Dosen pembimbing :
Kelompok : 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu dan lancar. Shalawat serta salam semoga terlimpah cerahkan
kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafaat di
akhirat nanti.
Oleh karena itulah, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing kami ibu Dra. Magdalena Suharjati, M.Pd. yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini dengan judul “PAHAM NEGARA INTEGRALISTIK
YANG DIUSULKAN OLEH SOEPOMO PADA SIDANG PERTAMA BPUPKI ”
Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami mengucapkan terima
kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. Kesimpulan.......................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
“saling bertautan” adalah relasi kemiripan yang bersifat simetrik
antara dua fenomena (A mirip B, dengan kata lain B mirip A). Bila meliput
tiga fenomena atau lebih, maka relasinya kemiripan itu selain simentrik,
mendapatkan sifat tambahan, yaitu transitif. sebagai hasil dari interaksi
,muncul sesuatu yang baru yang merupakan integrasi kemiripan. karena itu
“sesuatu yang baru” tersebut secara alami terdudukan pada jenjang satu
tingkat lebih atau dari jenjang keberadaan fenomen-fenomen yang
memproduksinya.
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1). Pengertian
4
Teori integralistik berpendapat bahwa tujuan negara itu merupakan
gabungan dan paham individualisme dan sosialisme. Paham integralistik
ingin menggabungkan kemauan rakyat dengan penguasa (negara).
5
Mr.Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang
Pancasila juga memberikan pemikiran tentang paham integralistik
Indonesia. Hal ini tertuang di dalam salah satu pidatonya yang berbunyi :
6
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya
terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke “binneka tunggal ika” an,
nilai religiusitas serta selaras.
7
kebersamaan, kekeluargaan, ke “binneka tunggal ika” an, nilai religiusitas
serta selaras.
8
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada Negara
Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang
memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan
negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu.
9
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan
hasil paksaan bagi siapapun juga.
6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
menjalankan agama dan negara.
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus
sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-
norma hukum positip maupun norma moral baik moral negara maupun
moral para penyelenggara negara.
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “ . . . . .berkat Rahmat Allah
Yang Maha Esa.
Saat ini, panggilan jaman jelas sudah berbeda. Globalisasi yang tak
terelakkan, serta perkembangan teknologi yang membuat dunia menjadi tanpa
batas, harus direspon dengan jawaban yang tepat pula. Negara
integralistik/totaliter versi Soepomo, tentunya, tidak lagi menjadi opsi. Sejarah
telah mencatat bahwa negara integralistik/totaliter--apapun ideologinya--
hanya menjadi legitimasi pelanggaran hak asasi manusia, serta menambah
catatan panjang kekelaman sejarah dunia.
10
Negara integralistik, menurut Soepomo, akan bersatu dengan seluruh
rakyatnya dari golongan apapun. Aliran ini menuntut kepala negara menjadi
pemimpin yang sejati, penunjuk jalan ke arah cita-cita luhur, dan diidam-
idamkan oleh rakyat. Tak berhenti sampai di sana, Soepomo menegaskan
bahwa negara dengan konsepsi integralistik/totaliter akan mengatasi segala
golongan dan menghormati keistimewaan semua golongan, baik besar
maupun kecil.
Soepomo sendiri, dalam pidatonya di BPUPKI, merujuk pada Jerman
dan Jepang-dua negara yang di era 1940an terkenal dengan fasisme-nya-
sebagai bentuk paling tepat dari negara integralistik. Soepomo menganggap,
kedua negara itu menganut prinsip persatuan antara pimpinan dan rakyat,
yang menjadi elemen penting negara integralistik/totaliter. Pada akhirnya,
konsep inilah yang dianggap cocok dengan aliran pikiran ketimuran, termasuk
Indonesia.
11
lembaga permusyawaratan--sebuah lembaga yang juga direkomendasikan
Soepomo--yang diharapkan menjadi suara rakyat, malah sekedar menjadi
tukang stempel untuk kebijakan pemerintah. Akhirnya, Indonesia, selama 30
tahun, menjadi negara fasis yang bertopengkan demokrasi.
Dari titik ini dapat dilihat bahwa cita-cita Soepomo sesungguhnya
lebih rasional untuk dikonkritkan melalui negara yang, dalam bahasa
Soepomo, menganut demokrasi Barat. Konsepsi negara integralistik/totaliter
malah rentan untuk diselewengkan menjadi negara diktatorial yang tidak
menghargai hak asasi manusia, yang di dalamnya termasuk kebebasan
berpendapat, berserikat, dan beragama.
12
Saat ini, panggilan jaman jelas sudah berbeda. Globalisasi yang tak
terelakkan, serta perkembangan teknologi yang membuat dunia menjadi tanpa
batas, harus direspon dengan jawaban yang tepat pula. Negara integralistik
versi Soepomo, tentunya, tidak lagi menjadi opsi. Sejarah telah mencatat
bahwa negara integralistik--apapun ideologinya--hanya menjadi legitimasi
pelanggaran hak asasi manusia, serta menambah catatan panjang kekelaman
sejarah dunia.
13
2. Aliran pikiran kolektif atau teori kelas (class theory).
14
lain sehingga merupakan jiwa bangsa. Untuk itu dalam paham integralistik
kehidupan nasional ini hanya akan dibahas empat bidang saja, yaitu politik,
ekonomi, budaya, dan keamanan.
15
Asas kekeluargaan dan kebersamaan dalam kehidupan politik yang
terdiri atas dua sektor tersebut, dalam aktifitasnya harus memperhatikan
system pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dengan
demikian rakyat ikut berperan serta dalam kehidupan berpolitik.
16
Pelaku kedua dalam system ekonomi integralistik orang-seorang atau
swasta . Ia hanya boleh berusaha di bidang ekonomi yang tidak menguasai
hajat hidup orang banyak.
17
umum kebudayaan dan di seluruh kerangka lembaga social. Kebudayaan
merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya
tampak pada tingkah laku para anggotanya. Kebudayaan tercipta oleh
banyak factor seperti organ biologis, lingkungan alam, lingkungan
psikologis dan perkembangan pemikiran.
18
4. Integralistik Bidang Pertahanan Keamanan.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
tidak mengacu pada rumusan [empiris] seperti tatkala menyebut totaliter,
meskipun pendekatan kolektif atau kebersamaan, yaitu unsur supremasi
masyarakat(community)terhadap hak-hak individu, memang menjadi dasar
bertolaknya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://inkinthefuture.wordpress.com/2017/12/29/pancasila-dan-paham-integrlistik/
Oleh Aziz Fajar Nurizki, pada tanggal 29 Desember 2017
https://rumahdiskusi.wordpress.com/2011/12/19/konsep-negarara-integralistik-mr-
soepomo/
Oleh Farid Pratama K., pada tanggal 19 Desember 2011
http://infoadasemua.blogspot.com/2014/11/paham-intergralistik-indonesia.html?m=1
Oleh Habibi R., pada tanggal 24 November 2014 pukul 20.32 WIB
21
22