Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PAHAM NEGARA INTEGRALISTIK YANG DIUSULKAN OLEH

SOEPOMO PADA SIDANG PERTAMA BPUPKI

Dosen pembimbing :

Dra. Magdalena Suharjati, M.Pd.

Kelompok : 1

Disusun oleh : 1. Agnes Nur Azizah (01)


2. Alfan Ilmi Shobiri A. (03)
3. Anggita Hellenia Fahmi (04)
4. Anidya Raihannisa (05)
5. Azmi Rindiani (06)
6. Brenda Putri Hary (07)
7. Chintya Dhevansa Wijayanti (08)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

Jl.Penanggungan No.41A Kediri, Kode Pos 64114 Telp.(0354) 772628

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu dan lancar. Shalawat serta salam semoga terlimpah cerahkan
kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafaat di
akhirat nanti.

Oleh karena itulah, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing kami ibu Dra. Magdalena Suharjati, M.Pd. yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini dengan judul “PAHAM NEGARA INTEGRALISTIK
YANG DIUSULKAN OLEH SOEPOMO PADA SIDANG PERTAMA BPUPKI ”
Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami mengucapkan terima
kasih.

Kediri, 03 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG........................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4

A. Paham Integralistik Indonesia............................................................................4

B. Negara Integralistik Menurut Soepomo: Kegagalan dan Tantangan Masa


Depan.........................................................................................................................9

C. Negara Integralistik Pancasila..........................................................................12

D. Sasaran Paham Integralistik..............................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................19

A. Kesimpulan.......................................................................................................19

B. Saran.................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemikiran mengenai paham integralistik, pertama kali dikemukakan


oleh Soepomo pada sidang BPUPKI tanggal 31 mei 1945 dan tanggal 15 juli
1945, serta pada sejumlah rapat panitia dilingkungan BPUPKI antara 11 s.d
16 juli 1945. Dalam sidang BPUPKI itu Soepomo menjelaskan paham
integralistik sebagai berikut :

     “persatuan antara dunia luar dan dunia batin, antara


makrokosmos(alam besar) dan mikrokosmos(alam kecil) , antara rakyat dan
pemimpin-pemimpinnya. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari orang
lain atau dari dunia luar, dari golongan-golongan manusia, malah segala
golongan mahluk hidup, segala sesuatu bercampur baur dan bersangkut paut,
segala sesuatu berpengaruh dan kehidupan mereka bersangkut paut. Inilah ide
totaliter, ide integralistik dari bangsa indonesia, yang berujud juga dalam
susunan tata negara yang asli. (yamin, 1959;113).

Latar belakang filsafat dari paham integralistik indonesia ialah


pandangan masyarakat indonesia tentang alam semesta yang telah berabad-
abad lamanya secara turun-temurun dihayatinya. Untuk memudahkan
pemahamannya, pandangan tersebut kita ungkapkan dengan bahasa masa kini.
Untuk memudahkan komunikasi, pandangan : Mantikan Eksistensi Alam
Semesra yang disingkat dengan MEAS. MEAS berisi ajaran filsafat bahwa:
“Dalam alam semesta ini, segenap fenomena satu sama lain saling bertautan
secara alami merakit diri, rakitannya berjenjang, jenjangnya berherarkhi,
membentuk keseluruhan integralistik”.

1
“saling  bertautan” adalah relasi kemiripan yang bersifat simetrik
antara dua fenomena (A mirip B, dengan kata lain B mirip A). Bila meliput
tiga fenomena atau lebih, maka relasinya kemiripan itu selain simentrik,
mendapatkan sifat tambahan, yaitu transitif. sebagai hasil dari interaksi
,muncul sesuatu yang baru yang merupakan integrasi kemiripan. karena itu
“sesuatu yang baru” tersebut secara alami terdudukan pada jenjang satu
tingkat lebih atau dari jenjang keberadaan fenomen-fenomen yang
memproduksinya.

Kondisi persatuan yang lebih baru ini, oleh masyarakat indonesia


dipahamkan sebagai kondisi kesatuan dari segenap kondisi persatuan yang
saling bertautan. “Persatuan dan kesatuan” untuk mengambarkan paham
kekeluargaan. Dengan katalain kondisi kesatuan itu tersusun oleh sejumlah
kondisi persatuan yang berjenjang.

Kondisi persatuan yang merupakan hasil interaksi saling memberi


yaitu berupa fenomen yang saling bertautan, begitu ia terdudukkan pada
jenjang atasnya, ia secara alami hukum hierarki-terembani dengan kompetensi
untuk memelihara persatuan antara fenomen yang berada pada jenjang
dibawahnya.

Ketergantungan pemimpin pada rakyatnya, oleh masyarakatnya


indonesia diungkapkan sebagai ajaran moral yang harus dipegang teguh
pemimpinnya, yaitu “… para pejabat negara senantiasa berwajib memegang
teguh persatuan dan keseimbangan dalam masyarakat”. (Yamin,1959 ; 113)

Pandangan diatas merupakan paham intergralistik iindonesia yang


dikemukakan oleh soepomo, yang dipermudah pemahamannya dengan
memahami lebih dulu mantikan eksisrensi alam semesta, MEAS yang
merupakan pandaing filsafat masyarakat indonesia mengenai dunia beserta
isinya.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan pengertian tentang paham integralistik ?

2. Jelaskan negara integralistik menurut soepomo ?


3. Jelaskan tentang negara integralistik pancasila ?
4. Sebutkan sasaran paham integralistik ?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini,yaitu :

1. Menjelaskan pengertian tentang paham integralistik

2. Menjelaskan negara integralistik menurut soepomo

3. Menjelaskan tentang negara integralistik pancasila

4. Menyebutkan sasaran paham integralistik

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Paham Integralistik Indonesia

1). Pengertian

           

            Dalam pengertian ini paham integralistik memberikan suatu prinsip


bahwa negara adalah suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang
menyusunnya, negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang
membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu golongan
betapapun golongan tersebut sebagai golongan besar.Paham integralistik
dalam kehidupan bernegara mengasumsikan negara kesatuan Republik
Indonesia.

           

            Paham Negara Integralistik Menurut Supomo, Integralistik


merupakan paham yang berakar dari keanekaragaman budaya bangasa
namun tetap mempersatukan satu kesatuan integral yang disebut Negara
Indonesia.

2). Paham Integralistik

4
             Teori integralistik berpendapat bahwa tujuan negara itu merupakan
gabungan dan paham individualisme dan sosialisme. Paham integralistik
ingin menggabungkan kemauan rakyat dengan penguasa (negara).

            Soepomo, yang sudah diberi gelar pahlawan, adalah pencetus


konsepsi "negara integralistik", yang serupa tapi tak sama dengan bentuk
negara kesatuan Indonesia saat ini.

            Konsepsi  ini, dikemukakan Soepomo saat berpidato di depan rapat


BPUPKI, pada 31 Mei 1945. Dalam rapat yang membicarakan tentang
dasar-dasar Negara Indonesia Merdeka itu, Soepomo mengutarakan tiga
persoalan penting yang perlu disasar sebelum terwujudnya Negara
Indonesia Merdeka.

Pertama, pilihan antara persatuan negara (eenheidsstaat), negara


serikat (bondstaat), atau persekutan negara (statenbond). Kedua, soal
hubungan antara negara dan agama. Ketiga, sekaligus yang terakhir,
pilihan antara republik atau monarki.           

           

            Pemikiran Mr.Soepomo tentang konsep Negara integralistik (paham


Negara kekeluargaan) dikemukakan dalam sidang BPUPKI yang kedua,
tepatnya pada tanggal 31 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In di jalan
Pejambon 6 Jakarta, menyatakan bahwa cita – cita negara yang sesuai
dengan Indonesia adalah negara integralistik.

5
            Mr.Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang
Pancasila juga memberikan pemikiran tentang paham integralistik
Indonesia. Hal ini tertuang di dalam salah satu pidatonya yang berbunyi :

“………,bahwa jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia


yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,
maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara
yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang
mengatasi seluruh golongannya dalam lapangan apa pun.”

           Negara  integralistik menurut  Mr. Soepomo lebih tepat daripada


negara individual liberalistis atau negara yang didasarkan pada kelas
sebagaimana yang diperlihatkan negara komunis.
Menurutnya,integralistik berarti negara tidak untuk menjamin negara
individu, bukan pula untuk kepentingan golongan tertentu tetapi
menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai satu kesatuan yang
integral. Didalamnya, segala golongan, segala bagian, semua individu
berhubungan erat satu sama lain yang didasarkan pada prinsip persatuan
antara pimpinan dan rakyat dan prinsip persatuan dalam negara
seluruhnya. Pendapat ini didukung oleh Ir. Soekarno dan anggota –
anggota BPUPKI

           

     Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan


asas kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan
antarindividu maupun masyarakat. Dalam pengertian ini paham negara
integralistik tidak memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi

6
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya
terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke “binneka tunggal ika” an,
nilai religiusitas serta selaras.

           

            Paham Integralistik merupakan aliran pemikiran yang sesuai dengan


watak bangsa Indonesia yang bersifat kekeluargaan dan tolong-menolong.

Pentingnya Pengakuan Suatu Negara oleh Negara Lain:

Tata hubungan intemasional menghendaki status negara merdeka sebagai


syarat yang harus dipenuhi. Pengakuan dan negara lain juga merupakan
modal bagi suatu negara untuk diakui sebagai negara yang merdeka.
Pengakuan negara terhadap negara lain dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pengakuan secara de Facto dan de Jure.

           

            Melalui sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, Supomo mengusulkan


paham Integralistik yang menurutnya paham ini berakar pada
keanekaragaman budaya bangsa namun hal itu justru mempersatukan
dalam suatu kesatuan integral yang disebut Negara Indonesia.

Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas


kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antar
individu maupun masyarakat.

Dalam pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak


kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas dan juga tidak
mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya terkandung nilai

7
kebersamaan, kekeluargaan, ke “binneka tunggal ika” an, nilai religiusitas
serta selaras.

Bila dirinci maka paham Negara Integralistik memiliki pandangan


sebagai berikut :

1. Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.


2. Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu
dengan lainnya.
3. Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan
masyarakat yang organis.
4. Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan
bangsa seluruhnya.
5. Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.
6. Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
7. Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau
golongan saja.
8. Negara menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu
kesatuan integral.
9. Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

           

Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang


Maha Esa. Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang
berdasarkan Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa
dan negara, maka memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan serta
religiusitas. Dalam pengertian inilah maka Negara Pancasila pada
hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa.

8
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada Negara
Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang
memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan
negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu.

           

Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama


adalah merupakan suatu keyakinan bathin yang tercermin dalam hati
sanubari dan tidak dapat dipaksakan. Kebebasan beragama dan kebebasan
agama adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak, karena
langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan sebagai
makhluk pribadi dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu agama bukan pemberian negara atau golongan tetapi hak beragama dan
kebebasan beragama merupakan pilihan pribadi manusia dan tanggung
jawab pribadinya.

Hubungan negara dengan agama menurut Negara Pancasila adalah


sebagai berikut :

1. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang Berketuhanan Yang
Maha Esa.
3. Tidak ada tempat bagi Atheisme dan Sekulerisme karena hakikatnya
manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
4. Tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta antar pemeluk agama.

9
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan
hasil paksaan bagi siapapun juga.
6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
menjalankan agama dan negara.
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus
sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-
norma hukum positip maupun norma moral baik moral negara maupun
moral para penyelenggara negara.
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “ . . . . .berkat Rahmat Allah
Yang Maha Esa.

B. Negara Integralistik Menurut Soepomo: Kegagalan dan Tantangan Masa


Depan   

            Saat ini, panggilan jaman jelas sudah berbeda. Globalisasi yang tak
terelakkan, serta perkembangan teknologi yang membuat dunia menjadi tanpa
batas, harus direspon dengan jawaban yang tepat pula. Negara
integralistik/totaliter versi Soepomo, tentunya, tidak lagi menjadi opsi. Sejarah
telah mencatat bahwa negara integralistik/totaliter--apapun ideologinya--
hanya menjadi legitimasi pelanggaran hak asasi manusia, serta menambah
catatan panjang kekelaman sejarah dunia.

             Tetapi visi Soepomo agar Indonesia menyesuaikan dengan kondisi


nyata dan panggilan jaman; menjadi satu dengan rakyatnya; dan tidak
berpihak pada golongan tertentu, akan selalu relevan hingga masa mendatang.
Indonesia dengan ideologi Pancasila, harus dinamis, menyesuaikan bentuknya
dengan lingkungan sekitar, tanpa harus meninggalkan bentuk aslinya.
Parlementer, republik, apapun bentuknya, hanyalah menjadi sarana untuk
mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

10
            Negara integralistik, menurut Soepomo, akan bersatu dengan seluruh
rakyatnya dari golongan apapun. Aliran ini menuntut kepala negara menjadi
pemimpin yang sejati, penunjuk jalan ke arah cita-cita luhur, dan diidam-
idamkan oleh rakyat. Tak berhenti sampai di sana, Soepomo menegaskan
bahwa negara dengan konsepsi integralistik/totaliter akan mengatasi segala
golongan dan menghormati keistimewaan semua golongan, baik besar
maupun kecil.

             Soepomo sendiri, dalam pidatonya di BPUPKI, merujuk pada Jerman
dan Jepang-dua negara yang di era 1940an terkenal dengan fasisme-nya-
sebagai bentuk paling tepat dari negara integralistik. Soepomo menganggap,
kedua negara itu menganut prinsip persatuan antara pimpinan dan rakyat,
yang menjadi elemen penting negara integralistik/totaliter. Pada akhirnya,
konsep inilah yang dianggap cocok dengan aliran pikiran ketimuran, termasuk
Indonesia.

           

            Kekhawatiran akan penyelewengan negara integralistik/totaliter


seperti di Jerman dan Jepang, sialnya, terwujud pada era Orde Baru. Idealisme
Soepomo menjadi nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ketika
kepentingan berbagai golongan dilebur dalam ideologi negara Pancasila. Patut
disayangkan, idealisme ini justru disalah gunakan untuk kepentingan
penguasa dan melegitimasi tindakan represif terhadap suara-suara yang
kritis.   

           

Visi Soepomo untuk membuat negara menjadi satu dengan


masyarakatnya, justru diselewengkan menjadi state terorrism. Tak hanya itu,

11
lembaga permusyawaratan--sebuah lembaga yang juga direkomendasikan
Soepomo--yang diharapkan menjadi suara rakyat, malah sekedar menjadi
tukang stempel untuk kebijakan pemerintah. Akhirnya, Indonesia, selama 30
tahun, menjadi negara fasis yang bertopengkan demokrasi.

            Dari titik ini dapat dilihat bahwa cita-cita Soepomo sesungguhnya
lebih rasional untuk dikonkritkan melalui negara yang, dalam bahasa
Soepomo, menganut demokrasi Barat. Konsepsi negara integralistik/totaliter
malah rentan untuk diselewengkan menjadi negara diktatorial yang tidak
menghargai hak asasi manusia, yang di dalamnya termasuk kebebasan
berpendapat, berserikat, dan beragama.

            Meski terkesan sebagai sumber dari fasisme di Indonesia, pemikiran


Soepomo sesungguhnya sangat visioner. Pandangannya atas konsep negara
integralistik, berangkat dari kondisi riil Indonesia, yang pada tahun 1940an
masih rapuh dan berusaha mencari bentuk. Pilihan negara
integralistik/totaliter, pada akhirnya, memang tepat untuk menjawab
pernyataan Soepomo bahwa negara harus disesuaikan dengan panggilan
jaman pada saat pra-kemerdekaan.

            Pada masa pra-kemerdekaan, masyarakat Indonesia masih terpecah-


pecah dalam berbagai suku dan golongan. Kondisi ini juga diperparah dengan
politik devide et impera Belanda, yang terbukti ampuh untuk merontokkan
perjuangan bangsa Indonesia. Tak heran, pilihan negara yang kuat dan bisa
menyatukan semua kepentingan adalah opsi yang paling rasional.

12
            Saat ini, panggilan jaman jelas sudah berbeda. Globalisasi yang tak
terelakkan, serta perkembangan teknologi yang membuat dunia menjadi tanpa
batas, harus direspon dengan jawaban yang tepat pula. Negara integralistik
versi Soepomo, tentunya, tidak lagi menjadi opsi. Sejarah telah mencatat
bahwa negara integralistik--apapun ideologinya--hanya menjadi legitimasi
pelanggaran hak asasi manusia, serta menambah catatan panjang kekelaman
sejarah dunia.

            Tetapi visi Soepomo agar Indonesia menyesuaikan dengan kondisi


nyata dan panggilan jaman; menjadi satu dengan rakyatnya; dan tidak
berpihak pada golongan tertentu, akan selalu relevan hingga masa mendatang.
Indonesia dengan ideologi Pancasila, harus dinamis, menyesuaikan bentuknya
dengan lingkungan sekitar, tanpa harus meninggalkan bentuk aslinya.
Parlementer, republik, apapun bentuknya, hanyalah menjadi sarana untuk
mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

C. Negara Integralistik pancasila

            Sebagaimana dikemukakan oleh soepomo, bahwa dasar pemikiran


tentang negara dalam filsafat dapat dibedakan menjadi tiga macam,
diantaranya sebagai berikut :

1. Aliran pikiran individualis atau teori perorangan.

Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas


kontrak seluruh individu dalam masyarakat (contrac social). Tokoh-tokoh
: Thomas hobbes, John Locke, J.J Rousseau, Herbert Spencer, Harold
Josept Laski. Contohnya negara Eropa Barat dan Amerika.

13
2. Aliran pikiran kolektif atau teori kelas (class theory).

Negara adalah alat suatu golongan yang mempunyai kedudukan


ekonomi yang paling kuat untuk menindas golongan lain yang
kedudukannya lemah. Tokoh-tokoh : Karl Max, Engels dan Lenin.

3. Aliran pikiran integralistik

            Negara adalah suatu masyarakat integral yang menjamin kepentingan


seluruh rakyat sebagai persatuan untuk mengatasi kepentingan golongan
atau perseorangan. Tokoh-tokoh : Spinoza, Adam Muller, Hegel.

Dari uraian diatas, dalam kaitannya dengan konteks negara


Indonesia yang berdasarkan pancasila dengan intinya kekeluargaan dan
kebersamaan. Dalam tradisi adat-istiadat serta budaya bangsa indonesia
setiam manusia diangap mempunyai tempat dan kewajiban hidup sendiri-
sendiri menurut kodrat alam yang semuanya ditujukan pada keseimbangan
hidup lahir dan batin. Hal ini merupakan juga ciri khusus bangsa indonesia
yang membentuk ide integralistik yang intinya adalah “kekeluargaan dan
kebersamaan”.

Cara pandang integralistik indonesia akan mendasari dan mewarnai


pola  kehidupan bangsa indonesia dalam bernegara dan bermasyarakat.
Nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya dalam pancasila yang
mendasari integralistik indonesia yang pola pelaksanaanya dipancarkan ke
empat pokok pikiran dalam pembukaan undang-undang dasar 1945,
sehingga pancasila merupakan moral negara dan sekaligus juga merupakan
moral dalam kehidupan nasional. Nasional bagi bangsa indonesia pada
dasarnya dikelompokan menjadi bidang yaitu: politik, ideologi, keamana,
ekonomi dan sosial budaya.dalam konteks bernegara, masalah ideologi
merupakan fundamental, yang mendasari semua kehidupan bidang yang

14
lain sehingga merupakan jiwa bangsa. Untuk itu dalam paham integralistik
kehidupan nasional ini hanya akan dibahas empat bidang saja, yaitu politik,
ekonomi, budaya, dan keamanan.

D. SASARAN PAHAM INTEGRALISTIK

Ada beberapa bidang yang menjadi sasaran dalam bidang


Integralistik, diantaranya yaitu:

1. Integralistik Bidang Politik

Dalam masyarakat integralistik Indonesia yang berlandaskan


kebersamaan dan kekeluargaan maka perjuangan untuk menguasai
pemerintahan ini harus memperhatikan kesepakatan bersama yang dijiwai
semangat kekeluargaan dan mengatasi segala kepentingan golongan dan
kepentingan perorangan.

Ada dua sektor kehidupan di bidang politik, yaitu sektor masyarakat


dan sektor pemerintahan. Sektor masyarakat mewujudkan keinginan dan
tuntunan masyarakat yang berfungsi sebagai keluaran yang berupa
keputusan politik(political decision)

Kehidupan politik yang bercorak integralistik dengan sendirinya


menuntut adanya keseimbangan antara  masukan dan keluaran, yang
berbentuk keseimbangan dinamik dan serasi antara inisiatif pemerintah
dan partisipasi masyarakat. Jika inisiatif pemerintah lebih berat maka
akan mengarah ke system politik totaliter, dan jika partisipasi masyarakat
maka akan menuju ke system politik liberalisme. Bentuk keseimbangan
ini sifatnya dinamik dan berubah-ubah serta bergerak antara dua polaritas
ekstrem, sejalan dengan kepentingan masyarakat. Bentuk wujud
keseimbangan ini sebagai indikasi adanya taraf stabilitas politik Negara.

15
Asas kekeluargaan dan kebersamaan dalam kehidupan politik yang
terdiri atas dua sektor tersebut, dalam aktifitasnya harus memperhatikan
system pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dengan
demikian rakyat ikut berperan serta dalam kehidupan berpolitik.

Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa dari segi kehidupan


politik, Negara Indonesia bukan hasil perjanjian orang seorang yang
bebas seperti dalam cara pandang individualistic, melainkan Negara
merupakan kesatuan kehidupan bersama atas rahmat Tuhan Yang Maha
Esa, di dorong oleh keinginan luhur dalam hidup bersama supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas untuk memajukan kesejahteraan
bersama dalam bentuk keadilan social bagi seleruh rakyat Indonesia.

2. Integralistik Bidang Ekonomi

Dalam paham integralistik ekonomi , Negara berupaya menyusun


suatu system ekonomi atas dasar kebersamaan dan kekeluargaan dengan
menentukan adanya tiga sektor pelaku utama ekonomi, yaitu sektor
Negara, sektor swasta, dan sektor koperasi.Ketiga sektor ini harus
bekerjasma demi kesejahteraan bersama atau kesejahteraan seluruh rakyat.

 Sistem ekonomi integralistik menekankan bahwa, sektor Negara


sebagai pelaku ekonomi pertama harus menguasai kekayaan alam yang
terkandung didalam air maupun di dalam bumi.Semua itu di jadikan
modal dasar pembangunan bangsa untuk mencapai cita-cita yang
disepakati bersama dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Demikian cabang-cabang produksi yang penting bagi
Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh
Negara.

16
Pelaku kedua dalam system ekonomi integralistik orang-seorang atau
swasta . Ia hanya boleh berusaha di bidang ekonomi yang tidak menguasai
hajat hidup orang banyak.

Pelaku ketiga dalam system ekonomi integralistik adalah koperasi,


yang harus juga berlandaskan demokrasi ekonomi bahwa kemakmuran
untuk semua orang. Dalam system ini, perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

Ketiga pelaku system ekonomi integralistik diatas, dasar utamanya


adalah sama yaitu kebersamaan dan kekeluargaan, dan ketiga tiganya juga
bertujuan untuk mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat. Ketiga
pelaku sektor ekonomi ini tidak berdiri sendiri tetapi saling melengkapi.
Tiap sektor pelaku ekonomi mempunyai fungsi tersendiri dalam
masyarakat dan Negara serta kebersamaan dalam menegakkan
perekonomian Negara.

3. Integralistik Bidang Social Budaya

Didalam system social budaya terdapat bermacam-macam subsistem,


dan semua subsistem ini dalam hidup bernegara dan berpaham
integralistik harus dikendalikan oleh system politik sebagai salah satu
subsistem social yang  paling dominan  dalam kehidupan kenegaraan
karena masalah politik langsung berkaitan dengan kekuasaan
pemerintahan.

Dalam organisasi social, manusia hidup berkelompok dan


mengembangkan norma social yang meliputi kehidupan normative, status,
kelompok asosiasi dan institusi. Organisasi social juga mencakup aspek
fungsi yang mewujudkan diri dalam aktivitas bersama anggota masyarakat
dan aspek struktur. Aspek struktur terdiri dari kelompok didalam pola

17
umum kebudayaan  dan di seluruh kerangka lembaga social. Kebudayaan
merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya
tampak pada tingkah laku para anggotanya. Kebudayaan tercipta oleh
banyak factor  seperti organ biologis, lingkungan alam, lingkungan
psikologis dan perkembangan pemikiran.

Negara yang berpaham integralistik, subsistem social budaya yang


paling dominan mempengaruhi kehidupan bernegara ada tiga hal, yaitu
kehidupan keagamaan, pendidikan nasional, dan kebudayaan nasional.
Ketiga system social ini dalam kehidupan manusia haus didasarkan pada
kebersamaan dan kekeluargaan menjadi ciri utama Integralistik Indonesia.

Pendidikan dalam arti luas usaha untuk mendewasakan manusia agar


dapat mengembangkan potensinya dan berperan serta secara penuh dalam
menumbuhkan kehidupan social sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam
Negara yang berpaham integralistik diperlukan suatu system pendidikan
yang mampu membawa masyarakat kearah pencapaian tujuannya dengan
berlandaskan kebersamaan dan kekeluargaan.

Masalah yang lain dalam kehidupan social budaya adalah adalah


kebudayaan, yang ada kaitan langsung dengan pendidikan. Dalam konteks
Negara yang berpaham integralistik, kebudayaan harus ditujukan kearah
kemajuan adab dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru
dari kebudayaan asing untuk memperkaya khazanah budaya bangsa
sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
kebudayaan pada dasarnya bersifat dinamik, oleh karena itu nilai-nilai
serta kaidah-kaidah yang tidak dapat menjawab tantangan akan lenyap
secara wajar. Untuk itu pendidikan dapat mengantarkan kebenaran dan
moral akan dapat mengantarkan lebih dewasa serta mampu bertanggung
jawab terhadap dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

18
4. Integralistik Bidang Pertahanan Keamanan.

Pertahanan keamanan merupakan salah satu usaha partisipasi


masyarakat dan inisiatif pemerintah dalam menegakkan ketahanan
nasional. Pelaksanaan pertahanan dan keamanan dalam Negara yang
berpaham integralistik harus dilaksanakan atas dasar kebersamaan dan
kekeluargaan, dilakukan dengan menyusun, mengarahkan serta
menggerakan seluruh potensi dan kekuatan masyarakat dalam semua
bidang kehidupan nasioanal secara terintegrasi dan terkoordinasi. Masalah
hankam merupakan hak dan kewajiban setup warga Negara, masyarakat
dan Negara. Dengan dasar kebersamaan dan kekeluargaan tersebut, cara
pelaksanaan hankam di atur semua warga Negara tahu kebijaksanaan apa
yang ditempuh bersama dalam bersama dalam suatu ketentuan yang di
syahkan bersama dalam bentuk suatu doktrin. Maksudnya agar upaya
hankam itu. Doktrin hankam ini harus berlandaskan pada pancasila
sebagai ideology, pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat dan bernegara, yang dirumuskan dalam bentuk wawasan
nasional yang berintikan kekompakan, persatuan dan kesatuan serta
keterpaduan antara pemerintah, angkatan bersenjata dan rakyat akan dapat
mewujudkan suatu system hankam yang solid dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu


kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi
semua golongan bagian-bagian yang membentuk negara, negara tidak
memihak pada suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai golongan
besar. Dalam perjalan waktu untuk menemukan data atau bukti tentang istilah
‘negara integralistik’ tidak dapat ditemukan dalam sumber -sumber
kepustakaan ilmu negara, hukum tata negara mapun sejarah. Kecuali,
didapatkan dalam pidatonya Prof. Mr. Dr. R. Supomo didepan sidang
Dokuritsu Junbi Cosakai, pada tanggal 31 Mei 1945 di Jakarta. Supomo tentu

20
tidak mengacu pada rumusan [empiris] seperti tatkala menyebut totaliter,
meskipun pendekatan kolektif atau kebersamaan, yaitu unsur supremasi
masyarakat(community)terhadap hak-hak individu, memang menjadi dasar
bertolaknya.

B. Saran

Globalisasi yang tak terelakkan, serta perkembangan teknologi yang


membuat dunia menjadi tanpa batas, harus direspon dengan jawaban yang
tepat pula. Maka Indonesia harus menyesuaikan dengan kondisi nyata dan
panggilan jaman; menjadi satu dengan rakyatnya; dan tidak berpihak pada
golongan tertentu, akan selalu relevan hingga masa mendatang. untuk
mewujudkan ciri-ciri khusus bangsa Indonesia kekeluargaan dan kebersamaan
yang harus kita wujudkan saat ini dalam kontek kehidupan bangsa ini sudah di
paparkan berdasarkan filsafat pancasila secara rinci dan di aktualisasikan
didalam integralistik politik, integralistik ekonomi, integralistik budaya, dan
integralistik keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

https://inkinthefuture.wordpress.com/2017/12/29/pancasila-dan-paham-integrlistik/
Oleh Aziz Fajar Nurizki, pada tanggal 29 Desember 2017

https://rumahdiskusi.wordpress.com/2011/12/19/konsep-negarara-integralistik-mr-
soepomo/
Oleh Farid Pratama K., pada tanggal 19 Desember 2011

http://infoadasemua.blogspot.com/2014/11/paham-intergralistik-indonesia.html?m=1
Oleh Habibi R., pada tanggal 24 November 2014 pukul 20.32 WIB

21
22

Anda mungkin juga menyukai