Anda di halaman 1dari 2

DEFINISI MEKANISME REAKSI ANAFILAKSIS

Syok anafilaksis adalah suatu keadaan yang dipicu oleh respon


hipersensivitas generalisata yang diperantai oleh IgE menyebabkan vasodilatasi
sistemik dan peningkatan permeabilitas vascular.(Robbins & Cotrain (Dasar
Patologi Penyakit Edisi 7,).

KLASIFIKASI
Berdasarkan reaksi tubuh
 Lokal : reaksi anafilaktik lokal biasanya meliputi urtikaria serta angioedema
pada tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat
tetapi jarang fatal.
 Sistemik : reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah
kontak dalam sistem organ berikut ini :
1) Kardiovaskuler
2) Respiratorius
3) Gastrointestinal
4) Integumen

ETIOLOGI
• Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan
intravena seperti antibiotik atau media kontras. Obat-obat yang sering
memberikan reaksi anafilaktik adalah golongan antibiotik penisilin, ampisilin, PATHWAY
sefalosporin, neomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, sulfanamid, kanamisin,
serum antitetanus, serum antidifteri, dan antirabies.
• Alergi terhadap gigitan serangga, kuman-kuman, insulin, ACTH, zat
radiodiagnostik, enzim-enzim, bahan darah, obat bius (prokain, lidokain),
vitamin, heparin, makan telur, susu, coklat, kacang, ikan laut, mangga,
kentang, dll juga dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.

PATOFISIOLOGI
 Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di
tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut
kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang
menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel
plasma memproduksi Ig E spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat
pada reseptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
 Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk
alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh
Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator
vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan
vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators.
GEJALA KLINIS
Ringan :
• Rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer, dan dapat disertai dengan
perasaan penuh dalam mulut serta tenggorok
• Kongesti nasal
• Pembengkakan periorbital
• Pruritus
• Bersin – bersin dan mata yang berair
• Awitan gejala dimulai dalam waktu 2 jam pertama sesudah kontak

Sedang :
• Rasa hangat
• Cemas
• Gatal – gatal
• Bronkospasme
• Oedem saluran nafas atau laring dengan dispnea
• Batuk serta mengi
• Awitan gejala sama seperti reaksi yang ringan

Berat :
Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda –tanda serta
gejala yang sama seperti diuraikan diatas dan berjalan dengan cepat
hingga terjadi bronkospasme, oedem laring, dispnea berat, serta
sianosis. Disfagia (kesulitan menelan), kram abdomen, vomitus, diare dan
serangan kejang – kejang dapat terjadi. Kadang – kadang timbul henti jantung dan
koma.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
• Skin tes
• Kadar komplemen dan antibody
• Pelepasan histamin oleh lekosit in vitro
• Radio allergo sorbent test ( RAST )
• Hitung eosinofil darah tepi, menunjukan adanya alergi dengan peningkatan
jumlah .

PENATALAKSANAAN
Tanpa memandang beratnya gejala anafilaksis, sekali diagnosis sudah ditegakkan
pemberian epinefrin tidak boleh ditunda-tunda. Hal ini karena cepatnya mulai
penyakit dan lamanya gejala anafilaksis berhubungan erat dengan kematian.
Dengan demikian sangat masuk akal bila epinefrin 1 :1000 yang diberikan adalah
0,01 ml/kgBB sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan (SK) dan dapat
diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali seandainya gejala penyakit
bertambah buruk atau dari awalnya kondisi penyakitnya sudah berat, suntikan
dapat diberikan secara intramuskular (IM) dan bahkan kadang-kadang dosis
epinefrin dapat dinaikan sampai 0,5 ml sepanjang pasien tidak mengidap kanaikan
jantung.

Anda mungkin juga menyukai