PENDAHULUAN
1
NKRI, sehingga mengarah ke disintegrasi bangsa.
Perkembangan lingkungan strategic baik global, regional, maupun
nasioanal sangat erat kaitanya dengan upaya bela Negara yang menjadi hak dan
kewajiban setiap warga negara Indonesia. Kondisi perkembangan lingkungan
strategic sangat menarik sebagai bahan kajian, terutama dikaitkan dengan upaya
bela Negara karena pada dasarnya hal ini merupakan peluang dan sekaligus
tantangan bagi ketahanan nasional bangsa Indonesia.
1. 2 . Rumusan Masalah
Dari gambaran diatas, maka kami merumuskan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. 3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2 . 2 Implementasi Bela Negara
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN memuat serangkaian
kebijakan untuk mengantisipasi masa depan yang lebih mengandalkan
kemampuan dan kekuatan sendiri. Betapapun baiknya persiapan dan
penyelenggaraan PPBN dilakukan, semua itu tidak akan memberikan hasil
optimal kalau tidak didukung oleh kondisi yang memungkinkan masyarakat dapat
mengembangkan kreativitas secara leluasa. Kenyataan menunjukkan betapa
masyarakat Indonesia mampu mngembangkan ketahanan nasional melawan agresi
Belanda pada masa perang kemerdekaan. Akan tetapi, kini masyarakat mengalami
kelumpuhan sungguhpun didukung dengan penerapan teknologi canggih.
Dalam kondisi seperti itu, pembangunan pertahanan dan keamanan negara
yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional membutuhkan
perencanaan strategik yang relatif akurat dan cerdas. Hail ini tentu membutuhkan
adanya dukungan analisis yang bersifat antisipatif dan proaktif guna
mentransformasikan potensi ancaman menjadi tantangan tugas dan sekaligus
menjadi peluang bagi setiap upaya pembangunan kekuatan pertahanan dan
keamanan negara.
Implementasi bela negara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan
pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
kesatuan RI daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, bela
negara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam
rangka menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai permasalahan
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan
senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh
dan menyeluruh.
Untuk mengetuk hati nurani setiap warga negara agar sadar bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara diperlukan pendekatan melalui
sosialisasi/pemasyarakatan bela negara dengan program yang teratur, terjadwal
dan terarah sehingga akan terwujud keberhasilan implementasi yang dapat
menumbuhkan kesadaran bela Negara.
4
Berdasarkan pasal 27 ayat (3) amandemen keempat UUD 1945, usaha bela
Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Hal ini mengandung
makna adanya demokratisasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti.
Pertama, setiap warga negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang
pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945
dan perundang-undangan lain yang berlaku. Kedua, setiap warga negara harus
turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.
Pasal tersebut tidak memberikan tafsiran tentang istilah pembelaan negara
yang terkait dengan penunaian hak dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu,
makna bela negara selalu dipersepsikan terkait dengan upaya perjuangan bangsa
Indonesia menghadapi ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia
pada periode-periode berikut
1. Periode pertama (perang kemerdakaan 1945-1949)
Bela negara dipersepsikan dengan perang kemerdekaan. Artinya, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara diwujudkan ikut serta berperang dalam perang
kemerdekaan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.
2. Periode kedua (1950-1965)
Dalam menghadapi berbagai pemberontakan dan gangguan-gangguan
keamanan dalam negeri, bela Negara dipersepsikan identik dengan upaya
pertahanan keamanan, baik bersenjata maupun tidak bersenjata.
3. Periode ketiga (Orde Baru 1966-1998)
Dalam upaya menghadapi TAHG, dikembangkan dan diterapkan konsepsi
ketahanan nasional. Oleh karena itu, bela Negara dipersepsikan identik dengan
ketahanan nasional. Pada periode ini keikutsertaan warga Negara dalam bela
Negara diselenggarakan melalui segenap aspek kehidupan nasional.
4. Periode keempat (Orde Reformasi 1998-sekarang)
Bela Negara dipersepsikan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai krisis yang
sedang dihadapi oleh segenap bangsa Indonesia. Pada periode ini keikutsertaan
setiap warga Negara dalam upaya bela negara disesuaikan dengan kemampuan
dan profesi masing-masing.
5
Sejalan dengan perkembangan persepsi bela negara itu, upaya bela negara
juga berkembang, baik sasaran/tujuan maupun kegiatannya. Pada periode pertama
dan kedua, upaya bela negara diarahkan pada keikutsertaan warga negara dalam
upaya keamanan melalui kegiatan pertahanan dan keamanan. Pada periode ketiga
dan keempat, upaya bela Negara di samping diarahkan pada upaya keamanan
melalui jalur pertahanan dan keamanan juga diarahkan pada upaya kesejahteraan
melalui jalur di luar pertahanan dan keamanan. Upaya bela negara ini
diselenggarakan secara bertahap dan berlanjut, yaitu tahap pertama melalui jalur
pendidikan dan berlanjut melalui jalur permukiman dan/atau pekerjaan.
Upaya bela negara melalui jalur pendidikan pada hakekatnya masih
terbatas pada upaya menanamkan dan menumbuhkan kesadaran bela Negara.
Pada tahun 1954 melalui UU No. 29 tahun 1954, upaya bela negara telah
dirumuskan dalam bentuk pendidikan pendahuluan perlawanan rakyat (PPPR).
Kemudian dengan lahirnya UU No. 20 1982 yang disempurnakan dengan UU No.
1 tahun 1988, PPPR disempurnakan dan dikembangkan menjadi pendidikan
pendahuluan bela negara (PPBN).
Di dalam lingkungan pendidikan, PPBN dilakukan secara bertahap, yaitu
tahap awal yang diberikan pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas,
dan dalam Gerakan Pramuka. Untuk tahap lanjutan PPBN diberikan dalam bentuk
pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan tinggi. Berdasarkan Undang
Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 39
ayat (2) dinyatakan bahwa setiap jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah tentang hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara (PPBN).
Sebelum lahir UU No. 20 Tahun 1982, sistem pengikutsertaan warga
negara dalam mempertahankan keamanan negara meliputi komponen rakyat dan
komponen angkatan bersenjata.
1. Komponen rakyat terdiri atas:
a. Kelaskaran, dan bagi yang memenuhi syarat diterima menjadi TNI maupun
6
barisan cadangan;
b. Pasukan gerilya desa (Pager desa) termasuk mobilasi pelajar sebagai bentuk
perlambang barisan cadangan;
c. Organisasi keamanan desa (OKD) dan organisasi perlawanan rakyat (OPR)
sebagai bentuk kelanjutan dari Pager desa;
d. Pertahanan sipil, perlawanan dan keamanan rakyat termasuk resimen
mahasiswa sebagai bentuk kelanjutan dan penyempurnaan OKD maupun
OPR;
e. Perwira cadangan yang merupakan implementasi dari wajib militer di
lingkungan Depdiknas dan Depdagri.
2. Komponen angkatan bersenjata yang terdiri atas:
a. TNI sebagai hasil pengembangan dan penyempurnaan secara berangkai dan
berturut-turut sejak dari Badan Keamanan rakyat (BKR) pada Agustus 1945,
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945 selanjutnya diubah
menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia
(TRI) pada Januari 1946 dan akhirnya pada Juli 1947 menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI).
b. Kepolisian Republik Indonesia
Sebelum lahir UU No. 20 tahun 1982, pengikutsertaan warga negara dalam
upaya pertahanan keamanan negara dibina untuk mewujudkan daya dan
kekuatan tangkal dengan membangun, memelihara, dan mengembangkan
secara terpadu dan terarah segenap komponen kekuatan pertahanan
keamanan negara yang terdiri atas:
1) Rakyat terlatih (Ratih) sebagai komponen dasar;
2) TNI dan Polri serta cadangan TNI sebagai komponen utama;
3) Perlindungan masyarakat sebagai komponen khusus;
4) Sumber daya alam, sumber daya buatan, dan prasarana nasional sebagai
komponen pendukung.
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
7
Negara ( UU No.3 tahun 2002 ).
(c) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela dan secara wajib.
Unsur dasar bela negara yang dianut oleh bangsa indonesia adalah sebagai
berikut:
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara di Negara
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan
Keamanan Nasional.
8
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
9
2 . 6 Pentingnya Masyarakat memiliki jiwa bela negara
10
ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006 adalah salah satu bentuk bela negara
sekala kecil. Sehingga ketika kita sebagai warga negara sudah terbiasa melakukan
hak dan kewajiban sebagai warga negara dengan baik dan benar maka seandainya
ada konprontasi atau intervensi terhadap negara, kita akan peka menyikapinya
bahkan dengan mengangkat senjatapun kita akan berani karena jiwa bela negara
dalam diri kita sudah terlatih dan terbiasa.
a. Formal: sekolah
11
- PPBN (Pendidikan Pendahuluan Bela Negara) tingkat lanjut
(Perguruan Tinggi)
12
BAB III
PENUTUP
3. 3 Kesimpulan
Pada hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi
salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat
sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Bela Negara adalah
sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Konsep bela negara dapat
diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan mengangkat senjata
menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan
sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan
rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara. Guna menjamin tetap tegaknya Negara Republik Indonesia dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara, maka sumber daya manusia menjadi titik
sentral yang perlu dibina dan dikembangkan sebagai potensi bangsa yang mampu
melaksanakan pembangunan maupun mengatasi segala bentuk ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang berasal dari dalam maupun luar
negeri.
3. 4 Saran
Dengan mempelajari konsep dan prinsip cinta tanah air dan bela negara
kita dapat mengetahui makna dari cinta tanah air dan bela negara sehingga kita
harus senantiasa membela negara kita dengan cara memetuhi peraturan
perundang-undangan di indonesia yang menyangkut prinsip cinta tanah air dan
bela negara.
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Undang-Undang :
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Website :
https://www.academia.edu/12720351/PEMBUDAYAAN_BELA_NEGARA_TER
HADAP_MASYARAKAT_INDONESIA ( Diakses pada hari Kamis, Tanggal 19
September 2019 Pukul 15.00 Wita )
14