Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

BELA NEGARA

A. Makna Bela Negara


Dalam menyelenggarakan Hankamnas, setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban yang ditetapkan dan dijamin oleh UUD 1945 yang merupakan kehormatan dan
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdiannya kepada bangsa dan negara.
Upaya Hankamneg mencakup pembentukan dan penggunaan sumber daya buatan
dan segenap prasarana fisik dan prasarana psikis bangsa dan negara. Hankamneg yang
mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional diartikan sebagai keikutsertaan seluruh rakyat secara aktif dalam
Sishankamrata bukan dengan mempersenjatai seluruh rakyat secara fisik untuk mengadakan
perlawanan fisik, melainkan merupakan keikutsertaan seluruh rakyat dalam upaya
Hankamneg melalui bidang profesinya maisng-masing. Dengan demikian setiap warga
negara melakukan usaha Hankamneg sebagai bagian dari pelaksanaan bidang profesi atau
pekerjaan masing-masing atau merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Salah satu bentuk keikutsertaan rakyat dalam upaya Hankamneg diselenggarakan
melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) sebagai bagian tidak terpisahkan dari
Sistem Pendidikan Nasional. Dengan Pendahuluan Bela Negara yang dilaksanakan melalui
pendidikan di sekolah maupun pendidikan di luar sekolah akan dihasilkan warga negara yang
cinta tanah air, rela berkorban bagi negara dan bangsa, yakin akan kesaktian Pancasila dan
UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang
bertanggung jawab. PPBN merupakan proses menuju kepada kualitas manusia yang lebih
baik, yakni manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang
dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa.
PPBN wajib diikuti oleh setiap warga negara dan diberikan secara bertahap sesuai
usia, tingkat pendidikan dan perkembangan jiwa. Penyelenggaraan PPBN secara bertahap
dan berlanjut ini merupakan usaha pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan ideologi Pancasila, yang dapat menumbuhkan kecintaan terhadap tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kerelaan berkorban pada negara dan bangsa serta
kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung
jawab.
Penyelenggaraan PPBN tidak saja ditujukan untuk menghasilkan kualitas manusia
Indonesia yang dapat mengembangkan kemampuan dan kesediaan untuk mempertahankan
dan membela bangsa, negara dan tanah air, tetapi juga memberikan bekal sebagai warga
negara Indonesia yang baik, terutama dalam mempertahankan dan mengembangkan

BELA NEGARA 48
kehidupan bangsa dan negara serta membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut
memiliki, rasa ikut bertanggung jawab serta turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional
guna mewujudkan suatu masyarakat yang tata tentrem kertaraharja.
Warga masyarakat yang telah menghayati hak dan kewajiban dalam upaya
Hankamneg, secara naluriah akan merasakan bahwa gangguan yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat dan dapat mengganggu kelancaran kegiatan masyarakat, pada prinsipnya akan
mengganggu pribadinya dan secara spontan akan berusaha untuk meniadakannya baik
secara perorangan maupun berpartisipasi ke dalam fungsi keikutsertaan rakyat dalam
Pertahanan Keamanan Negara. Kepribadian dengan tanggung jawab demikian merupakan
faktor penting dalam memelihara, mempertahankan, ataupun mengembangkan kehidupan
masyarakat dan akan menganggap partisipasinya ke dalam fungsi Hankamneg sebagai
kewajiban dan kepentingan pribadinya.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (UU No.3
tahun 2002).
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
tanggungjawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela negara
merupalan hak dan kewajiban setiap warga negara. Hal ini menunjukkan adanya asas
demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap warga
negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-
lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, bahwa setiap warga negara harus turut serta dalan setiap usaha pembelaan negara,
sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.
Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui: (a)
Pendidikan Kewarganegaraan; (b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; (c) Pengabdian
sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela dan secara wajib; (d)
Pengabdian sesuai dengan profesi (UU No. 3 tahun 2002).
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak
dan kewajibannya. Kesadaran bela negara perlu ditumbuhkan secara terus menerus antara
lain melalui proses pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah dengan memberikan
motivasi untuk mencintai tanah air dan bangga sebagai bangsa Indonesia. Motivasi untuk
membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga negara memahami kelebihan
atau keunggulan dan kelemahan atau kekurangan bangsa dan negaranya. Motivasi setiap
warga negara untuk ikut serta membela negara Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai

BELA NEGARA 49
faktor antara lain pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia, letak geografis
Indonesia yang strategis, kekayaan sumber daya alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Disamping itu setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan
adanya ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia, baik yang datang dari
dalam negeri maupun dari luar negeri yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau saling
pengaruh mempengaruhi.
Dewasa ini ancaman dapat diartikan sebagai kekhawatiran akan jaminan hidup sehari-
hari, artinya ancaman telah bergeser bentuknya dari ancaman senjata menjadi ancaman:
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kelaparan, penyakit yang belum ditemukan
obatnya, kelangkaan lapangan kerja, tindakan kesewenangan penguasa, kriminalitas, SARA,
disintegrasi nasional, terorisme, perdagangan narkotika/obat terlarang, masa depan generasi
muda.

B. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara


Keikutsertaan warga negara dalam upaya menghadapi ancaman tentu saja dengan
upaya bela negara. Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik.
Bela negara secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi musuh (secara
militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit dari bela negara secara non fisik.
1. Bela Negara secara Fisik
Menurut Undang-undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota
Tentara Nasional Indonesia dan pelatihan Dasar kemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar
kemiliteran diselenggaran melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat
Terlatih adalah amanat dari Undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok
Pertahanan dan Keamanan Negara.
Rakyat Terlatih terdiri atas berbagai unsur seperti Resimen Mahasiswa (Menwa),
Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan dasar Militer dan lainnya.
Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat,
Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya
dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di
mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani
Keamanan dan ketertiban Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam
keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi
pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang.
Apabila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, dapat pula
dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang

BELA NEGARA 50
memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah
mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia
selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti
latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat
dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial.
Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur, dan berkesinambungan. Penempatan tugas
dapat disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan
sipil, misalnya dokter ditempatkan di Rumah sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum,
akuntan di bagian Keuangan, penerbang di Skuardon Angkutan, dan sebaginya. Gagasan ini
bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tetapi memperkenalkan
“dwifungsi sipil”. Maksudnya upaya sosialisasi “konsep bela negara” di mana tugas
pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tetapi adalah hak
dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.

2. Bela Negara secara Non Fisik


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa bela negara tidak selalu harus
berarti “memanggul senjata menghadapi musuh” atau bela negara yang militeristik. Menurut
Undang-undang No. 3 tahun 2002 keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara non
fisik dapat diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengabdian sesuai
dengan Profesinya masing-masing. Berdasarkan hal itu, keterlibatan warga negara dalam
bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan
dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi
dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak,
b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat,
c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika),
d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menunjung
tinggi hak asasi manusia, dan
e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-
pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertakwa kepada Allah SWT, melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaan masing-masing.
Sampai saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian
sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.3 Tahun 2002.

BELA NEGARA 51
Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan
semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.

C. Bentuk-Bentuk Ancaman terhadap Bangsa dan Negara


Ancaman dapat dikonsepsikansebagai setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam
maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Konsep ancaman mencakup hal yang sangat luas
ruang lingkupnya dan senantiasa berkembang, berubah dari waktu ke waktu. Ancaman inilah
yang perlu kita antisipasi dan atasi melalui keikutsertaan warga negara dalam upaya bela
negara.
Menurut Undang-undang No.3 Tahun 1982, ancaman mencakup ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan, sedangkan menurut Undang-undang No.3 Tahun 2002 digunakan
satu istilah yaitu ancaman.
Dewasa ini ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional
(fisik) berkembang menjadi multidimensional (fisik dan non fisik), baik yang berasal dari luar
negeri maupun dalam negeri. Ancaman yang bersifat multidimensional tersebut dapat
bersumber, baik dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun
permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional, antara lain terorisme,
imigran gelap, bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut, perusakan lingkungan,
dan sebagainya.
Ancaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu ancaman militer dan ancaman non
militer. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang diniliai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Bentuk-bentuk dari ancaman militer mencakup:
1. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau dalam bentuk-bentuk
dan cara-cara, antara lain:
a. invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. blokade terhadap pelabuhan atau panatai atau wilayah udara Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain
d. serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat atau
satuan udara Tentara Nasional Indonesia

BELA NEGARA 52
e. unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan perjanjian yang tindakan atau keberadaannya
bertentangan dengan kekuatan dalam perjanjian
f. tindakan suatu negara yang mengijinkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain
sebagai daerah persiapan untuk melakaukan agresi terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia
g. pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk
melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau
melakukan tindakan seperti tersebut di atas
2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik yang menggunakan kapal
maupun pesawat non konvensional
3. Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia
militer
4. Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional yang
membahayakan keselamatan bangsa
5. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme dalam negeri atau terorisme
luar negeri yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa
6. Pemberontakan bersenjata
7. Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok
masyarakat bersenjata lainnya.
Mencermati kecenderungan perkembangan lingkungan strategis, ancaman invasi atau
agresi militer negara lain terhadap Indonesia sekarang ini, diperkirakan kecil
kemungkinannya. Upaya diplomasi, peran PBB, dan opini dunia internasional menjadi faktor
yang akan mencegah, atau sekurang-kurangnya membatasi negara lain untuk menggunakan
kekuatan bersenjatanya terhadap Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam
jangka waktu pendek ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif kecil.
Ancaman yang paling mungkin dari luar negeri terhadap Indonesia adalah kejahatan
yang terorganisasi, dilakukan aktor-aktor non negara, untuk memperoleh keuntungan dengan
memanipulasi kondisi dalam negeri dan keterbatasan aparatur pemerintah. Potensi ancaman
lain dari luar lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui
disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang, film-film porno atau
berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama
generasi muda.
Macam ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia di masa depan lebih kompleks lagi.
Perkiraan ancaman dan tantangan masa depan bangsa adalah sebagai berikut.
a. Teorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara dan timbul di dalam negeri

BELA NEGARA 53
b. Gerakan separatisme yang berusaha memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia terutama gerakan separatisme bersenjata yang mengancam kedaulatan dan
keutuhan wilayah Indonesia
c. Aksi radikalisme yang berlatar belakang primordial etnis, ras, dan agama serta ideologi
di luar Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatan-
kekuatan di luar negeri
d. Konflik komunal, kendatipun bersumber pada masalah sosial ekonomi, namun dapat
berkembang menjadi konflik antar suku, agama maupun ras/keturunan dalam skala yang
luas
e. Kejahatan lintas negara, seperti penyelundupan barang, senjata, amunisi dan bahan
peledak, penyelundupan manusia, narkoba, pencucian uang dan bentuk-bentuk
kejahatan terorganisasi lainnya
f. Kegiatan imigrasi gelap yang menjadikan Indonesia sebagai tujuan maupun batu
loncatan ke negara lain
g. Gangguan keamanan laut seperti pembajakan dan perompakan, penangkapan ikan
secara ilegal, pencemaran, perusakan ekosistem
h. Gangguan keamanan udara seperti pembajakan udara, pelanggaran wilayah udara, dan
terorisme melalui sarana transportasi udara
i. Perusakan lingkungan seperti pembakaran hutan, perambahan hutan ilegal,
pembuangan limbah bahan beracun yang berbahaya
j. Bencana alam dan dampaknya terhadap keselamatan bangsa.

D. Implementasi Bela Negara.


Dalam upaya bela negara yang merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara,
implementasinya dapat ditempuh melalui:
1. Lingkungan Pendidikan (Jalur Pendidikan Formal)
Melalui Pendidikan Penduluan Bela Negara (PPBN). PPBN merupakan proses
mempersenjatai rakyat secara psikis/mental dengan ideologi Pancasila, kecintaan pada tanah
air, kerelaan berkorban untuk bangsa, negara serta kesadaran akan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Pada hakikatnya PPBN bertujuan menumbuhkan:
a. Kecintaan kepada tanah air
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
c. keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara
d. Kerelaan berkorban untuk negara
e. Memberikan kemampuan awal bela negara

BELA NEGARA 54
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diselenggarakan guna memasyarakatkan
upaya bela negara serta menegakkan hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela
negara. PPBN sebagaimana dimaksudkan di atas wajib diikuti oleh setiap warga negara dan
dilaksanakan secara bertahap yaitu:
a. Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai dengan menengah dan pendidikan
luar sekolah termasuk kepramukaan.
b. Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewarganegaraan pada tingkat pendidikan
tinggi.
Secara khusus sasaran yang dicapai adalah membentuk peserta didik agar sadar
akan perannya sebagai tunas bangsa dan kader bangsa dimasa mendatang, mengenal dan
mencintai tanah air, rela membela kehormatan martabat bangsa dan negara, memiliki watak
dan sikap kejuangan dan kesatria.

2. Lingkungan Pekerjaan
Sasaran yang dicapai adalah membentuk karyawan yang selalu mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja yang tinggi, memiliki disiplin dan
produktivitas yang tinggi pula sesuai dengan profesinya masing-masing.

3. Lingkungan Pemukiman
Sasaran yang dicapai adalah membentuk masyarakat yang dapat memahami nilai-
nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela berkorban serta mempunyai
kemampuan awal bela negara, memiliki persatuan dan kesatuan bangsa yang diwujudkan
dalam kehidupan secara gotong royong, sehat, bersih, tertib dan aman, pelestarian
lingkungan disetiap pemukiman.
Dari keseluruhan implementasi di atas diharapkan:
a. Memiliki kemampuan awal bela negara:
Secara psikis:
memiliki sifat-sifat: disiplin, ulet, kerja keras, taati peraturan perundang-undangan, tahan
uji untuk mencapai tujuan nasional.
Secara fisik:
kondisi kesehatan, ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bela negara.
b. Memiliki kerelaan berkorban untuk Negara dan Bangsa
Dalam perwujudannya adalah :
1) Rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan harta benda untuk kepentingan
umum.
2) Siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara.

BELA NEGARA 55
Soal-Soal Latihan
1. Pada tahun 1960-an pemerintah pernah menyelenggarakan program Walawa, kemudian
diganti dengan Pendidikan Kewiraan tahun 1973/1974 dan kemudian diganti lagi dengan
Pendidikan Kewarganegaraan pada orde reformasi.
a. Apakah perbedaan antara Walawa dengan pendidikan kewarga-negaraan?
b. Dengan adanya konflik yang berkepanjangan dan bencana alam di beberapa daerah
Indonesia menimbulkan kepedulian mahasiswa untuk tergerakhatinya.
Bagaimanakah kepedulian mahasiswa tersebut dilihat dari sudut bela negara?

2. Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan


pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara
dengan negara serta PPBN, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.
a. Pengetahuan dan kemampuan dasar yang harus diberikan itu diasumsikan seperti
apa?
b. Bagaimanakah bentuk hubungan antara warga negara dengan negara tersebut.
Jelaskan!

3. Negara Indonesia lahir dari keinginan bangsa dalam suatu nasionalisme untuk mencapai
hidup yang lebih baik.
a. Jelaskan pengertian bangsa dan negara!
b. Secara realistis perbedaan pokok bangsa dan negara terletak di mana?

4. Dalam era reformasi isi pokok yang ditonjolkan salah satunya adalah HAM.
a. Bagaimanakah perkembangan HAM di Indonesia dari awal kemerdekaan sampai
saat ini?
b. Bagaimanakah hakikat HAM itu sendiri dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa dan
bernegara?

5. Setiap WNI mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai pengejawantahan HAM.
a. Bagaimanakah pelaksanaan hak dan kewajiban di Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara?
b. Bagaimanakah pelaksanaan konkrit pasal 33 UUD 1945 pada perkembangan
perekonomian Indonesia sekarang ini?

6. Proses pembentukan identitas nasional umumnya memerlukan waktu dan perjuangan


yang lama di antara warga bangsa yang bersangkutan.

BELA NEGARA 56
a. Mengapa hal itu dapat terjadi, jelaskan proses terjadinya pembentukan identitas
nasional!
b. Sebut dan jelaskan identitas nasional bangsa Indonesia!

7. Dengan keluarnya UU No. 12 Tahun 2006 sebagai pengganti UU No. 62 Tahun


1958 tentang Kewarganegaraan, maka yang dimaksud warga negara bukan lagi secara
etnis tetapi secara yuridis.
a. Apa yang dimaksud warga negara menurut UU No. 12 Tahun 2006?
b. Analisislah fenomena tentang banyaknya wanita (WNI) menikah dengan pria
(WNA) setelah keluarnya UU N0. 12 Tahun 2006 berkaitan status anak hasil
perkawinan mereka!

8. Demokrasi selalu ditandai dengan peranan rakyat yang lebih dominan dalam pembuatan
keputusan negara, baik melalui perwakilannya maupun rakyat secara langsung
menyampaikan aspirasinya. Jelaskan secara operasional pengertian demokrasi secara
umum yang berlaku universal!

9. Demokrasi di Indonesia, diawali sejak berdirinya NKRI. Hal itu dapat dilihat dari dasar
negara ideologi yang dimuat dalam UUD 1945 yang disyahkan tanggal 18 Agustus 1945.
a. Jelaskan pengertian demokrasi di Indonesia!
b. Bagaimanakah perkembangan demokrasi di Indonesia berkaitan dengan
pembelajaran demokrasi di Indonesia sekarang ini?

10. Menurut pandangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan merupakan hak


dan kewajiban bagi setiap warga negara.
a. Bagaimanakah manifestasi hak dan kewajiban tersebut dalam kehidupan
kenegaraan?
b. Jelaskan perbedaan antara hak dan kewajiban warga negara dalam melaksanakan
pembelaan terhadap negara!

11. Kecintaan pada kemerdekaan dan kedaulatan bagi bangsa Indonesia jauh melebihi
kecintaannya terhadap perdamaian. Oleh karena itu tekad “sekali merdeka tetap merdeka
senantiasa dikobarkan”.
a. Bagaimanakah upaya pemerintah mendorong setiap warga negara agar secara sadar
bersedia mengisi dan atau mempertahankan kemerdekaan serta kedaulatannya?
b. Mengapa kemerdekaan dan kedaulatan negara oleh bangsa Indonesia dianggap
lebih penting daripada perdamaian?

BELA NEGARA 57
12. Pendidikan Kewarganegaraan secara historis telah ditunjukkan oleh rakyat Indonesia
melalui perjuangannya dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan pada saat
proklamasi hingga sekarang.
a. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan perlu diberikan secara akademis kepada
mahasiswa?
b. Coba saudara bandingkan bagaimana upaya mengisi kemerdekaan antara para
pejuang dan mahasiswa!

Tema-tema Diskusi/Studi Kasus


Dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan perhatian, minat, dan
masalah-masalah aktual.
1. Sumbangan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan kepribadian
mahasiswa.
2. Peran generasi muda/mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Sumbangan pemuda/mahasiswa dalam upaya bela negara, dulu, sekarang dan yang
akan datang.
4. Implementasi bela negara di lingkungan pemukiman (teliti/amati, analisis faktor-faktor
pendukung, hambatan, simpulan)
5. Hak asasi manusia dan integrasi nasional.
6. Hak asasi manusia dan kewajiban asasi manusia di Indonesia.
7. Hak asasi manusia dan demokrasi.
8. Nasionalisme dan demokratisasi.
9. Peran mahasiswa dalam mempertahankan identitas nasional pada era globalisasi.
10. Perkawinan antara wanita (WNI) dengan pria (WNA) terkait dengan UU No. 12 tahun
2006.

BELA NEGARA 58

Anda mungkin juga menyukai