)
Saat ini peritoneal dialisis (PD) dan hemodialisis (HD) adalah dua
modalitas terapi pengganti utama dibanyak negara Asia namun proporsi pasien
pasien CKD stage V menjalani PD. Pasien CKD stage V yang menjalani PD juga
atas usia lima tahun. HD tidak ditawarkan kepada anak-anak kurang dari 5 tahun
5
kecuali ada kontra-indikasi penting untuk PD. Untuk anak berusia lebih tua, HD
diterapkan jika berhenti dari program PD atau jika ada alasan medis (jarang) atau
kepada anakanak terutama di bawah usia dua tahun atau beratnya kurang dari 10
kg. Sebuah studi Eropa multisenter telah menemukan bahwa prioritas pertama PD
adalah usia anak (30%), pilihan orang tua (27%), jarak dari unit (14%), pilihan
pasien (11%), kondisi sosial (7%), dan tidak dapat melakukan satu mode (6%).
satu mode dialisis pada pemeliharaan sisa fungsi ginjal (RRF), karena dampaknya
yang spesifik pada hasil pasien. Meskipun tidak ada konsensus umum, peritoneal
kejang, foot drop), perikarditis, diatesis perdarahan, mual berulang, gejala uremia
paru), atau kegagalan pertumbuhan meskipun terapi medis sudah tepat, dan
untuk dimulainya dialisis.7,8 Tanda kelebihan cairan asidosis yang tidak dapat
atau kreatinin 15 mg/dL, dan bikarbonat plasma <12 mEq/L. Dialisis akut dapat
anak dilakukan dengan peritoneal dialisis, karena secara teknik lebih sederhana
dan lebih mudah dikerjakan, dan merupakan pilihan yang paling tepat untuk
penderita dengan keadaan hemodinamik yang tidak stabil. 5 Sebuah studi Eropa
multisenter telah menemukan bahwa prioritas pertama PD adalah usia anak (30%),
pilihan orang tua (27%), jarak dari unit (14%), pilihan pasien (11%), kondisi
sosial (7%). Memilih mode dialisis, baik HD maupun PD, untuk anak
dampak dari salah satu mode dialisis pada pemeliharaan sisa fungsi ginjal (RRF),
bahwa dialisis ini lebih dapat ditoleransi pada bayi dan anak kecil, dialisis lebih
pelayanan terapi pengganti fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien
gagal ginjal dalam upaya mempertahankan kualitas hidup yang optimal yang
7
terdiri dari dialisis peritoneal dan hemodialisis. Dialisis peritoneal merupakan
adalah terapi pengganti fungsi ginjal yang menggunakan alat khusus dengan
persyaratan yang lebih sederhana dalam hal tenaga medis dan fasilitas
terapi penggantian ginjal (RRT) untuk anak-anak dengan penyakit ginjal stadium
akhir (ESRD).9
pediatrik. Misalnya, pada pediatrik, aliran darah dan hemodialyzer dipilih atas
dasar bahwa anak-anak dapat mentolerir 8% (maksimum 10%) total volume darah
mL/ kg untuk bayi dan 70 mL/ kg untuk anak yang lebih tua. Jika sirkuit
hemodialisis terkecil yang tersedia melebihi volume kritis ini, dapat ditutupi
dengan larutan albumin manusia 4,5% atau darah donor untuk mencegah gejala
hipovolemia.8,11
Aliran darah bayi dan anak memiliki kaliber lebih kecil, kecepatan pompa
darah cenderung lebih cepat, dengan sasaran 8–10 mL/kg/menit, dibandingkan 3-5
pump head rollers) harus disesuaikan dengan ukuran aliran dialisis, hemolisis
mekanik dapat terjadi jika aliran darah dewasa digunakan dalam mesin dialisis
9
yang disiapkan untuk saluran pediatrik. Untuk menghindari hipovolemia dan
terdapat perbedaan dengan orang dewasa, beberapa poin penting yang harus
obstruksi.4
dengan metode pembedahan, seperti yang dijelaskan oleh Palmer, Quinton, dan
laparoskopi, omentum dapat ditarik keluar dari panggul dan dijahit secara superior
fluoroskopik.12
meliputi proses radang abdomen seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa, infeksi
klostridium saat ini, dan penyakit hati stadium akhir dengan asites. Kontraindikasi
anatomi utama untuk PD adalah hernia yang tidak diperbaiki yang berpotensi
meliputi adanya ostomi atau saluran makan. Pasien dengan riwayat operasi
abdomen kompleks dengan risiko tinggi untuk pembentukan adhesi akan lebih
langsung dan pengelolaan adhesi. Kulit pasien ditandai sebelum prosedur dan
tempat keluar kateter dipilih sedemikian rupa sehingga tidak tumpang tindih
dalam lipatan kulit.12 Terdapat indikasi renal dan non-renal dalam dialisis
seperti pada tabel 2.3 dan 2.4 dan sedangkan kontraindikasi dalam penatalaksaan
1,5, 2,5, dan 4,25 g / dL dan berbagai konsentrasi elektrolit (Tabel 2.6). Cairan
Dalam mendapatkan ultra filtrasi yang lebih baik untuk memulai PD pada
awal yaitu 1,5 g / dL mungkin lebih tepat pada pasien dengan jumlah cairan yang
berlebihan dan pada mereka yang secara hemodinamik yang tidak stabil. Cairan
rejimen standar, jumlah rata-rata cairan berikut dapat dihilangkan selama periode
24 jam:13
liter dan waktu pertukaran satu jam. 2 liter kantong 2,5 g / dL mengandung
per hari yang bisa sangat berbahaya karena dapat menyebabkan ketidakstabilan
hemodinamik karena ultra filtrasi masif, dan kadar glukosa tinggi dari
ultra fluida ini biasanya tidak diperlukan dan seseorang dapat menggunakan
14
kombinasi konsentrasi glukosa untuk mencapai tingkat ultra fluida yang
diinginkan.
berkontribusi pada mortalitas pada pasien PD. Selain itu, peritonitis adalah faktor
risiko paling penting dari kegagalan teknik PD. Oleh karena itu, International
untuk mengurangi insiden peritonitis menjadi lebih rendah dari 0,5 episode per
tahun yang berisiko. Beberapa faktor risiko untuk peritonitis telah diidentifikasi
kontraindikasi relatif untuk pengobatan CPD karena risiko peritonitis yang lebih
tinggi disebabkan oleh kesulitan pasien dalam menjaga kebersihan dan kepatuhan
pribadi.14
15
peritonitis tetap merupakan komplikasi utama dari PD dan alasan paling umum
untuk mengubah modalitas dialisis. Dalam meningkatkan hasil pada CKD pada
anak, tingkat kejadian peritonitis global adalah 0,46 episode per pasien-tahun,
menemukan 0,68 episode peritonitis per pasien-tahun pada anak yang diobati
dengan PD.15,16
dengan kondisi yang diketahui dari masing-masing daerah. Namun, ada relatif
sedikit artikel yang dipublikasikan tentang mikrobiologi, faktor risiko, dan hasil
disebabkan oleh beberapa faktor seperti pH rendah cairan PD, suhu rendah, aliran
jet dari ujung kateter lurus, atau distensi jaringan di sekitar kateter. Nyeri ini
cairan osmotik yang digunakan, volume cairan dialisis yang digunakan per
dengan ultra filtrat yang terbentuk dengan konsentrasi natrium yang jauh lebih
yang parah dapat disebabkan oleh iskemia usus yang sedang berlangsung dan
tinggi. Kegagalan ultra filtrasi khusus ini dapat dilihat selama episode peritonitis
setinggi 10-20 gram sehari dan pasien mungkin memerlukan suplementasi protein
PENUTUP
atau LFG < 60 mL/menit/1,73m2 dalam waktu 3 bulan atau lebih. Penyebab CKD
pada anak usia <5 tahun yang paling sering adalah kelainan kongenital, misalnya
displasia atau hipoplasia ginjal, atau uropati obstruktif, sedangkan pada usia > 5
tahun penyebab tersering CKD adalah penyakit yang diturunkan seperti penyakit
sering muncul berupa gangguan pertumbuhan, kelainan mineral dan tulang serta
anemia, hipertensi. Saat ini peritoneal dialisis (PD) dan hemodialisis (HD) adalah
dua modalitas terapi pengganti utama dibanyak negara Asia namun proporsi
dialisis pada anak meliputi anuria, gangguan elektrolit berat, gangguan neurologis
pada gagal ginjal. Terlepas dari kenyataan bahwa PD lebih dapat ditoleransi pada
bayi dan anak kecil, PD lebih hemat biaya dibandingkan dengan HD. Indikasi
absolut memulai dialisis pada anak meliputi anuria, gangguan elektrolit berat,
gangguan neurologis pada gagal ginjal (misalnya ensefalopati, kejang, foot drop),
16
24
DAFTAR PUSTAKA
13. Ansari N. Peritoneal dialysis in renal replacement therapy for patients with
acute kidney injury. Inter J Nephro. 2011.
14. Aksu N, Yavascan O, Anil M, Kara OD, Bal A, Anil AB. Chronic peritoneal
dialysis in children with special needs or social disadvantage or both:
contraindications are not always contraindications. Perinoteal Dialysis J.
2012; 32: 424-30.
15. Fraser N, Hussain FK, Connell R, Shenoy MU. Chronic peritoneal dialysis in
children. International J Nephro Renovas Dis. 2015; 8: 125-37.
16. Ponce D. Moraes TP, Figueiredo AE, Berretti P. Peritonitis in Children on
Chronic Peritoneal Dialysis: The Experience of a Large National Pediatric
Cohort. Blood Purif. 2018; 45: 118-25.