PENDAHULUAN
membuat seseorang infertile atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Obat
dalam arti luas adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Untuk
dapat bekerja dalam tubuh manusia, obat harus masuk kedalam tubuh melalui beberapa
Penggunaan obat yang sembarangan, masuknya obat-obatan baru yang hampir setiap
simpang obat, telah mengakibatkan meningginya angka insidensi reaksi simpang obat
yang terjadi.2
Terdapat dua jenis reaksi simpang obat, yaitu reaksi tipe A yang dapat
diprediksi karena sifat farmakologik obatnya, dan tipe B yaitu reaksi yang tidak dapat
diprediksi dan terjadi pada populasi tertentu, misalnya idiosinkrasi dan reaksi
hipersensitivitas. Salah satu reaksi simpang obat adalah Erupsi Obat Alergik (EOA)
1
Erupsi makulapapular atau erupsi eksantematosa merupakan salah satu jenis
erupsi obat yang dikarenakan reaksi hipersensitivitas tipe IV dikarenakan salah satu
jenis erupsi obat secara oral maupun parental dengan gambaran klinisnya berupa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Erupsi obat alergi atau adverse cutaneous drug eruption adalah reaksi
disertai maupun tidak keterlibatan mukosa. Yang dimaksud dengan obat adalah
Erupsi makulapapular adalah salah satu bentuk reaksi alergi ringan pada
kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang
(alergi seluler tipe lambat) menurut Comb and Gell. Nama lainnya adalah
B. EPIDEMIOLOGI
obat yang berpotensi menyebabkan erupsi obat, tetapi studi ini tidak dirancang
untuk menyelidiki kejadian dan prevalensi reaksi erupsi obat, yang karenanya
3
hanya dapat diperkirakan secara gambaran kasar. Baru-baru ini, dua uji coba
secara sistemik atau pengaplikasian obat di rumah sakit tertentu dalam jangka
waktu 6 bulan. Semua pasien diperiksa oleh dokter kulit, dan penggunaan
di antaranya terdiagnosis ACDR, prevalensi dari 3,6 per 1.000 pasien rawat
C. ETIOPATOGENISIS
yaitu mekanisme reaksi tipe III dan tipe IV. Reaksi ini terjadi setelah beberapa
hari pemberian obat dan tidak terjadi setelah pemberian dosis pertama, hal ini
erupsi maculopapular diperantai oleh sel T. Ada dua macam mekanisme yang
berfungsi sebagai hapten, yang menginduksi antibody humoral. Reaksi ini juga
4
toksisitas obat, over dosis, interaksi antar obat dan perubahan dalam
metabolisme.6
D. GAMBARAN KLINIS
yang mendasari.
2-3 minggu setelah konsumsi obat. Biasanya lesi eritematosa dimulai dari
dan hampir selalu disertai pruritus. Erupsi makulapapular akan hilang dengan
jenis ini sering disebabkan oleh ampisilin, NSAID, sulfonamide, fenitoin serta
karbamazepin.
dapat berevolusi menjadi papula dan akhirnya bisa menyatu menjadi plak.
biasanya dimulai dari batang tubuh dan menyebar ke ekstremitas dalam pola
5
simetris bilateral. Banyak eksantema yang diinduksi oleh obat dianggap sebagai
hari meminum obat yang mengakibatkan erupsi tersebut. Poin klinis utama
tentang eksantema yang diinduksi oleh obat-obatan adalah bahwa mereka tidak
dimediasi oleh IgE. Poin utama lainnya adalah bahwa saat resolusi eksantema,
pembentukan skuama bisa terjadi, yang besifat jinak. Ini harus dibedakan dari
jenis detasemen epidermis yang terlihat pada kulit yang parah yang terjadi pada
secara simetris yang mana tersusun oleh makula dan papula merah muda agak
terlihat melepuh dapat terjadi di predileksi ini. Sering diikuti dengan pruritus
tetapi sangat bervariasi dalam tingkat keparahan, dan demam umum terjadi
E. DIAGNOSIS
anamnesis yang teliti, adanya gejala klinis yang muncul setelah penderita
terpajan oleh alergen atau faktor pencetusnya dan identifikasi temuan fisik pada
6
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, tes diagnostik seperti tes kulit, graded
1. Anamnesis
tersebut lebih sulit lagi bila pada saat yang sama pasien mendapat
obat adalah:
tonikum, dan juga obat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi
b). Riwayat pemakaian obat masa lampau dan catat bila ada
reaksi
7
berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis tinggi secara
parenteral
diperhatikan.
2. Pemeriksaan Fisik
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Folikulitis Pityrosporum
Definisi
Folikulitis adalah peradangan yang terjadi pada folikel rambut atau tempat
8
bisa menyebabkan rasa gatal dan perih, penyakit ini umumnya tidak
Gejala Folikulitis
Benjolan terasa nyeri yang berisi nanah, dapat membesar atau pecah.
Penyebab Folikulitis
folikel rambut. Sebenarnya bakteri ini terdapat di permukaan kulit, dan tidak
mengganggu kesehatan. Masalah baru timbul jika bakteri ini masuk ke dalam
folikel rambut akibat permukaan kulit yang rusak, misalnya akibat mencukur.
Selain karena bakteri, folikulitis juga bisa disebabkan oleh virus dan jamur.8
2. Morbili
Definisi
9
Gejala
Penyebab
Campak disebabkan oleh virus, yang menular melalui percikan air liur
yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Prosedur tes kulit, seperti skin prick testing (SPT) dan tes intradermal
diagnosis reaksi IgE-mediated (tipe I). Protokol tes kulit yang sudah
terstandarisasi untuk penisilin dan juga anastesi lokal, muscle relaxants, dan
sangat sensitif untuk substansi protein dengan berat molekul yang besar, seperti
10
insulin atau antibodi monoklonal. Tes kulit positif terhadap obat
hipersensitivitas tipe I. Nilai prediktif negatif dari tes kulit terhadap penisilin
sangat tinggi dengan reagen yang sesuai dan karenanya hasil tes negatif berguna
untuk menyingkirkan alergi penisilin. Tes kulit negatif terhadap agen lainnya
(kecuali protein berat molekul yang besar) tidak efektif untuk menyingkirkan
Uji kulit yang ada pada saat ini hanya terbatas pada beberapa macam
obat (penisilin, insulin, sediaan serum), sedangkan untuk obat-obat yang lain
masih diragukan nilainya. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain:
bukan oleh obat aslinya, sehingga bila kita melakukan uji kulit dengan obat
(kodein, tiamin), sehingga uji positif yang tejadi adalah semu (false positive).
c). Konsentrasi obat terlalu tinggi, juga menimbukan hasil positif semu.
11
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, reaksi alergi obat tipe I terutama
ditunjang dengan pemeriksaan uji kulit, sayangnya uji tersebut hanya terbatas
pada beberapa macam obat. Pemeriksaan Radio Allergo Sorbent test (RAST)
antigen. Tetapi untuk obat, jenis antigennya juga terbatas. Pemeriksaan ini
berguna pada kasus-kasus dengan risiko tinggi seperti pada pasien yang
mungkin timbul bila dilakukan uji kulit atau bila tidak dapat dilakukan uji kulit.
obat tipe III. Dibuktikan dengan adanya antibodi IgG atau IgM terhadap obat.
H. PENGOBATAN
obat penyebab dan yang bereaksi silang. Terapi suportif yang diberikan adalah
1. Terapi sistemik
a. Kortikosteroid
12
Selama pemberian kortikosteroid waspadai efek samping yang
b. Antihistamin
2. Topical
I. PENCEGAHAN
Masalah reaksi silang di antara obat juga harus diperhatikan. Peran obat-obat
termasuk obat yang diberikan dalam bentuk campuran dengan obat yang lain.
13
yang dikunjunginya perihal obat yang pernah menyebabkan reaksi alergi,
J. EDUKASI
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 59 Tahun
B. ANAMNESIS
Prov. Sul-Sel.
1. Keluhan Utama
Gatal pada bagian wajah, lengan, badan dan kedua tungkai bawah
2. Riwayat Penyakit
Prov. Sul-Sel. Pasien dikonsul dengan keluhan gatal pada bagian wajah,
15
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak diketahui
Pasien merupakan pasien jiwa yang sedang dirawat dan tidak bekerja
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Dermatologis :
16
17
D. DIAGNOSIS
E. DIAGNOSIS BANDING
Folikulitis Pityrosporum
Morbili
18
F. PENATALAKSANAAN
R/ Desoksimetason Cream
G. RESUME
Seorang perempuan Ny.J Pasien rawat inap RSKD dikonsul kepoli kulit
dan kelamin dengan keluhan gatal pada bagian wajah, lengan, badan dan
Ciprofloxacin, Metronidazole.
H. PROGNOSIS
Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat
dan sindrom Steven Johnson, prognosis sangat tergantung pada luas kulit
yang terkena.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
alloanamnesis, pasien mengeluh gatal pada wajah, lengan, badan dan kedua
tungkai bawahnya yang timbul secara tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu.
dikeluhkan.
macula, dan terdaput papul <0,5 cm. pada pasien ini juga didapatkan
20
Berdasarkan pengetahuan akan mekanisme, faktor risiko dan gejala
klinis alergi obat, maka ada beberapa pertanyaan relevan yang perlu
atopi dan penyakit lainnya, serta pemicu dan faktor lingkungan hidup di
obat, maka harus ditanyakan riwayat pemakaian obat yang baru saja
gejala. Alergi obat biasanya muncul setelah pajanan kedua dan telah
yang diberikan penting, terutama dalam keadaan dimana ada beberapa obat
klinis alergi obat. Manifestasi klinis tersering adalah pada organ kulit.
Sejumlah manifestasi kelainan kulit yang sering muncul pada reaksi alergi
purpura dan vaskulitis. Selain itu, juga data berupa reaksi kulit yang
21
mengancam nyawa seperti sindrom Stevens-Johnson erupsi, toxic
sebagai plak. Lesi kulit biasanya muncul mulai dari bagian tengah badan
muncul beberapa hari setelah penggunaan obat. Exantem yang dipicu obat
antibakteri sulfonamid.10
Pada kasus ini, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien
ditemukan, timbul dalam 2-3 minggu setelah konsumsi obat. Biasanya lesi
22
eritematosa dimulai dari batang tubuh kemudian menyebar keperifer secara
Tipe yang paling sering mendasari insidens EOA adalah tipe IV (tipe
23
BAB V
KESIMPULAN
1. Erupsi obat alergik adalah reaksi pada kulit atau mukotan yang terjadi
penyakit pada tipe A dapat diprediksi, bergantung pada dosis obat, efek
toksik dari obat pada dosis yang disarankan atau dosis yang berlebihan.
Tipe B memiliki manifestasi klinis yang tidak dapat di duga dan berbeda
tiap individu. Gejala terjadi dalam satu hingga enam jam setelah
meminum obat atau beberapa jam hingga hari. Mengingat gejala yang
24
reaksi alergi. Dapat juga diberikan obat lain yang struktur
imunokimianya berlainan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dasar Edisi ke 1., Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2009., H 457-
92.
3. Medaldi, SL., Bramono K., Indriatni W., editor. Budianti WK., penulis.
5. James D.M, Timothy GB., Dirk ME., Drug Reactions In: Andrew’s
6. Riedl MA, Casillas AM, Adverse Drug Reaction; Types and Treatment
2019..
26
8. Medaldi, SL., Bramono K., Indriatni W., editor. Djuanda A., penulis.
2017.
27