Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DRUG ERUPTION
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing : Dedi Supriadi, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
PUTRI ICHA MAHARANI 211120057
3B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI

2023
DRUG ERUPTION

BAB I Konsep Teori


1. Pengertian
Drug Eruption merupakan penyakit kulit yang diinduksi obat dengan karakteristik makula
eritem dan papul, multipel, menyebar luas dan cepat, serta konfluens. Etiologi dari
Exanthematous Drug Eruption diantaranya penicillin, chephalosorin, golongan antibiotik
sulfonamid, atau antikonvulsan.
2. Etiologi
Jenis obat penyebab alergi sangat beragam dan bervariasi menurut waktu, tempat dan jenis
penelitian yang dilaporkan. Tingginya kejadian alergi obat tampaknya berkaitan erat
dengan frekuensi kecanduan obat. Risiko reaksi alergi diperkirakan sekitar 1-3% untuk
sebagian besar jenis obat. Secara umum, alergi obat yang paling sering dilaporkan adalah
penisilin, sulfonamid, salisilat, dan pirazolon. Obat lain yang sering dilaporkan termasuk
analgesik lain (asam mefenamat), antikonvulsan (Dilantin, Mesantoin, Tridion), obat
penenang (terutama Luminale), dan obat penenang (fenotiazin, phenergan, klorpromazin,
meprobamat). Namun, alergi obat dengan gejala klinis yang parah paling sering dikaitkan
dengan penisilin dan obat sulfa.
3. Tanda Dan Gejala/Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala alergi obat dapat diklasifikasikan menurut mekanisme kerusakan
jaringan organ yang terkena atau respon imunologi Gell dan Coombs (tipe I-IV). a Tipe I
(hipersensitivitas tipe cepat)
Manifestasinya adalah aksi mediator kimia yang dihasilkan dari reaksi antigen dengan
IgE yang terbentuk, menyebabkan kontraksi otot polos. Peningkatan permeabilitas
kapiler dan hipersekresi kelenjar mukosa.
1). Bronkospasme ditandai dengan sesak napas, terkadang spasme bronkus disertai
dengan spasme laring. Jika disertai dengan pembengkakan laring, kondisi ini
disebabkan pasien tidak dapat bernapas atau mengalami kesulitan bernapas. 2).
urtikaria
3). angioedema
4). pingsan dan hipotensi.
5). Syok anafilaksis dapat terjadi beberapa menit setelah injeksi seperti penisilin.
Tanda klinis syok anafilaksis dapat muncul dalam waktu 30 menit setelah
pemberian obat karena mempengaruhi banyak organ dan berpotensi
membahayakan. Reaksi ini sering disebut anafilaksis. Penyebab paling umum
adalah penisilin. Beberapa tahapan terjadi pada Tipe I, yaitu:
a) Fase sensitivitas adalah waktu yang diperlukan untuk pembentukan IgE
b) Fase aktivasi adalah fase yang terjadi sebagai hasil penemuan kembali spesifik
antigen. Akibat aktivasi ini sel mast basofil mengeluarkankandungan yang
berbentuk granual yang dapat menimbulkan reaksi
c) Fase efektor adalah fase di mana respon imun yang kompleks terjadi karena
pelepasan mediator.
b Tipe II
Reaksi hipersensitivitas tipe II atau reaksi sitotoksik terjadi karena produksi IgM atau
IgG setelah tantangan antigen. Antibodi ini dapat mengaktifkan sel – sel dengan
reseptornya (FcgR). Ikatan antigen-antibodi juga dapat mengaktifkan komplemen
melalui reseptor komplemen Manifestasi klinis reaksi alergi tipe II biasanya berupa
kelainan darah seperti anemia hemolitik, trombositopenia, eosinofilia dan topenia
granulasi. Nefritis interstitial juga bisa menjadi jenis reaksi alergi ini.
c Tipe III
Reaksi ini disebut reaksi kompleks imun dan terjadi ketika kompleks ini disimpan
dalam jaringan. Antibodi yang berperan dalam hal ini adalah IgM dan IgG. Kompleks
ini mengaktifkan pertahanan tubuh dengan melepaskan komplemen.
Manifestasi klinis dari reaksi alergi tipe III dapat berupa:
1). Demam
2). Limfadenopati
3). Penyakit sendi, nyeri sendi dan efusi sendi;
4. Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan untuk memastikan penyebab erupsi obat
alergi adalah :
a Pemeriksaan in vivo
Uji kulit yang tepat dilakukan memakai bahan yang bersifatimunogenik yaitu
determinan antigen dari obat atau metabolitnya.Bahan uji kulit harus bersifat non
iritatif untuk menghindari positif palsu. Uji ini manfaatnya sangat terbatas karena baru
sedikit sekalideterminan antigen obat yang sudah diketahui dan tersedia untuk ujikulit.
Dengan uji kulit hanya dapat diidentifikasi alergi terhadap makromolekul seperti
insulin, antisera, ekstrak organ, sedangkan untukmikromolekul sejauh ini hanya dapat
diidentifikasi alergi terhadap penisilin saja. Uji ini antara lain :
1). Uji Tempel (patch test)
Uji tempel sering dipakai untuk membuktikan dermatitis kontak.Suatu seri sediaan
uji tempel yang mengandung berbagai obatditempelkan pada kulit (biasanya
daerah punggung) untuk dinilai 48 – 72 jam kemudian. Uji tempel dikatakan positif
bila terjadi erupsi pruritus, eritema dan vesikular yang serupa dengan reaksi.
Klinisalergi sebelumnya, tetapi dengan intensitas dan skala lebih ringan.
2). Uji Tusuk (prick/scratch test)
Uji tusuk dapat digunakan untuk mengkonfirmasi adanya reaksi tipeI, dengan
adanya deteksi kompleks antigen IgE spesifik. Uji kulitdapat dilakukan dengan
memakai bahan yang bersifat imunogenikyaitu determinan antigen dari obat atau
metabolitnya. Bahan untukuji kulit harus bersifat non iritatif untuk menghindarkan
positif palsu. Uji kulit sebetulnya merupakan cara yang efektif untukdiagnosis
penyakit atopik, tetapi manfaatnya terbatas untuk alergiobat karena pada saat ini
baru sedikit sekali determinan antigen obatyang sudah diketahui. Dengan uji kulit
hanya dapat diidentifikasialergi terhadap makromolekul (insulin, antisera, ekstrak
organ),sedangkan untuk mikromolekul sejauh ini hanya dapatmengidentifikasi
alergi terhadap penisilin saja. Hasil negatif hanya berarti pada uji kulit penisilin.
3). Uji Provokasi (exposure test)
Uji provokasi dapat memastikan diagnosis alergi obat, tetapimerupakan prosedur
diagnostik terbatas karena mengandung resikoyang berbahaya yaitu terjadinya
anafilaksis sehingga hanyadianjurkan dilakukan ditempat yang memiliki fasilitas
dan tenagayang memadai. Karena itu maka uji provokasi merupakan
kontraindikasi untuk alergi obat yang berat misalnya anafilaksis, sindromaSteven
Johnson, dermatitis eksfoliatif, kelainan hematologi, eritemavesiko bulosa. Uji
provokasi dilakukan setelah eliminasi yanglamanya tergantung dari masa paruh
setiap obat.
b Pemeriksaan in vitro
Uji in vitro untuk alergi obat lebih lazim digunakan dalam penelitian. Pemeriksaan
yang dilakukan antara lain IgG dan IgM spesifik, uji aglutinasi dan lisis sel darah
merah, RAST, uji pelepasan histamin, uji sensitisasi jaringan (basofil atau lerkosit serta
esai sitokin dan reseptorsel), sedangkan pemeriksaan rutin seperti IgE total dan
spesifik, uji Coomb’s, uji komplemen dan lain – lain bukanlah untuk konfirmasi alergi
obat. Tujuan dari uji ini untuk membantu membedakan apakah reaksi kulit yang terjadi
pada individu tersebut disebabkan karena obat atau bukan.
6. Penatalaksanaan Klinik a
Penatalaksanaan Umum
1). Melindungi kulit, pemberian obat yang diduga menjadi penyebaberupsi kulit harus
dihentikan segera
2). Menjaga kondisi pasien dengan selalu melakukan pengawasanuntuk mendeteksi
kemungkinan timbulnya erupsi yang lebih parahatau relaps setelah berada pada
fase pemulihan
3). Transfusi darah bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2 – 3 hari, khususnya
pada kasus yang disertai purpura yang luas. Padakasus dengan purpura yang luas
dapat pula ditambahkan vitamin C500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan
hemostatik
4). Menjaga kondisi fisik pasien termasuk asupan nutrisi dan cairantubuhnya. Berikan
cairan via infus bila perlu. Pengaturankeseimbangan cairan elektrolit dan nutrisi
penting karena pasiensukar atau tidak dapat menelan akibat lesi di mulut dan
tenggorokserta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus,misalnya
berupa glukosa 5% dan larutan Darrow.
b Penatalaksanaan Khusus
1). Sistemik
a) Kortikosteroid Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi
obatsistemik. Obat kortikosteroid yang sering digunakan adalah prednison.
Pada kelainan urtikaria, eritema, dermatitis medika mentosa, purpura, eritema
nodosum, eksantema fikstumdan PEGA karena erupsi obat alergi. Dosis
standar untuk orang dewasa adalah 3 x 10 mg sampai 4 x 10 mg sehari. Pertama
kali dilakukan pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG) terbukti dapat
menurunkan progresifitas penyakit ini dalam jangka waktu 48 jam. Untuk
selanjutnya IVIG diberikan sebanyak 0.2 – 0.75 g/kgselama 4 hari pertama.
b) Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jikaterdapat rasa gatal,
kecuali pada urtikaria, efeknya kurang jikadibandingkan dengan
kortikosteroid.
2). Topikal
Pengobatan topikal tergantung pada keadaan kelainan kulit, apakahkering atau
basah. Jika dalam keadaan kering dapat diberikan bedak salisilat 2% ditambah
dengan obat antipruritus sepertimentol ½ - 1% untuk mengurangi rasa gatal. Jika
dalam keadaan basah perlu digunakan kompres, misalnya larutan asam
salisilat1%.Pada bentuk purpura dan eritema nodosum tidak diperlukan
pengobatan topikal. Pada eksantema fikstum, jika kelainanmembasah dapat
diberikan krim kortikosteroid, misalnyahidrokortison 1% – 2 ½ %. Pada
eritroderma dengan kelainan berupa eritema yang menyeluruh dan mengalami
skuamasi dapatdiberikan salep lanolin 10% yang dioleskan sebagian – sebagian.
Terapi topikal untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di
kulit yang erosif dapat diberikan sofratulle atau krimsulfadiazin perak.
7. Komplikasi Hiperpigmentasi adalah komplikasi yang paling mungkin. Potensi untuk
infeksi ada dalam kasus lesi multipel erosi. Erupsi generaliata telah dilaporkan setelah
pengujian provokasi topikal dan oral.

ASUHAN KEPERAWATAN :
1. Pengkajian fokus sesuai data fokus (sesuai teori)
A. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di
semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita), alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku, agama, diagnosa medis, jenis
kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang bertanggung
jawab. B. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama : Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan
keluhan gatal pada kuli,suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering,
edema disertai nyeri, danrasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut bisa
muncul tergantung bagaimana respon kulit dari masing-masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang : Biasanya penderita dengan dermatitis akan
mengalami rasa gatal-gatal padakulit yang dapat menimbulkan lesi akibat
adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam, kemerahan,
edema disertai rasa nyeri, rasa terbakar/panas pada kulit. Keluhan-keluhan
yang muncul dan tidak bisadi tangani oleh penderita sehingga penderita
harus datang ke pelayanan kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu : Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga
bisa disebakan oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu,
kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang itu sendiri.4)
4) Riwayat penyakit keluarga : Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah
ada penyakit keluarga yang sama dengan yang dialami penderita, selain itu
pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang
mungkin diketahui oleh keluarganya.
C. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita tidak begitu paham dengan kondisi kesehatan
terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulka
dermatitis. Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat
dan apabila penyakitnya tidak sembuh pasien pergi ke pelayanan
kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita bisa ditemukan nafsu makan terganggu karena
penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam dan nyeri bagian kulit
yang biasanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari
masingmasin idividu yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Biasanya pada penderita tidak ditemukan gangguan pada polaeliminasi,
kecuali dermatitis timbul pada bagian genital sehingga membuat penderita
takut untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita tidak mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi
tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi sakit
yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola
tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang
dialami.
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga, teman dan tetangga terganggu karena
penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita tidak ditemukan ganngguan tetapi tergantung dari
masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita status mental sadar, bicara normal, masih mampu
berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita merasa terganggu dengan pola seksual jika penyakit
tersebut menyerang bagian genetalia.
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsiobat
anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penderita menyebabkan malaise, demam, rasa panas pada
kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau
kemerahan pada kulit, dan kekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya penderita
mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga
mengakibatkan peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, serta
peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat), Auskultasi
(Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai dari :
• Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau
lesi.
• Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia
• Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidak pucat,
sianosis adanya kemerahan/tidak.
• Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada
kelainan atau tidak, serta adanya bengkak kemrahan/tidak.
• Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi
tidak berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya pada herpes terdapat
lesi pada bagian bibir akibat infeksi.
• Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak, adanya
kemerahan atau tidak karena dermatitis bias menyerang bagian kulit
manapun.
• Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada tidak
bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan,ada nyeri tekan
atau tidak.
• Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdomen
atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
• Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan atau
tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang menyerang
genital mengalami kelainan seperti warna kemerahan serta adanya
rasa nyeri.
• Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema, Adanya tanda- tanda
insfeksi/tidak).
• Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT
kembali normal/tidak.
• Integumen : biasanya pada pasien akan ditemukan radang akut
terutama priritus (sebagai pengganti dolor), kemerahan (rubor),
gangguan fungsi kulit (function laisa), terdapat Vesikel-vesikel
fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar, terdapat
bula atau pustule, hiperpigmentai tau hipopigmentasi. Adanya nyeri
tekan, edema atau pembengkakan, serta kulit bersisik

2. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : - Do: Obat Obatan D.0077
1. nyeri ↓ Nyeri akut
2. kemerahan Masuk ke tubuh
3. hematoma ↓
Difagositosis

Masuk ke sel tubuh

Pelepasan sitokonin oleh sel
tubuh

Degranulasi sel mast

Alergi

Integumen

Reaksi alergi

Ggn integritas kulit

3. Diagnosa keperawatan (sesuai teori berdasarkan prioritas masalah)


a Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi

4. Rencana asuhan keperawatan (sesuai teori)


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit
kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan Obervasi:
keperawatan 3 x 24 jam • Identifikasi penyebab
diharapkan integritas kulit dan gangguan
jaringan meningkat dengan integritas kulit
kriteria hasil : Terapeutik
1. Elastisitas meningkat 5 • Ubah posisi tiap 2 jam
2. Hidrasi meningkat 5 jika tirah baring
3. Kerusakan lapisan kulit • Gunakan produk
menurun 5 berbahan
4. Perdarahan menurun 5 petrolium atau
5. Nyeri menurun 5 minyak
6. Hematoma menurun 5 pada
kulit kering
• Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
Edukasi
• Anjurkan
menggunakan
pelembab
• Anjurkan minum air
yang cukup
• Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
• Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem
• Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perawatan luka
Observasi:
• Monitor karakteristik
luka
• Monitor tanda tanda
infeksi Terapeutik:
• Lepaskan balutan dan
plester secara
perlahan
• Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik
• Bersihkan
jaringan
nekrotik
• Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi,
jika perlu
• Pasang balutan
sesuai jenis luka
• Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
Edukasi:
• Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
• Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
Kolaborasi:

Anda mungkin juga menyukai