TINGKAT I
Dibimbing oleh :
NAMA KELOMPOK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Kasus Bayi Tabung Menurut
Pandangan Agama Islam.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan
rintangan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Terlepas dari semua itu kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi susunan maupun tata bahasa. Akhir kata kami meminta semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
A. KESIMPULAN...........................................................................................14
B. SARAN.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang
alami pula (hubungan seksual, sesuai dengan fitrah yang ditetapkan Allah untuk
manusia. Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan hadirnya seorang atay
beberapa orang anak sebagai buah hati dari perkawinan mereka. Akan tetapi,
pembuahan alami ini terkadang sangat sulit terwujud, misalnya karena rusaknya
atau tertutupnya saluran indung telur (tuba falopi) yang membawa sel telur ke
rahim, atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau
rahim istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri
untuk mendapatkan anak.
Dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi, kini banyak teknologi-
teknologi yang mampu menciptakan bermacam-macam produk hasl teknologi
yang berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah dibidang biologi.
Salah satunya adalah bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang telah
diuraikan diatas. Pada dasarnya orang-orang memuj kemajuan dibidang teknologi
tersebut, namun mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil teknologi
tersebut dibenarkan menurut hukum agama. Oleh kerena hal itu, untuk
mengetahui lebih banyak tentang bayi taung dan bagaimana menurut hukum
islam tentang bayi tabung tersebut, maka kami mencoba menggali, mengkaji, dan
memaparkan masalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung ?
2. Bagaimana proses bayi tabung ?
3. Bagaimana hukum bayi tabung ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui lebih jelas tentang bayi tabung.
2. Mahasiswa paham bagaimana proses bayi tabung.
3. Mengerti hukum bayi tabung
BAB II
PEMBAHASAN
Kelahiran seorang bayi tabung pertama yang berhasil yaitu Louise Brown,
terjadi pada tahun 1978. Louise Brown diahirkan sebagai hasil dari siklus alami
IVF tanpa stimulasi. Robert G Edwards mendapatkan penghargaan Nobel
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2010, fisiolog yang terlibat dalam
pengembangan proses ini bersama dengan Patrick Steptoe. Adriana Iliescu
sempat memegang rekor sebagai wanita tertua yang melahirkan dengan IVF dan
sel telur dari donasi, ketika ia melahirkan pada tahun 2004 diusianya yang ke-66
tahun. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil
tanpa perawatan kesuburan. Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak
telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu
lainnya.
Risiko Dari Proses Bayi Tabung Menurut Dokter Obgyn Rumah Sakit
Awal Bros
Proses bayi tabung tetap memiliki risiko yang harus dipertimbangkan oleh
pasangan suami-istri. Salah satu risiko yaitu saat prosedur pengambilan sel
telur, mungkin terjadi infeksi, pendarahan atau menyebabkan gangguan pada
usus atau organ lain. Ada pula risiko dari obat-obatan yang digunakan untuk
menstimulasi ovarium yaitu sindrom hiperstimulasi ovarium. Efek yang
dirasakan beragam, mulai dari kembung, kram atau nyeri ringan, penambahan
berat badan hingga rasa sakit yang tak tertahankan pada perut. Efek yang
berat harus ditangani di rumah sakit walaupun biasanya gejala hilang ketika
siklus ovarium selesai.
Selain itu, masih ada beberapa risiko lain dari prosedur bayi tabung, yaitu
risiko keguguran, kehamilan kembar, jika embrio yang ditanamkan ke dalam
rahim lebih dari satu, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah,
kehamilan ektopik atau di luar Rahim, bayi lahir dengan cacat fisik, stres
karena prosedur bayi tabung dapat menguras tenaga, emosi dan keuangan.
Untuk itulah para Ulama dan para cendikiawan muslim pun juga perlu
membahas secara seksama dan proporsional dengan mempertimbangkan dari
berbagai aspek yang mendasar. Karena inseminasi buatan pada manusia akan
mengandung konsekwensi hukum yang sangat luas, maka apabila inseminasi
pada manusia ini tidak ditangani oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa
dan memahami kaidah hukum, maka tidak menutup kemungkinan dimasa
yang akan datang akan membawa mudharat dan berimplikasi yang sangat luas
dalam perkembangan peradaban manusia.
Adapun beberapa teknik yang dipakai dalam inseminasi buatan pada
manusia (bayi tabung) yang telah berkembang dalam dunia kedokteran pada
saat ini antara lain:
1. FERTILAZION INI Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan
ovum istri kemidian di prosesdi vitro (tabung) dan kemudian kalau sudah
terjadi pembuahan lalu ditranfer di rahim istri.
2. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami
dan ovum istri dan setelah dicampur terjadi pembuahan , maka segera ditanam
disaluran telur (Tuba palupi).
Lantas bagaimana kah hukum inseminasi buatan pada manusia ini (bayi
tabung) ini menurut Pendapat dari Prof. Dr. Masjfuk Zuhdi, Keputusan MUI
Pusat. hasil keputusan Nahdlatul Ulama berdasarkan hasil Forum Munas Alim
Ulama di Kaliurang Yogyakarta pada tahun 1981 , Lembaga Tarjih
Muhammadiyah pada tahun 1980, Lembaga Fiqih Islam OKI pada tahun
1986, yang mengahsilkan kesimpulan yang hampir sama antara lain bahwa:
a. Inseminasi buatan pada manusia dengan sperma dari psangan suami istri
yang sah baik dengan cara sperma ataupun ovum suami istri yang sah tersebut
dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikan ke rahim istri
maupun dengan pembuahan diluar rahim (tabung), maka hukumnya boleh
apabila sudah berusaha secara biasa tidak berhasil , sebab hal ini termasuk
ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama. Sebab keturunan merupakan salah
satu bentuk keperluan yang penting, sehingga berlaku kaidah hukum:“Hajat
kebutuhan yang sangat penting diperlakukan seperti keadaan darurat“.
b. Bayi Tabung/inseminasi buatan yang sperma dan ovumnya diambil dari
selain istri atau suami yang syah, maka hukumnya adalah haram, karena
statutusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar nikah
yang sah berarti sama dengan zina. Hal tersebut berdasarkan Q.S. Al-Isra’
ayat: 70 yang artinya “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan( Q.S. Al-Isra’ :
70 ). DanAl-Qur’an surat At–Tin ayat 4 yang menyatakan “bahwa manusia
diciptakan oleh Allah adalah sebagai makhluk yang sangat mulia, serta
memilki keistimeaan dan kelebihan melebihi makhluk tuhan yang
lainnya. Untuk itu manusia juga berkewajiban untuk memuliakan dirinya
sendiri dan menghormati martabat sesama manusia. Dalam inseminasi buatan
dengan cara donor pada hakekatnya dapat merendahkan harkat dan martabat
manusia itu sendiri sejajar dengan hewan ataupun tumbuh-tumbuhan.
Dasar lain adalah Hadits dari Rasulullah SAW yang dibawaoleh Ibnu
Hiban dan diriwayatkanoleh: Abu dawud dan Imam Tirmidzi yang
menyatakan: “Tidak halal bagi seorang yang beriman pada Allah dan hari
akhir menyiramkan air maninya pada tanaman orang lain“.Dan juga hadits
dari Rasulullah SAW yang di riwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam
pandangan Allah SWT dibandingkan dengan lelaki yang mencari
spermanya ( berzina ) di dalama rahim perempuan yang tidak halal baginya
karena diinginkan“.
c. Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain
(suami mempunyai istri lebih dari satu) maka hukumnya tetap haram, sebab
akan menimbulkan implikasi hukum yang rumit misalkan masalah warisan.
d. Bayi tabung dari sperma suami yang syah tetapi telah meninggal sperma
dibekukan misalnya, maka hukumnya tetaplah haram.
Selain hal tersebut di atas, berdasarkan keputusan dari Bahsul Masail
Nahdlatul Ulama di Kaliurang tersebut juga disebutkan bahwa sperma selain
dari suami isteri yang sah, cara mengluarkannya juga harus sesuai dengan
hukum syari, biyar suami istri yang sah tetapi cara mengluarkan sperma
bukan muhtaram juga tetap di haramkan. Yang di Maksudkan dengan mani
Muhtaram adalahn mani yang dikeluarkan dengan cara cara yang tidak
sesuai dengan hukum syara’ Islam misalkan sperma dikeluarkan dengan cara
onani sendiri, maka tetap diharamkan,sedangkan apabila istrinya maka
diperbolehkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa
bayi tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan
jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi
pembuahan dalam suatu wadah atau cawan petri (semacam mangkuk
kaca berukuran kecil) khusus.
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri
dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel
telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah
medium cair.
Bayi tabung ini dapat memberikan dampak postif maupun dampak
negatif, namun hal tersebut tergantung pada kesesuaian proses yang
dilakukan terhadap SOP.
B. SARAN
Saran dari penulis hendaknya jika seseorang akan melakukan
program bayi tabung dokter hanya mengizinkan dan melayani
permintaan bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang
bersangkutan tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan),
dan pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi
hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi
buatan pada manusia dengan sperma dan atau ovum donor.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Zaldy Zaimi, SpOG., Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan
dan Kandungan) Rumah Sakit Awal Bros Sudirman Pekanbaru. Diakses pada 07
Maret 2020 pukul 17.00 WIB
(http://awalbros.com/kebidanan-dan-kandungan/proses-bayi-tabung/)
Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta . EGC.
Yahaya, A. S. 2003. Bayi Tabung Uji. (online). Diakses pada 10 Desember 2018
Pukul 14.00 WIB.
(http://www.papisma.org/nota/fekah/testtube.pdf)
Zahra, A. N. 2013. Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam. (online). Diakses pada
10 Desember 2018 Pukul 14.40 WIB.
(https://keperawatanreligionafifah.wordpress.com/2013/05/19/sejarah-bayi-tabung-di-
dunia/). p://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-
apa-hukum-bayi-tabung-menurut-islam-