Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39
(2), dinyatakan bahwa di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan antara
warganegara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
Dalam pelaksanaannya selama ini, pada jenjang Pendidikan Dasar sampai dengan
Pendidikan Menengah, Pendidikan Kewarganegaraan digabung dengan
Pendidikan Pancasila menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn). Sedangkan di Perguruan Tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan dikenal
dengan Pendidikan Kewiraan yang lebih menekankan pada Pendidikan
pendahuluan Bela negara.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.056 /U/1994 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum. Pendidikan Tinggi dan penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa menetapkan bahwa Pendidikan
.
Pancasila, Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum (MKU) dan
wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Dengan demikian
Pendidikan Kewiraan tidak hanya berisi PPBN tetapi juga berisi Pendidikan
Kewarganegaraan. Sebutan Mata Kuliah Umum kemudian diganti dengan sebutan
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
Dengan adanya penyempurnaan kurikulum tahun 2000, materi Pendidikan
Kewiraan di samping
.
membahas tentang PPBN juga ditambah dengan
pembahasan tentang hubungan antara warganegara dan negara. Sebutan
Pendidikan Kewiraan kemudian diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan.
Menurut Keputusan DIRJEN DIKTI No. 267/DIKTI/2000, Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)
merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam susunan kurikulum inti
perguruan tinggi di Indonesia.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Keputusan DIRJEN DIKTI No. 267/DIKTI/2000, tujuan
pendidikan Kewarganegaraan mencakup:
a. Tujuan Umum :
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa
mengenai hubungan antara warganegara dengan negara serta Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan
oleh bangsa dan negara.
b. Tujuan Khusus:
Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara republik
Indonesia terdidik dan bertanggung jawab.
1. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat
mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggungjawab yang
berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
2. Agar mahasiswa memilliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan
negara.

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum
1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan
masa depannya. Untuk itu diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, dan
nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan
pegangan hidup setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara
warganegara dan negara, serta Pendidikan pendahuluan bela negara yang semua
ini berpijak pada nilai-nilai budaya bangsa. Tujuan utama Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
kebudayaan bangsa.
Sebagai perbandingan, di berbagai negara juga dikembangkan materi
Pendidikan Umum (General Education/Humanities) sebagai pembekalan nilai-
nilai yang mendasari sikap dan perilaku warganegaranya.
1) Amerika Serikat : History Humanity, dan Philosophy.
2) Jepang : Japanese History, Ethics, dan Philosophy.
3) Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation and Land Reform, The
Philippine New Constitution, dan Study of Human Rights.

Di beberapa negara dikembangkan pula bidang, studi yang sejenis dengan
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan Civics Education.

b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek,
metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas,
baik objek material maupun objek formalnya. Objek material adalah bidang
sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan
objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek
material tersebut. Adapun objek material dari Pendidikan Kewarganegaraan
adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik yang empirik maupun
yang non-empirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga dalam
kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu
segi hubungan antara warganegara dan negara (termasuk hubungan antar
warganegara) dan segi pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan
Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya
dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.
Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Keputusan
Dirjen
.
Pendidikan Tinggi No. 267/DIKTI/KEP/2000 dijabarkan lebih rinci yang
meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
1) Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan yang mencakup
a) Hak dan Kewajiban warganegara
b) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
c) Demokrasi Indonesia
d) Hak Asasi Manusia
2) Nusantara
3) Ketahanan nasional
4) Politik dan strategi nasional.

c. Rumpun Keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan (Kewiraan) dapat disejajarkan dengan Civics
Education yang dikenal di berbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah,
Pendidikan Kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan
monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu
Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu upaya
pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai
disiplin ilmu yang meliputi ilmu Hukum, i1mu politik, sosiologi, administrasi
negara, ilmu ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu filsafat.

2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat, yang
memuat cita-cita tujutan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang
kemerdekaannya.
2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara.
c. Undang-Undang No. 20 Thun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. I Tahun
1988)
1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara
yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara
diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara
sebagal bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan nasional.
2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela
negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara
bertahap. Tahap awal pada tingkat Pendidikan dasar sampai
Pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka. Tahap lanjutan
pada tingkat Pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan
Kewiraan.
d. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Dalam penjelasan bab IX pasal 39 (2) dinyatakan bahwa PPBN atau
pendidikan Kewiraan di perguruan tinggi termasuk dalam Pendidikan
Kewarganegaraan yang merupakan mata kuliah wajib dan dirancang utuh,
kait-mengait dengan MKU inti lainnya, yaitu Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Agama.
e. Keputusan DIRJEN Pendidikan Tinggi No. 267/DIKTI /KEP/2000 tentang
penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MKPK) Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi di
Indonesia.

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara
1. Pengertian warganegara dan penduduk
Syarat-syarat utama berdirinya suatu negara merdeka adalah harus ada
wilayah tertentu, ada rakyat yang tetap dan ada pemerintahan yang berdaulat.
Ketiga syarat ini merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tidak mungkin
suatu negara berdiri tanpa wilayah dan rakyat yang tetap, namun bila Negara itu
tidak memiliki pemerintahan yang berdaulat secara nasional, maka Negara itu
belum dapat disebut sebagai negara merdeka.
Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat
tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warganegara
dan negara, warganegara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan
sebaliknya warganegara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan
dilindungi oleh negara.
Dalam hubungan intemasional di setiap wilayah negara selalu ada warga
negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warganegara
adalah penduduk suatu Negara, sedangkan setiap penduduk belum tentu
warganegara, karena mungkin seorang asing. Penduduk suatu negara mencakup
warganegara dan orang asing, yang memiliki hubungan berbeda dengan negara.
Setiap warganegara mempunyai hubungan yang tak terputus meskipun dia
bertempat tinggal di luar negeri. Sedangkan seorang asing hanya mempunyai
hubungan selama dia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.
Menurut UUD 1945, negara melindungi segenap penduduk, misalnya dalam
pasal 29 (2) disebutkan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Di bagian lain UUD 1945 menyebutkan hak-hak khusus
untuk warganegara, misalnya dalam pasal 27 (2) yang menyebutkan Tiap-tiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan dalam pasal 31 (1) yang menyebutkan Tiap-tiap warganegara
berhak mendapat pengajaran.

2. Asas-asas Kewarganegaraan
a. Asas ius-sanguinis dan asas ius-soli
Setiap negara yang berdaulat berhak untuk menentukan sendiri syarat-
syarat untuk menjadi warganegara. Terkait dengan syarat-syarat menjadi
warganegara dalam ilmu tata negara dikenal adanya dua asas
Kewarganegaraan, yaitu asas ius-sanguinis dan asas ius-soli. Asas ius-soli
adalah asas daerah kelahiran, artinya bahwa status Kewarganegaraan
seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya di negara A tersebut.
Sedangkan asas ius-sanguinis adalah asas keturunan atau hubungan darah,
artinya bahwa Kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh orangtuannya.
Seseorang adalah warga negara B karena orangtuanya adalah warganegara
B.
b. Bipatride dan apatride
Dalam hubungan antar negara seseorang dapat pindah tempat dan
berdomisili di negara lain. Apabila seseorang atau keluarga yang
bertempat tinggal di negeri lain melahirkan anak, maka status
Kewarganegaraan anak ini tergantung pada asas yang berlaku di negara
tempat kelahirannya dan yang berlaku di negara orangtuanya. Perbedaan
asas yang dianut oleh negara yang lain, misalnya negara A menganut asas
ius-sanguinis sedangkan negara B menganut asas ius-soli, hal ini dapat
menimbulkan status biptride atau apatride pada anak dari orangtua yang
bermigrasi di antara kedua negara tersebut.
Bipatride (dwi Kewarganegaraan) timbul apabila menurut peraturan dari
dua negara terkait seseorang dianggap sebagai warganegara kedua negara
itu. Misalnya, Adi dan Ani adalah suami isteri yang berstatus warga negara
A namun mereka berdomisili di Negara B. Negara A menganut asas ius-
sanguinis dan negara B menganut asas Ius-soli. Kemudian lahirlah anak
mereka, Dani. Menurut negara A yang menganut asas ius-sanguinis, Dani
adalah warga negaranya karena mengikuti Kewarganegaraan orang tuanya.
Menurut negara B yang menganut ius-soli, Dani juga warga negaranya,
karena tempat kelahirannya adalah di negara B. dengan demikian Dani
mempunyai status dua Kewarganegaraan atau bipatride.
Sedangkan apatride (tanpa Kewarganegaraan) timbul apabila menurut
peraturan Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warganegara
dari negara manapun. Misalnya, Agus dan Ira adalah suami isteri yang
berstatus warganegara B yang berasas ius-soli. Mereka berdomisili di
negara A yang berasas ius-sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka,
Budi, menurut negara A, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya,
karena orangtuanya bukan warganegaranya. Begitu pula menurut negara
B, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya, karena lahir di wilayah
negara lain. Dengan demikian Budi tidak mempunyai Kewarganegaraan
atau apatride.

3. Hak dan Kewajiban warganegara menurut UUD 1945
Pasal-pasal UUD 1945 yang meenetapkan hak dan kewajiban warganegara
mencakup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warganegara yang sama dalam hukum
dan pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan.
b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warganegara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menetapkan hak
dan kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warganegara untuk berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya.
f. Pasal 30 ayat (1) dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menyebutkan hak
dan kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
g. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran.

4. Hak dan Kewajiban Bela Negara
a. Pengertian
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga
negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi
warganegara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air (wilayah Nusantara) dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD
1945 sebagai konstitusi negara.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap
warganegara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan
negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara
dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

b. Asas Demokrasi dalam Pembelaan Negara
Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945, bahwa
usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini
menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup
dua arti. Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta dalam menentukan
kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai
dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap
warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai
dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

c. Motivasi dalam Pembelaan Negara
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan
hak dan kewajibannya. Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui proses
motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga
memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Disamping itu setiap
warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman
terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa
dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan motivasi setiap warga negara
untuk ikut serta membela negara Indonesia.
1) Pengalaman sejarah perjuangan RI.
2) Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis
3) Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4) Kekayaan sumber daya alam
5) Perkembagan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan.
6) Kemungkinan timbulnya bencana perang

D. Hak-hak Asasi Manusia
1. Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai
dengan kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau
kebebasan, hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi
manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia
hakikatnya semata-mata bukan dari manusia sendiri tetapi dari Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan Hak Asasi Manusia menurut
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1988, bahwa hak asasi manusia adalah hak-
hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrat, universal, dan abadi
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sejarah Singkat Timbulnya HAM
Hak asasi manusia yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau
konstitusi sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke-13 di Inggris. Pada
masa raja Inggris John Lackland (1199-1216) yang memerintah secara sewenang-
wenang telah timbul protes keras di kalangan para bangsawan. Protes tersebut
melahirkan sebuah piagam agung yang terkenal dengan Hama Magna Charta
(1215). Di dalam piagam ini pengertian hak asasi belum sempurna karena terbatas
hanya memuat jaminan perlindungan terhadap hak-hak kaum bangsawan dan
Gereja.
Kemudian pada tahun 1628 di Inggris pula terjadi pertentangan antara Raja
Charles I dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the House of
Sommons) yang menghasilkan Petition of Rights. Petisi ini memuat ketentuan
bahwa penetapan pajak dan hak-hak istimewa harus dengan izin parlemen, dan
bahwa siapapun tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan-tuduhan yang sah.
Perjuangan hak asasi manusia yang lebih nyata terjadi pada tahun 1689
ketika raja Willem III menandatangani Bill of Rights sebagai hasil dari The
Glorious Revolution. Revolusi besar ini mengawali babak baru kehidupan
demokrasi di Inggris dengan suatu perpindahan kekuasaan dari tangan raja ke
parlemen. Pemerintahan Kerajaan Inggris dengan demikian beralih ke
pemerintahan parlementer. Dalam Bill of Rights ditetapkan antara lain bahwa
penetapan pajak, pembuatan undang-undang dan kepemilikan tentara harus seizin
parlemen. Parlemen juga berhak untuk mengubah keputusan raja, mempunyai
kebebasan berbicara dan berpendapat. Disamping itu pemilihan parlemen berlaku
bebas.
Perkembangan demokrasi di Inggris dan didunia tidak dapat dilepaskan dari
pemikiran para filsuf, antara lain Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke,
Rousseau (1712-1778) dari Perancis. Thomas Hobbes melihat kondisi masyarakat
yang kacau dan liar seperti dalam ungkapannya homo homini lupus, bellum
omnium contra omnes, sehingga teorinya melahirkan kekuasaan absolut.
Sedangkan John Locke memandang manusia sebagai makhluk sosial yang
padanya melekat hak-hak asasi yang diberikan oleh alam, yang meliputi hak
hidup, hak atas kemerdekaan dan hak atas millik (life, liberty, and property).
Teori John Locke tentang hak asasi manusia ini mempengaruhi Declaration of
Independence Amerika Serikat pada 4 Juli 1776.
Pemikiran John Locke mempengaruhi Montesquieu dan Rousseau, sehingga
mereka menentang kekuasaan mutlak raja. Montesquieu menyusun teori Trias
Politica, yaitu konsepsi pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Sedangkan dalam hukum Du Contract Social Rousseau menyatakan
bahwa negara dilahirkan bebas yang tak boleh dibelenggu oleh manusia lain
termasuk oleh raja. Pandangan demikian ini menimbulkan semangat bagi rakyat
tertindas, khususnya di Prancis, untuk memperjuangkan hak-hak asasinya.
Pemerintahan raja yang sewenang-wenang dan kaum bangsawan yang
feodalistik menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Perancis. Pada masa
pemerintahan raja Louis XV1 yang lemah, rakyat Perancis baru berani
membentuk Assembles Nationale, yaitu Dewan nasional sebagai perwakilan
bangsa Perancis. Masyarakat Perancis mengubah strukturnya dari feodalistis
menjadi demokratis. Setelah rakyat menang, maka pemerintahan lama (kerajaan)
dihapuskan dan disusunlah pemerintahan baru. Dari negara baru ini lahirlah
Declaration des Droits de I'Homme et du Citoyen (pernyataan hak-hak asasi
manusia dan warganegara) yang diumumkan pada 27 Agustus 1789. Deklarasi ini
meniru deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat. Pada perkembangan berikutnya
banyak negara Eropa lainnya juga meniru isi deklarasi Amerika Serikat.
Perang Dunia I dan II telah menimbulkan kesengsaraan masyarakat dunia
sekaligus menebarkan ketakutan dan rasa tidak aman di kalangan umat manusia.
Pada tahun 1941 Presiders AS, Franklin D. Roosevelt, di depan Konggres AS
menyatakan The Four Freedoms yang isinya sebagai berikut:
1) Freedom of speech (kebebasan bicara)
2) Freedom of religion (kebebasan beragama)
3) Freedom from fear (kebebasan dari ketakutan)
4) Freedom from want (kebebasan dari kemelaratan)
Kemudian pada tahun 1946 Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk
Komisi Hak-Hak asasi manusia yang membahas hak-hak politik, sosial dan
ekonomi, pada 10 Desember 1948 PBB menerima secara bulat hasil kerja Komisi
itu yang berupa Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan sedunia
tentang Hak-hak Asasi Manusia).
Berikut ini berkaitan dengan hak-hak asasi manusia, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan :
Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia ini merupakan suatu
pelaksanaan umum yang baku bagi semua bangsa dan negara. Setiap orang dan
setiap badan dalam masyarakat perlu senantiasa mengingat pernyataan ini dan
berusaha, dengan cara mengajar dan mendidik, untuk mempertinggi penghargaan
terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dan melalui tindakan-tindakan
progresif secara nasional maupun Internasional, menjamin pengakuan dan
pelaksanaan hak-hak dan kebebasan-kebebasan itu secara umum dan efektif oleh
bangsa-bangsa dari negara-negara anggota maupun dari daerah-daerah yang
berada di bawah kekuasaan hukum mereka.
Ketentuan pasal-pasal tentang hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi
Universal tentang Hak-hak asasi Manusia PBB adalah sebagai berikut :

Pasal 1
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.

Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam
pernyataan ini tanpa pengecualian apapun, misalnya bangsa, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau
sosial, milik, kelahiran, atau status lainnya. Selanjutnya tidak ada perbedaan status
politik, status hukum, dan status internasional negara atau wilayah dari mana
seseorang berasal, baik dari negara yang, tidak merdeka, yang berbentuk trust,
yang tidak berpemerintahan sendiri maupun yang berada di bawah pembatasan
kedaulatan lainnya.

Pasal 3
Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan, dan keselamatan seseorang.


Pasal 4
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan. Perhambaan dan
perdagangan budak dalam bentuk apapun harus dilarang.

Pasal 5
Tidak seorangpun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam tanpa mengingat
kemanusiaan atau dengan perlakuan atau hukuman yang menghinakan.

Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi di hadapan undang-
undang di mana saja ia berada.

Pasal 7
Semua orang adalah sama di hadapan undang-undang dan berhak atas
perlindungan yang sama dari setiap perbedaan yang memperkosa pernyataan ini
dan dari segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam ini.

Pasal 8
Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional yang
berkuasa mengadili perkosaan hak-hak dasar yang diberikan kepadanya oleh
undang-undang dasar negara atau undang-undang.

Pasal 9
Tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara sewenang-
wenang.

Pasal 10
Setiap orang berhak memperoleh perlakukan yang sama dan suaranya
didengarkan sepenuhnya di muka umum secara adil oleh pengadilan yang
merdeka dan tidak memihak dalam menetapkan hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya dan dalam setiap tuntutan pidana yang ditujukan kepadanya.
Pasal 11
Ayat (1)
Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan sesuatu pelanggaran
pidana dianggap tak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya menurut undang-
undang dalam suatu sidang pengadilan yang terbuka di mana segala jaminan yang
perlu untuk pembelaanya diberikan.

Ayat (2)
Tidak seorangpun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena
perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran pidana menurut
undang-undang nasional atau internasional ketika perbuatan tersebut dilakukan.
Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman yang lebih berat dari pada
hukuman yang seharusnya dikenakan ketika pelanggaran pidana itu dilakukan.

Pasal 12
Tidak seorangpun dapat diganggu secara sewenang-wenang dalam urusan
perseorangannya, keluarganya, rumah tangganya, hubungan surat-menyuratnya,
dan nama baiknya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan undang-undang
terhadap gangguan-gangguan atau pelanggaran-pelanggaran demikian.

Pasal 13
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-batas
lingkungan tiap negara.
Ayat (2)
Setiap orang berhak meninggalkan satu negeri termasuk negerinya sendiri, dan
berhak kembali ke negerinya.

Pasal 14
Ayat (1)
Setiap orang berhak mencari dan mendapat suaka di negeri negeri lain untuk
menjauhi pengejaran.
Ayat (2)
Hak ini tidak dapat dipergunakan dalam penge
.
jaran yang benar-benar timbul dari
kejahatan-kejahatan yang tidak berhubungan dengan politik atau dari perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan dasar-dasar PBB.

Pasal 15
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas kewarganegaraan

Ayat (2)
Tidak seorangpun dengan semena-mena dapat dikeluarkan dari
kewarganegaraannya atau ditolak haknya untuk mengganti kewarganegaraannya.

Pasal 16
Ayat (1)
Orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, berhak untuk mencari
jodoh dan untuk membentuk keluarga tanpa dibatasi oleh kebangsaan,
kewarganegaraan atau agama. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal
perkawinan, di dalam perkawinan, dan di kala perceraian.

Ayat (2)
Perkawinan harus dilakukan hanya dengan cara suka sama suka dari kedua
mempelai.

Ayat (3)
Keluarga adalah kesatuan yang sewajarnya serta bersifat pokok dari masyarakat
dan berhak mendapat perlindungan dari masyarakat dan negara.


Pasal 17
Ayat (1)
Setiap orang berhak mempunyai milik baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain.
Ayat (2)
Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan semena-mena.

Pasal 18
Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani, dan orang
,
agama,
termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk
menyatakan agama atau kepercayaannya dengan cara sendiri maupun bersama-
sama orang lain di tempat umum maupun tempat sendiri.

Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat,
termasuk kebebasan mempunyai pendapat tanpa mendapat gangguan dan untuk
mencari, menerima serta menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-
pendapat dengan cara apapun tanpa memandang batas-batas.

Pasal 20
Ayat (1)
Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berapat.

Ayat (2)
Tidak seorangpun dapat dipaksa memasuki salah satu perkumpulan.

Pasal 21
Ayat (1)
Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya sendiri baik
.
secara
langsug maupun dengan perantaraan wakil-wakil yang dipilih secara bebas.

Ayat (2)
Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan
pemerintahan negerinya,

Ayat (3)
Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintahan, kemauan ini harus
dinyatakan dalam pemilihan-pemilihan berkala yang jujur yang dilakukan
menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan serta melalui
pemungutan suara yang rahasia atau cara-cara lain juga menjamin kebebasan
mengeluarkan suara.

Pasal 22
Setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan sosial dan berhak
melaksanakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang perlu untuk martabatnya
dan untuk perkembangan bebas pribadinya dengan perantaraan usaha-usaha
nasional dan kerjasama internasional yang sesuai dengan sumber-sumber
kekayaan setiap negara.

Pasal 23
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak memilih pekerjaan dengan bebas,
berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil dan baik serta atas perlindungan
terhadap pengangguran.

Ayat (2)
Setiap orang tanpa ada perbedaan, berhak atas pengupahan yang sama untuk
pekerjaan yang sama.

Ayat (3)
Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang adil dan
baik yang menjamin penghidupannya bersama dengan keluarganya sepadan
dengan martabat manusia dan apabilaa perlu ditambah dengan bantuan-bantuan
sosial lainnya.

Ayat (4)
Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat sekerja untuk melindungi
kepentingan-kepentingannya.

Pasal 24
Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan
jam kerja yang layak dan hari-hari liburan berkala dengan menerima upah.

Pasal 25
Ayat (1)
Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang menjamin kesehatan, keadaan yang
baik untuk dirinya dan keluarganya, termasuk soal makanan, pakaian, perumahan,
perawatan kesehatannya serta usaha-usaha sosial yang diperlukan, dan berhak atas
jaminan di waktu mengalami pengangguran, kematian suami, lanjut usia, atau
mengalami kekurangan nafkah atau ketiadaan meta pencaharian yang lain di luar
penguasaannya.

Ayat (2)
Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan khusus. Semua anak,
baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar pernikahan, harus mendapat
perlindungan sosial yang sama.

Pasal 26
Ayat (1)
Setiap orang berhak mendapat pengajaran. Pengajaran harus dengan percuma,
setidak-tidaknya dalam tingkat rendah dan tingkat dasar. Pengajaran sekolah
rendah diwajibkan. Pengajaran sekolah teknik dan vak harus terbuka bagi semua
orang dan pengejaran tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama oleh
semua orang berdasarkan kecerdasan.

Ayat (2)
Pengajaran harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya
serta upaya memperkokoh rasa penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dan
kebebasan dasar. Pengajaran harus meningkatkan saling pengertian, rasa saling
menerima, persahabatan antara semua bangsa, golongan kebangsaan saan atau
kelompok agama, dan harus memajukan kegiatan-kegiatan Perserikatan Bangsa-
Bangsa dalam memelihara perdamaian.

Ayat (3)
Ibu bapak mempunyai hak utama untuk memilih jenis pengajaran yang akan
diberikan kepada anak-anak mereka.

Pasal 27
Ayat (1)
Setiap orang berhak untuk turut serta secara bebas dalam kehidupan budaya
masyarakat, untuk mengecap kenikmatan kesenian, dan untuk turut serta dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan dalam mendapat manfaatnya.

Ayat (2)
Setiap orang berhak mendapat perlindungan atas kepentingan moral dan material
yang didapatnya sebagai hasil dari lapangan ilmu pengetahuan, kesusastraan atau
kesenian yang diciptakannya sendiri.

Pasal 28
Setiap orang berhak atas susunan sosial internasional di mana hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang termaktub dalam pernyataan ini dapat dilaksanakan
sepenuhnya.

Pasal 29
Ayat (1)
Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat di mana ia mendapat
kemungkinan untuk mengembangkan pribadinya sepenuhnya dan seutuhnya.

Ayat (2)
Di dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang tunduk
hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan yang layak bagi hak-hak
dan kebebasan-kebebasan orang lain dan untuk memenuhi syarat-syarat benar
kesusilaan, tata-tertib umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Ayat (3)
Hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini tidak boleh dijalankan dengan cara yang
bertentangan dengan tujuan-tujuan dan dasar-dasar PBB.

Pasal 30
Tidak sesuatupun dalam pernyataan ini boleh diartikan sebagai pemberian hak
kepada salah satu negara, golongan atau seseorang untuk melakukan kegiatan atau
perbuatan yang bertujuan merusak salah satu hak dan kebebasan yang termaktub
dalam pernyatan ini (Baut dan Beny Hartman, 1988).

3. HAM di Indonesia
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku
tiga undang-undang Dasar dalam 4 periode, yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus, 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
c. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
d. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

Pencantuman pasal-pasal tentang Hak-hak Asasi Manusia dalam tiga UUD
tersebut berbeda satu sama lainnya. Dalam UUD 1945 butir-butir hak asasi
manusia hanya tercantum beberapa saja. Sementara konstitusi RIS 1949 dan
UUDS 1950 hampir bula-bulat mencantumkan isi Deklarasi HAM dari PBB. Hal
demikian ini karena memang situasinya sangat dekat dengan Deklarasi HAM PBB
yang masih aktual. Di samping itu terdapat pula harapan masyarakat dunia agar
deklarasi HAM PBB dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar atau
perundangan lainnya di negara-negara anggota PBB, agar secara yuridis formal
HAM dapat berlaku di negara masing-masing.
Ketika UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959, secara yuridis formal,
hak-hak asasi manusia tidak lagi lengkap seperti Deklarasi HAM PBB, karena
yang terdapat di dalam UUD 1945 hanya beberapa pasal saja, khususnya pasal 27,
28, 29, 30 dan 31. Pada awal Orde baru salah satu tujuan Pemerintah adalah
melaksanakan hak-hak asasi yang tercantum dalam UUD 1945 serta berusaha
untuk melengkapinya. Tugas untuk melengkapi HAM ini ditangani oleh sebuah
panitia MPRS yang kemudian menyusun Rancangan Piagam Hak-hak Asasi
Manusia serta hak-hak dan Kewajiban warganegara yang dibahas dalam sidang
MPRS tahun 1968. Dalam pembahasan ini sidang MPRS menemui jalan buntu,
sehingga akhirnya dihentikan. Begitu pula setelah terbentuk MPR hasil pemilihan
UMUM 1971 persoalan HAM tidak lagi diagendakan, bahkan dipeti-eskan sampai
tumbangnya Orde Baru di tahun 1998 yang berganti dengan era Reformasi. Pada
awal Reformasi itu pula diselenggarakan sidang istimewa MPR tahun 1998 yang
salah satu ketetapannya berisi Piagam HAM.

E. Demokrasi di Indonesia
1. Pengertian dan Perkemban
g
an Demokrasi
Para filsuf klasik seperti Plato, Aristoteles dan Polybius pada umumnya
mereka mengklasifikasikan bentuk-bentuk Negara menjadi tiga bentuk, yaitu
monarki aristokrasi dan demokrasi. Kriteria yang digunakan dalam klasifikasi ini
adalah :
a. Jumlah orang yang memegang pemerintahan, apakah satu orang tunggal,
beberapa atau golongan orang ataukah dipegang oleh seluruh rakyat.
b. Sifat pemerintahannya, apakah ditujukan untuk kepentingan umum, ini yang
baik, ataukah hanya untuk kepentingan pemegang pemerintahan itu saja, ini
yang buruk.

Ketiga bentuk negara diatas adalah baik jika ditujukan untuk kepentingan
umum, namun akan mempunyai ekses yang buruk jika ditujukan untuk
kepentingan pemegang pemerintahan saja. Ekses dari monarki adalah tirani, ekses
dari aristokrasi adalah oligarki, sedangkan ekses dari demokrasi adalah anarki.
Sesudah perang dunia II sebagian besar Negara didunia menyatakan secara
formal sebagai negara yano berasas demokrasi. Namun penerapan istilah
demokrasi ini tidak sama di berbagai negara, sehingga kita dapat mengenal
bermacam-macam demokrasi terpimpin: demokrasi Pancasila, demokrasi rakyat,
dan demokrasi nasional. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh UNESCO
dalam tahun 1949, bahwa mungkin untuk pertama kali dalam sejarah. Istilah
demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua
sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh para pendukungnya
yang berpengaruh. Akan tetapi UNESCO juga menyimpulkan bahwa istilah
demokrasi bersifat ambigious atau mempunyai arti ganda dalam kaitannya dengan
lembaga atau cara-cara yang dipakai untuk melaksanakan ide demokrasi itu.
Dalam pelaksanaannya terdapat banyak aliran demokrasi. Namun di
antaranya ada dua kelompok aliran penting, yaitu demokrasi konstitusional dan
demokrasi komunisme. Kedua kelompok aliran demokrasi tersebut berasal dari
Eropa, tetapi setelah Perang Dunia II juga didukung oleh beberapa negara baru di
Asia. Demokrasi konstitusional diikuti oleh India, Pakistan, Filipina dan
Indonesia, meskipun terdapat bermacam-macam bentuk pemerintahan dan gaya
hidup dalam negara-negara itu sedangkan demokrasi yang mendasarkan diri atas
komunisme diikuti antara lain oleh Cina dan Korea Utara.
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos berarti rakyat dan
kratos/kratein berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti rakyat
berkuasa (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk
Istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat. Apabila pengertian dasar ini digunakan untuk
membandingkan dua kelompok aliran demokrasi di atas, maka terlihat adanya
penerapan demokrasi dalam dua kelompok aliran yang bertentangan. Terdapat
perbedaan fundamental antara demokrasi konstitusional dan demokrasi yang
terbatas kekuasaannya dalam suatu. Negara Hukum (Rechtsstaat) yang tunduk
kepada

Rule Of Law. Sebaliknya, demokrasi yang mendasarkan pada komunisme
mencita-citakan pemerintahan yang tidak terbatas kekuasaannya (Machtsstaat)
dan bersifat totaliter. Penerapan demokrasi dalam kelompok aliran komunisme
sesungghnya bertentangan dengan makna dasar demokrasi itu sendiri.
Bentuk demokrasi klasik terdapat di Yunani Kuno pada abad ke 6 sampai
ke-3 sebelum Masehi dalam lingkup negara kota (city state; polis). Sifat
demokrasi ini adalah demokrasi langsung, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang
di dalamnya hak untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung
oleh seluruh warganegara berdasarkan prosedur mayoritas. Dalam negara modern,
demokrasi tidak lagi bersifat langsung, tetapi berupa demokrasi perwakilan.
Demokrasi modem mulai berkembang di Eropa Barat dalam abad ke 15 dan abad
ke-16, namun dia mencapai wujud konkrit baru pada akhir abad ke 19. Demokrasi
modem menonjolkan asas kebebasan manusia terhadap segala bentuk kekangan
dan penindasan baik di bidang, agama, pemikiran maupun politik. Disamping itu
dia juga menekankan pentingnya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia.
Komisi Internasional Ahli Hukum dalam konferensinya di Bangkok tahun
1965 merumuskan syarat-syarat dasar penyelenggaraan pemerintah yang
demokratis di bawah Rule of Law sebagai berikut:
a. perlindungan konstitusional yang menjamin hak-hak individu dan menentukan
prosedur untuk memperoleh perlindungan hak-hak yang dijamin.
b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak,
c. pemilihan umum yang bebas,
d. kebebasan untuk menyatakan pendapat,
e. kebebasan berserikat dan beroposisi,
f. Pendidikan kewarganegaraan (Civic education).
2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Dalam sejarah negara Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah
abad, perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut. Masalah pokok
yang dihadapi oleh

bangsa Indonesia ialah bagaimana meningkatkan kehidupan
ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik yang demokrasi dalam
masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya. Masalah ini berkisar pada
penyusunan suatu sistem politik dengan kepemimpinan cukup kuat untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi serta character and nation building,
dengan partisipasi rakyat, sekaligus menghindarkan timbulnya diktatur
perorangan, partai ataupun militer.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode:
a. Periode 1945-1959, masa demokrasi perlementer yang menonjolkan peranan
parlemen serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer
memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya
persatuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi
kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah
kemerdekaan.
b. Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek
telah menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan
beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi
presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis,
dan peran ABRI sebagai unsur sosiai-politik, semakin meluas
c. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Landasan
formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR
dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945
yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin. Namur dalam perkembangannya
peran presiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga negara yang lain.
d. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan
berakar pada kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan
perimbangan kekuatan antar lembaga negara, antara eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Pada masa ini peran partai politik kembali menonjol, sehingga iklim
demokrasi memperoleh nafas baru. Perkembangan berikutnya masih akan kita
tunggu.

3. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945
a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)
1) Bidang Politik dan Konstitusional :
Demokrasi Indonesia seperti yang dimaksud dalam Undang-undang Dasar
1945 berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum di mana
kepastian hukum dirasakan oleh segenap warganegara, hak-hak asasi
manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek perseorangan
dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan, secara
Institusional. Dalam rangka ini perlu diusahakan supaya lembaga-lembaga
dan tata kerja Orde Baru dilepaskan dari ikatan pribadi dan lebih
diperlembagakan.
2) Bidang Ekonomi:
Demokrasi ekonomi sesuai dengan asas-asas yang menjiwai ketentuan-
ketentuan mengenai ekonomi dalam UUD 1945 yang pada hakikatnya
berarti kehidupan. yang layak bagi semua warganegara yang antara lain
mencakup,
a) pengawasan oleh rakyat terhadap
,
penggunaan kekayaan dan keuangan
negara.
b) koperasi
c) pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam
penggunaannya.
d) peranan pemerintah yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta
pelindung.
b. Munas III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)
Asas negara hukum Pancasila mengandung prinsip:
1) Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.
2) Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu
kekuasaan/kekuatan lain apa pun.
3) Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan
kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat
dipahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.


























BAB II
WAWASAN NUSANTARA
A. Dasar Pemikiran
Kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah) di bumi yang menerima
amanatNya untuk mengelola kekayaan alam. Kedudukan manusia tersebut
mencakup tiga segi hubungan, yaitu: hubungan antara manusia dengan Tuhan,
hubungan antar manusia, dan hubungan antara manusia dengan mahluk lainnya.
Manusia dalam melaksanakan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak
dalam dua bidang, universal filosofis dan sosial politis. Bidang universal filosofis
bersifat transenden dan idealistik, misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa,
pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa. Sedangkan bidang sosial politis
bersifat imanen dan realistis yang bersifat lebih nyata dan dapat dirasakan,
misalnya aturan hukum atau perundang-undanganyang berlaku dalam kehidupan
berbangsa, dan bernegara sebagai produk politik.
Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka,
Negara Indonesia memiliki unsur kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak
pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam.
Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air,
sebagaimana telah diperjuangkan oleh pendiri Negara ini.
B. Pengertian Wawasan Nusantara
Istilah wawasan berasal dari kata wawas yang berarti pandangan,
tinjauan atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata mawas yang
berarti memandang, meninjau atau melihat. Sedangkan wawasan berarti cara
pandang, cara tinjau atau cara melihat. Sedangkan istilah Nusantara berasal dari
kata nusa yang berarti pulau-pulau, dan antara yang berarti diapit diantara dua
hal. Istilah Nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan
dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara samudra Pasifik dan
samudra Indonesia serta diantara benua Asia dan benua Australia.
Sedangkan wawasan Nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
serta sesuai dengan geografi wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa
dalam mencapai tujuannya dan cita-cita nasionalnya.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
1. Wilayah (Geografi)
a. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)
Kata archipelago dan archipelagic berasal dari kata Italia
archipelagos. Akar katanya adalah archi berarti terpenting, terutama, dan
pelages berarti laut atau wilayah lautan. Jadi, archipelago dapat diartikan sebagai
lautan terpenting.
Istilah archipelago terdapat dalam naskah resmi perjanjian antara Republik
Venezza dan Michael Palaleogus pada tahun 1268. Perjanjian ini menyebut
Arc(h) Pelago yang maksudnya adalah Aigaius Pelagos atau laut Aigiayang
dianggap sebagai laut terpenting oleh Negara-negara yang bersangkutan.
b. Kepulauan Indonesia
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan
Nederlandsch Oost Indishe Archipelago .Itulah wilayah jajahan Belanda yang
kemudian menjadi wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai sebutan untuk
kepulauan ini sudah banyak nama dipakai, yaitu Hindia Timur, Insulinde oleh
Multatuli, Nusantara, Indonesia dan Hindia Belanda pada masa penjajahan
Belanda.
Sebutan Indonesia merupakan ciptaan ilmuwan J.R. Logan dalam Journal Of
the Indian Archipelago and East Asia (1850). Semakin terkenal berkat peran
Adolf Bastian, seorang etnolog, yang menegaskan arti kepulauan ini dalam
bukunya Indonesien order die Inseln des Malaysichen Archipels (1884-1889)
c. Konsepsi tentang Wilayah Lautan
Beberapa konsepsi mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai
berikut:
1) Res Nullius, menyatakan laut tidak ada yang memilikinya.
2) Res Cimmunis, Laut adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat
dimiliki oleh mesing-masing Negara.
3) Mare Liberum, wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
4) Mare Clausum (The Right and Dominion Of the Sea), hanya laut sepanjang
pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu negarasejauh yang dapat dikuasai
dari darat (kira-kira 3 mil)
5) Archipelagic State Principles (Asas Negara Kepulauan) yang menjadikan
dasar dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indonesia
memiliki laut territorial, perairan pedalaman, Zone Ekonomi Eksklusif, dan landas
kontinen. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Negara Kepulauan adalah Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
2) Laut Teritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 mil
laut diukur dari garis pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis iar surut
terendah sepanjang pantai.
3) Perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam
dari garis pangkal.
4) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis
pangkal. Didalam (ZEE) Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat
untuk keperluan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam hayati dari perairan.tanah dibawahnya
5) Landas Kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah
dibawahnya yang terletak diluar laut teritorialnya sepanjang merupakan
kelanjutan alamiah wilayah daratannya.
d. Karakteristik Wilayah Nusantara
Kepulauan Indonesia yang terletak diantara benua Asia dan benua
Australia dan diantarasamudra Pasifik dan samudra Indonesia, yang terdiri dari
17.508 pulau besar maupun kecil. Jumlah pulau yang sudah memiliki nama adalah
6.044 buah. Kepulauan Indonesia terletak pada batas astronomi sebagai berikut :
Utara : 6
0
08 LU
Selatan : 11
0
15 LS
Barat : 94
0
45 BT
Timur : 141
0
05 BT
Luas Wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km
2
, yang terdiri dari
daratan seluas 2.027.087 km
2
dan perairan seluas 3.166.163 km
2
. Jika
dibandingkan dengan Negara didunia, maka luas wilayah daratan Indonesia
menempati urutan ke 14.

2. Geopolitik dan Geostrategi
a. Geopolitik
1) Pengertian Geopolitik
Semula diartikan oleh Frederich Ratzel (1844 1904) sebagai ilmu bumi
politik istilah ini kemudian dikembangkan Rudolf Kjellen (1864 1922) dan Karl
Haushofer (1869 1964) dari Jerman menjadi Geographical politic dan disingkat
Geopolitik. Ilmu bumi politik mempelajari fenomena geografi dari aspek politik,
sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.
2) Geopolitik Bangsa Indonesia
Didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan yang luhur
dengan jelas dan tegas tertuang di dalam pembukaan UUD 1945. Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bangsa
Indonesia juga menolak paham ekspansionisme dan adu kekuatan yang
berkembang di Barat.
Dalam hubungan Internasional bangsa Indonesia berpijak pada paham
kebangsaan(nasionalisme) yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan
menolak pandangan Chauvisme
b. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, upaya mencapai tujuan atau
sasaran

yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik, pada hakekatnya
merupakan suatu seni yang implementasinya didasari instuisi perasaan dan hasil
pengalaman.
Contoh pertimbangan geostrategic untuk bangsa Indonesia adalah kenyataan
posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, disamping aspek geografi juga dari
aspek demografi, ideology, politik, ekonomi, social budaya dan Hankam.
Perinciannya sebagai berikut :
1) Geografi : terletak diantara dua benua, Asia dan Australia; serta diantara
samudra Pasifik dan samudra Hindia
2) Demografi : Penduduk Indonesia terletak diantara penduduk jarang diselatan
(Australia) dan penduduk padat diutara (RRC dan Jepang)
3) Ideologi : Ideologi Indonesia (Pancasila) terletak diantara liberalisme di
selatan (Australia dan Selandia Baru) dan komunisme diutara (RRC, Vietnam,
Korea Utara)
4) Politik : Demokrasi Pancasila terletak diantara demokrasi liberal diselatan dan
demokrasi rakyat di utara.
5) Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak diantara ekonomi kapitalis dan selatan
sosialis di utara
6) Sosial : Masyarakat Indonesia

terletak diantara masyrakat individualism
diselatan dan masyarakat sosialisme di utara.
7) Budaya : Budaya Indonesia terletak diantara budaya barat diselatan dan
budaya timur di utara.
8) Hankam : Geopolitik dan Geostrategi Hankam (Pertahanan dan Keamanan)
Indonesia terletak diantara wawasan kekuatan maritime di selatan dan
wawasan kekuatan continental diutara.
3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
a. Sejak 17-8-1945 sampai dengan 13-12-1957
Ordonasi tahun 1939 tersebut menetapkan batas wilayah laut territorial
sejauh 3 mil dari garis pantai ketika surut, dengan asas pulau demi pulau secara
terpisah-pisah
b. Dari Deklarasi Juanda
(13-12-1957) ssampai dengan (17-2-1969)
Tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan Deklarasi Juanda yang dinyatakan
sebagai pengganti Ordonasi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:
1) Perwujudan bentukwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh
dan bulat.
2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas
Negara Kepulauan (Archipelagic State Principles)
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Asas kepulauan itu mengikuti ketentuanYurisprudensiMahkamah
Internasional pada tahun 1951. Dengan berdasarkan asas kepulauan maka wilayah
Indonesia adalah satu kesatuan kepulauan nusantara termasuk perairannya yang
utuh dan bulat.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 4/Prp/1960
tanggal 18 Februari 1960.
Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan peraturan
Pemerintah No.8 tahun 1962 tentang lalu lintas damai diperairan pedalaman
Indonesia (Internal Waters) yang meliputi :
a) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia
b) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas, dan
c) Semua pelayaran dari dan kelaut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.
Pengaturan demikian ini sesuai dengan salah satu tujuan Deklarasi Juanda
tersebut diatas dalam rangka menjaga keselamatan dan keamanan RI.
c. Dari 17-2-1969 (Deklarasi Landas Kontinen) sampai sekarang
Deklarasi ini merupakan konsep politik yang berdasarkan konsep wilayah.
Deklarasi ini dipandang pula sebagai upaya untuk mewujudkan pasal 33 ayat 3
UUD 1945.
Asas-asas pokok yang termuat dalam dalam Deklarasi tentang landasan kontinen
adalah sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinenIndonesia
adalah milik eksklusif Negara RI.
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen
dengan Negara-negara tetangga melalui perundingan
3) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang
ditarik dari tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah
terluar Negara tetangga
4) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta ststus dariperairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara diatasnya
d. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif terjadi pada 21 Maret 1980. Batas ZEE adalah
selebar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah Indonesia. Alasan-
alasan yang mendorongpemerintah mengumumkan ZEE adalah :
1) Persediaan ikan yang semakin terbatas
2) Kebutuhan untuk pembangunan Nasional Indonesia
3) ZEE mempunyai kekuatan hokum Internasional
Melalui perjuangan panjang di forum Internasional, akhirnya konfrensi
PBB tentang hukum laut IIdi New York 30 April 1982 menerimaThe United
Nation Convention On the Law of the Sea (UNCLOS), dan ditanda tangani pada
10 Desember 1982di Montego Bay, Jamaica oleh 117 negara termasuk Indonesia.
Pemerintah dan DPR Negara RI kemudian menetapkan UU No. 5 tahun 1983
tentang ZEE, serta UU No. 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS.
D. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara
1. Wadah
Wawasan Nusantara sebagai wadah meliput tiga komponen :
a. Wujud wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara ditentukan oleh lautan yang
didalamnya terdapat ribuan gugusan pulau yang saling dihubungkan oleh
dalamnya perairan. Baik laut maupun selatserta dirgantara diatasnyayang
merupakan satu kesatuan ruang wilayah. Sedangkan secara vertical ia merupakan
suatu bentuk kerucut terbuka ke atas dengan titik puncak kerucut di pusat bumi.
b. Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organisasi Negara didasarkan pada UUD 1945
yang menyangkut bentuk dan kedaulatan Negara, kekuasaan Pemerintah, sistim
pemerintahan, dan sistim perwakilan. Kedaulatan berada ditangan rakyat yang
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Menganut system Presidensial. Presiden
memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan UUD 1945.
c. Tata Kelengkapan Organisasi
Adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus dimiliki
oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organisasi
masyarakat, kalangan pers serta seluruh aparatur Negara.
2. Isi Wawasan Nusantara
Tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia dalam
eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.
a. Cita-cita Bangsa Indonesia tertuang didalam pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan :
1) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur
2) Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3) Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan Bangsa, dan ikut melakssanakan ketertiban dunia yng berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
b. Asas Keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh
yang menyeluruh yang meliputi:
1) Satu kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup daratan, perairan dan
dirgantara secara terpadu.
2) Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan satu ideology dan identitas
Nasional
3) Satu kesatuan Sosial-Budaya, satu perwujudan masyarakat atas dasar
Bhineka Tunggal Ika
4) Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas
kekeluargaan
5) Satu kesatuan pertahanandan keamanan dalam satu system terpadu, yaitu
system pertahanan keamanan rakyat semesta
6) Satu kesatuan kebijakan Nasional dalam arti pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya yang mencakup aspek kehidupan Nasional.
3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan
Lahiriah
a. Tata Laku Batiniah berdasarkan falsafah bangsa yang membentuk sikap
mental bangsa yang memiliki kekuatan bathin.
b. Tata Laku Lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti
kemanunggalan kata dan karya, keterpaduan pembicaraan dan perbuatan.
E. Implementasi Wawasan Nusantara
1. Wawasan Nussantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
yang sesuai dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalm sejarah
perjuangan bangsa Indonesia sejak awal proses pembentukan Negara kesatuan
Republik Indonesia sampai sekarang.
Dengan demikian Wawasan Nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan
kesatuan aspek kehidupan Nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan
keutuhan bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian
dunia.
2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
a. Perwujudan kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Politik
1) Kebulatan wilayah dengan segala isinya merupakan modal dan milik bersama
bangsa Indonesia.
2) Keanekaragaman suku, budaya, dan Bahasa Daerah serta agama yang
dianutnya tetap dalam kesatuan Bangsa Indonesia.
3) Secara Psikologis, bangsa Indonesia merasa satu persaudaraan, senasib dan
seperjuangan, sebangsa dan setanah air untuk mencapai cita-cita bangsa yang
sama.
4) Pancasila merupakan falsafah dan ideology pemersatu Bangsa Indonesia yang
membimbing kearah tujuan yang sama
5) Kehidupan politik diseluruh wilayah nusantara system hokum nasional.
6) Seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan system hokum
nasional.
7) Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban
dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas dan aktif.
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
1) Kekayaan Nusantara adalah modal bersama bangsa untuk memenuhi
kebutuhan diseluruh wilayah Indonesia secara merata.
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi
3) Perekonomian bersama atas asas kekeluargaan dalam system ekonomi
kerakyatan untuk kemakmuran rakyat.
c. Perwujudan Kepulauan Nusantarasebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
1) Satu Bangsa yang harus memiliki kehidupan serasi dan seimbang sesuai
dengan kemajuan bangsa.
2) Satu kesatuan dengan corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan
budaya bangsa.
d. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan
Keamanan
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau hakikatnya adalah ancaman terhadap
seluruh bangsa dan Negara.
2) Warga Negara punya Hak dan Kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan Negara.
3. Penerapan Wawasan Nusantara
a. Diterimanya konsepsi Nusantara di forum Internasional, sehingga terjaminlah
wilayah territorial Indonesia
b. Pertambahan luas wilayah sebagi ruang hidup yang dapat menghasilkan
sumber daya
c. Pertambahan luas wilayah dibidang perikanan
d. Penerapan wawasan Nusantara dalam pembangunan negara diberbagai bidang
sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi.
e. Penerapan dibidang social budaya
f. Penerapan Wawasan Nusantara dibidang pertahanan keamanan
4. Hubungan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Dalam penyelenggaraan kehidupan Nasional diperlukan suatu landasan
dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan nasional. Ketahanan
Nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.




























BAB III
KETAHANAN NASIONAL
A. Latar Belakang dan Landasan Ketahanan Nasional
1. Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh
bangsa. Sudah sejak lama lndonesia menjadi incaran banyak Negara atau bangsa
karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan
alam yang banyak. Kenyataannya, ancaman datang tidak hanya dari luar tetapi
juga dari dalarn. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan
terbentuknya negara Kesatuan Republik Indonesia, ancaman dan gangguan dari
dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang ideologis.
Meskipun demikian bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk
tetap tegaknya Negara Kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang
dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan pada lingkungan
dunia yans serba berubah akan memberikan motivasi dalam menciptakan
suasana damai tertib dalam tatanan nasional dan hubungan internasional yang
serasi.
Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa
Indonesia dengan adanya tekad bersama menggalang kesatuan dan keutuhan
bangsa. Berbagai pemberontakan dan gerakan seperatis pernah muncul seperti
pemberontakan PKI. DI/TII Kartosuwiryo, PRRI Permesta dan juga gerakan
separatis RMS serta keinginan menyelenggarakan pemerintahan sendiri di Tirnor
Timur yang pernah menyatakan dirinya berintegrasi dengan lndonesia meskipun
akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya kembali daerah tersebut.
Ancaman separatis dewasa ini ditunjukkan dengan banyaknya wilayah atau
propinsi di Indonesia yang rnenginginkan dirinya merdeka lepas dari Indonesia
seperti Aceh, Riau. lrian Jaya dan beberapa daerah lain. Begitu pula beberapa
aksi provokasi yang mengganggu kestabilan kehidupan sampai terjadinya
berbagai kerusuhan yang diwarnai nuansa etnis dan agama. Bangsa lndonesia
telah berusaha menghadapi semua ini dengan semangat persatuan dan keutuhan.
Meskipun demikian. gangguan dan ancaman akan terus ada selama perjalanan
bangsa, maka diperlukanlah kondisi dinamis bangsa yang dapat mengantisipasi
keadaan apa pun yang terjadi di negara ini.
Kekuatan bangsa dalam menjaga keutuhan negara Indonesia tentu saja
harus selalu didasari oleh segenap landasan baik landasan ideal, konstitusional
dan juga wawasan visional. Landasan ini akan memberikan kekuatan konseptual
filosofis untuk merangkum, mengarahkan, dan mewarnai segenap kegiatan
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Landasan-landasan Ketahanan Nasional
a. Pancasila sebagai Landasan Ideal
Peranan Pancasila sebagai landasan ideal tidak dapat dipisahkan dari
kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Menurut
Kaelan, pandangan hidup merupakan kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang
merupakan suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan
hidup ini berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk rnenata kehidupan diri
pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam
sekitamya (Kaelan, 1999:57). Nilai-nilai luhur Pancasila akan mewarnai aplikasi
nilainya dalam perbuatan manusia Indonesia baik dalam melaksanakannya secara
objektif dalam penyelenggaraan negara (yang berkaitan dengan pelaksanaan
hukum positif) maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu atau
melaksanakan Pancasila secara subjektif. Pelaksanaan Pancasila sebagai padangan
hidup dimaksudkan untuk menyadarkan rakyat bahwa hakikat kehidupan manusia
adalah keterkaitan antara manusia dengan TuhanNya. antara manusia satu dengan
yang lain, dan antara manusia dengan lingkungan. Pancasila merupakan sumber
kejiwaan masyarakat yang memberi pedoman bahwa kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pancasila dalam hal ini merupakan
asas nilai dan norma dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara (Kelompok Kerja Tannas. 2000:5).
Dalam kapasitasnya scbagai ideologi, Pancasila merupakan cita-cita
bangsa yang merupakan ikrar segenap bangsa dalam upaya mewujudkan
masyarakat adil makmur yang merata material maupun spiritual. Pancasila
merupakan asas kerohanian yang akan membawa bangsa dalam suasana rnerdeka,
berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat. tertib dan damai (Kaelan, 1999:62).
Peranan Pancasila dalam kapasitasnya sebagai dasar negara sebagaimana
tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya mencerminkan nilai-
nilai dasar Pancasila yaitu keseimbangan, keserasian dan keselarasan, persatuan
dan kesatuan. Nilai-nilai dasar ini telah mewadahi seluruh kondisi objektif
bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan berbagai
macam corak budayanya. Pancasila juga menjadi asas kerohanian tertib hokum
Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan dalam empat pokok
pikirannya, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945 dan memberikan
acuan dalam mewujudkan cita-cita hukum dasar negara baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Pancasila juga mengandung norma bahwa dalam penyelenggaraan
negara terus tetap dipelihara budi pekerti dan tetap dipegang teguh cita-cita
bangsa. Pancasila hendaknya juga sebagai sumber semangat penyelenggaraan
negara (Kelompok Kerja Tannas, 2000:5)

b. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional
Bertolak dari pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia yang
sekaligus mengandung cita-cita hukum yang termuat dalam pembukaan UUD
1945, maka UUD 1945 sendiri merupakan keputusan politik ini kemudian
diturunkan dalam norma-norma konstitusional (perundangan) untuk menentukan
sistem negara dengan pemerintahan negara dengan bentuk-bentuk konsep
pelaksanaannya secara spesifik. Oleh karena itu maka sudah semestinya seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara tercakup dalam peraturan
perundang-undangan mulai dari lingkup nasional ke bawah dari yang
mengandung pokok-pokok sampai dengan peraturan yang terinci bahkan sampai
petunjuk teknisnya. Demikian diharapkan dapat terselenggara kehidupun
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku, yaitu sesuai dengan hukum konstitusional yang diderifasikan dari
sistem pemerintahan Negara sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan UUD l945
Negara Indonesia bukanlah negara berdasarkan atas kekuasaan Artinya
penyelenggaraan Negara tidak didasarkan atas kekuasaan yang membawa pada
sistem pemerintahan yang totaliter (Kelompok Kerja Tannas, 2000:6) Negara
Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada aturan konstitusional, berdasar
atas hukum. Kekuasaan dan kewenangan itu jelas ada tetapi tetap dalam kerangka
aturan penyelenggaraan negara menurut hukum atau perundangan yang berlaku.
Hukum di sini bukan dikuasai golongan sehingga golongan tertentu bisa berlaku
sewenang-wenang dengan berdalih dan berkedok hukum. Hukum di sini juga
tidak hanya untuk menghukum orang yang lemah, tetapi hukum vang berlaku bagi
setiap perorangan dan golongan. Semua bersamaan kedudukannya di dalam
hukum. Hukum berlaku bagi seluruh rakyat dan bahkan termasuk pemerintah
oleh karenanya, pemerintah sebagai institusi yang berwenang mengatur negara
juga tidak boleh melawan hukum, begitu pula oknum penguasa secara pribadi.
Hukum akan mengatur seluruh kehidupan bangsa dan negara untuk menjaga
ketertiban hidup di masyarakat.
Sebagaimana disebutkan di atas, pemerintah pun dapat dikenai hokum
Pemerintah apalagi Presiden sebagai oknum atau institusi, bukanlah penguasa
yang bersifat absolut dan tidak terbatas. Presiden adalah penyelenggara.
Pemerintah yang tertinggi di bawah MPR dan berada sebagai orang nomor satu di
Indonesia. Kewenangan memerintah ini pun akan dibagi dalam kekuasaan
pemerintah ke bawah dan dalam beberapa institusi kelembagaan tinggi negara
lainnya. Dengan dimilikinya ide sistem negara yang demokratis diharapkan
dalam prosesnya segala pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan
kehidupan kenegaraan tetap bersumber dan mengacu pada kepentingan dan
aspirasi rakyat.

c. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional
Bangsa lndonesia merintis jalan kebangsaannya dengan berjuang mulai
dari jaman penjajahan secara fisik dan intelektual. Hal ini ditunjukkan dengan
perjuangan dengan berdirinya beberapa organisasi kebangsaan yang merintis
kebangkitan kesadaran kebangsaan dan semangat untuk merdeka Pada akhirnya
titik balik perjuangan tercapai dalam peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945.
Meskipun demikian, ini bukan akhir perjuangan. Perjuangan melanggengkan
keadilan negara dengan tetap menjaga kemerdekaan dan keutuhan negara menjadi
tugas kenegaraan berikutnya. Konstelasi geografis indonesia yang sangat luas dan
kondisi objektif sosial budaya yang sangat sarat dengan muatan perbedaan suku,
agama, ras, dan antar golongan rnenjadi tantangan tersendiri bagi bangsa
Indonesia untuk tetap menjaga kelangsungan dan keserasian hidupnya,
Kehidupan negara yang dinamis dan perjuangan untuk membangun identitas dan
integritas bangsa sehingga menjadi bermartabat dalam hubungan negara-negara
dunia menjadi semangat perjuangan untuk tetap berkembang maju.
Semangat penyelenggaraan negara ini penting untuk mencapai tujuan
negara sebagaimana yang tersurat dalam pembukaan UUD 1945. Perkembangan
lingkungan local nasional regional dan internasional yang selalu berubah dan
selalu mempengaruhi kehidupan kenegaraan menuntut bangsa Indonesia untuk
selalu berpegang pada konsep cara pandang terhadap bangsa dengan segenap
lingkungun strategisnya tersebut. Cara pandang atau wawasan nasional yang
disebut wawasan Nusantara sebagaimana sudah diterangkan pada bagian
sebelumnya merupakan kebutuhan bagi bangsa untuk menjadi pancaran falsafah
Pancasila yang diterapkan dalam kondisi objektif bangsa dengan seluruh kondisi
dinamisnya. Wawasan Nusantara melandasi upaya meningkatkan Ketahanan
Nasional berdasarkan dorongan mewujudkan cita-cita. mencapai tujuan nasional.
Dan menjamin kepentingan nasional. Dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan
nasional tersebut cara pandang bangsa sangat diperlukan untuk menjaga kesatuan
langkah. Wawasan ini pun harus ditambah konsep pembinaan keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
yang disebut Ketahanan Nasioial (Kelompok Kerja Tannas,2000:7).



B. Ruang Lingkup pengertian Ketahanan Nasional
1. Pokok-pokok pikiran yang Mendasari Konsepsi Ketahanan Nasional.
Konsepsi Ketahanan Nasional mengandung keuletan dan ketangguhan
dalam rangka tetap mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi segala
potensi tantangan, ancaman dan segala gangguan yang berasal dari dalam dan luar
negeri. Konsepsi ini sesungguhnya didasarkan atas beberapa pokok pikiran :
a. Manusia adalah Makhluk yang Berbudaya
Manusia hidup secara naluriah untuk menjalankan kodrat fisiknya dan
lebih dari itu manusia mengaktualisasikan kemampuan dirinya yang lebih
dibanding dengan kemampuan makhluk lain. Manusia memiliki kemampuan
akal budi yang memungkinkan ia mengaktualisasikan kreativitanya dalam
berhubungan dengan Tuhan, manusia lain. dan alam sekitarnya Manusia
senantiasa mengembangkan kemampuan lahir dan batinnya untuk mencapai
tingkatan rnartabat makhluk yang berbudaya dan memiliki tingkatan martabat
lebih tinggi daripada binatang.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri
intelegensi dan keterampilan. Dengan kemampuannya ini manusia berjuang
mempertahankan eksistensi, kelangsungan hidup, dan mengembangkan
kreativitasnya dalam rangka mengaktualisasikan potensi dalam dirinya Aktivitas
manusia dalam mengembangkan potensinya ini akan muncul dalarn beberapa
bentuk kegiatan yang sering dikelompokkan dalam berbagai bidang. Agama
merupakan institusi yang, mewadahi kegiatan manusia dalam berhubungan
dengan Tuhan atau kekuasaan supranatural yang lain sehingga muncul
kepercayaan, agama wahyu atau agama budaya dan sebagainya. Dalam hal cita-
cita dan gagasan secara konseptual maka akan muncul ideologi. Berkait dengan
hasrat manusia untuk menguasai orang lain, manusia mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi dan mengatur orang lain akan memunculkan bidang politik. Dalam
hal pemenuhan kebutuhan hidup dengan segala aktivitasnya muncul
berkembanglah ekonomi. Bidang sosial adalah bidang yang menyangkut
hubungan antar manusia Terkait dengan kreativitas manusia mengembangkan
kebudavaan sebagai hasil pemanfaatan alam dan pengembangan pemikiran
manusia muncul bidang ilmu pengetahuan dan teklologi. Berhubungan dengan
rasa aman sebagai salah satu kebutuhan manusia. maka berkembanglah istilah
pertahanan keamanan (Lemhanas RI 2000:96)
Semua hal tersebut terjadi karena manusia ingin memenuhi kebutuhan
ingin memenuhi kebutuhan, ingin berkembang, ingin memperluas pengetahuan,
juga ingin menunjukkan kemampuan dan kreasinya. Kesadaran atas potensi
manusia di bidang sebagaimana tersebut di atas selaras dengan pemahaman akan
ketahanan nasional yang memungkinkan negara dihuni beragam manusia ini
mengalami dinamika yang cukup fluktuatif.

b. Tujuan Nasional, Falsafah, dan Ideologi Negara.
Tujuan Nasional bangsa menjadi pokok pikiran bagi perlunya Ketahanan
Nasional karena Negara Indonesia sebagai suatu organisasi dalam rangka
kegiatannya untuk mencapai tujuan akan selalu menghadapi masalah-masalah
baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari Iuar. Oleh karena itu
negara yang mempunyai tujuan nasionalnya sendiri, dalam rangka akivitas
penyelenggaraan kegiatan kenegaraannya untuk mencapai tujuan memerlukan
kondisi dinamis, yang mampu memberikan fasilitas bagi tercapainya tujuan
tersebut. Begitu juga falsafah pancasila sebagai pandangan hidup dan sebagai
ideologi negara, yang mengandung unsur cita-cita dalam rangka menunjang
tercapainya tujuan nasional, merupakan asas kerohanian yang mendasari gerak
pencapaian Hal itu tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 yang memuat semangat
perjuangan membela hak asasi untuk merdeka, tercantumnya tujuan negara yang
harus dicapai, kepercayaan adanya kuasa Allah dan landasan falsafah pancasila
yang termuat pada alinea keempat.
Bebarapa hal tersebut di atas memberi dasar pemikiran perlunya kondisi
dinamis dalam mencapai tujuan negara bangsa yang disebut Ketahanan Nasional.
Terkait dengan bahasan tersebut telah ditegaskan dalam Pembukaan UUD
1945 (Lemhannas RI 2009:97).


Alinea I
Menyatakan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala
bangsa,
Pada intinya : merdeka merupakan hak segala bangsa dan penjajahan
bertolak belakang dengan konsep penghargaan hak-hak asasi manusia.
Alinea 2
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan .telah sampai ke depan
pintu gerbang kemerdekaan negara lndonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur".
Pada intinya : kemerdekaan adalah syarat dapat mengadakan
pembangunan dalam rangka meraih masa depan dan cita-cita sesuai dengan
tuiuan,nasional. Tidak cukup negara ini merdeka, itupun juga harus berdaulat,
adil dan makmur.
Alinea 3
"Atas berkat rakhmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh suatu keinginan luhur maka dengan ini bangsa lndonesia menyatakan
kemerdekaannya"
menunjukkan bahwa pencapaian cita-cita kemerdekaan tidak semata-mata hasii
perjuangan, tetapi juga atas karunia dan kekuasaan Allah. Disini terlihat adanya
dorongan spiritual baik dalam proses kemerdekaan maupun dalam rangka mengisi
kemerdekaan.
Alinea 4
"Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa lndonesia dan seluruh tumpah darah
lndonesia ....(dst) ., maka disusuplah Kemerdekaan Kebangsaan lndonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada . . ,. (Pancasila)"
Pada intinya : cita-cita nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 tersebut harus dicapai dalam wadah negara Kesatuan Republik lndonesia
dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila.

2. Pengertian Ketahanan Nasional dan pengertian Konsepsi Ketahanan
Nasional.
Ketahanan Nasional (Indonesia) adalah kondisi dinamis suatu bangsa
(Indonesia) yang meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi
keuletan dan ketangguhan yang menagndung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional, dalam mengahadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman,
hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk
menjamin identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan mencapai tujuan nasional (Lemhannas, 2000:98).
Pemyataan konseptual yang komplek tersebut di atas dapat dijelaskan
unsur-unsurnya (Sunarso dan Kus Eddy Sartono, 2000:23) sebagai berikut:
Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan suatu dapat bertahan, kuat menderita.
Atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam
menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
I dentitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan
(holistik). Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi
masyarakat yang ciibatasi oleh wilayah, dengan penduduk, sejarah.
pemerintahan dan tujuan nasional serta dengan peran internasionalnya.
I ntegritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik
unsur sosiai maupun alamiah. baik yang bersifat potensial maupun
fungsional.
Ancaman
Yang dirnaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual,
kriminal dan politis

Tantangan
yaitu hal atau usaha yang bersifat menggugah kemampuan. Biasanya ini
terjadi karena sesuatu kondisi yang memaksa, sehingga menyebabkan
seseorang atau kelompok orang merasa harus berbuat sesuatu untuk
menghadapi keadaan yang dikarenakannya.
Hambatan
Adalah hal atau usaha dari diri sendiri yang bersifat dan bertujuan
melemahkan atau menghalangi secara tidak kosepsional.
Gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar, bersifat dan bertujuan
melemahkan dan atau menghalangi secara tidak konsepsional.

Ketahanan nasional ini merupakan kondisi dinamis yang harus diwujudkan
oleh suatu Negara dan harus dibina secara dini, terus , menerus dan sinergis
dengan aspek-aspek kehidupan bangsa yang lain. Tentu saja ketahanan Negara
tidak semata-mata tugas Negara sebagai institusi apalagi pemerintah. Ketahanan
Negara merupakan tanggung jawab,seluruh anggota bangsa lndoesia baik dalam,
lingkup pribadi. keluarga dan juga lingkungan yang lebih luas local maupun
nasional. Apabila modal keuletan dan ketangguhan sudah ada pada bangsa
lndonesia maka sudah semestinya kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional akan bisa dikembangkan dengan baik
Pemikiran konseptual tentang ketahanan Negara ini didasarkan atas
konsep geostrategi, yaitu konsep yang ditrancang dan dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi bangsa dan kondisi stelasi geograsi Indonesia yang
disebut dengan konsepsi Ketahanan Nasional.
Konsepsi Ketahanan Nasional (lndonesia) adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan
negara secara utuh dan menyeluruh terpadu berlandaskan Pancasila. UUD 1945
dan Wawasan Nusantara (Lemhanas, 2000: 99).
Konsepsi sebagaimana diuraikan di atas merupakan pedoman atau sarana
untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan. Konsepsi ini dengan demikian rnenjadi metode
yang digunakan dalam rangka mengarahkan usaha rnencapai keuletan dan
ketangguhan bangsa yang diharapkan. Kesejahteraan yang dimaksud adalah
kemampuan bangsa dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai nasionalnya bagi
kemakmuran yang adil dan merata, jasmani dan rohani. Sedangkan keamanan
dalam pengertian ini adalah kemampuan bangsa untuk melindungi nilai-nilai
nasionalnya terhadap ancaman dari dalam dan dari luar (Lemhannas, 2000:99).

3. Hakikat Ketahanan Nasional dan Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional.
Berdasarkan uraian pengertian di atas maka dapat disimpulkan hakikat
Ketahanan nasional dan konsepsi Ketahanan nasional sebagai berikut
(Lemhamas, 2000:99).
Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk
dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
nasional. Hakikat "konsepsi nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras
dalam seluruh aspek kehidupan nasional.
Berdasarkan uraian sekitar pengertian Ketahanan Nasional di atas maka
dapat dilihat ada tiga "wajah" yang di gambarkan dalam konteks ketahanan
nasional (Sunarso dan Kus Edy Sartono,2000:34):
a. Ketahanan Nasional sebagai suatu kenyataan nyata atau real.
Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan "kondisi dinamik" dan adanya
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dilawankan kemampuan
yang ada dalam menghadapinya.
b. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi
Hal ini ditunjukkan dengan definisi tentang Konsepsi Ketahanan Nasional
lndonesia sebagai konsep pengaturan dan penyelenggaraan negara.
c. Ketahanan Nasional sebagai metode berfikir atau metode pendekatan.
Hal ini ditunjukkan dengan konsepnya dalam melihat keseluruhan aspek
sebagai satu kesatuan utuh yang harus terpelihara dan dijaga keamanan dan
kelangsungannya.

4. Asas-asas Ketahanan Nasional
Asas Ketahanan nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang
tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Asas-
asas tersebut adalah sebagai berikut (Lemhannas, 2000:99-11)
a. Asas kesejahteraan dan keamanan
Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan wajib dipenuhi bagi
individu maupun masyarakat atau kelompok.
Di dalam kehidupan nasional berbangsa dan bernegara, unsur kesejahteraan
dan keamanan ini biasanya menjadi tolok ukur bagi mantap atau tidaknya
Ketahanan Nasional.
b. Asas komprehensif integral/menyeluruh terpadu
Artinya, ketahanan nasional mencakup seluluh aspek kehidupan. Aspek-
aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan perpaduan secara
selaras. serasi dan seimbang
c. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar.
Proses saling berkaitan, berhubungan dan berinteraksi antar aspek dalam.
kehidupan nasionai sebagaimana tersebut di atas tentu saja tidak terlepas dari
munculnya dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dalam hal
mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan sifat dan kondisi kehidupan
nasional berdasarkan nilai-nilai kemandirian dan dalam rangka meningkatkan
kualitas kemandirian bangsa. Dalam hal mawas ke luar dilakukan dalam
rangka mengantisipasi, menghadapi dan mengatasi dampak lingkungan
negeri. Lebih dari itu dalam hal mawas ke luar ini diperlukan aktivitas untuk
berperan daiarn kehidupan intemasional dan dalam rangka menumbuhkan
kesadaran bahwa kehidupan nasional tidak bebas dari ketergantungan dengan
kehidupan intemasional. untuk tetap menjamin kepentingan nasional,
kehidupan nasional harus tetap mampu mengembangkan kekuatan nasional
sehingga akan dipunyai daya tangkal dan daya tawar dalam bernegosiasi
dengan kepentingan Negara lain atau internasional.
Dalam hal berhubungan dengan negara-regara lain ini diutamakan interaksi
berbentuk kerjasama, saling rnenguntungkan.
d. Asas kekeluargaan
Asas ini berisi sikap-sikap hidup yang diliputi keadilan kebersamaan,
kesamaan, gotong-royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Dalam hal hidup dengar asas kekeluargaari ini diakui adanya perbedaan, dan
kenyataan real ini dikembangkan secara serasi dalam kehidupan kemitraan'
dan dijaga dari konflik yang bersifat merusak atau destruktif'.



















BAB IV
POLITIK STRATEGI NASIONAL

A. Pengertian Istilah
1. Pengertian Politik
Istilah Politik berasal dari bahasa Yunani Polis yang artinya negara
(city state) yang terdiri atas adanya rakyat, wilayah dan pemerintah yang
berdaulat. Adapun orang yang berpolitik disebut Politicos. Menurut
Aristoteles (Filsuf Yunani) manusia adalah Zoon Politicon, yakni makhluk
politik, yaitu hidup dalam suatu wilayah tertentu bersama sama yang lain
dengan saling membantu di bawah suatu Pemerintahan yang disetujui
bersama.
Dalam bahasa Indonesia, kata politik atau Politics mengandung arti
suatu keadaan yang dikehendaki, disertai cara dan alat yang digunakan untuk
mencapainya. Dalam pengertian tersebut, politik dimaksudkan sebagai
kepentingan umum, atau usaha untuk kepentingan umum, sedangkan politik
tertentu yang lebih menjamin terlaksananya usaha, keinginan atau suatu
keadaan yang dikehendaki.
Demikianlah bahwa pada umumnya dapat dikemukakan bahwa politik
adalah berbagai kegiatan dalam suatu negara yang berkaitan dengan proses
menentukan tujuan dan upaya-upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut,
pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai seleksi dari beberapa
alternatif dan penyusunan skala prioritasnya. Untuk melaksanakan tujuan
perlu ditentukan Kebijaksanaan (Policy) yang menyangkut pengaturan,
pembagian dan alokasi dari sumber yang ada.
Politik berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power),
pengambilan keputusan (Decisionmaking), kebijaksanaan (Policy), pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation).
Negara, adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya.
Kekuasaan, adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau suatu sesuai dengan keinginan dari
pelaku.
Keputusan, adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif.
Sedangkan pengambilan keputusan menunjukkan pada proses yang terjadi
sampai keputusan itu tercapai. Pengambilan keputusan rnerupakan konsep
pokok dari politik menyangkut keputusan yang diambil secara kolektif dan
yang mengikat seluruh masyarakat. Setiap proses membentuk kebijaksanaan
umum atau kebijaksanaan pemerintah adalah hasil dari suatu proses
mengambil keputusan, yaitu memilih antara/beberapa alternatif yang akhirnya
ditetapkan sebagai kebijaksanaan pemerintah.
Kebijaksanaan, adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seseorang pelaku kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan
cara-cara untuk mancapai,tujuan itu. Pada prinsipnya fihak yang membuat
kebijaksanaan mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.
Pembagian dan alokasi, yang dirnaksud adalah pembagian dan
penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Apabila nilai tidak
merata maka akan menimbulkan konflik. Nilai (value) adalah sesuatu yang
dianggap baik atau benar, sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang mempunyai
harga dan karena itu dianggap baik dan benar, sesuatu yang ingin dimiliki oleh
manusia. Nilai dapat bersifat abstrak seperti kejujuran, kebebasan keadilan dan
sebagainya, dan juga bersifat kongkrit seperti rumah, tanah dsb.
Adapun yang dimaksud Politik dalam pengertian ini adalah
kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai tujuan dan cita-
cita bangsa.
2. Pengertian Strategi
Pengertian Strategi yang ada pada awalnya dikenal dikalangan militer
yang diartikan sebagai the art of the general atau seni seorang panglima,
dan penggunaannya dalam peperangan, sebagaimana diungkapkan oleh Karl
Von Clausewitz (1780-1831) strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan
pertempuran untuk kepentingan memenangkan perang. Sedangkan Antoine
Henri Jomini (1779-1869) mengertikan strategi sebagai seni
menyelenggarakan perang di atas peta dan meliputi seluruh kawasan operasi,
namun dewasa ini harnpir disemua kalangan lazim menggunakan kata strategi,
baik itu pada urusan ekonomi, budaya ataupun dalam kegiatan olah raga, dsb.
Pengertian strategi secara umum adalah cara untuk rnendapatkan kemenangan
atau cara untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Demikian, strategi pada dasarnya merupakan suatu kerangka rencana
dan tindakan yang disusun dan disiapkan dalam suatu rangkaian pentahapan
yang masing-masing merupakan jawaban terhadap.tantangan baru yang terjadi
sebagai akibat dari langkah sebelumnya, dan keseluruhan proses terjadi dalam
suatu arah yang telah digariskan.
3. Politik Nasional dan Strategi Nasional (Politik Strategi Nasional)
Politik nasional, dengan memperhatikan pengertian politik seperti di
atas, dapat dirumuskan sebagai asas, haluan usaha serta kebijaksanaan
tindakan dari negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan,
pemeliharaan, dan pengendalian, serta penggunaan potensi nasional untuk
mencapai tujuan nasional).
Strategi Nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. yakni
merupakan pelaksanaan dari kebijaksanaan nasional. Dalam melaksanakan
politik nasional disusunlah strategi nasional, seperti jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.

B. Penyusunan Politik Strategi Nasional
1. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik
Penyusunan politik dan Strategi nasional dilaksanakan berdasarkan
UUD 1945 sebagai Hukum Dasar yang mengikat Pemerintah sebagai
penyelenggara negara. Apabila dipahami lebih lanjut bahwa lembaga-lembaga
negara, yakni MPR, Presiden, DPR, DP A, MA dan BPK sebagaimana
terdapat dalam UUD 1945, adalah merupakan Suprastruktur Politik,
sedangkan badan yang ada di masyarakat seperti partai politik, ormas, media
massa, keiompok kepentingan dan pranata politik lainnya adalah merupakan
Infrastruktur politik. Adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya
kerjasama yang baik antara Suprastruktur dan infrastruktur politik akan
memudahkan terwujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana
terumuskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Penyusunan politik dan strategi negara di tingkat Suprastruktur
dilakukan oleh Presiden sebagai mandataris MPR setelah memahami Garis-
Garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR dengan langkah awal
menyusun Program Kabinet yang diikuti dengan menunjukkan para menteri
kabinet sebagai pembantu presiden. Program kabinet dapat dikatakan sebagai
politik negara yang digariskan Presiden. Demikianlah Politik nasional di
gariskan oleh Presiden sebagai mandataris MPR, dan Strategi Nasional
dilaksanakan oleh para Menteri dan jajarannya berdasarkan arahan Presiden.
Ditingkat infrastruktur, politik dan strategi nasional merupakan sasaran
yang hendak dicapai yang meliputi bidang Hukum, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan Hankam. Masyarakat melalui pranata politik yang ada di era
reformasi memiliki peranan yang penting, yaitu berapaya mengontrol jalannya
politik dan strategi nasional yang telah ditetapkan oleh MPR sebagai Garis-
Garis Besar Haluan Negara maupun yang dilaksanakan oleh Presiden beserta
penyelenggaraan negara lainnya. Hal ini dimungkinkan oleh karena semakin
tingginya kesadaran masyarakat akan hak-haknya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Penentu Kebijakan
Sesuai dengan sistem pemerintahan negara yang diatur dalam
konstitusi, bahwa Penentu Kebijakan adalah bertingkat-tingkat, yakni penentu
kebijakan puncak, kebijakan umum, kebijakan khusus dan kebijakan teknis.
Kebijakan Puncak dilakukan oleh MPR yang berwenang menetapkan
UUD 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara, dan Presiden sebagai
Kepala Negara dalam kekuasaannya yang berkaitan dengan pelaksanaannya
Pasal 10, 11, 12, 13, 14 dan 15. UUD 1945 dalam bentuk Dekrit dan Piagam
Kepala Negara.
Kebijakan Umum dilakukan oleh Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan dan DPR. Bentuknya adalah Undang-Undang, peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden.
Kebijakan Khusus dilakukan oleh Menteri dalam menjabarkan
Kebijakan Umum guna merumuskan strategi dalam masing-masing bidang
sesuai tanggung jawabnya. Hasilnya berupa Peraturan Menteri, keputusan
Menteri, Instruksi Menteri dalam bidang pemerintahannya masing-masing.
Kebijakan Teknis dilakukan oleh Pimpinan Eselon I Departemen
Pemerintahan dan Non Departemen. Bentuk kebijak-annnya adalah Peraturan
Keputusan, atau Instruksi Pimpinan
Lembaga/Departemen dan Dirjen dalam masing-masing sektor yang
menjadi tanggung jawabnya. Kebijakan yang dibuat bersifat pengatruan
pelaksanaan secara teknis administratif, dan lazim disebut Pedoman
Pelaksanaan.
Kebijakan di daerah, adalah Kepala Daerah dengan per-setujuan
DPRD. Hasil kebijakannya benipa Peraturan Daerah (Perda) Tingkat I dan
Tingkat II, Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala Daerah.
C. Politik Strategi Nasional
1. Politik Nasional adalah Politik Pembangunan
Tujuan Nasional bangsa Indonesia seperti yang terumuskan dalam
aline IV Pembukaan UUD 1945, dan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
termuat dalam alinea II Pembukaan UUD 1945, senantiasa diupayakan untuk
segera dapat diwujudkan dalam kehidupan baik di dalam bermasyarakat,
berbangsa maupun dalam bernegara. Upaya untuk mewujudkan cita-cita dan
Tujuan Nasional tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan Pembangunan
dalam berbagai Sektor dan bidang. Suatu usaha Pembangunan dapat berjalan
dengan baik tentu saja apabila kondisi politik nasional yang merupakan faktor
lingkungan dari usaha pembangunan berada dalam keadaan stabil, dalam arti
sistem konstitusional berjalan dengan alternatif, demokrasi tumbuh dengan
sehat, hukum dapat ditegakkan dengan adil, aparatur pemerintahan dan negara
bebas dari perbuatan tercela seperti KKN, hubungan kekuatan-kekuatan sosial
dan masyarakat berjalan secara harmonis.
Politik Nasional pada hakikatnya sama dengan Kebijakan Nasional
sebagai landasan serta arah bagi penyusunan konsep strategi nasional.
Kebijakan nasional mengenai suatu manifestasi dimana tujuan nasional
hendak diwujudkan melalui rumusan pokok yang dijamin tercapainya tujuan
nasional.
Dalam menyusun politik nasional hal-hal yang perlu diperhatikan
secara garis besar, adalah: kebutuhan pokok nasional yang meliputi masalah
kesejahteraan umum dan masalah keamanan dan pertahanan bangsa.
Oleh karena upaya untuk mewujudkan kebutuhan pokok nasional yang
juga pada hakikatnya merupakan cita-cita dan tujuan nasional, dilakukan
melalui pembangunan, maka politik nasional disebut Politik Pembangunan.
Sesuai dengan amanat Konstitusi bahwa politik dan strategi nasional
dituangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai ketetapan MPR.
Garis-Garis Besar Haluan Negara adalah haluan negara tentang pembangunan
nasional yang ditetapkan lima tahun sekali dengan memperhatikan tingkat
perkembangan kehidupan masyarakat. Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan
Negara dilakukan oleh Presiden sebagai Mandataris MPR yang dituangkan
dalam pokok-pokok kebijakan pelaksanaan pembangunan dengan
memperhatikan sungguh-sungguh pendapat lembaga tinggi lainnya terutama
DPR. Adapun kebijakan yang telah mendapat persetujuan DPR dapat
dikatakan merupakan politik pemerintah.
Demikianlah, bahwa Tujuan nasional sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan
negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangungan nasional dalam
segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara negara, yaitu lembaga
tertinggi dan tinggi negara bersama-sama dengan segenap rakyat di seluruh
wilayah negara Republik Indonesia.
Pembangungan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,
berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan
global. Dalam pelaksanaannya mengacu kepada kepribadian bangsa dan nilai
luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat,
mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Demikianlah, hasil pembangunan negara harus dapat dinikmati secara
lebih merata dan adil oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai peningkatan
kesejahteraan lahir batin, dan pada akhirnya pembangunan negara mampu
memperkuat jati diri, kepribadian manusia perseorangan, masyarakat, dan
bangsa Indonesia dalam suasana yang demokratis.
2. Implementasi Politik dan Strategi Nasional dalam Bidang-Bidang
Pembangunan Nasional
Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai arah penyelenggaraan
negara bagi lembaga-lembaga tinggi negara dan segenap rakyat Indonesia,
kaidah pelaksanaannya sbb:
1) Presiden selaku pemerintahan negara, menjalankan tugas
penyelengaraan pemerintahan negara, berkewajiban untuk
mengerahkan semua potensi dan kekuatan pemerintahan dalam
melaksanakan dan mengendalikan pembangunan nasional.
2) Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan Dewan Pertimbangan Agung berkewajiban
melaksanakan Garis-Garis Besar Haluan Negara sesuai dengan fungsi,
tugas, dan wewenangnya berdasarkan UUD1945.
3) Semua lembaga tinggi negara berkewajiban menyampaikan laporan
pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam sidang Tahunan
MPR, sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenangnya berdasarkan
UUD 1945.
4) Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam pelaksannya dituangkan
dalam Program Pembangunan Negara Lima Tahun (PROPENAS)
yang memuat uraian kebijakan secara rinci dan terukur yang secara
yuridis ditetapkan oleh Presiden bersama DPR.
5) PROPENAS dirinci dalam Rencana Pembangunan Tahunan
(REPETA) yang memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan ditetapkan Presiden bersama DPR. Keberhasilan
pelaksanaan penyelenggaraan negara dalam mencapai cita-cita dan
tujuan nasionalnya, tergantung pada peran aktif masyarakat serta pada
sikap mental, tekad semangat, serta ketaatan dan disiplin para
penyelenggara negara. Sehubungan dengan itu, semua kekuatan sosial
politik, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya perlu menyusun program menurut fungsi dan kemampuan
masing-masing dalam melaksanakan Garis-Garis Besar Haluan
Negara. Dalam rangka melaksanakan tang-gung jawab bersama dan
demi kukuhnya persatuan dan ke-satuan bangsa, perlu dikembangan
peran aktif masyarakat dalam rangka menyiapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara.

Bidang-bidang Implementasi Politik dan Strategi Nasional
1. Visi GBHN
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah negara
Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia
yang mandiri beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin.
2. Misi GBHN
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, ditetapkan misi
sebagai berikut:
a. Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-
hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya
persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun,
dan damai.
d. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan ketenteraman
masyarakat.
e. Pewujudan sistem hukum nasional, yang menjamin tegaknya
supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan
dan kebenaran.
f. Perwujudan sosial budaya yang berkepribadian dinamis, kreatif,
dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
g. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional,
terutama pengusaha kecil menengah, dan koperasi dengan
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju,
berdaya saing, berwawasan lingkungan, berkelanjutan.
h. Perwujudan ekonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah
dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
i. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya
kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi
perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu sandang,
papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.
j. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat,
profesional, berdaya guna, produktif, transparan, bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme.
k. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis
dan bermutu, guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif,
berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin bertanggung
jawab, berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia
Indonesia.
l. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas
dan proaktif bagi kepentingan nasional dalam meng-hadapi
perkembangan global.

Arah Kehijaksanaan
1. Bidang Hukum
a. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat
untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka
supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.
b. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum
adat, serta memperbaharui perundang-undangan warisan kolonial
dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan
gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui
program legislasi.
c. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin
kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum serta
menghargai hak asasi manusia.
d. Melanjutkan ratifikasi konvensi intemasional, terutama yang
berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebu-tuhan dan
kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang.
e. Meningkatkan integritas moral dan kepropfesionalan aparat
penegak hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia,
untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan
meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana
hukum, pendidikan serta pengawasan yang efektif.
f. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari
perigaruh penguasa dan pihak manapun.
g. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung
kegiatan perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas
tanpa merugikan kepentingan nasional.
h. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, murah
dan terbuka, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme dengan
tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan ke-benaran.
i. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan
perlindungan, penghormatan, dan penegakan hak asasi manusia
dalam seluruh aspek kehidupan.
j. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran
hukum dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.
2. Bidang Ekonomi
a. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat
dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan,
kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan
lingkungari dan berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang
sama dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen
serta perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat.
b. Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta
menghindarkan terjadinya struktur pasar monopolistik dan berba-
gai struktur pasar yang distortif, yang merugikan masyarakat.
c. Mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi
ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan
yang mengganggu mekanisme pasar melalui regulasi, layanan
publik, subsidi, dan insentif, yang dilakukan secara transparan dan
diatur dengan undang-undang.
d. Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan atas
kemanusiaan yang adil bagi masyarakat, terutama bagi fakir miskin
dan anak-anak terlantar dengan mengembangkan sistem dana
jaminan sosial melalui program pemerintah serta
menumbuhkembangkan usaha dan kreativitas masyarakat yang
pendistribusiannya dilakukan dengan birokrasi yang efektif dan
efisien serta ditetapkan dengan undang-undang,
e. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai
dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan
kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara
maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di
setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan,
kelautan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan
kerajinan rakyat.
f. Mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi secara
terkoordinasi dan sinergis guna menentukan tingkat kurs rupiah
yang stabil dan realistis, menyediakan kebutuhan pokok terutama
perumahan dan pangan rakyat, menyediakan fasilitas publik yang
memadai dan harga terjangkau serta memperlancar perizinan yang
transparan, mudah, murah, dan cepat.
g. Mengembangkan kebijakan fiskal dengan memperhatikan prinsip
transparansi, disiplin, keadilan, efisiensi, efektivitas, untuk
menambah penerimaan negara dan mengurangi ketergantungan
dana dari luar.
h. Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien dan
meningkatkan penerapan peraturan perundangan sesuai dengan
standar internasional dan diawasi oleh lembaga independen.
i. Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah
untuk kegiatan produktif yang dilaksanakan secara transparan,
efektif dan efisien. Mekanisrae dan prosedur pinjaman luar negeri
harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan diatur
dengan undang-undang.
j. Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan, dan Investasi
dalam rangka meningkatkan daya saing global dengan membuka
aksesibilitas yang sama terhadap kesempatan kerja dan berusaha
bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui keunggulan
kompetitif terutama berbasis keuhggul-an sumber daya alam dan
sumber daya manusia dengan menghapus segala bentuk perlakuan
diskirminatif dan hambatan.
k. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar
lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan
iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-
luasnya. Bantuan fasilitas dari negara diberikan secara selektif
terutama dalam bentuk perlindungan dari persaingan yang tidak
sehat, pendidikan dan pelatihan, informasi bisnis dan teknologi,
permodalan, dan lokasi berusaha.
l. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar
lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan
iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-
luasnya. Bantuan fasilitas dari negara diberikan secara selektif
terutama dalam bentuk perlindungan dari per-saingan yang tidak
sehat, pendidikan dan pelatihan, infor-masi bisnis dan teknologi,
permodalan, dan lokasi berusaha.
m. Menata Badan Usaha Milik Negara secara efisien, transparan, dan
profesional terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan
umum yang bergerak dalam penyediaan fasilitas publik, industri
pertahanan dan keamanan, pengelolaan aset strategis, dan kegiatan
usaha lainnya yang tidak dilakukan oleh swasta dan koperasi.
Keberadaan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara, serta
antara usaha besar, menengah, dan kecil dalam rangka memperkuat
ekonomi nasional.
n. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada
keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan budaya
lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam
jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang
terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani
dan neiayan, serta peningkatan produksi yang. diatur dengan
undang-undang.
o. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan
tenaga listrik yang relatif murah dan ramah lingkungan dan secara
berkelanjutan yang pengelolaannya diatur dengan undang-undang.
p. Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan
pemanfaatan dan penggunaan tanah secara adil, transparan, dan
produktif dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat,
termasuk hak rakyat dan masyarakat adat, serta berdasarkan tata
ruang wilayah yang serasi dan seimbang.
q. Meningkatkan pembangungan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana publik, termasuk transportasi, telekomunikasi, energi dan
listrik, dan air bersih guna mendorong pemerataan pembangunan,
melayani kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau, serta
membuka keterisolasian wilayah pedalaman dan terpencil.
r. Mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu
yang diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian
tenaga kerja, peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan,
perlindungan kerja, dan kebebasan berserikat.
s. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penempatan tenaga kerja ke
luar negeri dengan memeperhatikan kompetensi, perlindungan dan
pembelaan tenaga kerja yang dikelola secara terpadu dan
mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.
t. Meningkatkan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi bangsa sendiri
dalam dunia usaha, terutama usaha kecil, menengah, dan koperasi
guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis daya lokal.
u. Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses
pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan mengu-rangi
pengangguran, yang merupakan dampak krisis ekonomi.
v. Mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna
membangkitkan sektor riil terutama bagi pengusaha kecil,
menengah dan koperasi melalui upaya pengendalian laju inflasi,
stabilitas kurs rupiah pada tingkat yang realistis, dan suku bunga
yang wajar serta didukung oleh tersedianya likuiditas sesuai
kebutuhan.
w. Menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan
mengurangi defisit anggaran melalui peningkatan disiplin
anggaran, pengurangan subsidi dan pinjaman luar negeri secara
bertahap, peninkatan penerimaan pajak progresif yang adil, dan
jujur serta penghematan pengeluaran.
x. Mempercepat rekapitalisasi sektor perbankan dan restrukturisasi
utang swasta secara transparan agar perbankan nasional dan
perusahaan swasta menjadi sehat, terpercaya, adil, dan efisien
dalam melayani masyarakat dan kegiatan perekonomian.
y. Melaksanakan restrukturisasi aset negara, terutama aset yang
berasal dari likuidasi perbankan dan perusahaan, dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara transparan dan
pelaksanaannya dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan
Rakyat. Pengelolaan aset negara diatur dengan Undang-Undang.
z. Melakukan negoisasi dan mempercepat restrukturisasi utang luar
negeri besama-sama dengan Dana Moneter Internasional, Bank
Dunia, lembaga keuangan internasional lainnya, dan negara donor
dengan memperhatikan kemampuan bangsa dan negara, yang
pelaksanaannya dilakukan secara transparan dan dikonsultasikan
dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
aa. Melakukan secara proaktif negosiasi dan kerja sama ekonomi
bilateral dan multilateral dalam rangka meningkatkan volume dan
nilai ekspor terutama dari sektor industri yang berbasis sumber
daya alam, serta menarik investasi finansial dan investasi asing
langsung tanpa merugikan pengusaha nasional.
bb. Menyehatkan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan
umum. Bagi Badan Usaha Milik Negara yang usahanya tidak
berkaitan dengan kepentingan umum untuk melakukan privatisasi
melalui pasar modal.
3. Bidang Politik
a. Politik Dalam Negeri
1) Memperkuat keberadaan dan keberlangsungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bertumpu pada kebhinnekatunggalikaan.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mendesak dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, perlu upaya
rekonsiliasi nasional yang diatur dengan undang-undang.
2) Menyempurnakan Undang-Undang Dasar 1945 sejalan dengan
perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan reformasi,
dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai
dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945.
3) Meningkatkan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya
dengan menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang
mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang
jelas antara lembaga eksekutif, legislati, dan yudikatif.
4) Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat,
demokrasi dan terbuka, mengembangkan kehidupan kepartaian yang
menghormati keberagaman aspirasi politik, serta mengembangkan
sistem dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis dengan
menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan di bidang
politik.
5) Meningkatkan kemandirian partai politik terutama dalam
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat serta me-
ngembangkan fungsi pengawasan secara efektif terhadap kinerja
lembaga-lembaga negara dan meningkatkan efektivitas, fungsi dan
partisipasi organisasi kemasyarakatan, kelompok profesi, dan lembaga
swadaya masyarakat dalam kehidupan bernegara.
6) Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan komprehensif
kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang
demokratis. menghormati keberagaman aspirasi, dan menjunjung
tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
7) Memasyarakan dan menerapkan prinsip persamaan dan anti-
diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bemegara.
8) Menyelenggarakan pemilihan umum secara lebih berkualitas dengan
partisipasi rakyat seluas-luasnya atas dasar prinsip demokratis,
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan beradab yang
dilaksanakan oleh badan penyelenggaraan independen dan nonpartisan
selambat-lambatnya pada tahun 2004.
9) Membangun bangsa dan watak bangsa (nation and character bulding)
menuju bangsa dan masyarakat Indonesia yang maju, bersatu, rukun,
damai, demokratis. dinamis, toleran, sejahtera, adil dan makmur.
10) Menindaklanjuti paradigma baru Tentara Nasional Indonesia dengan
menegaskan secara konsisten reposisi dan redefinisi Tentara Nasional
Indonesia sebagai alat negara dengan me-ngoreksi peran politik
Tentara Nasional Indonesia dalam kehidupan bernegara. Keikutsertaan
Tentara Nasional Indonesia dalam merumuskan kebijaksanaan
dilakukan melalui lembaga tertinggi negara Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
b. Hubungan Luar Negeri
1) Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan
berorientasi pada kepentingan nasional, menitik-beratkan pada
solidaritas antarnegara berkembang, mendukung perjuangan
kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala
bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerja sama
internasional bagi kesejahteraan rakyat.
2) Dalam melakukan perjanjian dan kerja sama internasional yang
menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan
persetujuan lembaga perwakilan rakyat.
3) Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luair negeri agar mampu
melakukan diplomasi proaktif dalam segala bidang untuk membangun
citra positif Indonesia di dunia internasional, memberikan
perlindungan dan pembelaan terhadap wafga negara dan kepentingan
Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan
nasional.
4) Menjingkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan
ekonomi dan pembangunan nasional, melalui kerja sama ekonomi
regional maupun intemasional dalam rangka stabilitas, kerja sama, dan
pembangunan kawasan.
5) Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk
menghadapi perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong
pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.
6) Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara sahabat serta
memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan
ekstradisi bagi penyelesaian perkara pidana.
7) Meningkatkan kerja sama dalam segala bidang dengan negara tetangga
yang berbatasan langsung dan kerja sama kawasan ASEAN untuk
memelihara stabilitas, pembangunan, dan kesejahteraan.
c. Penyelenggaraan Negara
1) Membersihkan penyelenggara negara dari praktik korupsi, kolusi,
nepotisme dengan memberikan sangsi seberat-beratnya sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku, meningkatkan efektifitas pengawasan
internal dan fungsional serta pengawasan masyarakat, dan
mengembangkan etik dan moral.
2) Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki
kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karier
berdasarkan prestasi dengan prinsip memberikan penghargaan dan
sangksi.
3) Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat negara dan pejabat
pemerintah sebelum dan sesudah memangku jabatan dengan tetap
menjunjung tinggi hak hukum dan hak asasi manusia.
4) Meningkatkan fungsi dan keprofesionalan birokrasi dalam melayani
masyarakat dan akuntabilitasnya dalam mengelola kekayaan negara
secara transparan, bersih, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.
5) Meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri dan Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia untuk menciptakan aparatur
yang bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, bertanggung jawab,
profesional, produktif, dan efisien.
6) Memantapkan netralisasi politik pegawai negeri dengan menghargai
hak-hak politiknya.
d. Komunikasi, Informasi, dan Media Massa
1) Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi melalui media massa
modern dan media tradisional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
memperkokoh persatuan dan kesatuan, membentuk kepribadian
bangsa, serta mengupayakan keamanan hak pengguna sarana dan
prasarana informasi dan komunikasi.
2) Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang melalui
penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi guna
memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan global.
3) Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan
kualitas dan kesejahteraan insan pers agar profesional, berintegritas,
dan menjunjung tinggi etika pers, su-premasi hukum, serta hak asasi
manusia.
4) Membangun jaringan infromasi dan komunikasi antara pusat dan
daerah serta antar daerah secara timbal balik dalam rangka mendukung
pembangunan nasional serta memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa.
5) Memperkuat kelembagaan, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana penerangan khususnya di luar negeri dalam rangka
memperjuangkan kepentingan negara di forum internasional.
4. Bidang Agama
a. Memantapkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan
moral, spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan negara serta
mengupayakan agar segala peraturan peraturan perundang-undangan tidak
bertentangan dengan moral agama-agama.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem
pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama
sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional
dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
c. Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antarumat beragama
sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis dan saling
menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antarumat
beragama dan pelaksanaan pendidikan agama secara deskriptif yang tidak
dogmatis untuk tingkat perguruan tinggi.
d. Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan
ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji dan
pengelolaan zakat, dengan memberikan kesempatan yang luas kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraannya.
e. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut
mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan
untuk memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa serta memperkuat
kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.
5. Bidang Pendidikan
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju
terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan
anggaran pendidikan secara berarti.
b. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan
jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sebingga tenaga pendidik
mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan
watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan
tenaga kependidikan.
c. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan
kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman
peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal
sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan
secara profesional.
d. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah
sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta
meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh
sarana dan prasarana memadai.
e. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional
berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
f. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselengarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan
yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin
secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif
dan reaktif oleh seluruh komponen potensinya.
6. Bidang Sosial dan Budaya
a. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
1) Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan
prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyembuhan, pemullihan, dan rehabilitas sejak pembuahan dalam
kandungan sampai usia lanjut.
2) Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan
melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan
sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang
dapat dijangkau oleh masyarakat.
3) Mengembangkan sistem sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja
untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja
yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah,
perusahaan, dan pekerja.
4) Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan
penyelamatan dan pemberdayaan terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial korban bencana serta mencegah timbulnya gizi
buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
5) Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk
menjaga harkat dan martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
6) Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin,
dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui
penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7) Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian, dan peningkatan kualitas program
keluarga berencana.
8) Memberantas secara sistematis pedagang dan penyalahgunaan narkotik
dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sangsi yang seberat-
beratnya kepada produsen, pengedar, dan pemakai.
9) Memberikan aksesibilitas fisik dan nonfisik guna menciptakan
perspektif penyandang cacat dalam segala psngambilan keputusan.
b. Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata
1) Mengembangkan dan membina kebudayaan nasional bangsa Indonesia
yang bersumber dari warisan budaya leluhur bangsa, budaya
nasional, yang mengandung nilai-nilai universal termasuk kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mendukung
terpeliharanya kerukunan hidup bermasyarakat dan membangun
peradaban bangsa.
2) Merumuskan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, sehingga mampu
memberikan rujukan sistem nilai terhadap totalitas perilaku kehidupan
ekonomi, politik, hukum, dan kegiatan kebudayaan dalam rangka
pengembangan kebudayaan nasional dan peningkatan kualitas
kebudayaan masyarakat.
3) Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya dalam rangka
memilah-milah nilai budaya yang kondusif dan serasi untuk
menghadapi tantangan pembangunan bangsa di masa depan.
4) Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam kesenian untuk mencapai
sasaran sebagai pemberi inspirasi bagi kepekaan rasa terhadap totalitas
kehidupan dengan tetap mengacu pada etika, moral, estetika dan
agama serta memberikan perlindungan dan penghargaan terhadap hak
cipta dan royalti bagi pelaku seni dan budaya.
5) Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat sebagai
media massa kreatif ysng memuat keberagaman jenis kesenian untuk
meningkatkan moralitas agama serta kecerdasan bangsa, pembentukan
opini publik yang positif dan peningkatan nilai tarn bah secara
ekonomi.
6) Melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional serta
menggalakkan dan memberdayakan sentra-sentra kesenian untuk
merangsang berkembangnya kesenian nasional yang lebih kreatif dan
inovatif, sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional.
7) Menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai
wahana bagi pengembangan periwisata nasional dan
mempromosikannya ke luar negeri secara konsisten sehingga dapat
menjadi wahana persahabatan antar bangsa.
8) Mengembangkan, pariwisata, melalui pendekatan sistem yang utuh
dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan
menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya.
hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak Iingkungan.

c. Kedudukan dan Peranan Perempuan
1) Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban
oleh lembaga yang mampu memper-juangkan terwujudnya kesetaraan
dan keadilan gender.
2) Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan
dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai
historis perjuangan kaum perempuan dalam rangka melanjutkan usaha
pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan
masyarakat.
d. Pemuda dan Olah Raga
1) Menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang
cukup, yang hams dimulai sejak usia dini melalui pendidikan olahraga
di sekolah dan masyarakat.
2) Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi
harus dilakukan secara sistematis dan komprehensif melalui lembaga-
lembaga pendidikan sebagai pusat pembinaan di bawah koordinasi
masing-masing organisasi olahraga termasuk organisasi olah raga
penyandang cacat bersama-sama dengan masyarakat demi tercapainya
sasaran prestasi yang mambanggakan di tingkat internasional.
3) Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam
mengaktualisasikan segenap potensi, dan minat dengan memberikan
kesempatan dan kebebasan mengorganisasikan dirinya secara bebas
dan merdeka sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin
bangsa yang beriman dan bertaqwa, berakhlaq mulia, patriotis,
demokratis, mandiri, dan tanggap terhadap aspirasi rakyat.
4) Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan di kalangan
generasi muda yang berdaya saing, unggul, dan mandiri.
5) Melindungi segenap generasi muda dari bahaya destruktif terutama
bahaya penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang dan zat
adiktif lainnya (narkoba), melalui gerakan pemberantasan dan
peningkatan kesadaran mesyarakat akan bahaya penyalahgunaan
narkoba.
7. Pembangunan Daerah
a. Umum
1) Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung
jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi,
lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat,
dan lembaga swadaya masyarakat, serta seluruh potensi masyarakat
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah
provinsi, daerah kabupaten, daerah kota dan desa.
3) Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat
dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah, serta
memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga
terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan
otonomi daerah.
4) Mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat terutama petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana
pembangunan sistem agrobisnis, industri kecil dan kerajinan rakyat,
pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi, dan pemanfaatan
sumber daya alam.
5) Mewujudkan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara
adil, dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas,
melalui desentralisasi perizinan dan inves-tasi serta pengelolaan
sumber daya.
6) Memberdayakan Dewan Perwakilan Daerah dalam rangka
melaksanakan fungsi dan perannya guna memantapkan
penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab.
7) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah sesuai dengan
potensi dan kepentingan daerah melalui penyediaan anggaran
pendidikan yang memadai.
8) Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah, terutama kawasan
timur Indonesia, daerah perbatasan, dan wilayah tertinggal lainnya
dengan berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.
b. Khusus
Dalam rangka pengembangan otonomi daerah di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, serta untuk menyelesaikan secara adil dan
menyeluruh permasalahan di daerah yang memerlukan penanganan segera
dan bersungguh-sungguh, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
Daerah Istimewa Aceh
1) Mempertahankan integritas bangsa dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan menghargai kesetaraan dan keberagaman
kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh, melalui penetapan Daerah
Istimewa Aceh sebagai daerah otonomi khusus yang diatur dengan
undang-undang.
2) Menyelesaikan kasus Aceh secara berkeadilan dan ber-martabat
dengan melakukan pengusutan dan pengadilan yang Jujur bagi
pelanggar hak asasi manusia baik selama pemberlakuan Daerah
Operasi Militer maupun pasca pem-berlakuan Daerah Operasi Militer.
Irian jaya
1) Mempertahankan integritas bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan tetap menghargai kesetaraan dan
keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Irian Jaya melalui
penetapan daerah otonomi khusus yang diatur dengan undang-undang.
2) Menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia di Irian Jaya
melalui proses pengadilan yang jujur dan bermartabat.
Maluku
Menugaskan pemerintah untuk segera melaksanakan penyelesaian konflik
sosial yang berkepanjangan secara adil, nyata, dan menyeluruh serta
mendorong masyarakat yang bertikai agar proaktif melakukan rekonsiliasi
untuk mempertahankan dan memantapkan integrasi nasional.
8. Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup
a. Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan generasi ke
generasi.
b. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan
penggunaan, dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
c. Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan pengelolaan sumber daya
alam secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup sehingga kualitas
ekosistem tetap terjaga, yang diatur dengan undang-undang.
d. Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebebsar-besarnya
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan,
kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang
yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang.
e. Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian
kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat balik.
9. Pertahanan dan Keamanan
a. Menata kembali Tentara Nasional Indonesia sesuai dengan paradigma baru
secara konsisten melalui reposisi, redifinisi, dan reaktualisasi peran
Tentara Nasional Indonesia, sebagai alat negara untuk melindungi,
memelihara, dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, terhadap ancaman dari luar dan dalam negeri, dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan memberikan dharma baktinya
dalam membantu manyelenggarakan pembangunan.
b. Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta
yang bertumpu pada kekuatan rakyat dengan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama didukung
oleh komponen lainnya dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara
dengan meningkatkan kesadaran bela negara melalui wajib latih dan
membangun kondisi juang, serta mewujudkan kebersamaan Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan rakyat.
c. Meningkatkan kualitas keprofesionalan Tentara Nasional Indonesia,
meningkatkan rasio kekuatan komponen utama serta mengembangkan
kekuatan pertahanan keamanan negara kewilayahan yang didukung
dengan sarana, prasarana, dan anggaran yang memadai.
d. Memperluas dan meningkatkan kualitas kerja sama bilateral bidang
pertahanan dan keamanan dalam rangka memelihara stabilitas keamanan
regional dan turut serta berpartisipasi dalam upaya memelihara
perdamaian dunia.
e. Menuntaskan upaya memandirikan Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam rangka pemisahan dari Tentara Nasional Indonesia secara bertahap
dan berlanjut dengan meningkatkan keprofesionalannya, sebagai alat
negara penegak hukum, pengayom dan pelindung masyarakat selaras
dengan perluasan otonomi daerah.
10. Kaidah Pelaksanaan
Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004 yang ditetapkan oleh
Majeiis Permusyawaratan Rakyat dalam Sidang Umum Majelis Pemiusyawaratan
Rakyat tahun 1999, harus menjadi arah penyelenggaraan negara bagi lembaga-
lembaga tinggi negara dan segenap rakyat Indonesia.
Untuk itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Presiden selaku kepala pemerintahan negara, menjalankan tugas
penyelenggaraan pemerintahan negara, berkewajiban untuk mengerahkan
semua potensi dan kekuatan pemerintahan dalam melaksanakan dan
mengendalikan pembangunan nasional.
b. Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, Badan pemeriksa Keuangan,
dan Dewan Pertimbangan Agung berkewajiban melaksanakan Garis-Garis
Besar Haluan Negara ini sesuai dengan fungsi, tugas, dan kewenangannya
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Semua lembaga tinggi negara berkewajiban menyampaikan laporan
pelaksanaan garis-garis Besar Haluan Negara dalam sidang tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenangnya
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
d. Garis-garis Besar Haluan Negara dalam pelaksanaannya dituangkan dalam
Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) yang memuat
uraian kebijakan secara rinci dan terukur yang ditetapkan oleh Presiden
bersama Dewan Perwakilan Rakyat.
e. Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) dirinci dalam
Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) yang memuat Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan ditetapkan Presiden bersama
Dewan Perwakilan Rakyat.

Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004 berlaku sejak tanggal
ditetapkan sampai dengan ditetapkannya Garis-garis Besar Haluan Negara oleh
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan hasil Pemilu 2004.
Untuk tahun pertama pelaksanaan Garis-garis Besar haluan Negara tahun
1999-2004, kepada Presiden diberi kesempatan untuk melakukan langkah-langkah
persiapan, penyesuaian guna menyusun program pembangunan nasional dan
rencana pembangunan tahunan yang memuat anggaran pendapatan dan belanja
negara dengan tetap memelihara kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Selama belum ditetapkan rencana pembangunan tahunan berdasarkan
Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004, pemerintah dapat
menggunakan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Berhasilnya pelaksanaan penyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita
bangsa, tergantung pada peran aktif masyarakat serta pada sikap mental, tekad,
semangat, serta ketaatan dan disiplin para penyelenggara negara. Sehubungan
dengan itu, semua kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan, dan
lembaga kemasyarakatan lainnya perlu menyusun program menurut fungsi dan
kemampuan masing-masing dalam melaksanakan Garis-garis Besar Haluan
Negara.
Dalam rangka melaksanakan tanggung jawab dan demi makin kokohnya
persatuan dan kesatuan bangsa, perlu dikembangkan peran aktif masyarakat dalam
rangka menyiapkan Garis-garis Besar Haluan Negara yang akan datang.
Hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara lebih merata dan
adil oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir
dan batin.
Pada akhirnya pembangunan nasional akan memperkuat jati diri dan
kepribadian manusia, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam suasana yang
demokratis, tenteram, aman, dan damai (GBHN 1999-2004).

Keberhasilan Politik dan Strategi Nasional
Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa politik strategi nasional dalam
aturan ketatanegaraan selama ini dituangkan dalam bentuk GBHN, yang
ditetapkan oleh MPR dan pelaksa-naannya dilaksanakan oleh Presiden selaku
mandataris MPR. Oleh karena GBHN merupakan program negara dan merupakan
amanat rakyat, maka pemerintah dalam melaksanakan tugas me-ngemban amanat
rakyat tersebut harus benar-benar bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
guna mencapai tujuan cita-cita nasional.
Agar politik dan strategi nasional tersebut dapat berhasil dengan baik
maka prinsip-prinsip, sikap, dan perilaku para penyelenggara negara sebagai
tersebut di bawah ini harus dipenuhi :
1. Setiap penyelenggara negara dan pemerintahan negara hams benar-benar
memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
dasar serta landasan moral, spiritual dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dalam pelaksanaan politik
dan amanat bangsa.
2. Asas kebersamaan dan kekeluargaan harus dikembangkan terutama dalam era
reformasi dewasa ini untuk mewujudkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan
nasional melalui asas musyawarah untuk mufakat, serta berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pelaksanaan prinsip negara hukum sebagai dasar kesadaran yang diikuti
dengan kepatuhan dan ketaatan, sehingga konsekuensinya pemerintah dan
penyelenggara negara lainnya harus mewujudkan kepastian dan tegaknya
hukum demi tercapainya tujuan bangsa Indonesia.
4. Memiliki sikap percaya diri sendiri disertai dengan semangat kerja dan berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar berhasil dan mampu mencapai tingkatan
kehidupan yang lebih baik.
5. Memiliki sikap moral kenegaraan yang luhur sebagaimana dikemukakan oleh
Moh. Hatta, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
Kemanusiaan yang adil dan beradab, agar para penyelenggara negara
memiliki moral kenegaraan yang luhur. Hal ini berarti tidak hanya asas taat
hukum serta demokratis namun moral kenegaraan yang luhur yaitu tanggung
jawab terhadap cita-cita rakyat yang luhur, memahami aspirasi rakyat serta
solidaritas atas nasib rakyat (Notonagoro, 1975).
6. Memiliki mentalitas, jiwa, tekad dan semangat kebangsaan yang tinggi yang
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di samping kepentingan
individu dan golongan, sehingga terwujud rasa cinta tanah air, bangsa dan
negaranya. semangat rela berkorban serta semangat bela negara yang tinggi.
7. Memiliki profesionalisme yang tinggi, yaitu setiap penye-lenggara negara dan
pemerintahan negara haruslah memiliki profesionalisme di bidangnya masing-
masing sehingga setiap bidang penanganan negara dilaksanakan oleh warga
negara yang benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian, dan bukannya
karena aspek nepotisme yaitu kekuasaan yang oleh karena hubungan
kekeluargaan atau hubungan kroni.
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan memperhatikan dan
berdasarkan moral keagamaan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, setiap
warga negara harus memiliki semangat untuk mengembangkan IPTEK, untuk
disumbangkan demi kesejahteraan bangsa dan negara serta umat manusia, dan
berlomba-lomba untuk menyumbangkan darma bhaktinya yang terbaik bagi
bangsa dan negara melalui ilmu pengetahuan dan teknologi (Bandingkan
Lemhanas, 2000).

Keberhasilan politik dan strategi nasional Indonesia akan berhasil dengan
baik dan memiliki manfaat yang seluas-luasnya bagi peningkatan kesejahteraan
dan kebahagiaan seluruh rakyat, jikalau para warga negara terutama para
penyelenggara negara memiliki moralitas, semangat, serta sikap mental
sebagaimana dijelaskan dalam delapan prinsip tersebut di atas.
Dengan demikian ketahanan nasional Indonesia akan terwujud dan akan
menumbuhkan kesadaran rakyat untuk bela negara, serta kesadaran nasionalisme
yang tinggi namun bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang
adil dan beradab.

Anda mungkin juga menyukai