A. Latar Belakang
Perguruan Tinggi merupakan sentra lembaga pendidikan yang
mengawal kelangsungan pembangunan bangsa. Lembaga pendidikan tinggi
diharapkan dapat menciptakan tokoh panutan bela negara yang tanggap atas
perubahan zaman. Menurut Ryamizard Ryacudu (2016), Perguruan tinggi
adalah sentra keunggulan sehingga mahasiswa harus jadi model bela negara.
Lebih lanjut dikatakan bahwa tantangan global saat ini berubah menjadi
ancaman bagi negara, baik fisik maupun non fisik. Ancaman secara fisik
berupa perang terbuka namun saat ini belum terjadi. Selain itu, beberapa
ancaman sudah terjadi di Indonesia. Ancaman tersebut di antaranya terorisme
dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam,
pelanggaran perbatasan, penyalahgunaan narkoba dan perang cyber intelijen.
Kondisi global telah menciptakan kompleksitas ancaman yang berimplikasi
pada kondisi negara. Karena itu, diperlukan penguatan nilai- nilai bela negara.
Salah satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan perguruan
tinggi. (disarikan dari Kompas, 23/3/2016)
Bela Negara diartikan sebagai tekad, sikap dan tindakan warga negara
yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan
pada tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara (Winarno, 2013:
228). Dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 disebutkan bahwa;
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara”. Setiap warga negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam
pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa;
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.”
Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara
menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya
bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab,
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik maupun non fisik.
Secara fisik, yaitu dengan cara mengangkat senjata menghadapi serangan atau
agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman
dari luar. Sedangkan, bela negara secara non fisik dapat didefinisikan sebagai
“segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara”
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga
negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan
negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara,
kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan
patriotisme dari setiap warga negara.
Demi mewujudkan kelanggengan Negara Republik Indonesia dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara, maka penanaman bela Negara pada
warga negara menjadi titik sentral yang perlu dibina dan dikembangkan.
Melalui kualitas warga negara yang unggul bangsa Indonesia dapat
melaksanakan pembangunan berkelanjutan maupun mengatasi aneka bentuk
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang bersumber baik
dari dalam maupun luar yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan
identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
B. Rumusan Masalah
Membela Negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari pada setiap
warga negara Indonesia. Dikutip dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 bahwa
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”. Setiap warga negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam
pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara”. Berdasarkan kutipan kedua pasal tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Produk turunannya adalah
peraturan Perundang-undangan No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Pasal 9 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara”.
Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara
fisik yaitu dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi
musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari
luar. Sementara, bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai
segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap
warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan,
kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan
wilayah nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh
nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga negara.
Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan
dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar
kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui
program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih)
adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982.
Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen
Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip),
Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah
mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai
empat fungsi, yaitu ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan
Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya
dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau
darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah
daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara
fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana
Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan regular TNI
dan terlibat langsung di medan perang.
Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi.
Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga negara dalam bela negara secara
nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam
segala situasi, misalnya dengan cara:
1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak
memaksakan kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air,
melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat,
2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya
nyata (bukan retorika),
3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia, dan
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hokum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.
Produk turunan dalam Perundang-undangan yang merupakan tata
laksana dari Pasal 30 UUD 1945 yang telah disusun adalah;
a. Undang-Undang No.2 Tahun 2001 tentang Kepolisisan Negara Republik
Indonesia
A. Simpulan
B. Saran