Anda di halaman 1dari 46

PERLINDUNGAN TERHADAP WARGA NEGARA

PENULIS:

Aldera, S.Tr.Gz; dr. Fadilah Aulia Rahma; dan Himmatun Mardhiah, S.KM

RINGKASAN EKSEKUTIF

Diskursus ini mengeksplorasi strategi perlindungan terhadap warga negara dalam situasi
konflik dan krisis. Tanggung jawab negara untuk melindungi warga negara dari konflik dan krisis telah
ditegaskan dalam berbagai instrumen hukum internasional. Diskursus ini mengeksplorasi perlindungan
warga negara pada konflik, lembaga dan mekanisme perlindungan, evakuasi dan pengungsian, serta
perlindungan khusus terhadap kelompok rentan. Diskursus ini memanggil untuk tindakan nyata
negara dan masyarakat dapat bekerjasma dalam melakukan upaya mempertahankan dan
meningkatkan strategi perlindungan menghadapi konflik dan krisis yang terjadi.

Upaya negara yang dapat dilakukan dalam memberikan perlindungan khusus terhadap kelompok
adalah negara perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perlindungan kelompok rentan.
Negara juga perlu mengembangkan kebijakan dan program yang khusus. Sementara upaya yang
dapat dilakukan oleh masyarakat diantaranya adalah menyediakan bantuan kemanusiaan,
mendukung upaya-upaya advokasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat

KATA KUNCI

Perlindungan warga negara, konflik dan krisis, lembaga pemerintahan, Hak Asasi Manusia,
evakuasi dan pengungsian, bencana, kelompok rentan
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perlindungan bagi setiap warga negara merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
suatu negara. Dasar dari perlindungan negara ini sesuai dengan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perlindungan yang dilakukan oleh negara dapat dilakukan secara
adil dan merata dalam kondisi apapun, terkhususnya pada situasi ancaman konflik dan krisis yang
dapat terjadi kapanpun. Konflik dan krisis dapat mengancam kehidupan dan keselamatan warga negara
sehingga mebahayakan pertahanan negara. Oleh karena itu, negara memiliki tanggung jawab untuk
melindungi warganya dari ancaman dan bahaya selama situasi konflik dan krisis. Negara harus memiliki
strategi dalam memberikan perlindungan kepada warganya. Strategi yang dapat dilakukan dalam
memberikan perlindungan kepada warga Indonesia adalah melalui lembaga pemerintahan.
Pemerintah dapat memberikan perlindungan melalui kemeterian dalam negeri dan lembaga
kemanusiaan sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berlaku.

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap konflik dan krisis. Hal tersebut karena
masih banyak warga negara Indonesia yang memiliki keberagaman suku, etnik, budaya, agama,
karakteristik, dan rendahnya pengetahuan, sehingga memudahkan diadu domba dan menimbulkan
perpecah belahan baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Indonesia juga menjadi negara yang
sangat rawan bencana karena letak geografis geologis, demografis dan klimatologisnya. Hal
tersebut harus diatasi walaupun begitu banyak tantangan dalam menghadapinya. Oleh karena itu,
penting bagi kita untuk memahami bagaimana perlindungan warga negara dalam menghadapi
konflik dan krisis

Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menggali secara mendalam mengenai strategi
perlindungan terhadap warga negara dalam situasi konflik dan krisis. Dimana bahasan strategi
perlindungan warga negara dalam situasi konflik dan krisis yang dibahas secara detail melputi
perlindungan warga negara dalam konflik, lembaga dan mekanisme perlindungan, evakuasi dan
pengungsian, serta perlindungan khusus terhadap kelompok rentan. Dengan demikian, makalah ini
akan menjawab pertanyaan mengenai bagaimana negara dapat melakukan perlindungan yang baik
terhadap warga negaranya dalam situasi konflik dan krisis. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang strategi perlindungan dalam mengatasi konflik dan krisis, maka pemerintah melalui
lembaga pemerintahan juga beserta warga negaranya dapat meningkatkan pertahanan negara.
BAB II

ISI MAKALAH

Pada bab ini, kita akan menjelajahi strategi perlindungan terhadap warga negara dalam situasi
konflik dan krisis. Kami akan memperkenalkan anda pada perlindungan warga negara pada
konflik, lembaga dan mekanisme perlindungan, evakuasi dan pengungsian, serta perlindungan
khusus terhadap kelompok rentan. Perlindungan warga negara dalam konflik menyangkut tanggung
jawab negara untuk melindungi warganya dari ancaman dan bahaya selama situasi konflik, krisis
dan bencana. serta pengidentifikasian berbagai cara perlindungan dapat dilakukan.

Mengenai lembaga dan mekanisme perlindugan evakuasi dan pengugsian kami akan
membahas secara detail peran lembaga pemerintah seperti kementerian pertahanan, kementerian
dalam negeri, serta lembaga kemanusiaan dan hak asasi manusia dalam memberikan perlindungan.
Dalam Lembaga dan mekanisme perlindungan evakuasi dan pengungsian kami akan menguraikan
cara-cara perlindungan terhadap warga negara diatur dan diimplementasikan. Selanjutnya, kami
juga memahas proses evakuasi dan pengungsian yang dapat dilakukan untuk melindungi warga
negara dalam situasi konflik dan bencana serta membahas contoh kasus di mana evakuasi berhasil
dilaksanakan.

Bahasan terakhir adalah perlindungan khusus terhadap kelompok rentan, yang secara detail
akan membahas mengenai identifikasi kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, dan
penyandang disabilitas yang membutuhkan perlindungan khusus dalam situasi konflik dan krisis
erta cara negara dan masyarakat dapat memberikan dukungan kepada kelompok ini.

Bab II ini akan membantu kita memahami strategi terhadap warga negara dalam situasi
konflik dan krisis. Dengan pemahaman ini, kita dapat melanjutkan ke bab-bab berikutnya untuk
menjelajahi lebih dalam bagaimana melkukan perlindungan terhadap warga negara.

A. Perlindungan Warga Negara Dalam Konflik


Konflik dan krisis dapat mengancam kehidupan dan keselamatan warga negara. Oleh karena
itu, negara memiliki tanggung jawab untuk melindungi warganya dari ancaman dan bahaya selama
situasi konflik dan krisis. Tanggung jawab negara untuk melindungi warga negara dari konflik dan
krisis telah ditegaskan dalam berbagai instrumen hukum internasional, termasuk: Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Konvensi Jenewa 1949, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM).

Pada Piagam PBB menyatakan bahwa tujuan PBB adalah untuk memelihara perdamaian dan
keamanan internasional, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, dan mempromosikan
kemajuan sosial, kesejahteraan, dan hak asasi manusia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, PBB
memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah atau menghentikan
konflik dan krisis. Kemudian, pada Konvensi Jenewa 1949 mengatur perlindungan terhadap korban
konflik bersenjata, baik kombatan maupun warga sipil. Konvensi ini menetapkan bahwa semua orang
yang tidak ambil bagian secara aktif dalam konflik bersenjata harus diperlakukan dengan hormat dan
dilindungi dari serangan. Selanjutnya, pada Deklarasi Universal HAM menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi. Deklarasi ini juga melarang penyiksaan,
perbudakan, dan diskriminasi.

Perlindungan Warga Negara di Indonesia

Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk yang besar dan beragam. Oleh karena itu,
negara memiliki tanggung jawab yang besar untuk melindungi warganya dari berbagai ancaman dan
bahaya, termasuk konflik dan krisis. Tanggung jawab negara untuk melindungi warga negaranya telah
diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945),
khususnya pada Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini menegaskan bahwa negara memiliki
tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan warga negaranya, termasuk dengan melindungi mereka
dari ancaman dan bahaya.

Selain itu, UUD NRI 1945 juga mengatur tentang hak asasi manusia (HAM). HAM adalah hak-
hak yang melekat pada setiap manusia sejak lahir, tidak dapat dicabut, dan tidak dapat dibagi-bagi.
HAM merupakan hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan, dan
hak untuk mendapatkan perlindungan dari hukum. Dalam rangka melindungi warga negaranya, negara
Indonesia telah melakukan berbagai upaya, baik secara preventif maupun represif. Upaya preventif
adalah upaya untuk mencegah terjadinya konflik dan krisis. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai
cara, termasuk: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membangun budaya toleransi dan saling
menghormati, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perdamaian. Sedangkan,
upaya represif adalah upaya untuk menangani konflik dan krisis yang telah terjadi. Upaya ini dapat
dilakukan melalui berbagai cara, termasuk: melakukan diplomasi dan negosiasi, melakukan operasi
militer, dan melakukan bantuan kemanusiaan.

Perlindungan yang dapat dilakukan oleh negara untuk melindungi warganya dari konflik dan
krisis

1. Membangun Kekuatan Pertahanan Negara yang Kuat: Kekuatan pertahanan negara yang kuat
dapat menjadi deterrent bagi pihak-pihak yang ingin melakukan serangan terhadap negara.
Kekuatan pertahanan negara ini dapat berupa pasukan militer, sistem pertahanan udara, dan sistem
pertahanan sipil. Di Indonesia, kekuatan pertahanan negara dipegang oleh Tentara Nasional
Indonesia (TNI). TNI memiliki berbagai macam pasukan, termasuk pasukan darat, laut, udara, dan
pasukan khusus. TNI juga memiliki berbagai macam sistem pertahanan, termasuk sistem
pertahanan udara, sistem pertahanan sipil, dan sistem intelijen.
2. Melakukan Diplomasi dan Negosiasi untuk Menyelesaikan Konflik Secara Damai: Diplomasi
dan negosiasi merupakan upaya untuk menyelesaikan konflik secara damai. Upaya ini dapat
dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik untuk mencari solusi yang dapat
diterima oleh semua pihak. Di Indonesia, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memiliki peran
penting dalam melakukan diplomasi dan negosiasi untuk menyelesaikan konflik. Kemenlu juga
bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk menyelesaikan konflik di berbagai wilayah.
3. Mengembangkan Sistem Peringatan Dini untuk Menghadapi Konflik dan Krisis: Sistem
peringatan dini dapat membantu negara untuk mempersiapkan diri menghadapi konflik dan krisis.
Sistem ini dapat berupa sistem intelijen, sistem pemantauan, dan sistem komunikasi.
Di Indonesia, Badan Intelijen Negara (BIN) memiliki peran penting dalam mengembangkan sistem
peringatan dini untuk menghadapi konflik dan krisis. BIN juga bekerja sama dengan berbagai
lembaga pemerintah dan swasta untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan untuk
mengembangkan sistem peringatan dini.
4. Menyediakan Tempat Perlindungan bagi Warga yang Mengungsi: Dalam situasi konflik dan
krisis, seringkali terjadi perpindahan penduduk. Negara perlu menyediakan tempat perlindungan
bagi warga yang mengungsi, sehingga mereka dapat terlindungi dari bahaya. Di Indonesia, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki peran penting dalam menyediakan tempat
perlindungan bagi warga yang mengungsi. BNPB bekerja sama dengan berbagai lembaga
pemerintah dan swasta untuk membangun dan mengelola tempat-tempat perlindungan bagi warga
yang mengungsi.
5. Menyediakan Bantuan Kemanusiaan bagi Warga yang Terdampak Konflik dan Krisis:
Bantuan kemanusiaan dapat berupa bantuan pangan, air, pakaian, obat-obatan, dan tempat tinggal.
Bantuan ini dapat diberikan kepada warga yang terdampak konflik dan krisis untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka. Di Indonesia, BNPB juga memiliki peran penting dalam menyediakan
bantuan kemanusiaan bagi warga yang terdampak konflik dan krisis. BNPB bekerja sama dengan
berbagai lembaga pemerintah dan swasta untuk mengumpulkan dan menyalurkan bantuan
kemanusiaan kepada warga yang membutuhkan.

B. Lembaga dan Mekanisme Perlindungan


1. Peran Lembaga Pemerintah dalam Memberikan Perlindungan
a. Kementerian Pertahanan
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, disingkat Kemhan RI, (dahulu
Departemen Pertahanan Republik Indonesia, disingkat Dephan RI) adalah kementerian
dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan pertahanan. Untuk menjalankan
tujuannya tentunya Kementerian Pertahanan mempunyai pedoman berupa kebijakan.
Kebijakan pertahanan negara tahun 2022 merupakan kesinambungan dari kebijakan
pertahanan negara tahun 2021 yang menjadi satu visi dan misi dalam penjabaran
kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara tahun 2020-2024. Sasaran kebijakan
tersebut antara lain :
1) Terjaganya kedaulatan negara di wilayah darat, laut, dan udara, termasuk di daerah
perbatasan. Hal ini dapat dilakukan dengan, melanjutkan percepatan dalam
mewujudkan penetapan batas wilayah darat, batas wilayah laut, serta penataan Air
Defence Identification Zone (ADIZ), mengoptimalkan interoperabilitas dan
peningkatan sarana prasarana berupa wahana pemantauan dan penginderaan jarak
jauh berbasis satelit di wilayah pertahanan, khususnya wilayah perbatasan dan
pulaupulau kecil terluar, memperkuat kerja sama keamanan maritim melalui latihan
bersama secara berkelanjutan, dan mendukung pemerintah dalam pengambilalihan
Flight Information Region (FIR) Singapura di atas wilayah Kepulauan Riau dan
Natuna.
2) Terlindunginya keutuhan wilayah dari segala bentuk ancaman, baik dari dalam
maupun luar negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan, membangun kewaspadaan dini
dalam mengantisipasi, mencegah, menangkal, dan menindak segala bentuk
ancaman, meningkatkan kerja sama diantara lembaga intelijen untuk pertahanan
negara.
3) Terlindunginya keselamatan segenap bangsa di seluruh wilayah NKRI dari segala
bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat dlakukan
dengan, meningkatkan kesiapan dan profesionalitas TNI untuk penanganan
terorisme, radikalisme, separatisme, bahaya laten komunis, bencana alam, bantuan
kemanusiaan, dan tugas misi perdamaian dunia serta keadaan darurat lainnya,
termasuk ancaman Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and Explosives
(CBRN-E), menyelenggarakan penanganan pandemi Covid-19 dan ancaman biologi
lainnya, menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) pertahanan negara melalui
pembentukan dan pengembangan program sarjana S-RA1, sistem pendidikan S-2
dan S-3, serta penguatan Infrastruktur Kampus Pintar (Smart Campus
Infrastructure).
4) Meningkatnya hubungan Diplomasi Pertahanan melalui kerja sama bilateral dan
multilateral di bidang pertahanan.
5) Terintegrasinya Pertahanan Militer dan Nirmiliter dalam sistem pertahanan negara
yang bersifat Semesta.
6) Terwujudnya postur TNI yang tangguh dalam mengatasi ancaman.
7) Terwujudnya tata kelola sistem pertahanan negara yang baik
8) Terwujudnya kesadaran Bela Negara bagi seluruh warga negara.
9) Terwujudnya komponen pendukung pertahanan negara yang ditetapkan di seluruh
wilayah Indonesia
10) Terwujudnya Komponen Cadangan pertahanan negara yang siap dimobilisasi dan
didemobilisasi.
11) Terwujudnya industri pertahanan nasional yang kuat, mandiri, dan berdaya saing
guna mendukung kebutuhan pertahanan negara.
12) Terwujudnya Ruang, Alat, dan Kondisi (RAK) juang yang tangguh untuk
mendukung pertahanan negara
13) Terwujudnya wilayah pertahanan yang bertumpu pada pulaupulau besar secara
mandiri dan mampu melaksanakan perang berlarut
14) Terwujudnya depo logistik pertahanan yang terdesentralisasi
15) Terwujudnya penguatan pertahanan di wilayah-wilayah selat strategis.
16) Terwujudnya sinergitas penataan wilayah pertahanan negara.(PERATURAN
MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2022, 2022)
b. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
Kementerian Dalam Negeri Mempunyai Tugas Menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan Dalam Negeri Untuk Membantu Presiden Dalam Menyelenggarakan
Pemerintahan Negara. Kementerian Dalam Negeri Menyelenggarakan Fungsi:
1) Perumusan, Penetapan, Dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Politik Dan
Pemerintahan Umum, Otonomi Daerah, Pembinaan Administrasi Kewilayahan,
Pembinaan Pemerintahan Desa, Pembinaan Urusan Pemerintahan Dan
Pembangunan Daerah, Pembinaan Keuangan Daerah, Serta Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil, Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
2) Koordinasi Pelaksanaan Tugas, Pembinaan, Dan Pemberian Dukungan Administrasi
Kepada Seluruh Unsur Organisasi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri;
3) Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara Yang Menjadi Tanggung Jawab
Kementerian Dalam Negeri;
4) Pengawasan Atas Pelaksanaan Tugas Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri;
5) Pelaksanaan Bimbingan Teknis Dan Supervisi Atas Pelaksanaan Urusan
Kementerian Dalam Negeri Di Daerah;
6) Pengoordinasian, Pembinaan Dan Pengawasan Umum, Fasilitasi, Dan Evaluasi
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan;
7) Pelaksanaan Penelitian Dan Pengembangan Di Bidang Pemerintahan Dalam
Negeri;
8) Pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Bidang Pemerintahan Dalam
Negeri;
9) Pelaksanaan Kegiatan Teknis Dari Pusat Sampai Ke Daerah; Dan
10) Pelaksanaan Dukungan Yang Bersifat Substantif Kepada Seluruh Unsur Organisasi
Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Dalam hal melindungi Negara sendiri, Kementerian Dalam Negeri ini berperan
sebagai Administrasi, Perumusan, Penetapan, dan Pelaksanaan Kebijakan yang akan
mendukung dalam memberikan Perlindungan kepada warga Negara (Kemendagri, 2023)
c. Lembaga Kemanusiaan
Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
menfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di
mana setiap orang dapat bekerja sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Contoh dari lembaga kemanusiaan yang ada
di Indonesia yaitu PMI. PMI merupakan organisasi kemanusiaan pertama dan terbesar
di Indonesia saat ini. PMI bertugas memberikan bantuan dan layanan pada masyarakat
korban konflik, bencana, krisis kesehatan, mendiseminasikan nilai-nilai kemanusiaan
dan hukum humaniter internasional. Selain itu, PMI juga memiliki unit donor darah di
setiap kota untuk memenuhi kebutuhan darah di masyarakat.
d. Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
Selain hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu
terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bangsa Indonesia sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk
menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia
yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrumen
internasional lainnya mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara
Republik Indonesia. Atas dasar pertimbangan sebagaimana tersebut, dan dalam rangka
melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, perlu membentuk Undang-undang
tentang Hak Asasi Manusia. HAM sendiri telah diatur pada ; Pasal 5 ayat (1), Pasal 20
ayat (1), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1)
dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Pada Undang-Undang tersebut diatur tentang ; hak untuk hidup dan hak untuk
tidak kehilangan paksa dan/atau tidak dihilangkan nyawa, hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, hak anak, dan hak atas kebebasan beragama. Selain
mengatur hak asasi manusia, diatur pula mengenai kewajiban dasar, serta tugas dan
tanggung jawab pemerintah dalam penegakan hak asasi manusia. Diatur mengenai
Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri yang
mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi
manusia. diatur pula tentang partisipasi masyarakat berupa pengaduan dan/atau gugatan
atas pelanggaran hak asasi manusia, pengajuan usulan mengenai perumusan kebijakan
yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM, penelitian,
pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.(UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999, 1999)
2. Perlindungan Warga Negara diatur dan di Implementasikan
Perlindungan terhadap warga Negara selain dari pemerintah seperti Kementerian
Pertahanan, Kementerian dalam Negeri, Lembaga Kemanusiaan, dan Hak Asasi Manusia
mempunyai cara-cara yang berbeda dalam melindungi warga Negara. Dalam hal
menghadapi berbagai ancaman seperti ancaman aktual (ancaman militer, ancaman
nonmiliter, dan ancaman hibrida) dan ancaman potensial (ancaman yang belum terjadi,
tetapi sewaktu-waktu dapat terjadi dalam situasi tertentu menjadi ancaman aktual) maka ini
merupakan tugas dari Kementerian Pertahanan dalam hal ini yaitu TNI, Sedangkan untuk
melindungi warga Negara dalam hal pembuatan, perumusan, pelaksanaaan kebijakan
dilakukan oleh Kementerian dalam Negeri, Lembaga kemanusiaan disini berperan langsung
dengan terjun langsung di Masyarakat contohnya seperti PMI, sedangkan aturan HAM
sendiri sudah merupakan perlindungan terhadap setiap warga Negaranya.

C. Evakuasi dan Pengungsian

Evakuasi merupakan suatu tindakan dalam memindahkan korban dari satu lokasi ke
lokasi yang lebih aman secara langsung dan cepat sehingga dapat terhindar dari ancaman yang
berbahaya atau berpotensi mengancam keselamatan lebih besar untuk mendapat penanganan
lebih lanjut. Evakuasi termasuk dalam upaya pengungsian yang dikareakan terdapan penyebab
yang memaksa korban untuk berpindah ke tempat yang lebih aman (Abraham et al., 2014).
Dalam melakukan evakuasi, prinsip yang harus dilakukan diantaranya harus partisipatif,
efektif, menjauhi dari ancaman, memprioritaskan kelompok yang rentan dan penyandang
disabilitas, mandiri serta dapat menyelematkan diri dan aset penghidupan. Tempat evakuasi
dapat dilakukan di bangunan atau lahan terbuka yang memiliki perlengkapan untuk
menampung masyarakat yang terkena dampak bencana selama masa tanggap darurat (Badan
Nasianal Penanggulangan Bencana et al., 2018).

1. Proses evakuasi dan pengungsian dapat dilakukan untuk melindungi warga negara
dalam situasi konflik dan bencana

Indonesia memiliki potensi besar mengalami bencana dikarenakan kondisi geografis,


geologis, dan demografisnya. Agar dapat mengurangi resiko bencana maka diperlukan
latihan evakuasi secara rutin dan mandiri sebagai upaya peningkatan kapasitas dalam
menghadapi situasi darurat bencana (Abraham et al., 2014).

Prosedur umum dalam Evakuasi:

a. Seluruh orang yang berada dalam lokasi bencana diharapkan segera meninggalkan
gedung sesuai dengan petunjuk team evakuasi tanggap darurat atau bisa mengikuti arah
jalur evakuasi/arah tanda keluar

b. Dilarang untuk kembali ke lokasi yang tidak aman untuk alasan apapun, maupun alasan
yang sangat mendesak seperti ada barang berharga yang tertinggal.

c. Seluruh orang dapat turun atau berlari mengikuti arah tanda keluar dengan tidak panik,
dan saling membantu untuk memastikan evakuasi selamat.

d. Wanita tidak diperkenankan menggunakan sepatu dengan hak tinggi dan stoking pada
saat evakuasi.

e. Orang yang cacat atau wanita sedang hamil harus diberikan bantuan dan diprioritaskan

f. Seluruh orang dapat berkumpul di daerah aman (muster point) yang telah ditentukan,

g. Seluruh orang harus tetap berkumpul sambil menunggu instruksi selanjutnya, pengawas
team tanggap darurat dibantu atasan masing-masing mendata jumlah karyawan, termasuk
yang hilang dan terluka lalu melaporkan kepada koordinator

Evakuasi dapat dilakukan berbeda-beda pada bencana yang terjadi di suatu wilayah.
Bencana terbagi menjadi 2 jenis yaitu bencana alam dan bencana non alami. Bencana alam
terdiri dari gempa bumi, tsunami, letusan gunung merapi, dan lainnya. Sementara bencana
non alami data terdiri dari banjir, kebakaran, bom, dan lainnya. Proses evakuasi yang dapat
dilakukan pada masing-masing bencana adalah sebagai berikut:

1. Bencana Alami:
a. Gempa Bumi
Gempa Bumi merupakan salah satu bencana alam yang terjadi dengan adanya
goncangan yang disebabkan oleh patahan atau aktivitas tektonik. Dalam mengatasi
gempa bumi sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
penyelamatan sebelum terjadinya gempa bumi maupun evakuasi mandiri setelah
terjadinya gempa bumi. Tindakan yang dapat dilakukan sebelum terjadinya gempa
bumi adalah sebagai berikut:
1) Peralatan besar atau berisiko jatuh yang ada di rumah dikelola agar dapat
menempel pada dinding (dapat dipaku atau diikat) agar terhindar dari jatuh, roboh,
dan bergeser saat kejadian gempa.
2) Mengatur benda yang berat agar dapat berada di bawah
3) Melakukan pengecekan kestabilan benda-benda yang bergantung, seperti lampu
gantung
4) Mematikan seluruh aliran air, gas, dan listrik yang sedang digunakan
5) Menyimpan bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman
6) Memperhatikan pintu, evaluator, dan tangga darurat agar dapat engetahui jalan
keluar bangunan yang aman dengan tepat dan cepat.
7) Menentukan jalan melarikan diri, yaitu pintu Exit
8) Menentukan titik kumpul yang menjadi lokasi aman terdekat untuk berkumpul di
ruang terbuka
9) Mempelajari cara memberikan pertolongan pertama, antisipasi apabila ambulans
datang terlambat akibat akses jalan terputus.
Evakuasi bencana gempa bumi:
1) Petugas membunyikan peluit / alat bunyi lain, yang menandakan latihan dimulai.
2) Peserta latih yang berada di dalam gedung dalam keadaan sibuk/ beraktivitas, tiba-tiba
dikejutkan terjadinya gempa bumi.
3) Petugas membunyikan tanda peringatan dini untuk evakuasi berupa megaphone /
sirine / bel berupa suara panjang, terus-menerus dan cepat.

Peserta latih mengambil posisi aman di mana respon mandiri yang diharapkan sesaat
setelah gempa sebagai berikut :

1) Jangan panik, kepanikan bisa mengakibatkan adanya korban, segera berjongkok dan
ikuti petunjuk petugas yang berwenang.
2) Hindari benda-benda yang bisa jatuh menimpa badan, kepala gunakan kedua tangan
atau benda disekitar yang dapat digunakan untuk melindungi badan khusunya bagian
kepala maupun leher.
3) Jika berada di lantai satu atau dasar, segera keluar dari bangunan menuju tempat
terbuka sembari lindungi kepala dan leher mengunakan kedua tangan atau benda
lainnya yang dapat melindungi.
4) Jika berada di lantai dua atau lebih tinggi, berlindunglah di bawah meja yang kokoh
sambil memegang kakinya.
5) Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya melindungi kepala.
6) Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat elevator. Jika
memungkinkan, merapatlah ke sana.
7) Jauhi jendela kaca, rak, lemari, maupun barang-barang yang tergantung seperti
lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung, dan lain-lain, gunakan kedua tangan
atau benda lain yang dapat untuk melindungi kepala dan leher.
8) Jika tengah di dalam elevator, tekan tombol semua lantai, dan segeralah keluar saat
pintu terbuka di lantai berapa pun. Jika pintu tak terbuka, tekan tombol darurat untuk
memanggil bantuan.
9) Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga kesimbangan
agar tidak jatuh.
10) Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas bisa mengakibatkan ledakan.
11) Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.
12) Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam api. Tetapi
ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.
13) Jangan menyentuh sakelar lampu karena dapat mengakibatkan kebakaran atau
ledakan.
14) Guna menyelamatkan diri, gunakan tangga darurat, jangan gunakan elevator.
Menggunakan elevator berisiko terjebak di dalam elevator.
15) Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat bergerak,
jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak. Lebih baik ketuk benda
yang ada untuk mendapatkan pertolongan.
16) Jangan berdiri dekat tiang/benda/ bangunan/pohon, yang berpotensi menimpa.
17) Petugas membunyikan peluit panjang/ tanda bunyi lain yang menandakan latihan
berakhir.
18) Tim penggendali latihan menyatakan latihan selesai dilaksanakan dan tim evaluator
memberitahukan hasil evaluasi berupa rekomendasi untuk penyelenggaraan maupun
substansi latihan, termasuk memberikan masukan bagian mana saja yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan.

Pada saat situasi sudah aman dari ancaman gempa, perlu memahami hal-hal berikut:

a) Waspadai terjadinya gempa susulan, dengarkan informasi mealui radio atau media
komunikasi lainnya untuk mendapatkan informasi adanya gempa susulan, dan lain-lain.
b) Gunakan sandal atau sepatu beralas tebal untuk melindungi kaki dari serpihan kaca atau
benda-benda tajam lainnya.

b. Proses Evakuasi Tsunami


• Segera tinggalkan zona merah
• Jika berada di zona kuning, bergegas menuju tempat berlindung yang lebih tinggi
• Jauhilah muara sungai dan bantaran sungai
• Sebelum evakuasi pastikan kompor dan listrik dimatikan, dan rumah dalam keadaan
terkunci
• Menyelamatkan diri dengan segera mulai mengevakuasi diri sendiri, sesuai prosedur
di tempat berada (tempat wisata, pasar, sekolah, dan lainnya)
• Melakukan evakuasi dengan berjalan kaki dan mengikuti arah rambu evakuasi ke
tempat-tempat tinggi di Titik Kumpul atau Titik Aman terdekat
• Tidak mencoba mencari anak/istri/suami/saudara/teman anda
• Membawa barang-barang paling berharga saja seperti contohnya: surat berharga,
perhiasan, uang tunai, dan lainnya
• Tidak menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat
• Mewaspadai kemungkinan jembatan/jalan putus;

c. Proses Evakuasi Letusan Gunung Merapi


Letusan gunung Merapi merupakan sealah satu bencana alami yang disebabkan
oleh aktivitas vulkanik. Dalam melakukan evakuasi pada bencana gunung Merapi
utamanya masyarakat dan petugas harus mengenali daerah setempat dalam menentukan
tempat yang aman dalam mengunsi. Hal selanjutnya, dapat dilakukan perencanaan
penanganan bencana, lalu membuat persiapan pengungsian dan kebutuhan dasar.

2. Bencana Non Alami:


a. Proses Evakasi Kebakaran dalam Gedung (Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Tengah, 2017)
1) Saat mendengar alarm kebakaran/ tanda peringatan dini untuk evakuasi, seluruh
peserta latih melakukan evakuasi (keluar gedung), menuju tempat berhimpun
sementara (assembly area)
2) Jika sumber api berada di sekitar kita, usahakan memadamkan api sebisa mungkin
menggunakan alat pemadam api yang tersedia.
3) Jangan menyentuh kabel listrik karena berbahaya.
4) Tinggalkan barang-barang yang bisa menyulitkan proses menyelamatkan diri.
5) Jangan gunakan elevator, tetapi gunakan tangga darurat.
6) Gunakan masker dan ikuti instruksi pihak berwenang dan berkompeten.
7) Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan rasakan lebih dahulu pintunya untuk
meyakinkan apakah di balik pintu tersebut ada api atau tidak.
8) Saat terjadi kebakaran, floor warden akan memberikan petunjuk evakuasi. Ikuti
petunjuk tersebut.
9) Jika memungkinkan, tutuplah semua kaca dan pintu untuk menghambat meluasnya
kebakaran.
10) Apabila berada di lantai dasar, segera Keluar dari gedung mengikuti petunjuk atau
jalur evakuasi. Berjalanlah cepat, namun jangan berlari karena berisiko jatuh.
11) Apabila berada di lantai tinggi, upayakan naik ke atap gedung menggunakan
tangga darurat agar tidak tercekik asap.
12) Menuruni tangga dengan cara berjalan berturut-turut sesuai lebar tangga.
13) Dalam kondisi ramai, hati-hati dalam bergerak sehingga tidak menimbulkan
kepanikan yang dapat mengakibatkan korban.
14) Jika memungkinkan, bantulah orang disabilitas, wanita hamil, anak-anak, atau
mereka yang membutuhkan bantuan.
15) Apabila menggunakan sepatu hak tinggi, lepaskan agar tidak menyulitkan langkah.
16) Bagi wanita yang mengenakan stoking, lepaskan segera karena membahayakan.
17) Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap pada lantai, dinding, atau
tangga, dan bernapaslah secara pendek.
18) Jangan memutuskan berbalik arah karena bisa bertabrakan dengan penghuni
gedung lain serta menghambat evakuasi.
19) Kepanikan bisa membuat seseorang tidak menyadari jika anggota tubuhnya terluka.
Saling melihat kondisi satu sama lain adalah pilihan yang baik untuk saling
menyelamatkan.
20) Hindari bersentuhan dengan kabel atau sumber listrik.
21) Jika terjebak dalam kebakaran dan tidak bisa bergerak, jangan berteriak tetapi
ketuklah benda di sekitar.
22) Tetaplah berada menuju titik kumpul (assembly area).
23) Ketika proses evakuasi berlangsung malam hari, gunakan senter untuk mencegah
tersandung dan jatuh.
24) Kesalahan informasi bisa membahayakan. Jadi, pastikan dengarkan informasi dari
sumber terpercaya (pihak berwenang) saat berada di titik kumpul.
25) Pengelola gedung memastikan apakah ada di antara penghuni gedung yang
mungkin terperangkap di dalam dan perlu pertolongan segera. Kepastian tersebut
dapat diperoleh setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh penghuni yang
selamat dan berada di tempat berhimpun tersebut.

2. Contoh kasus di mana evakuasi berhasil dilaksanakan

Keberhasilan Penerapan Sistem Evakuasi Tsunami di Kawasan Perkotaan Kabupaten


Cilacap

Dalam penerapan Evakuasi Tsunami di Cilacap yang diguakan berdasarkan aspek


jalur evakuasi, lokasi evakuasi, fasilitas evakuasi pendukung, dan kesiapsiagaan dari
masyarakat. Dalam ke empat aspek tersebut, keberhasilan penerapan sistem evakuasi
tsunami ada pada aspek kesiapsiagaan masyarakat. Factor evakuasi dari aspek kesiapsiagaan
masyarakat terdiri dari empat factor yaitu kualitas kelembagaan, kejelasan pembagian
tanggung jawab, keberadaan system peringatan dini, penerapan strategi untuk membangun
seluruh komunitas, dan informasi tentang bahaya tsunami kepada masyarakat (Rachman et
al., 2015).

Masyarakat di Cilacap memiliki pengetahuan cukup tinggi mengenai bahaya


tsunami dan apa yang harus dilaksanakan ketika bencana Tsunami melanda. Akan
tetapi, ketika dihadapkan kepada kondisi geografis dan minimnya ketersediaan
infrastruktur fisik seperti sea wall dan coastal defense, mereka menyatakan bahwa
mungkin tidak ada harapan bagi mereka untuk selamat jika ternyata tsunami datang
dari arah yang tidak terhalangi oleh Pulau Nusakambangan (Rachman et al., 2015).

D. Perlindungan Khusus Terhadap Kelompok Rentan

Identifikasi Kelompok Rentan


Dalam situasi konflik dan krisis, kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, dan
penyandang disabilitas seringkali menjadi sasaran kekerasan dan diskriminasi. Hal ini
disebabkan karena kelompok-kelompok ini memiliki tingkat kerentanan yang tinggi, antara lain:
• Anak-anak: Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan dalam situasi konflik dan krisis.
Mereka rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan fisik, kekerasan
seksual, dan eksploitasi.
• Lanjut usia: Lanjut usia juga merupakan kelompok yang rentan dalam situasi konflik dan
krisis. Mereka rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan fisik, kekerasan
seksual, dan pengabaian.
• Penyandang disabilitas: Penyandang disabilitas juga merupakan kelompok yang rentan dalam
situasi konflik dan krisis. Mereka rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, termasuk
kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan diskriminasi.

Dukungan Negara dan Masyarakat


Negara dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan
khusus bagi kelompok rentan dalam situasi konflik dan krisis. Upaya-upaya perlindungan
khusus yang dapat dilakukan oleh negara dan masyarakat antara lain:
1. Upaya Negara
Negara perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perlindungan kelompok
rentan. Negara juga perlu mengembangkan kebijakan dan program yang khusus ditujukan
untuk melindungi kelompok rentan.
Beberapa contoh kebijakan dan program yang dapat dilakukan oleh negara untuk
melindungi kelompok rentan dalam situasi konflik dan krisis antara lain:
• Perlindungan anak: Negara perlu memastikan bahwa anak-anak yang terdampak konflik
dan krisis mendapatkan perlindungan dari kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Negara
juga perlu memastikan bahwa anak-anak mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan
layanan dasar lainnya.
• Perlindungan lanjut usia: Negara perlu memastikan bahwa lanjut usia yang terdampak
konflik dan krisis mendapatkan perlindungan dari kekerasan, pengabaian, dan
diskriminasi. Negara juga perlu memastikan bahwa lanjut usia mendapatkan akses layanan
kesehatan, sosial, dan ekonomi.
• Perlindungan penyandang disabilitas: Negara perlu memastikan bahwa penyandang
disabilitas yang terdampak konflik dan krisis mendapatkan perlindungan dari kekerasan,
diskriminasi, dan aksesibilitas. Negara juga perlu memastikan bahwa penyandang
disabilitas mendapatkan akses layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Upaya Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam memberikan perlindungan bagi kelompok
rentan dalam situasi konflik dan krisis. Masyarakat dapat memberikan dukungan kepada
kelompok rentan melalui berbagai cara, antara lain:
• Menyediakan bantuan kemanusiaan: Masyarakat dapat memberikan bantuan kemanusiaan
kepada kelompok rentan, seperti bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan.
• Mendukung upaya-upaya advokasi: Masyarakat dapat mendukung upaya-upaya advokasi
untuk melindungi hak-hak kelompok rentan.
• Meningkatkan kesadaran masyarakat: Masyarakat dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya melindungi kelompok rentan.
Upaya-upaya perlindungan khusus bagi kelompok rentan dalam situasi konflik dan krisis
perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan
oleh negara dan masyarakat secara bersama-sama untuk memastikan bahwa kelompok rentan
terlindungi dari ancaman dan bahaya.
Dalam situasi konflik dan krisis, kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, dan
penyandang disabilitas seringkali menjadi sasaran kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu,
mereka membutuhkan perlindungan khusus dari negara dan masyarakat.
Anak-anak adalah kelompok rentan yang paling membutuhkan perlindungan dalam
situasi konflik dan krisis. Mereka rentan terhadap kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi.
Negara dan masyarakat perlu melakukan upaya khusus untuk melindungi anak-anak dalam
situasi konflik dan krisis, antara lain:
• Mengembangkan sistem perlindungan anak
• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi anak
• Menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan bagi anak
Lanjut usia juga merupakan kelompok rentan yang membutuhkan perlindungan dalam situasi
konflik dan krisis. Mereka rentan terhadap kekerasan, pengabaian, dan kemiskinan. Negara dan
masyarakat perlu melakukan upaya khusus untuk melindungi lanjut usia dalam situasi konflik
dan krisis, antara lain:
• Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi lanjut usia
• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati lanjut usia
• Menyediakan layanan kesehatan dan perawatan bagi lanjut usia

Penyandang disabilitas juga merupakan kelompok rentan yang membutuhkan perlindungan


dalam situasi konflik dan krisis. Mereka rentan terhadap kekerasan, diskriminasi, dan akses
terbatas terhadap layanan. Negara dan masyarakat perlu melakukan upaya khusus untuk
melindungi penyandang disabilitas dalam situasi konflik dan krisis, antara lain:
• Mengembangkan sistem aksesibilitas bagi penyandang disabilitas
• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati penyandang
disabilitas
• Menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan bagi penyandang disabilitas
Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 memiliki dampak yang positif dalam
perlindungan khusus terhadap kelompok rentan. Undang-undang ini menegaskan bahwa akses
terhadap pelayanan kesehatan harus mencakup masyarakat rentan dan bersifat inklusif
nondiskriminatif. Hal ini berarti bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk melindungi
kelompok rentan, termasuk anak-anak, lanjut usia, dan penyandang disabilitas, dari segala
bentuk diskriminasi dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Secara khusus, undang-undang ini memberikan dampak positif dalam hal berikut:
• Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi kelompok rentan:
Undang-undang ini menyebutkan secara eksplisit kelompok-kelompok rentan yang perlu
mendapatkan perlindungan khusus. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya melindungi kelompok-kelompok tersebut.
• Peningkatan ketersediaan layanan kesehatan yang terjangkau bagi kelompok rentan
Undang-undang ini memberikan mandat kepada pemerintah untuk mengembangkan
kebijakan dan program yang khusus ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan layanan
kesehatan yang terjangkau bagi kelompok rentan. Hal ini dapat membantu kelompok rentan
untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.
• Peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi kelompok rentan
Undang-undang ini juga mengatur tentang standar kualitas layanan kesehatan yang harus
dipenuhi. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa kelompok rentan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Berikut adalah beberapa contoh konkret dari dampak undang-undang ini dalam perlindungan
khusus terhadap kelompok rentan:
• Pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Semesta (JKS) yang
memberikan akses layanan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk
kelompok rentan.
• Pemerintah juga telah mengembangkan program-program khusus untuk meningkatkan
akses layanan kesehatan bagi kelompok rentan, seperti program Posyandu untuk anak-
anak, program Posbindu untuk lansia, dan program Posyandu Lansia untuk penyandang
disabilitas.
• Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan kebijakan dan program untuk meningkatkan
kualitas layanan kesehatan bagi kelompok rentan, seperti kebijakan dan program untuk
meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan yang menangani kelompok rentan.
Secara keseluruhan, Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 merupakan langkah
maju dalam perlindungan khusus terhadap kelompok rentan. Undang-undang ini memberikan
dasar hukum yang kuat bagi negara untuk melindungi kelompok rentan dari segala bentuk
diskriminasi dalam mengakses pelayanan kesehatan. Namun, perlu dilakukan upaya-upaya
lebih lanjut untuk memastikan bahwa undang-undang ini dapat diimplementasikan secara
efektif.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini menggaris bawahi pentingnya pemenuhan tanggung jawab
negara dalam melindungi seluruh masyarakatna dalam kondisi konflok dan krisis. Masyarakat juga
dapat ikut berkilaborasi membantu pemerintah dalam menghadai konflik dan krisis yang terjadi.

Tanggung jawab negara untuk melindungi warga negara dari konflik dan krisis telah ditegaskan
dalam berbagai instrumen hukum internasional, termasuk: Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
Konvensi Jenewa 1949, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM). Perlindungan yang dapat
dilakukan oleh negara untuk melindungi warganya dari konflik dan krisis diantaranya dengan membangun
kekuatan pertahanan negara yang kuat; melakukan diplomasi dan negosiasi untuk menyelesaikan konflik
secara damai; mengembangkan sistem peringatan dini untuk menghadapi konflik dan krisis; menyediakan
tempat perlindungan bagi parga yang mengungsi; dan menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga yang
terdampak konflik dan krisis.

Perlindungan terhadap warga Negara selain dari pemerintah seperti Kementerian


Pertahanan, Kementerian dalam Negeri, Lembaga Kemanusiaan, dan Hak Asasi Manusia
mempunyai cara-cara yang berbeda dalam melindungi warga Negara. Dalam hal menghadapi
berbagai ancaman seperti ancaman aktual (ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman
hibrida) dan ancaman potensial (ancaman yang belum terjadi, tetapi sewaktu-waktu dapat terjadi
dalam situasi tertentu menjadi ancaman aktual) maka ini merupakan tugas dari Kementerian
Pertahanan dalam hal ini yaitu TNI, Sedangkan untuk melindungi warga Negara dalam hal
pembuatan, perumusan, pelaksanaaan kebijakan dilakukan oleh Kementerian dalam Negeri,
Lembaga kemanusiaan disini berperan langsung dengan terjun langsung di Masyarakat contohnya
seperti PMI, sedangkan aturan HAM sendiri sudah merupakan perlindungan terhadap setiap warga
Negaranya.

Dalam melakukan evakuasi, prinsip yang harus dilakukan diantaranya harus partisipatif,
efektif, menjauhi dari ancaman, memprioritaskan kelompok yang rentan dan penyandang
disabilitas, mandiri serta dapat menyelematkan diri dan aset penghidupan. Tempat evakuasi dapat
dilakukan di bangunan atau lahan terbuka yang memiliki perlengkapan untuk menampung
masyarakat yang terkena dampak bencana selama masa tanggap darurat.

Upaya negara yang dapat dilakukan dalam memberikan perlindungan khusus terhadap kelompok
adalah negara perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perlindungan kelompok rentan.
Negara juga perlu mengembangkan kebijakan dan program yang khusus. Sementara upaya yang
dapat dilakukan oleh masyarakat diantaranya adalah menyediakan bantuan kemanusiaan,
mendukung upaya-upaya advokasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, A., Rachmawati, R., Tyas, E., & Mei, E. T. W. (2014). Penentuan Jalur Evakuasi dan
Titik Kumpul Partisipatif dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Gunung Merapi.

Badan Nasianal Penanggulangan Bencana, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, &
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat. (2018). Penyusunan Rencana Evakuasi.

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Kebakaran Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Tengah.

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2022,


(2022).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999, (1999).

Kemendagri. (2023). Profil Kemendagri. Kemendagri.Go.Id.


https://www.kemendagri.go.id/profile/tugasfungsi

Rachman, A. P., Suryo, M. S., Litbang Permukiman, P., & Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl Panyawungan Cileunyi Wetan-Kabupaten Bandung, B. (2015). PENERAPAN SISTEM
EVAKUASI TSUNAMI DI KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN CILACAP,
KASUS : KECAMATAN CILACAP SELATAN Tsunami Evacuation System Application In
Cilacap Regency Urban Area, Case : Southern Cilacap District. Jurnal Pemukiman, 10(1), 37–
48.
TM 12
PERLINDUNGAN TERHADAP
WARGA NEGARA

2 Disusun Oleh
Aldera
Fadilah Aulia Rahma
Himmatun Mardhiah
Pembahasan Materi
Perlindungan Warga Negara
1 dalam Konflik

Lembaga dan Mekanisme


2 Perlindungan

Evakuasi dan Pengungsian


3

Perlindungan Khusus Terhadap


4
Kelompok Rentan
PERLINDUNGAN
WARGA NEGARA
DALAM KONFLIK
Topik 1
Konflik dan krisis dapat mengancam kehidupan dan keselamatan
warga negara. Oleh karena itu, negara memiliki tanggung jawab untuk
melindungi warganya dari ancaman dan bahaya selama situasi konflik
dan krisis.

Tanggung jawab negara untuk melindungi warga negara dari konflik


dan krisis telah ditegaskan dalam berbagai instrumen hukum
internasional, termasuk: Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
Konvensi Jenewa 1949, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM).
Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk yang besar dan beragam. Oleh
karena itu, negara memiliki tanggung jawab yang besar untuk melindungi
warganya dari berbagai ancaman dan bahaya, termasuk konflik dan krisis.

Tanggung jawab negara untuk melindungi warga negaranya telah diatur dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945),
khususnya pada Pasal 27 ayat (3). Pasal ini menegaskan bahwa negara memiliki
tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan warga negaranya, termasuk
dengan melindungi mereka dari ancaman dan bahaya. Selain itu, UUD NRI 1945
juga mengatur tentang Hak Asasi Manusia (HAM). HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia sejak lahir, tidak dapat dicabut, dan tidak dapat
dibagi-bagi.
Perlindungan yang dapat dilakukan oleh
negara untuk melindungi warganya dari
konflik dan krisis

Membangun Kekuatan Pertahanan Negara yang Kuat

Kekuatan pertahanan negara ini dapat berupa pasukan militer, sistem


pertahanan udara, dan sistem pertahanan sipil. Di Indonesia, kekuatan
pertahanan negara dipegang oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). TNI
memiliki berbagai macam pasukan, termasuk pasukan darat, laut, udara,
dan pasukan khusus.

Melakukan Diplomasi & Negosiasi untuk Menyelesaikan Konflik Secara Damai

Di Indonesia, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memiliki peran penting dalam


melakukan diplomasi dan negosiasi untuk menyelesaikan konflik. Kemenlu
juga bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional, seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI),
untuk menyelesaikan konflik di berbagai wilayah.
Perlindungan yang dapat dilakukan oleh
negara untuk melindungi warganya dari
konflik dan krisis
Mengembangkan Sistem Peringatan Dini untuk Menghadapi Konflik dan Krisis

Di Indonesia, Badan Intelijen Negara (BIN) memiliki peran penting dalam


mengembangkan sistem peringatan dini untuk menghadapi konflik dan
krisis.

Menyediakan Tempat Perlindungan bagi Warga yang Mengungsi

Di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki peran


penting dalam menyediakan tempat perlindungan bagi warga yang
mengungsi.

Menyediakan Bantuan Kemanusiaan bagi Warga yang Terdampak Konflik dan Krisis

Di Indonesia, BNPB juga memiliki peran penting dalam menyediakan bantuan


kemanusiaan bagi warga yang terdampak konflik dan krisis.
LEMBAGA DAN
MEKANISME
PERLINDUNGAN
Topik 2
Peran Lembaga Pemerintah dalam
Memberikan Perlindungan

Kementerian Pertahanan

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, disingkat Kemhan RI, (dahulu Departemen


Pertahanan Republik Indonesia, disingkat Dephan RI) adalah kementerian dalam Pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan pertahanan. Peran kementerian Pertahanan cukup luas
seperti melindungi kedaulatan negara di wilayah darat, laut, dan udara, termasuk di daerah
perbatasan, keutuhan wilayah, keselamatan segenap bangsa di seluruh wilayah NKRI dari
segala bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri, Meningkatkan hubungan
Diplomasi Pertahanan, Terintegrasinya Pertahanan Militer dan Nirmiliter, Terwujudnya tata
kelola, kesadaran Bela Negara ,komponen pendukung dan cadangan pertahanan, Ruang, Alat,
dan Kondisi (RAK) juang yang tangguh untuk mendukung pertahanan negara
Peran Lembaga Pemerintah dalam
Memberikan Perlindungan

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)

Kementerian Dalam Negeri Mempunyai Tugas Menyelenggarakan Urusan


Pemerintahan Dalam Negeri Untuk Membantu Presiden Dalam
Menyelenggarakan Pemerintahan Negara. Dalam hal melindungi Negara
sendiri, Kementerian Dalam Negeri ini berperan sebagai Administrasi,
Perumusan, Penetapan, dan Pelaksanaan Kebijakan yang akan mendukung
dalam memberikan Perlindungan kepada warga Negara
Peran Lembaga Pemerintah dalam
Memberikan Perlindungan

Lembaga Kemanusiaan

Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
menfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di
mana setiap orang dapat bekerja sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan.

Contoh dari lembaga kemanusiaan yang ada di Indonesia yaitu PMI. PMI merupakan
organisasi kemanusiaan pertama dan terbesar di Indonesia saat ini. PMI bertugas
memberikan bantuan dan layanan pada masyarakat korban konflik, bencana, krisis
kesehatan, mendiseminasikan nilai-nilai kemanusiaan dan hukum humaniter internasional.
Selain itu, PMI juga memiliki unit donor darah di setiap kota untuk memenuhi kebutuhan
darah di masyarakat.
Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan
langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau
dirampas oleh siapapun.

HAM sendiri telah diatur pada ; Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 30, Pasal 31, Pasal
32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Peran HAM untuk mellindungi hak untuk hidup dan hak untuk tidak kehilangan paksa dan/atau tidak dihilangkan
nyawa, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita,
hak anak, dan hak atas kebebasan beragama.
EVAKUASI DAN
PENGUNGSIAN

Topik 3
Evakuasi merupakan suatu tindakan dalam memindahkan korban dari satu lokasi ke
lokasi yang lebih aman secara langsung dan cepat sehingga dapat terhindar dari
ancaman yang berbahaya atau berpotensi mengancam keselamatan lebih besar untuk
mendapat penanganan lebih lanjut.

Dalam melakukan evakuasi, prinsip yang harus dilakukan diantaranya harus partisipatif,
efektif, menjauhi dari ancaman, memprioritaskan kelompok yang rentan dan
penyandang disabilitas, mandiri serta dapat menyelematkan diri dan aset penghidupan.
Proses evakuasi dan pengungsian dapat Prosedur umum dalam Evakuasi:
1. Seluruh orang yang berada dalam lokasi bencana diharapkan
dilakukan untuk melindungi warga negara
segera meninggalkan gedung sesuai dengan petunjuk team
dalam situasi konflik dan bencana evakuasi tanggap darurat atau bisa mengikuti arah jalur
evakuasi/arah tanda keluar
2. Dilarang untuk kembali ke lokasi yang tidak aman untuk alasan
Indonesia memiliki potensi besar mengalami apapun, maupun alasan yang sangat mendesak seperti ada
bencana dikarenakan kondisi geografis, geologis, barang berharga yang tertinggal.
dan demografisnya. Agar dapat mengurangi resiko 3. .Seluruh orang dapat turun atau berlari mengikuti arah tanda

bencana maka diperlukan latihan evakuasi secara keluar dengan tidak panik, dan saling membantu untuk
memastikan evakuasi selamat.
rutin dan mandiri sebagai upaya peningkatan
4. Wanita tidak diperkenankan menggunakan sepatu dengan hak
kapasitas dalam menghadapi situasi darurat
tinggi dan stoking pada saat evakuasi.
bencana 5. Orang yang cacat atau wanita sedang hamil harus diberikan
bantuan dan diprioritaskan
6. Seluruh orang dapat berkumpul di daerah aman (muster point)
yang telah ditentukan,
7. Seluruh orang harus tetap berkumpul sambil menunggu instruksi
selanjutnya, pengawas team tanggap darurat dibantu atasan
masing-masing mendata jumlah karyawan, termasuk yang hilang
dan terluka lalu melaporkan kepada koordinator
Evakuasi dapat dilakukan berbeda-beda pada bencana yang terjadi di suatu wilayah.
Bencana terbagi menjadi 2 jenis yaitu bencana alam dan bencana non alami. Bencana alam
terdiri dari gempa bumi, tsunami, letusan gunung merapi, dan lainnya. Sementara bencana
non alami data terdiri dari banjir, kebakaran, bom, dan lainnya. Proses evakuasi yang dapat
dilakukan pada masing-masing bencana adalah sebagai berikut:

Berikut ini merupakan contoh evakuasi


bencana alam : Tsunami dan Bencana non
alami : Kebakaran dalam Gedung
Proses Evakuasi Tsunami Proses Evakuasi Kebakaran dalam Gedung

Segera tinggalkan zona merah, Jika berada di zona kuning, Saat mendengar alarm kebakaran/ tanda peringatan dini
bergegas menuju tempat berlindung yang lebih tinggi untuk evakuasi, seluruh peserta latih melakukan evakuasi
Jauhilah muara sungai dan bantaran sungai (keluar gedung), menuju tempat berhimpun sementara
Sebelum evakuasi pastikan kompor dan listrik dimatikan, (assembly area)
dan rumah dalam keadaan terkunci Jika sumber api berada di sekitar kita, usahakan
Menyelamatkan diri dengan segera mulai mengevakuasi memadamkan api sebisa mungkin menggunakan alat
diri sendiri, sesuai prosedur di tempat berada (tempat pemadam api yang tersedia.
wisata, pasar, sekolah, dan lainnya) Jangan menyentuh kabel listrik karena berbahaya.
Melakukan evakuasi dengan berjalan kaki dan mengikuti Tinggalkan barang-barang yang bisa menyulitkan proses
arah rambu evakuasi ke tempat-tempat tinggi di Titik menyelamatkan diri.
Kumpul atau Titik Aman terdekat Jangan gunakan elevator, tetapi gunakan tangga darurat.
Tidak mencoba mencari anak/istri/suami/saudara/teman Gunakan masker dan ikuti instruksi pihak berwenang dan
anda berkompeten.
Membawa barang-barang paling berharga saja seperti Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan rasakan lebih
contohnya: surat berharga, perhiasan, uang tunai, dan dahulu pintunya untuk meyakinkan apakah di balik pintu
lainnya tersebut ada api atau tidak.
Tidak menggunakan kendaraan baik roda dua maupun Saat terjadi kebakaran, floor warden akan memberikan
roda empat petunjuk evakuasi. Ikuti petunjuk tersebut.
Mewaspadai kemungkinan jembatan/jalan putus; Jika memungkinkan, tutuplah semua kaca dan pintu untuk
menghambat meluasnya kebakaran.
Lanjutan Proses Evakuasi Kebakaran dalam Gedung

Apabila berada di lantai dasar, segera Keluar dari gedung Jangan memutuskan berbalik arah karena bisa
mengikuti petunjuk atau jalur evakuasi. Berjalanlah cepat, bertabrakan dengan penghuni gedung lain serta
namun jangan berlari karena berisiko jatuh. menghambat evakuasi.
Apabila berada di lantai tinggi, upayakan naik ke atap Kepanikan bisa membuat seseorang tidak menyadari jika
gedung menggunakan tangga darurat agar tidak tercekik anggota tubuhnya terluka. Saling melihat kondisi satu
asap. sama lain adalah pilihan yang baik untuk saling
Menuruni tangga dengan cara berjalan berturut-turut menyelamatkan.
sesuai lebar tangga. Hindari bersentuhan dengan kabel atau sumber listrik.
Dalam kondisi ramai, hati-hati dalam bergerak sehingga Jika terjebak dalam kebakaran dan tidak bisa bergerak,
tidak menimbulkan kepanikan yang dapat mengakibatkan jangan berteriak tetapi ketuklah benda di sekitar.
korban. Tetaplah berada menuju titik kumpul (assembly area).
Jika memungkinkan, bantulah orang disabilitas, wanita Ketika proses evakuasi berlangsung malam hari, gunakan
hamil, anak-anak, atau mereka yang membutuhkan senter untuk mencegah tersandung dan jatuh.
bantuan. Kesalahan informasi bisa membahayakan. Jadi, pastikan
Apabila menggunakan sepatu hak tinggi, lepaskan agar dengarkan informasi dari sumber terpercaya (pihak
tidak menyulitkan langkah. berwenang) saat berada di titik kumpul.
Bagi wanita yang mengenakan stoking, lepaskan segera Pengelola gedung memastikan apakah ada di antara
karena membahayakan. penghuni gedung yang mungkin terperangkap di dalam
Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan dan perlu pertolongan segera. Kepastian tersebut dapat
merayap pada lantai, dinding, atau tangga, dan diperoleh setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh
bernapaslah secara pendek. penghuni yang selamat dan berada di tempat berhimpun
tersebut.
Contoh kasus di mana evakuasi berhasil dilaksanakan

Keberhasilan Penerapan Sistem Evakuasi Tsunami di Kawasan


Perkotaan Kabupaten Cilacap
Dalam penerapan Evakuasi Tsunami di Cilacap yang digunakan berdasarkan aspek jalur
evakuasi, lokasi evakuasi, fasilitas evakuasi pendukung, dan kesiapsiagaan dari masyarakat.
Dalam ke empat aspek tersebut, keberhasilan penerapan sistem evakuasi tsunami ada pada
aspek kesiapsiagaan masyarakat. Factor evakuasi dari aspek kesiapsiagaan masyarakat
terdiri dari empat factor yaitu kualitas kelembagaan, kejelasan pembagian tanggung jawab,
keberadaan system peringatan dini, penerapan strategi untuk membangun seluruh komunitas,
dan informasi tentang bahaya tsunami kepada masyarakat.

Masyarakat di Cilacap memilikipengetahuan cukup tinggi mengenai bahayatsunami dan


apayang harus dilaksanakan ketikabencana Tsunami melanda. Akantetapi, ketika
dihadapkankepada kondisi geografis dan minimnya ketersediaan infrastruktur fisik seperti sea
wall dan coastal defense, mereka menyatakan bahwamungkin tidak adaharapan bagi mereka
untukselamat jika ternyata tsunami datangdari arah yangtidak terhalangi oleh Pulau
Nusakambangan.
PERLINDUNGAN
KHUSUS TERHADAP
KELOMPOK RENTAN
Topik 4
Anak-anak: Anak-anak adalah kelompok
yang paling rentan dalam situasi konflik
Identifikasi dan krisis. Mereka rentan terhadap
berbagai bentuk kekerasan, termasuk

Kelompok kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan


eksploitasi.

Rentan Lanjut usia: Lanjut usia juga merupakan


kelompok yang rentan dalam situasi
konflik dan krisis. Mereka rentan terhadap
berbagai bentuk kekerasan, termasuk
kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan
pengabaian.
Dalam situasi konflik dan krisis, kelompok rentan seperti
Penyandang disabilitas: Penyandang
anak-anak, lanjut usia, dan penyandang disabilitas
seringkali menjadi sasaran kekerasan dan diskriminasi. Hal disabilitas juga merupakan kelompok
ini disebabkan karena kelompok-kelompok ini memiliki yang rentan dalam situasi konflik dan
tingkat kerentanan yang tinggi, antara lain: krisis. Mereka rentan terhadap berbagai
bentuk kekerasan, termasuk kekerasan
fisik, kekerasan seksual, dan diskriminasi.
Dukungan Negara dan
Masyarakat
Upaya Negara

Negara perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perlindungan kelompok rentan. Negara juga perlu
mengembangkan kebijakan dan program yang khusus ditujukan untuk melindungi kelompok rentan.
Beberapa contoh kebijakan dan program yang dapat dilakukan oleh negara untuk melindungi kelompok rentan dalam
situasi konflik dan krisis antara lain:
Perlindungan anak: Negara perlu memastikan bahwa anak-anak yang terdampak konflik dan krisis mendapatkan
perlindungan dari kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Negara juga perlu memastikan bahwa anak-anak
mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya.
·Perlindungan lanjut usia: Negara perlu memastikan bahwa lanjut usia yang terdampak konflik dan krisis
mendapatkan perlindungan dari kekerasan, pengabaian, dan diskriminasi. Negara juga perlu memastikan bahwa
lanjut usia mendapatkan akses layanan kesehatan, sosial, dan ekonomi.
·Perlindungan penyandang disabilitas: Negara perlu memastikan bahwa penyandang disabilitas yang terdampak
konflik dan krisis mendapatkan perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, dan aksesibilitas. Negara juga perlu
memastikan bahwa penyandang disabilitas mendapatkan akses layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
Dukungan Negara dan
Masyarakat
Upaya Masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam memberikan perlindungan bagi


kelompok rentan dalam situasi konflik dan krisis. Masyarakat dapat memberikan
dukungan kepada kelompok rentan melalui berbagai cara, antara lain:

Menyediakan bantuan kemanusiaan: Masyarakat dapat memberikan bantuan


kemanusiaan kepada kelompok rentan, seperti bantuan makanan, pakaian,
dan obat-obatan.
Mendukung upaya-upaya advokasi: Masyarakat dapat mendukung upaya-
upaya advokasi untuk melindungi hak-hak kelompok rentan.
Meningkatkan kesadaran masyarakat: Masyarakat dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi kelompok rentan.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 memiliki dampak yang positif dalam perlindungan khusus
terhadap kelompok rentan. Undang-undang ini menegaskan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan
harus mencakup masyarakat rentan dan bersifat inklusif nondiskriminatif. Hal ini berarti bahwa negara memiliki
tanggung jawab untuk melindungi kelompok rentan, termasuk anak-anak, lanjut usia, dan penyandang
disabilitas, dari segala bentuk diskriminasi dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Berikut adalah beberapa contoh konkret dari dampak undang-undang ini dalam perlindungan khusus
terhadap kelompok rentan:
Pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Semesta (JKS) yang memberikan akses
layanan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk kelompok rentan.
Pemerintah juga telah mengembangkan program-program khusus untuk meningkatkan akses
layanan kesehatan bagi kelompok rentan, seperti program Posyandu untuk anak-anak, program
Posbindu untuk lansia, dan program Posyandu Lansia untuk penyandang disabilitas.
Daftar Pustaka
1. Abraham, A., Rachmawati, R., Tyas, E., & Mei, E. T. W. (2014). Penentuan Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul Partisipatif dalam
Upaya Pengurangan Resiko Bencana Gunung Merapi.
2. Badan Nasianal Penanggulangan Bencana, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, & Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat. (2018). Penyusunan Rencana Evakuasi.
3. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Gempa Bumi dan Kebakaran Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah.
4. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2022, (2022).
5. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999, (1999).
6. Kemendagri. (2023). Profil Kemendagri. Kemendagri.Go.Id. https://www.kemendagri.go.id/profile/tugasfungsi
7. Rachman, A. P., Suryo, M. S., Litbang Permukiman, P., & Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Jl Panyawungan Cileunyi
Wetan-Kabupaten Bandung, B. (2015). PENERAPAN SISTEM EVAKUASI TSUNAMI DI KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN
CILACAP, KASUS : KECAMATAN CILACAP SELATAN Tsunami Evacuation System Application In Cilacap Regency Urban
Area, Case : Southern Cilacap District. Jurnal Pemukiman, 10(1), 37–48.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai