Anda di halaman 1dari 18

PENYELENGGARAKAN PROJECT CITIZEN

UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 (Enam)

1. NIKODEMUS ZEBUA
2. VERSI HAKIKAT WARUWU
3. PENDIANUS LAIA
4. RAFIC GUSTAWAN HULU (tidak aktif)

Dosen Pengampu : DR. ANUGERAH TATEMA HAREFA, S.H., M.A

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (FPTK) PENDIDIKAN
TEKNIK BANGUNAN (PTB) TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berjudul
Penyelenggarakan Project Citizen Untuk Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi untuk memenuhi tugas.

Penulisan makalah ini telah berhasil diselesaika. Untuk itu segenap


saran dan kritikan dari teman-teman dan bapak ibu dosen masih
diharapkan demi kemajuan di kemudian hari.

Akhir kata berharap penulisan makalah ini dapat berguna bagi semua
pihak. Sekian dan terima kasih.

Gunungsitoli, 24 April 2021

Kelompok 6 (enam)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………….……………………………………………………….….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang……………………………..………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………… ..…………..………………...…………………............…………. 2

1.3Tujuan………………...………………………………………………………………….………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan kewarganegaraan………………… …………………………………….. 3

2.2 Dasar Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Tingkat Perguruan Tinggi…………………. 4

2.3Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan……………………………………..……………………. 7

2.4 Menyelengarakan Project Citizen Untuk Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan………… 9

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan……………………………………………………………………………..………………17

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………….... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dari
tingkat Sekolah Dasar, menengah, hingga Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memupuk karakter siswa untuk memiliki rasa nasionalisme, juga membentuk karakter sosial dan
karakter bangsa sejak dini. Karakter Bangsa adalah perilaku yang diharapkan yang dimiliki oleh
warga Negara sebagai cerminan dari Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pondasi atau modal utama bagi seluruh
bangsa Indonesia untuk dapat mempelajari, memahami, dan mencintai setiap aspek dari Indonesia
sendiri.

Mahasiswa sebagai sebagai bagian dari Pendidikan tingkat tinggi di Indonesia juga turut
melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena mahasiswa merupakan bibit
untuk mempertanggung jawabkan Indonesia kedepannya. Karena itulah diperlukan pendidikan
moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan
tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembebenahan, pembekalan, penentuan dan
akhirnya pemutusan prinsip diri. Di masa yang akan datang diperlukan ilmu yang cukup untuk
dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara dan mencerdaskan kehidupan bangsa bagi
warga Negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak
dan kewajiban dalam bela Negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang mendasari pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan bagi mahasiswa?

2. Apa tujuan diadakannya Pendidikan Kewarganegaraan?

3. Bagaimana pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan terhadap berbagai masalah yang terjadi di


Indonesia saat ini?

4. Bagaimana menyelesaikan Project Citizen dengan menggunakan mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan

1.3 Tujuan

1. Mengetahui hal-hal yang mendasari pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan bagi Mahasiswa

2. Mengetahui apa tujuan dari pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan

3. Mengetahui pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan terhadap berbagai masalah yang terjadi di


Indonesia saat ini
4. Mengetahui cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan permasalahan warga negara
dengan Pendidikan kewarganegaraan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa
untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami
perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral
Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004
berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan


melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004
serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Tingkat Perguruan Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah media untuk meningkatkan rasa kesadaran


berbangsa dan bernegara, meningkatkan keyakinan dan ketangguhan Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dua hal
sebagai landasannya, yaitu Landasan Hukum dan Landasan Ideal.

1. Landasan Hukum

• Undang-Undang Dasar 1945

Pembukaan UUD 1945 Pembukaan alinea kedua tentang cita-cita mengisi kemerdekaan
dan alinea keempat khusus tentang tujuan negara, yaitu keamanan dan kesejahteraan.

a. Pasal 27 (3) (II)


Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

b. Pasal 30 ayat (1) (II)

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

c. Pasal 31 ayat (1) (IV)

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

d. Pasal 28 A-J tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982

Undang-undang No. 20/1982 adalah tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan


Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51, TLN 3234).

1. Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bagian
tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional.

2. Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara
dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

(1)Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.

(2)Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan Tinggi.

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan


berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, serta Nomor
45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,
Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah
Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi atau
kelompok program studi.

4. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional


Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

2. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan


Landasan Pendidikan Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa dikembangkannya
Kewarganegaraan adalah Pancasila. Pancasila sebagai sistem filsafat menjiwai semua konsep
ajaran Kewarganegaraan dan juga menjiwai konsep ketatanegaraan Indonesia. Dalam
sistematikanya dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal itu dapat
dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan.

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar pemikiran tindakan negara dan menjadi
sumber hukum positif di Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara pola pelaksanaannya dipancarkan
dalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam
pasal-pasal UUD1945 sebagai strategi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara.

Pembukaan UUD 1945 pokok pikiran pertama yaitu pokok pikiran persatuan yang berfungsi
sebagai dasar negara, merupakan landasan dirumuskannya wawasan nusantara sebagai bagian dari
geopolitik. Pokok pikiran kedua yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang berfungsi sebagai tujuan
negara merupakan tujuan wawasan nusantara sekaligus tujuan geopolitik Indonesia. Tujuan negara
dijabarkan langsung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu tujuan berhubungan dengan
segi keamanan dan kesejahteraan dan ketertiban dunia. Geopilitik Indonesia pada dasarnya adalah
sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diyakini
kebenarannya. Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila terkandung juga dalam konsep geopolitik
Indonesia demi terwujudnya ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia sehingga ketahanan
nasional ini disusun dan dikembangkan berdasarkan geopolitik Indonesia. Perwujudan nilai-nilai
Pancasila mencakup lima bidang kehidupan nasional yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam yang disingkat dengan Ipoleksosbud Hankam. Ipoleksosbud Hankam menjadi
dasar pemikiran ketahanan nasional.

Dari lima bidang kehidupan nasional, bidang ideologi merupakan landasan dasar. Ideologi itu
berupa Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjiwai empat bidang lainnya. Dasar pemikiran
ketahanan nasional di samping lima bidang kehidupan nasional tersebut yang merupakan aspek sosial
pancagatra didukung pula adanya dasar pemikiran aspek alamiah trigatra yang merupakan geostrategi
Indonesia.

2. Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kesatuan konsep-konsep dasar yang


memberikan arah dan tujuan dalam mencapai cita-cita bangsa dan negara. Cita-cita bangsa dan negara
berlandaskan Pancasila dipancarkan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 merupakan cita-cita
untuk mengisi kemerdekaan, yaitu: bersatu, berdaulat adil dan makmur.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


1. Menurut pendapat Ahli

1.Branson (1997:7)

Tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, maupun nasional. Tujuan
pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai
berikut:

a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan


karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Djahiri (1994/1995:10)

Secara umum.Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian


Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan
jasmani, dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.”

Secara khusus.Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat
kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan
pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku
yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

3. Sapriya (2001)

Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga
negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan
seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan
serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui
pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu
berpera n serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta
perbaikan masyarakat.

4.Somantri (2001:279)

Warga negara yang patriotik, toleran, setia, terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis. Pancasila sejati. Tujuan umum pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini
adalah, agar dapat menciptakan generasi-generasi yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi,
cinta bangsa dan tanah air, cerdas, berkarakter, yang dapat memajukan NKRI, dan dapat berpikir
dan bertindak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

4. Menyelengarakan Project Citizen Untuk Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari
strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented
learning (belajar melalui penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah)” yang dikemas dalam
model “Project” ala John Dewey. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran PKn dalam rangka
menumbuhkan karakter warga negara Indonesia yang cerdas dan baik (smart and good citizen).

Model ini dapat dilakukan selama satu semester dan dikerjakan lebih banyak di luar
kelas. Dosen pengampu mata kuliah dapat melakukan pemantauan mingguan sesuai dengan
jadwal waktu yang ditetapkan.

Cara untuk Menyelesaikan Project Citizen antara lain :

1. Mengidentifikasi masalah.

Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil pengenalan
masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah salah satu
proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting di antara proses lain. Masalah penelitian
(research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan
apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa
ditemukan melalui studi literatur (literature review) atau lewat pengamatan lapangan (observasi,
survey), dan sebagainya.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu


variabel atau hubungan antara satu atau lebih variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel
itu sendiri dapat didefinisikan sebagai konsep yang memuat nilai bervariasi, pembeda antara
sesuatu dengan yang lain. Dalam suatu studi yang menggunakan alur-pikir deduktif kerapkali
ditampilkan definisi operasional variabel, dan dalam penelitian kualitatif variabel itu seringkali
disebut konsep, misalnya definisi konseptual.
Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:

1. Bacaan. Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-
hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentu
saja mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema
penelitian bersangkutan. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang
telah teridentifikasi karena ada berbagai keterbatasan peneliti atau ruang lingkup penelitian itu.
Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan
sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-
gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang
berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.

2. Pertemuan Ilmiah. Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan


ilmiah, seperti seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya, simposium dan
sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan muncul berbagai permasalahan yang
memerlukan jawaban melalui penelitian.

3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas). Orang yang mempunyai kekuasaan atau


otoritas cenderung menjadi figure publik yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya.
Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah.
Pemegang otoritas di sini dapat mencakup aspek formal dan non formal.

4. Observasi (pengamatan). Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu


yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka
waktu yang cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu dapat melahirkan suatu masalah.
Contoh: Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku
peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.

5. Wawancara dan Angket. Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi
aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu.
Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa
sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai
studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga
untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.

6. Pengalaman. Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak
semua pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi kadang-kadang
sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang (kelompok)
lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.

7. Intuisi. Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian
tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu pokok
permasalahan penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah.
Jadi, untuk mengindentifikasi masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber bacaan yang
memungkinkan lahir masalah-masalah penelitian seperti di atas. Sumber-sumber keilmuan yang
membawa masalah-masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah
penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja.Setelah masalah-masalah penelitian dapat
diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan peneliti masalah-masalah yang akan
diangkat dalam suatu rancangan penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak
untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang tertata baik

2. Memilih masalah

Daftar masalah berkenaan dengan sikap dan perilaku yang tidak berkarakter. Misalnya:

• Perilaku yang tidak bijak.

• Ketidakadilan.

• Tidak ulet.

• Tidak mampu mengendalikan diri.

• Tidak memiliki rasa cinta.

• Bersikap negatif.

• Tidak suka bekerja keras.

• Tidak memiliki integritas pribadi.

• Tidak pandai berterima kasih.


• Tinggi hati.

3. Pengumpulan Informasi

Contoh-contoh sumber informasi antara lain:

1. Perpustakaan. Perpustakaaan perguruan tinggi, umum, dan perpustakaan daerah menyediakan


buku-buku yang membahas masalah sosial, politik, dan sebagainya.

Di samping itu perpustakaan mungkin juga memiliki koleksi jurnal, surat kabar dan
publikasi lainnya yang memuat informasi tentang masalah yang sedang diteliti tersebut. Kalau
ingin memfotokopi informasi tersebut, tanyalah pada petugas apakah bisa memfotokopinya di
luar perpustakaan atau apakah perpustakaan tersebut menyediakan mesin fotokopi sendiri.

2. Kantor Penerbit Surat Kabar. Para mahasiswa dapat menghubungi kantor-kantor surat
kabar. Di sana para wartawan surat kabar bertugas mengumpulkan informasi tentang masalah-
masalah yang muncul dalam masyarakat, termasuk masalah yang sedang dikaji oleh kelas, serta
mencari informasi tentang sikap pemerintah dalam menangani masalah tersebut. Kantor-kantor
surat kabar dan para wartawan mungkin dapat memberikan kliping tentang masalah yang sedang
dipelajari itu. Tanyalah apakah mereka menyediakan foto-foto yang dapat dibeli dengan harga
yang relatif murah.

3. Biro Kliping. Di beberapa tempat terutama di kota besar terdapat kelompok kreatif yang
bekerja mengumpulkan informasi dari berbagai surat kabar dalam bentuk kliping. Informasi yang
dihimpun sudah diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis persoalan. Oleh karena itu, tim dapat
mengunjunginya untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Biasanya kliping yang sudah
dibuat mereka harus kita beli. Maka pilihlah beberapa artikel atau berita yang relevan saja untuk
memecahkan masalah yang menjadi bahan kajian kelas.

4. Profesor dan pakar di perguruan tinggi. Profesor dan pakar di perguruan tinggi yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti dapat dijadikan sumber informasi. Para mahasiswa
bisa mencari alamat mereka dari buku telepon. Atau dapat menghubungi perguruan tinggi yang
bersangkutan untuk mendapat bantuan dari para ahli, seperti ahli ilmu politik, hukum tata negara,
pendidikan kewarganegaraan, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, dan sebagainya. Tim
peneliti juga boleh juga menghubungi dosen-dosen lain yang ada di sekolahnya atau tetangga
sekolah yang diperkirakan memahami persoalan yang sedang dibahas.

5. Kepolisian. Kepolisian memiliki peran menjaga ketertiban masyarakat. Oleh karena itu,
mereka mempunyai banyak pengalaman dalam menangani persoalanpersoalan yang terkait
dengan masalah yang sedang dikaji oleh kelas. Misalnya dalam menangani demonstrasi yang
menjurus anarkis yang mengakibatkan kerusakan berbagai sarana umum bahkan menimbulkan
huru-hara yang besar. Di samping itu, polisi pun sering kali menangani kasus pertikaian
antaretnik, antarkelompok masyarakat, dan bahkan antarumat beragama yang mengindikasikan
lunturnya semangat kebangsaan.

6. Organisasi Masyarakat. Organisasi masyarakat di Indonesia cukup banyak yang dapat kita
temukan. Contohnya adalah organisasi PKK untuk ibu rumah tangga, atau KNPI yaitu organisasi
pemuda, organisasi keagamaan, dan sebagainya. Kunjungilah organisasi-organisasi masyarakat
yang terkait dengan masalah yang sedang dikaji oleh kelas untuk memperoleh informasi sebab-
sebab masalah tersebut muncul dan upaya menanggulanginya.

7. Kantor Legislatif dan Pemerintah Daerah. Wakil rakyat yang duduk dalam lembaga
legislatif dan kantor pemerintahan baik pusat maupun daerah adalah pejabat yang bertanggung
jawab mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat. Mereka juga berkewajiban untuk
membuat kebijakan publik untuk menangani masalah yang telah diidentifikasi. Biasanya di kantor
tersebut akan ada petugas yang bertanggung jawab membantu siapa saja dalam memperoleh
informasi tentang masalah-masalah dalam masyarakat. Mintalah bantuan pada dosen, orangtua
mahasiswa, atau sukarelawan untuk mengetahui bagaimana cara menghubungi mereka.

8. Lembaga Swadaya Masyarakat. Orang-orang yang bekerja pada Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM) juga dapat membantu memberikan informasi bagi kajian masalah kelas.
Mereka sangat memahami berbagai masalah yang ada di masyarakat dan bereperan aktif dalam
usaha menanggulanginya, termasuk persoalan yang menjadi bahan kajian kelas.

9. Jaringan Informasi Elektronik. Informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana kebiasaan
masyarakat yang tidak pandai berterima kasih, juga dapat ditemukan melalui internet. Apabila
sekolah tidak mempunyai akses terhadap pelayanan ini, para mahasiswa dapat pergi ke warnet
(Warung Internet) yang menyediakan jasa penyewaan pemakaian Internet.

4. Mengembangkan Portofolio Kelas

Untuk memasuki tahap ini tim peneliti harus sudah menyelesaikan penelitiannya. Dalam
tahap ini mulailah mengembangkan portofolio kelas. Kelas akan dibagi dalam empat kelompok.
Masing-masing kelompok akan bertanggung jawab untuk mengembangkan satu bagian dari
portofolio kelas. Bahan-bahan yang dimasukkan dalam portofolio hendaknya mencakup
dokumentasi-dokumentasi yang telah dikumpulkan dalam tahap penelitian. Dokumentasi ini
harus mencakup bahan-bahan atau karya-karya seni yang ditulis asli oleh para mahasiswa.

Tujuan tahap ini adalah agar para mahasiswa dapat menyusun portofolio kelas, baik
portofolio bagian tayangan maupun portofolio bagian dokumentasi berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari kegiatan penelitian.

5. Menyajikan Portofolio Kelas

Empat tujuan dasar kegiatan presentasi portofolio (showcase) ini antara lain adalah sebagai
berikut:

• Memberikan informasi kepada para hadirin tentang pentingnya masalah yang


diidentifikasi itu bagi masyarakat.
• Menjelaskan dan memberikan penilaian atas kebijakan alternatif kepada para hadirin,
dengan tujuan agar mereka dapat memahami keutungan dan kerugian dari masing-masing
kebijakan alternatif tersebut.

• Mendiskusikan dengan para hadirin bahwa pilihan kebijakan yang telah dipilih adalah
kebijakan yang "paling baik" untuk menangani permasalahan tersebut. Selain itu para mahasiswa
juga harus bisa "membuat suatu argumen yang rasional" untuk mendukung pemikiran mereka.
Diskusi ini juga bertujuan untuk meyakinkan para hadirin bahwa menurut pemikiran dan
dukungan kelas, kebijakan yang telah dipilih tidak bertentangan dengan konstitusi.

• Menunjukkan bagaimana cara kelas dapat memperoleh dukungan dari masyarakat,


lembaga legislatif dan eksekutif, lembaga pemerintahan/swasta lainnya atas kebijakan pilihan
kelas.

6. Merefleksikan Pengalaman Belajar.

Merefleksikan pengalaman belajar atas segala sesuatu selalu merupakan hal yang baik.
Refleksi pengalaman belajar ini merupakan salah satu cara untuk belajar, untuk menghindari agar
jangan sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang sudah
mahasiswa miliki.

Untuk memasuki tahap ini para mahasiswa harus sudah menyelesaikan portofolio kelas.
Sebagai bagian tambahan, para mahasiswa dapat memasukkan Bagian Refleksi atau Evaluasi ini
dalam Map Bagian Dokumentasi.

Refleksi pengalaman ini hendaklah merupakan hasil kerja sama antara teman-teman
sekelas, sama seperti kerjasama antara mereka yang telah dilakukan selama membuat portofolio
kelas. Di samping itu, para mahasiswa juga harus merefleksikan pengalaman belajarnya baik
sebagai seorang pribadi maupun sebagai salah satu anggota kelas. Dosen-dosen dan para
sukarelawan yang telah membantu para mahasiswa mengembangkan portofolio, akan membantu
juga dalam merefleksikan pengalaman para mahasiswa selama melaksanakan kegiatan portofolio
ini. Akan lebih baik lagi jika bagian refleksi pengalaman belajar ini dibuat seusai presentasi
portofolio di hadapan teman-teman sekelas dosen-dosen, dewan juri, pegawai pemerintahan, dan
anggota masyarakat lainnya.

7. Kesimpulan
Jangan berhenti sampai di sini. Para mahasiswa harus terus melanjutkan mengembangkan
ketrampilan dalam mempengaruhi pemerintah dalam membuat kebijakan publik. Ketrampilan ini
penting sekali karena kemungkinan besar para mahasiswa akan menggunakannya setelah dewasa.
Yang perlu diingat adalah bahwa setiap kebijakan akan memerlukan revisi, dan setiap waktu akan
bermunculanlah masalah-masalah baru yang ada dalam masyarakat yang tentunya akan
memerlukan kebijakan baru. Membantu membuat kebijakan publik dan ikut mengambil langkah-
langkah yang diperlukan merupakan tanggung jawab warga negara seumur hidup dalam
pemerintahan yang berdaulat.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak lain karena


ingin menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Hal ini
jelas seperti yang disebutkan dalam landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Kita tentu tidak ingin
masalah-masalah di Indonesia yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini
kembali terjadi di masa depan. Pastinya kita berharap Indonesia menjadi lebih baik nantinya.
Tidak ada lagi masalah sosial seperti kemiskinan dan kualitas pendidikan yang rendah,
banyaknya kasus sara, korupsi yang merajalela, dan daerah-daerah yang semakin tertinggal dan
diabaikan oleh pemerintah pusat. Jadi, butuh partisipasi dari masyarakat khususnya mahasiswa
sebagai bagian dari pendidikan tinggi negeri ini untuk dapat mengamalkan pembelajaran yang
dipelajari dari Pendidikan Kewarganegaraan.

3.2 Saran

Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu untuk lebih mengefisienkan


pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraaan ini. Pendidikan Kewarganegaraan dinilai masih
kurang, dengan pembelajaran yang hanya diadakan satu kali dalam seminggu. Sebaiknya
pembelajaran ebih diefektifkan lagi. Masyarakat juga harus lebih berpartisipasi dalam
pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan, harus dapat memahami dan mempraktekan dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya menjadi sebatas teori didalam kelas saja. Kita sebagai
masyarakat juga harus mendukung setiap upaya dari pemerintah dalam mengatasi setiap
permasalahan di negeri ini. Sehingga dapat tercipta Indonesia yang lebih baik kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Ulfah Santi Nada. Hamid Ichas Solihin. 2017. MODEL PROJECT CITIZEN PEMBELAJARAN PKN
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. VOL. 3. 2088-351X.

Samsuri. Mulyoto Puji Galih. 2017. PENGARUH MODEL PROJECT CITIZEN DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. VOL. 14.

Anda mungkin juga menyukai