Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

PKn PENDIDIKAN DASAR


BELA NEGARA (HISTORIS, YURIDIS, POLITIS, SOSIOLOGIS
DAN IMPLEMENTATIF)

Disusun Oleh : Kelompok V


Angela Permata Ayunani
Benni Geofani
Yoan Leo Azmi

Dosen Pengampu : Dr. Osa Juarsa, M.Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perguruan Tinggi merupakan sentra lembaga pendidikan yang
mengawal kelangsungan pembangunan bangsa. Lembaga pendidikan tinggi
diharapkan dapat menciptakan tokoh panutan bela negara yang tanggap atas
perubahan zaman. Menurut Ryamizard Ryacudu (2016), Perguruan tinggi
adalah sentra keunggulan sehingga mahasiswa harus jadi model bela negara.
Lebih lanjut dikatakan bahwa tantangan global saat ini berubah menjadi
ancaman bagi negara, baik fisik maupun non fisik. Ancaman secara fisik
berupa perang terbuka namun saat ini belum terjadi. Selain itu, beberapa
ancaman sudah terjadi di Indonesia. Ancaman tersebut di antaranya terorisme
dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam,
pelanggaran perbatasan, penyalahgunaan narkoba dan perang cyber intelijen.
Kondisi global telah menciptakan kompleksitas ancaman yang berimplikasi
pada kondisi negara. Karena itu, diperlukan penguatan nilai- nilai bela negara.
Salah satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan perguruan
tinggi. (disarikan dari Kompas, 23/3/2016)
Bela Negara diartikan sebagai tekad, sikap dan tindakan warga negara
yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan
pada tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara (Winarno, 2013:
228). Dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 disebutkan bahwa;
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara”. Setiap warga negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam
pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa;
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.”
Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara
menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya
bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab,
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik maupun non fisik.
Secara fisik, yaitu dengan cara mengangkat senjata menghadapi serangan atau
agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman
dari luar. Sedangkan, bela negara secara non fisik dapat didefinisikan sebagai
“segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara”
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga
negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan
negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara,
kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan
patriotisme dari setiap warga negara.
Demi mewujudkan kelanggengan Negara Republik Indonesia dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara, maka penanaman bela Negara pada
warga negara menjadi titik sentral yang perlu dibina dan dikembangkan.
Melalui kualitas warga negara yang unggul bangsa Indonesia dapat
melaksanakan pembangunan berkelanjutan maupun mengatasi aneka bentuk
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang bersumber baik
dari dalam maupun luar yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan
identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan bela negara dalam konteks


demokrasi saat ini, apakah upaya bela negara masih relevan dan dibutuhkan?
2. Bagaimana perwujudan pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertia Bela Negara

Membela Negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari pada setiap
warga negara Indonesia. Dikutip dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 bahwa
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”. Setiap warga negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam
pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara”. Berdasarkan kutipan kedua pasal tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Produk turunannya adalah
peraturan Perundang-undangan No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Pasal 9 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara”.

Penjelasan UU No. 3 Tahun 2002 tentang pembelaan negara


menyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dam perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar menusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

B. Konsep Bela Negara

Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara
fisik yaitu dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi
musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari
luar. Sementara, bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai
segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap
warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan,
kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan
wilayah nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh
nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga negara.
Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan
dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar
kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui
program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih)
adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982.
Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen
Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip),
Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah
mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai
empat fungsi, yaitu ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan
Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya
dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau
darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah
daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara
fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana
Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan regular TNI
dan terlibat langsung di medan perang.
Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi.
Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga negara dalam bela negara secara
nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam
segala situasi, misalnya dengan cara:
1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak
memaksakan kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air,
melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat,
2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya
nyata (bukan retorika),
3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia, dan

4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat


menangkal pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaannya
masing-masing.
Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-
undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas
bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.

C. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara

Dasar hukum mengenai bela negara dapat ditemukan dalam


perundang-undangan, sebagai berikut:
a. Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945:

“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”

b. Pasal 30 UUD 1945

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hokum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.
Produk turunan dalam Perundang-undangan yang merupakan tata
laksana dari Pasal 30 UUD 1945 yang telah disusun adalah;
a. Undang-Undang No.2 Tahun 2001 tentang Kepolisisan Negara Republik
Indonesia

b. Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

c. Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

Pengaturan peran warga negara dalam bela negara disebutkan dalam


Pasal 9 UU No.3 Tahun 2002, sebagai berikut:
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan Kewarganegaraan;

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

c. Sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara


wajib;

d. Pengabdian sesuai dengan profesi

(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar


kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan
undang-undang.

Sebagai perbandingan pelaksanaan keikutsertaan warga negara dalam


upaya bela negara menurut Undang-Undang No.20 Tahun 1982, dinyatakan
pada Pasal 18 sebagai berikut. Hak dan kewajiban warga negara yang
diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan
melalui:
a. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak terpisah dalam
sistem pendidikan nasional;
b. Keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib;

c. Keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara wajib;

d. Keanggotaan Cadangan Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara


wajib

e. Keanggotaan Perlindungan masyarakat secara sukarela.

D. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara

Menurut UU No. 20 Tahun 1982, istilah ancaman meliputi ancaman,


tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG). Merujuk UU No.3 Tahun 2002,
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar
negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Konsep ancaman mencakup hal
yang sangat luas dan spektrum yang senantiasa berkembang berubah dari
waktu ke waktu.
Dewasa ini, ancaman terhadap kedaulatan negara yang bersifat
konvensional (fisik) berkembang menjadi multidimensional (fisik dan non
fisik), baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman
yang bersifat multidimensional tersebut dapat bersumber baik dari
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun
permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional, antara
lain terorisme, imigran gelap, bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam,
bajak laut, dan perusakan lingkungan.
E. Analisa

a) Berdasarkan uraian di atas, Pendidikan Kewarganegaraan Bela


Negara dalam konteks demokrasi saat ini masih relevan dan
dibutuhkan.
Konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur bahwa;
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara”. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam
pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa;
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara
menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa.

b) Perwujudan pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara


dapat dijelaskan sebagai berikut.
Mengacu Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, keikutsertaan warga Negara dalam bela negara secara fisik dapat
dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran
diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun
konsep Ratih adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982.
Sementara nonfisik, Undang-Undang No.3 Tahun 2002
menjelaskan keikutsertaan warga Negara dalam bela Negara dapat
diselenggarakan melalui PKn dan pengabdian sesuai dengan profesi.
Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga Negara dalam bela negara
secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa
dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
(1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk
menghayati demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan
tidak memaksakan kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah
air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat,
(2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya
nyata (bukan retorika),
(3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia, dan
(4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaannya masing-masing.
Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang
mengatur mengenai PKn, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-
undang mengenai PKn, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk
keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan umum bagaimana


menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan
negara. Baik dalam artian demokratis, yaitu warga negara yang cerdas,
berkeadaban, dan bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara Indonesia.
Nantinya diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis
berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin,
dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan
sistem nilai Pancasila.
Sehubungan bela negara, konstitusi UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3
mengatur bahwa; “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara”. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib ikut
serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1
bahwa; “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.” Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang
pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

B. Saran

Belum ada perundang-undangan yang mengatur mengenai


Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk
keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Panduan


Kuliah di Perguruan Tinggi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Tim Nasional Dosen Kewarganegaraan. 2013. Pendidikan


Kewarganegaraan, Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa. Bandung:
CV. Alfabeta.

Bela Negara Akan Dimasukkan ke Materi Penerimaan Mahasiswa Baru.


Selasa, 12 April 2016 | 20:46 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/12/20464671/Bela.Negara.Akan.Di
mas ukkan.ke.Materi.Penerimaan.Mahasiswa.Baru

Unhan Siapkan Kurikulum Bela Negara untuk Perguruan Tinggi. Selasa,


29 Maret 2016 | 13:32 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/13320781/
Unhan.Siapkan.Kurikulum.Bela.Negara.untuk.Perguruan.Tinggi?
utm_source=RD&utm_medium=box&ut m_campaign=Kaitrd

Anda mungkin juga menyukai