Dan Sebutkan
Landasan Dari Pendidikan Kewarganegaraan!
Seperti yang kita ketahui, setiap suatu bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari
para orang-orang terdahulu yang dinama terdapat banyak nilai-nilai nasionalis, patriolis dan
lain sebagainya yang pada saat itu menempel erat pada setiap jiwa warga negaranya. Seiring
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang makin pesat, nilai-nilai tersebut makin
lama makin hilang dari diri seseorang di dalam suatu bangsa, oleh karena itu perlu adanya
pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut agar terus menyatu dalam setiap
warga negara agar setip warga negara tahu hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan
berbangasa dan bernegara.
Dasar pemikiran: Penguasaan ilmu, teknologi, seni (ipteks) berlandaskan nilai nilai
keagamaan, moral, kemanusiaan dan nilai nilai budaya bangsa berperan sebagai
panduan dan pegangan hidup tiap Warga Negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Objek material: segala hal yang berkaitan dengan Warga Negara yg empirik/non
empirik meliputi wawasan, sikap dan perilaku Warga Negara dalam kesatuan bangsa
dan negara.
Objek formal: hubungan antar Warga Negara dengan Negara termasuk hubungan
antar Warga Negara dan pembelaan Negara.
Rumpun keilmuan : interdisipliner (antar bidang); Ilmu politik, hukum, filsafat,
sosiologi, Ekonomi Pembangunan, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.
Filsafat Pancasila
Identitas Nasional
Negara dan Konstitusi
Demokrasi Indonesia
Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara
Geopolitik Indonesia
Geostrategi Indonesia
2. Coba Sebut Dan Jelaskan Landasan Dalam Pembinaan Kesadaran Bela Negara!
A. Landasan Idiil: Pancasila
Terkait dengan pembelaan terhadap negara, Pancasila khususnya sila ketiga yang
mewajibkan setiap warga negara untuk memiliki rasa persatuan dan kesatuan baik dalam
arti ideologi, ekonomi, sosial budaya, memiliki nilai patriotisme, menjunjung tinggi
tradisi kejuangan, dan kerelaan untuk berkorban dalam membela bangsa dan negara.
2. Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 menegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha mempertahankan dan keamanan negara.
C. Landasan Operasional
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 2, bahwa fungsi kepolisian adalah salah
satu fungsi pemerintah negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.Sesuai dengan Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002 bahwa kepolisian negara RI
bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketenteraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi HAM.
Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 4 UU RI No. 2 Tahun 2002 tersebut dapat
diketahui bahwa kepolisian negara Republik Indonesia adalah sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan HAM.
Kewajiban sebagai peserta didik adalah belajar keras dan tekun dalam rangka
usaha pembelaan negara.
Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu,
terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
3. Sebut Dan Jelaskan Komponen System Pertahanan Negara Dan Tolong Berikan
Contohnya!
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
A. Komponen utama
Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan untuk
melaksanakan tugas tugas pertahanan.
B. Komponen cadangan
Komponen cadangan (Komcad) adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan
untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan komponen utama.
C. Komponen pendukung
Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.
Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan fisik.
Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :
1. Paramiliter
Polisi (Brimob) - (lihat pula Polri)
Resimen mahasiswa (Menwa)
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih dikenal dengan sebutan pertahanan sipil
(Hansip)
Satuan pengamanan (Satpam)
Organisasi kepemudaan
Organisasi bela diri
Satuan tugas (Satgas) partai
2. Tenaga ahli/profesi
Sumber daya manusia sesuai keahlian atau berdasarkan profesi.
3. Industri
Semua Industri yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kekuatan utama
dan kekuatan cadangan dalam menghadapi ancaman.
Sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan daya
gunanya untuk kepentingan pertahanan Negara
Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budi daya manusia yang dapat
digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan pertahanan negara dalam rangka
mendukung kepentingan nasional.
5. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia adalah warga negara yang secara psikis dan fisik dapat
dibina dan disiapkan kemampuannya untuk mendukung komponen kekuatan
pertahanan keamanan negara. Seluruh warga negara secara individu atau kelompok,
misalnya organisasi masyarakat (seperti: LSM, dsb).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis
dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati,
sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya
kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain.
Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang
tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-
insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap
dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan
dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar
mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi
filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun
pada jalan baru.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang
lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk
membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat
mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak
bergantung pada konsepsi parailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan
(concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian,
kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk
mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup
diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa
filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup
secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat
harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik
dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari
hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku),
maupun metafisik (hakikatkeaslian).
1. Hubungan Vertikal
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa,
seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama dalam
nilai Pancasila menjadi yang terutama dan pertama. Relasi manusia dengan Tuhan,
merupakan hal fundamental yang harus dihidupi. Manusia wajib taat pada perintah Tuhan
dan menghentikan segala larangan-Nya. Manusia yang tunduk pada hukum Tuhan akan
mendapat ganjarannya, manusia akan memperoleh imbalan yang menjadi haknya di
kemudian hari, tetapi tidak diterima di dunia ini. Imbalan itu akan diterima pada akhir
hayat nantinya. Hubungan yang baik antara Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai
ciptaanNya, hanya bisa tercipta bila manusia tunduk pada hukum Ilahi.
Menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia disadarkan dan
diingatkan akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-Nya. Pengenalan dan
pengamalan akan Allah, diharapkan manusia memiliki sikap dan tindakan yang tepat
dalam hubungannya dengan Allah. Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4
(pedoman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk menghayati
dan mengamalkan Pancasila.
2. Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya, baik sebagai
warga masyarakat, warga bangsa dan warga negara. Sebagai warga negara memiliki
kewajiban kepada negara, misalnya membayar pajak. Sedangkan hak warga negara yang
harus diterima dari negara, misalnya infrastruktur (jalan raya, PAM, Listrik, dan lain-
lain).
Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Manusia
diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai manusia. Manusia memiliki
kebebasan untuk memilih dan melaksanakan apa yang dikehendakinya. Sikap saling
mengakui, menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan
adalah sikap dasar dari pengamalan Pancasila khususnya sila kedua.
3. Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar, yang meliputi
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala isinya. Seluruh alam semesta dengan
segala isinya diperuntukkan bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia juga memiliki
kewajiban untuk melestarikan alam dan kekayaan yang ada di dalamnya. Alam juga
mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin berkembang, dengan demikian
kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian alam juga merupakan kewajiban
manusia, sebab alam sudah menyumbangkan banyak hal untuk kelangsungan hidup
manusia.
Hubungan manusia dengan alam harus seimbang antara kewajiban dan hak, sama
seperti hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia dengan Tuhan. Pancasila
adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan masyarakat atau bangsanya, dan manusia dengan alam
lingkungannya.
6. Coba Jelaskan Perbedaan Antara Norma Moral Dengan Norma Sopan Santun Dan
Norma Hukum!
NORMA MORAL
Norma moral adalah standart yang menjadi tolok ukur suatu nilai moral dari
masyarakat ketika terjadi benturan, yang dibuat oleh tokoh masyarakat setempat sehingga
mempunyai dampak sanksi sosial meskipun tidak tertulis.
Norma kesopanan juga disebut norma sopan santun, tata krama, atau adat istiadat.
Norma sopan santun yang khas dan aktual akan berbeda antara masyarakat satu dengan yang
lainnya. Contoh-contoh norma kesopanan:
Yang muda harus menghormati yang lebih tua usianya.
Berangkat ke sekolah harus berpamitan dengan orang tua terlebih dahulu.
Memakai pakaian yang pantas dan rapi dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
Janganlah meludah di dalam kelas.
Sanksi yang didapat ketika melanggar norma sopan santun ini bisa berupa celaan dari
sesama, celaan tersebut berwujud kata-kata, pandangan rendah orang disekeliling, sikap
kebencian, dijauhi di pergaulan, sehingga menimbulkan rasa hina, malu, dikucilkan yang
mengakibatkan penderitaan batin.
NORMA HUKUM
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang,
yang mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat
“memaksa” dengan sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan norma
hukum dibanding dengan ketiga norma yang lain. Negara berkuasa untuk memaksakan
aturan-aturan hukum guna dipatuhi dan terhadap orang-orang yang bertindak melawan
hukum diancam hukuman. Ancaman hukuman itu dapat berupa hukuman bandan atau
hukuman benda. Hukuman badan dapat berupa hukuman mati, hukuman penjara seumur
hidup, atau hukuman penjara sementara.
Sebagai contoh, perbuatan mencuri adalah perbuatan melawan hukum tindak pidana,
dalam hal ini kejahatan, yang juga merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma
agama, kesusilaan (asusila), maupun kesopanan (asosial). Jadi, diantara norma-norma
tersebut mungkin saja terdapat kesamaan obyek materinya, akan tetapi yang tidak sama
adalah sanksinya. Akan tetapi, sebagai contoh lagi, seorang yang mengendari kendaraan
bermotor tanpa memiliki SIM, meskipun tidak melanggar norma agama, akan tetapi
melanggar norma hukum.
7. Prof. Dr. Notonagoro Membagi Nilai Menjadi 3 Macam. Jelaskan Dan Berikan
Contohnya!
1. NILAI MATERIAL adalah adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi mengenai segala
sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Contoh : Emas. Emas ini mempunyai nilai
tertentu yang muncul karena benda yang berupa emas ini mempunyai warna kuning gelap
dan tidak luntur yang selanjutnya akan banyak kegunaannya untuk membuat berbagai
macam perhiasan.
Nilai material berfungsi sebagai ukuran memberikan nilai atau penghargaan terhadap
semua benda yang ada di muka bumi ini baik dilihat dari jumlahnya maupun dilihat dari
manfaat benda tersebut. Biasanya nilai material merupakan bahan dasar untuk pembuatan
sesuatu barang yang memberikan manfaat bagi manusia
2. NILAI VITAL adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas.
misalnya pisau. Pisau ini mempunyai harga atau nilai tertentu karena ketajamannya yang
dapat digunakan untuk memotong sesuatu, tetapi seandainya pisau ini tumpul nilainya
akan merosot. Sebaliknya apabila pisau ini selalu tajam dalam waktu yang panjang
(berkualitas), maka pisau ini akan memiliki harga atau nilai yang semakin tinggi. Nilai
suatu benda yang muncul karena kegunaannya yang dinamakan Nilai Vital.
Nilai vital berfungsi untuk menjadi dasar penilaian atau ukuran terhadap tinggi
rendahnya suatu barang yang dilihat dari fungsinya, misalnya pisau yang berfungsi
sebagai alat pemotong akan berbeda nilainya dengan kalkulator sebagai alat menghitung
dan akan berbeda pula dengan sepeda motor sebagai alat transportasi. Contohnya Nilai
rupiah yang terkandung pada handphone sebagai alat komunikasi. Atau Nilai rupiah yang
terkandung pada sebuah mobil dengan merk tertentu yang berfungsi sebagai alat
transportasi dan benda kemewahan.
3. NILAI KEROHANIAN adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Secara
garis besar, nilai kerohanian dapat dibagi ke dalam empat macam.
a. Pertama, nilai kebenaran (kenyataan), yaitu nilai yang bersumber pada unsur akal
manusia. Contohnya orang yang dituduh bersalah tetapi belum terbukti melakukan
kesalahan tidak lantas dihukum, tetapi harus melalui proses pengadilan.
b. Kedua, nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia
(estetika). Contohnya rumah akan terasa lebih asri apabila ditanami bunga.
c. Ketiga, nilai moral (kebaikan), yaitu nilai yang berasal dari kehendak atau
kemauan. Contohnya Ardi menyumbangkan darahnya untuk kemanusiaan.
d. Keempat, nilai religius, yaitu nilai ketuhanan. Contohnya agama Islam mengakui
Allah SWT sebagai Tuhannya, agama Kristen mengakui Yesus Kristus sebagai
Tuhannya.
Konstitusi merupakan bagian dari terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh
warga Negara. Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi demokratis merupakan
aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut. Setiap konstitusi yang
digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi
itu sendiri.
Jika konstitusi dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
maka konstitusi memiliki kaitan yang cukup erat dengan penyelenggaraan pemerintahan
dalam sebuah Negara. A. Hamid S Attamimi berpendapat bahwa konstitusi atau UUD adalah
sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan
Negara harus dijalankan. Selanjutnya Mr. Djokosutono melihat sisi pentingnya konstitusi dari
dua segi. Pertama, dari segi isi (naar de inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur
(inrichting) dan memuat fungsi (administratie) Negara. Kedua, dari segi bentuk (naar de
maker) oleh karena yang membuat bukan sembarang orang atau lembaga. Sedangkan A.G.
Pringgodigdo berpendapat bahwa adanya keempat unsur pembentukan Negara belumlah
cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hokum dasar
yang mengaturnya. Hokum dasar yang dimaksud adalah konstitusi atau undang-undang
Dasar. Dengan demikian keberadaan konstitusi atau UUD dalam kehidupan kenegaraan
menjadi sangat penting, karena ia menjadi acuan dan penentu arah dalam penyelenggaraan
Negara.
Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh
warga Negara. Dengan kata lain, Negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka
konstitusi demokratis merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi di
Negara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan pemerintahan yang demokratis pula.
Kekuasaan yang demokratis dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi perlu dikawal oleh
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan. Agar nilai-nilai demokrasi tidak diselewengkan,
maka partisipasi warga Negara dalam menyuarakan aspirasi perlu ditetapkan didalam
konstitusi untuk ikut berpartisipasi dan mengawal proses demokratisasi pada sebuah Negara.
Perkembangan demokrasi pada periode ini telah meletakkan hal-hal mendasar. Pertama,
pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional
ada kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka
dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar
bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan
politik kita.
Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)
Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 menggunakan UUD
Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan
kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad
pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang parlementer,
dimana presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini
peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang
sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS
Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan
demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
Rekrutmen politik yang tertutup
Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
Pengakuan HAM yang terbatas
Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
Terjadinya krisis politik
TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden.
Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan
sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan danproses formulasi
kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari
1. kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi
politik yangkuat kepada negara;
2. dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi;
3. dipakai pendekatan keamanan;
4. intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda
negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi;
5. tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas serta
dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari bantuan luar
negeri, dan akhirnya
6. sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok
rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena sebab
struktural.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu
tahun 1999 dan tahun 2004.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokrasi
Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer
tahun 1950 1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah:
Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa.
Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.
Menurut Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada dalam system
demokrasi yaitu:
1. Kontrol atas keputusan pemerintah
2. Pemilihan umum yang sejujur
3. Hak memilih dan dipilih
4. Kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman
5. Kebebasan mengakses informasi
6. Kebebasan berserikat
Tiga aspek dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu berjalan
dalam suatu Negara. Aspek tersebut yaitu:
1. Pemilihan umum
Pemilihan umum adalah proses pembentukan pemerintahan.pemilihan umum merupakan
salah satu instrument dalam proses pergantian pemerintahan.
2. Susunan kekuasaan Negara
Kekuasaan Negara dijalankan secara distributive untuk menghindari penumpukan
kekuasaan dalam satu wilayah.
3. Kontrol rakyat
Suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memili sambungan yang jelas dan
adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol dan keseimbangan (check and balance)
terhadap kekuasaan yang di jalankan eksekutif dan legislatif.