2. Secara yuridis
3. Secara Terminologis
b. Landasan kewarganegaraan
2. Landasan Pendidikan Kewarganegaraa
a.Landasan hukum
1) Undang-Undang Dasar 1945
a). Pembukaan UUD 1945. Pembukaan alinea kedua tentang cita-cita mengisi
kemerdekaan dan alinea keempat khusus tentang tujuan negara, yaitu keamanan
dan kesejahteraan.
b). Pasal 27 (3) (II), setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Pasal 30 ayat (1) (II), tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 31 ayat
(1) (IV), setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pasal 28 A-J
tentang Hak Asasi Manusia.
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982Undang-undang No. 20/1982 adalah
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik
Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51, TLN 3234).
a). Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan
pendahuluan bela negara sebagai bagian tidak terpisahkan dalam sistem
pendidikan nasional.
b). Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh
setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
(1) Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam
gerakan Pramuka.
(2) Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan
Tinggi(.3)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
3
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa, serta Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah Pengembangan
Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi atau
kelompok program studi.
4)Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.
b.Landasan ideal
Landasan ideal Pendidikan Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa
dikembangkannya Kewarganegaraan adalah Pancasila. Pancasila sebagai sistem
filsafat menjiwai semua konsep ajaran Kewarganegaraan dan juga menjiwai
konsep ketatanegaraan Indonesia. Dalam sistematikanya dibedakan menjadi tiga
hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal itu dapat dibedakan,
namun tidak dapat dipisahkan.
1). Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar pemikiran tindakan negara dan
menjadi sumber hukum positif di Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara pola
pelaksanaannya dipancarkan dalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam pasal-pasal UUD1945 sebagai
strategi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 pokok pikiran pertama yaitu pokok pikiran persatuan
yang berfungsi sebagai dasar negara, merupakan landasan dirumuskannya
wawasan nusantara sebagai bagian dari geopolitik.
4
Pokok pikiran kedua yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang berfungsi sebagai
tujuan negara merupakan tujuan wawasan nusantara sekaligus tujuan geopolitik
Indonesia. Tujuan negara dijabarkan langsung dalam Pembukaan UUD 1945
alinea keempat, yaitu tujuan berhubungan dengan segi keamanan dan
kesejahteraan dan ketertiban dunia. Geopilitik Indonesia pada dasarnya adalah
sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.
Sumber : •https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/17/173621769/hakikat-dan-
latar-belakang-pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan
•https://www.kompasiana.com/agusprasetyo/550ad6e4813311490eb1e69a/
landasan-tujuan-visi-misi-dan-kompetensi-penyelenggaraan-pendidikan-
kewarganegaraan-di-perguruan-tinggi
•https://www.jurnalponsel.com/tujuan-pendidikan-kewarganegaraan/
•https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/17/173621769/hakikat-dan-latar-
belakang-pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan
6
Jawab:
a. Identitas nasional adalah suatu ciri khas yang dimiliki sebuah bangsa
agar dapat membedakan bangsa tersebut dari bangsa yang lain.Setiap negara yang
merdeka dan berdaulat memiliki identitas nasionalnya masing-masing supaya negara
tersebut dapat dikenal oleh negara lain dan mampu menjaga eksistensi serta
kelangsungan hidup negara-negara terebut.Dalam Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn), identitas nasional lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau
karakteristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan
bangsa indonesia dengan bangsa lain. Jika Indonesia mempunyai identitas nasional
maka bangsa lain akan dengan mudah mengenali dan membedakan Indonesia
dengan negara lain.Secara Historis, identitas nasional Indonesia ditandai dengan
munculnya kesadaran rakyat sebagai bangsa yang sedang dijajah pada tahun 1908
yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional. Rakyat Indonesia mulai sadar
akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar karena dalam kondisi terjajah, lalu
pada saat itulah munculnya kesadaran untuk bangkit membentuk sebuah
bangsa.Secara Sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,
komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan
panjang menuju indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca
kemerdekaan.Secara Etimologis, identitas nasional berasal dari dua kata “Identitas”
dan “nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris “Identity” yang artinya
Karakteristik, perasaan atau keyakinan yang membedakan orang dari orang lain.
Sementara dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia (KBBI), “identitas” berarti ciri-ciri
atau keaadan khusus seseorang atau jati diri. Kata Nasional berasal dari bahasa
Inggris “National” yang artinya dimiliki, dikendalikan, atau didukung secara
finansial oleh federal, pemerintah. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), “nasional” berarti bersifat kebangsaan, berkenaan atau berasal
dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa.
Maka dari itu identitas nasional dapat didefinisikan sebagai jati diri yang
melekat pada suatu bangsa yang diikat oleh adanya kesamaan fisik (budaya, agama, dan
bahasa) maupun non fisik (visi, cita-cita, dan tujuan).Identitas Nasional bersifat buatan,
dan sekunder. Bersifat Buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk, dan
disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersfiat
Sekunder karena sebelum memiliki identitas nasional, warga bangsa telah mimiliki
identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Berikut beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan Identitas
Nasional di Era Digital::
• Melestarikan Budaya. Budaya merupakan salah satu penentu jati diri bangsa. Namun,
sekarang ini budaya indonesia mulai menghilang dikarenakan banyaknya pengaruh
budaya barat yang masuk ke Indonesia.
• Bela Negara. Bela Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara, hal itu
membuktikan bahwa bela negara juga menjadi suatu aturan agar setiap warga negara
harus melakukan tindakan bela negara demi ketahanan dan eksistensi sebuah negara
apalagi di era digital saat ini.
Sumber referensi:
•https://www.kompasiana.com/mochamadseanfathrezzaumj/63a460005cc8044982
35ee92/esensi-dan-urgensi-identitas-nasional
Jawab:
Revolusi dunia
Apa yang kemudian kita kenal dengan istilah nation-state atau negara-bangsa
pada esensinya ialah bentuk kehidupan dunia modern yang menolak bentuk
kehidupan masyarakat lama: kesatuan masyarakat yang mandiri secara politik (self-
rule), yang dibentuk dalam ikatan bangsa yang terdiri atas anggota warga yang
memiliki kedudukan sama.Di sinilah kita mengenal istilah negara-bangsa ini, yang
berarti menyejajarkan antara istilah ‘negara’ (state) dengan ‘bangsa’ (nation). Ini
membawa kepada suatu pemahaman bahwa suatu negara tidak mungkin diwujudkan
tanpa ikatan dari berbagai suku bangsa, yang dengan ikatan itu maka suatu ‘bangsa’
yang berbeda-beda dapat disatukan dalam suatu wadah ikatan yang disebut
‘negara’.Jika demikian, nasionalisme dalam maknanya yang kontekstual berakar
dari kesadaran akan kemauan untuk menyatukan berbagai nilai kebangsaan yang
majemuk dalam satu wadah negara baru, yang mana di dalamnya segala perbedaan
terlebur oleh nilai-nilai kebersamaan, meski tidak harus menghilangkan karakter
kemajemukannya. Nilai-nilai seperti itulah yang kemudian beresonansi ke berbagai
wilayah dunia ketiga.Seburuk apa pun kolonialisme, dia juga membawa arus positif
munculnya gerakan nasionalisme di negara-negara bekas jajahan. Entah itu melalui
perjuangan peperangan maupun perundingan damai, keinginan kuat untuk
memerdekakan wilayah jajahan itu berbanding lurus dengan terbangunnya proses
pembentukan negara-bangsa di wilayah tersebut. Konsep nation-state merupakan
keniscayaan yang tidak bisa lagi dimungkiri bagi negeri-negeri itu jika mereka ingin
tetap survive dan mampu mencapai cita-cita membangun negara yang mandiri
secara politik,ekonomi,sosial,danbudayanya.
Indonesia sebagai Nation – state
10
Para ahli sepakat ketiga proses ini saling berhubungan erat meski mereka
berbeda tentang bagaimana urutan dari proses itu terwujud. Benedict Anderson, sebagai
contoh, memahami bahwa nasionalisme mendorong terwujudnya cita-cita luhur untuk
membentuk ikatan bangsa (nation building), baru kemudian mendorong terwujudnya
negara-bangsa (nation-state). Namun, Ernest Gellner memahami bahwa nasionalisme
terlebih dulu mewujudkan negara-bangsa sebelum kemudian melahirkan cita-cita
pembentukan suatu ikatan bangsa (nation building). Kedua ahli ini mempunyai
pemikiran berbeda tentang sekuensi pembentukan suatu negara: Anderson lebih
melihatnya dari perspektif substansial, sedangkan Gellner lebih struktural sifatnya.
Dalam kasus Indonesia, baik pemikiran substansial maupun struktural keduanya
memiliki nilai kebenaran, tergantung dari perspektif mana kita ingin melihatnya.Nilai-
nilai nation building di Indonesia dapat dikatakan telah terbentuk sejak munculnya
gerakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Cita-cita mewujudkan nasionalisme
Indonesia itulah yang oleh Anderson dianggap benih awal memunculkan kehendak
bersama untuk membentuk satu negara-bangsa. Namun, bagi Gellner, kemunculan
nation-state di Indonesia harus dilihat dari momen kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang
secara formal hukum mengekspresikan kehendak bangsa Indonesia untuk mewujudkan
lembaga kenegaraan yang mandiri, terbebas dari segala bentuk subjugasi. Satu hal yang
jelas ialah bahwa proses perkembangan suatu nation-state itu pada esensinya evolusi
perubahan nilai yang dapat menjadi dasar dari pembentukan sistem masyarakatsuatu
bangsa.
Sumber referensi:
•.https://m.mediaindonesia.com/opini/253974/negara-bangsa
11
Jawab:
Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yang artinya membentuk negara,
menyusun negara, dan menyatakan negara. Sedangkan dalam bahasa Latin kata
konstitusi berasal dari 2 (dua) kata yakni “cume” dan “statuere”. Kata “cume” artinya
“bersama dengan”, sedangkan “statuere” adalah “membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan atau menetapkan”. Dengan demikian pengertian konstitusi dalam bentuk
tunggal (konstitutio) adalah menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan pengertian
konstitusi dalam bentuk jamak (constitusiones) adalah segala sesuatu yang telah
ditetapkan.
Negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris memakai istilah constitution yang
dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai konstitusi. Sedangkan istilah UUD merupakan
terjemahan dari bahasa Belanda “Gronwet”. Selain gronwet, Belanda juga mengenal
istilah constitutie.
Menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi bukan merupakan peraturan yang dibuat oleh
pemerintahan, melainkan merupakan peraturan yang dibuat oleh rakyat untuk mengatur
pemerintahan, dan pemerintahan itu sendiri. Tanpa keberadaan konstitusi, maka sama
dengan kekuasaan tanpa kewenangan. Konstitusi adalah hukum dasar, norma dasar, dan
sekaligus paling tinggi kedudukannya dalam sistem bernegara. Namun, sebagai hukum,
konstitusi itu sendiri tidak selalu bersifat tertulis (schreven constitutie atau written
constitution). Konstitusi dalam pengertian arti sempit adalah konstitusi yang bersifat
tertulis atau biasa disebut UUD. Sedangkan konstitusi dalam pengertian arti luas adalah
konstitusi yang tidak tertulis.
12
1. Soehino
2. L. J. Van Apeldoorn
3. Herman Heller
Pengertian konstitusi dibagi menjadi tiga, yaitu konstitusi mencerminkan kehidupan
politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (mengandung arti politis dan
sosiologis), konstitusi sebagai kaidah yang hidup dalam masyarakat (mengandung arti
hukum atau yuridis), dan konstitusi sebagai kesepakatan yang ditulis dalam suatu
naskah sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
4. C. F. Strong
5. F. Lasalle
Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah naskah yang memuat bangunan negara
dan sendi pemerintahan. Konstitusi megandung pengertian yang lebih luas dari UUD.
Namun, secara yuridis terdapat faham kodifikasi yang menyamakan konstitusi dengan
UUD.
12
6. K. C. Wheare
•https://www.hukumonline.com/klinik/a/pengertian-konstitusi-menurut-para-ahli-
dan-secara-etimologis-lt62f1f95c8b86c
Jawab:
a. Gagasan presiden 3 periode itu seolah menantang UUD 1945 yang menjadi
landasan hukum pemerintah yang sudah membatasi masa jabatan presiden dan wakil
presiden.
"Sekarang ini lebih buruk secara prinsipil. Di zaman Suharto konstitusinya belum
memberikan batas waktu untuk jabatan presiden sementara konstitusi kita hari ini jelas-
jelas sudah memberikan pembatasan tegas.
Sumber referensi:
•https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/31/08080041/wacana-jokowi-3-
periode-dinilai-lebih-buruk-dari-masa-orde-baru
•https://nasional.tempo.co/read/1567803/5-pandangan-mengenai-penundaan-
pemilu-2024-mengarah-rezim-otoriter