Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL AKADEMIK

MENUMBUHKAN KESADARAN BELA NEGARA


DEMI MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Kalvin Edo W., S.Sos., M.Kp.

Disusun Oleh :
Eka Saputri (21041010281)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2021
Memupuk Kesadaran Bela Negara
Untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional

Eka Saputri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
ekasptr12@gmail.com

Pendahuluan
Perkembangan geopolitik secara global berlangsung sangat cepat serta kompleks
dan menghadirkan fenomena global yang mempengaruhi perubahan pada abad ke 21 ini.
Fenomena global tersebut berpengaruh terhadap bangsa Indonesia. NKRI sendiri yang
memiliki karakteristik berupa serangkaian kepulauan di nusantara dengan terbentang
luasnya wilayah perairan, darat, dan udara. Jika dari sisi pertahanan dan keamanan,
perkembangan tersebut terimplikasi terhadap perubahan dan situasi keamanan yang
sifatnya strategis dalam NKRI, sehingga memerlukan pertahanan negara yang efektif dan
berdaya tangkal tinggi.

Salah satu solusi dalam jangka panjang dalam menjaga kedaulatan, keutuhan, dan
keselamatan segenap bangsa, maka setiap negara membutuhkan fundamental budaya,
ekonomi, dan pertahanan kema nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa sebuah fundamental
keamanan negara yang kuat maka ancaman dan keamanan sebuah negara akan terancam.
Untuk itu maka diperlukan sebuah Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) karena hal
tersebut merupakan sebuah kebutuhan legal bagi warga negara dalam berbangsa dan
bernegara.

menjamin tetap tegaknya NKRI dan juga merespon tantangan pertahanan negara
dalam waktu kedepan yang mana merupakan strategi dari pertahanan negara Republik
Indonesia, adalah penerapan sistem pertahanan semesta dalam wujud strategi pertahanan
berlapis yang memadukan lapis pertahanan militer dengan lapis pertahanan nirmiliter yang
merupakan manifestasi dari keikutsertaan seluruh warga negara Indonesia dalam upaya
pertahanan negara dengan mendayagunakan segenap sumber daya nasional secara
maksimal. Hal yang mendasar dari pertahanan negara yang bersifat semesta adalah
perlunya kesadaran bela negara dari seluruh warga negara dari berbagai lapisan masyarakat
Indonesia.

Kesadaran bela negara merupakan hal penting yan hars ditanamkan dalam diri
setiap warga negara sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Hal tersebut
merupakan bentuk revolusi mental sekaligus untuk memupuk daya tangkal bangsa dalam
menghadapi kompleksitas dinamika ancaman dan untuk meningkatkan ketahanan nasional.

Kesadaran bela negara merupakan kewajiban dasar dan hak setiap warga negara.
Hal tersebut tertuang pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal
30 Ayat (1). Isi pada pasal tersebut menerangkan bahwa setiap usaha pembelaan negara
dalam mempertahankan negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara
tanpa adanya pengecualian.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2019 tentang pengelolaan


Sumber Daya Nasional, bela negara merupakan sikap, tekad, dan perilaku warga negra
dalam bertindak secara menyeluruh, teratur, dan terpadu dalam rangka melakukan
pertahanan dan keamanan negara serta dijiwai oleh rasa cinta terhadap tanah air NKRI yang
berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bela negara adalah sikap atau usaha untuk membela negara dengan cara fisik
ataupun nonfisik. Contoh dari membela negara dengan cara fisik adalah seperti ikut
berperang dan mengangkat senjata demi bangsa dan negara, dan lainnya. Sedangkan contoh
membela negara dengan cara non fisik adalah melakukan pengabdian terhadap negara, dan
lainnya. Bela negara dilaksanakan atas kesadaran warga negara serta kekuatan dan
keyakinan yang ditumbuhkembangkan oleh ilmu–ilmu yang didapatkan saat sekolah
sebagai usaha cinta tanah air dan bela negara.

Namun pada kenyatannya, semakin maju era digital semakin kurang pula rasa
patriotisme yang dimiliki oleh warga negara, lunturnya semangat bela negara, sikap
patriotisme dan patriotism dalam jiwa masyarakat. Sekolah yang notabenenya sebagai
tempat menimba ilmu, sekarang tidak lagi mengajarkan materi-materi terlalu mendalam
terkait kewarganegaraan. Masih rendahnya kesadaran akan bela negara, kurikulum
pendidikan yang kurang optimal terkait pendidikan dan pembinaan bela negara, serta
kurangnya perhatian pemerintah terkait pelaksanaannya.
Tinjauan Pustaka
A. Bela Negara

Kecintaan terhadap NKRI didasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar


1945, dalam menjalin kelangsungan hidup dalam berbangsa dan bernegara secara utuh.
Bela negara bukan sekedar menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi TNI, Polri, dan
perangkat keamanan saja, tetapi menjadi tanggung jawab dan kewajiban bagi seluruh warga
negara Indonesia sesuai kemampuan dan profesi yang dimiliki.

Sejarah bela negara dimulai dari Kota Bukit Tinggi yang semula merupakan Pasar
bagi masyarakat Agam Tuo. Pada tahun 1825, belanda mendirikan benten di salah satu
bukit yang dikenal sebagai benteng Fort de Kock, yang sekaligus menjadi tempat
peristirahatan opsir-opsir Belanda. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini
selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian. berkembang menjadi
sebuah stadsgemeente (kota) dan berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche
Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.

Pada masa pendudukan jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian


pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan
Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah
pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.

Setelah kemerdakaan Indonesia, berdasarkan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera


Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi
Sumatera. Pada masa mempetahankan Indonesia, kota Bukittinggi berperan sebagai kota
perjuangan dan ditunjuk sebagai ibu kota negara setelah Yogyakarta jatuh ke tangan
Belandaatau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). yang
dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh Syafruddin
Prawiranegara. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan
keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006.

Terdapat beberapa pendapat para ahli terkait pengertian bela negara. Berikut adalah
beberapa pendapat para ahli tentang bela negara:

1) Menurut Sunarso, pengertian bela negara adalah mengandung empat esensial yang
perlu dibela, yang pertama dalah kemerdekaan dan kedaulatan negara, yang kedua
adalah kesatuan dan persatuan bangsa, yang ketiga adalah keutuhan wilayah dan
yuridiksi nasional, dan yang keempat adalah nilai-nilai dari Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
2) Menurut Darji Darmodiharjo, pengertian bela negara adalah dilaksanakannya
doktrin keamanan secara nasional. Gunanya untuk berusaha menciptakan sebuah
sistem pertahanan keamanan nasional. Keamanan nasional tersebut diharapkan
mampu mengamankan serta mensukseskan perjuangan nasional pada umumnya.
3) Menurut Purnomo Yusgiantoro, pengertian bela negara ialah sebuah sikap dan
perilaku warga negara. Sikap tersebut dijiwai oleh rasa cinta terhadap tanah air
Indonesia dengan berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
demi menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
4) Menurut Chaidir Basrie, pengertian bela negara ialah sebuah sikap, tekad, dan
tindakan yang dilakukan oleh warga negara secara menyeluruh, terpadu, teratur,
serta berkelanjutan yang dilandasi oleh rasa cinta terhadap tanah air. Selain itu, juga
terdapat sikap kesadaran bernegara Indonesia, kesadaran dalam berbangsa,
keyakinan dan juga kesetiaan kepada Pancasila.

Bela negara merupakan sebuah konsep, dimana konsep tersebut disusun oleh petingi
negara dan perangkat perundangan. Konteks konsep disini adalah mengenai sikap
patriotisme seluruh komponen negara. Hal tersebut ditujukan untuk kepentingan
mempertahankan keberadaan dan eksistensi negara. Seluruh warga negara memiliki
kewajiban yang sama dalam membela negara. Hal tersebut merupakan wujud dari rasa cinta
seorang warga negara tehadap tanah air yang telah memberikannya sebuah kehidupan.

Setiap warga negara berhak dan wajib dalam upaya pembelaan negara seperti yang
tertuang dalam UUD 1945, semua warga negara memiliki kewajiban dan berhak dalam
membela negara seperti yang tertuang dalam Undnag-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (3)
dan pasal 30 ayat (1) tanpa memandang SARA dan apapun profesi yang sedang diemban.
Bela negara merupaka tindakan dan sikap warga negara yang berlandaskan rasa cinta tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi
bangsa, rasa rela dalam berkorban terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
baik yang datang dari dalam negara maupun luar negara yang terdeteksi dapat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara, keutuhan wilayah, yuridiksi
nasional dan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Pengertian tersebut memberikan
kesempatan pada setiap warga negara untuk melakukan aktivitas bela negara.

Konsep bela negara dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Konsep tersebut
dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Sutarman, dua tipe tersebut adalah fisik dan
non fisik. Dalam konsep fisik bisa diartikan sebagai usaha dalam mempertahankan negara
dengan cara menghadapi sebuah serangan fisik atau agresi. Serangan tersebut dapat terjadi
dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut. contok dari bela negara secara
fisik adalah warga negara ikut berperang dan mengangkat senjata saat terdapat serangan
dari negaara asing yang dapat mengancam kedaulatan negara. Sedangkan konsep non fisik
diartikan sebagai sebuah upaya untuk ikut serta dalam berperan aktif untuk memajukan
bangsa dan negara. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam hal tersebut melalui sebuah
proses, baik dapat dilakukan dengan cara pendidikan, sosial, moral, atau peningkatan
kesejahteraan. Proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme.

Berdasarkan pada Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 tersebut
memiliki kesimpulan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Indonesia. Hal ini menimbulkan sebuah konsekuensi ahwa
setiap warga negara berhak dan memiliki kewajiban untuk turut serta dalam menentukan
kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan
UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, warga negara juga harus
turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi
masing-masing.

Hingga saat ini Undang-Undang yang merupakan implementasi dari Pasal 30 UUD
1945 tersebut ialah Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia; Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 terkait Pertahanan Negara;
Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Terkait peran warga
negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No. 3 Tahun 2002, yaitu

1. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
2. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui; a. Pendidikan Kewarganegaraan; b.
Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau wajib; dan yang terakhir d. Pengabdian
sesuai dengan profesi.
3. Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Agar dapat melakukan bela negara, warga negara harus memiiki pengetahuan,
ketrampilan dan sikap bela negara, kemampuan tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan
bela negara yag disediakan dalam pendidikan formal, non formal maupun informal. Jalur
pendidikan formal seperti sekolah dan universitas yang memberikan pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan non formal dapat berasal dari instansi pemerintah,
masyarakat, orsospol dan ormas. Sedangkan informal dapat diajarkan oleh keluarga
terutama orang tua.
Ada beberapa unsur penting yang harus diketahui sebelum menjalankan proses bela
negara. Memahami unsur-unsur bela negara dengan benar juga akan menumbuhkan
kesadaran terhadap pentingnya bela negara. Unsur-unsur tersebut adalah:
 Memiliki jiwa cinta terhadap tanah air
 Rela berkorban demi terciptanya kesejateraan bagi bangsa dan negara
 Memiliki keyakinan bahwa Pancasila adalah ideologi negara
 Memiliki kesadaran dalam berbangsa dan bernegara
 Memiliki keahlian awal dalam bela negara

B. Ketahanan Nasional

Sejarah Indonesia, khususnya sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,


mencatat bahwa didalam dinamika mengidi kemerdekaannya, bangsa Indonesia terus-
menerus dihadapkan pada berbagai kesulitan, tantangan, dan ancaman yang berasal baik
dari dalam maupun luar negeri yang dapat embinasakan kelangsungan hidup dalam
berbangsa dan bernegara. Berbagai macam ancaman tersebut meliputi seluruh bidang
kehidupan nasional. Kondisi ini secara langsung atau tidak dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap seluruh aspek kehidupan nasional, baik secara dalam aspek ilmiah maupun
aspek sosial/kemasyarakatan, mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup.
Kemampuan bangsa Indonesia mempertahankan negara untuk tetap tegak berdiri karena
bangsa Indonesia memiliki keuletan dan ketangguhan untuk dibimbing oleh kesadaran,
pengakuan, dan kemauan untuk mengembangkan kekuatan nasional, yang didasari dan
berlandaskan idiil pancasila , landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional
wawasan nusantara.

Kenyataan sejarah itulah yang memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk
membangun ketahanan nasional di masa kini dan masa yang akan datang. Istilah keuletan
dan ketangguhan merupakan dua hal yang membentuk ketahanan nasional. Dinamika
ketahanan nasional dapat dipelajari dari gerak langkah bangsa Indonesia didalam mengisi
kehidupan nasionalnya.

Pengertian ketahanan nasioanal menurut Sumarno ialah kondisi dinamika bangsa


yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Menurut Hrjomataram,
ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi segala ancaman dan tantangan dari dalam maupun
luar, secara langsung maupun tidak langsung, untuk menghadapi hal yang dapat
membahayakan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Menurut Suradinata dan
Kaelan, ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis dari suatu bangsa yang berisi
ketangguhan nasional dan keuletan dalam menghadapi dan juga mampu mengatasi segala
macam ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan baik berasal dari dalam atau luar
negara yang dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup dalam
berbangsa dan bernegara serta perjuangan bangsa dalan menjaga tujuan nasional.

Kondisi ideal suatu negara ialah memiliki kemampuan pengembangan dalam


kekuatan nasional sehingga mampu untuk menghadapi segalam macam gangguan dan
ancaman bagi kelangsungan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Istilah ketahanan
nasional mulai dikenal dan dipergunakan kira-kira pada awal tahun 1960-an, dan sudah
dilakukan beberapa kali revisian untuk penyempunaan dari konsepsi terkait definisi dari
ketahanan nasional.

Konsepsi ketahanan nasional merupakan suatu pedoman maupun saran untuk


meningkatkan metode keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan dan
juga keamanan tersebut dapat dibedaka namun tidak dapat dipisahkan. Penyelenggaraan
kesejahteraan membutuhkan tingkat keamanan tertentu dan juga sebaliknya,
penyelenggaraan keamanan membutuhkan tingkat kesejahteraan tertentu. Tanpa adanya
kesejahteraan dan keamanan, sistem kehidupan nasional tidak akan bisa berlangsung.
Sebab, pada dasarnya keduanya ialah nilai instrik yang ada dalam kehidupan nasional.
Dlam kehidupan nasional ini, tingkat kesejahteraan dan juga keamanan nasional menjadi
tolak ukur dari ketahanan nasional. Peran dari masing-masing gatra dalam astragatra yang
seimbang dan saling saling mengisi, yang artinya antagrata memiliki hubungan yang saling
berkaitan dan bergantung satu sama lain secara utuh menyeluruh membentuk perilaku
masyarakat dalam kehidupan nasional.

Ketahanan nasional menjadi tanggung jawab seluruh warga negara. Ketahanan


nasional harus dibina serta dikembangkan agar kehidupan masyarakat didalamnya dapat
terjamin. Ancaman terhadap ketahanan nasional dapat datang dari mapanun, bukan hanya
dalam bentuk agresi militer, namun juga dapat berbentuk konflik antar etnis atau agama,
bencana alam, perusakan moral bangsa, dll. Maka dari itu memahami konsep ketahanan
nasional merupakan hal yang sangat penting.

Ketahanan nasional memiliki ciri-ciri ialah kondisi dimana hal tersebut menjadi
persyaratan utama untuk negara berkembang. Hal tersebut difokuskan untuk
mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tidak
hanya untuk mempertahankan saja, namun juga untuk menghadapi dan mengatasi segala
macam hambatan, ancaman, tantangan, dan gangguan baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Jika berlandaskan pada metode astagatra, semua aspek kehidupan
nasional digambarkan dalam sistematika astagatra yang tersusun atas tiga aspek alamiah
atau trigatra yang meliputi geografi, kepependukan, kekayaan alam, dan lima aspek sosial
lan atau pancagatra yang meliputi politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.

Terdapat dua unsur ketahanan nasional. Berikut merupakan dua unsur dalam
ketahanan nasional

 Ketahanan nasional panncagatra. Pada dasarnya aspek sosial pancagatra


berlandaskan pada hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, maupun hubungan manusia
dengan dirinya sendiri dalam bentuk kebutuhan. Dengan dasar hubungan tersebbut,
dapat dikelompokkan menjadi lima bidang atau lima aspek kehidupan nasional yang
disingkat Ipoleksosbud Hankam. Lima aspek kehidupan Nasional akan diuraikan
konsep dasar dalam rangka mengembangkan kekuatan Nasional dalam menghadapi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan.
 Ketahanan aspek ideologi. Suatu bangsa tentunya mempunyai dan memerlukan
filsafat hidup, sebagai pegangan dan pedoman dalam melaksanakan perjuangan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Filsafat hidup yang digunakan untuk pedoman hidup ialah termasuk filsafat praktis
yang merupakan sebuah ideologi, pandangan hidup, pandangan dunia, karena
filsafat hidup tersebut menjadi daar bagi sebuah bangsa untuk mencapai cita-cita
nasional.

Ketahanan nasional umumnya berpedoman pada wawasan nasional. Dimana


wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia pada diri sendiri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Wawasan
nusantara tersebut juga merupakan salah satu sumber utama dan landasan yang kuat dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional. Sehingga, wawasan nusantara bisa diebut sebagai
wawasan dan termasuk ke dalam landasan ketahanan nasional.

Ketahanan nasional memiliki beberapa sifat yang perlu kita ketahui dan pahami,
diantaranya adalah:

 Mandiri, dimana ketahanan nasional memiliki bersifat percaya terhadap


kemampuan dan juga kekuatan sendiri dengan keuletan serta ketangguhan yang
mengandung prinsi tidak mudah menyerah dan bertumpu pada identitas,
kepribadian bangsa, dan juga integritas. Kemandirian merupakan salah satu syarat
utama dalam menjalin sebuah kerja sama yang saling menguntungkan dalam
perkembangan global
 Dinamis, dimana ketahanan nasional memiliki bersifat tidak tetap, dapat meningkat
atau menurun bergantung dengan kondisi dan situasi bangsa dan juga negara, serta
kondisi lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan hakikat dan juga pengertian
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Oleh karena itu,
upaya dalam meningkatkan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke
masa depan dan dinamika yang ada didalamnya diarahkan untuk dapat mencapai
kondisi kehiduoan nasional yang lebih baik.
 Manunggal, dimana ketahanan nasional memiliki sifat yang integratif. Dimana hal
tersebut diartikan sebagai terwujudnya keatuan dan juga perpaduan yang seimbang,
selaras, dan serasidiantara semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
 Wibawa, dimana ketahanan nasional sebagai sebuah hasil pandangan yang memiliki
sifat manunggal, yaitu dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang nantinya akan
diperhitungkan oleh pihak lain. Sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara.
Semakintinggi daya tangkal yang dimiliki sutau negara, maka akan semakin besar
juga kewibawaan yang dimilikinya.
 Konsultasi dan kerja Sama, dimana ketahanan nasional Indonesia tidak
mengedepankan sikap konfrontatif dan antagonis. Selain itu, bangsa Indonesia juga
tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik saja, namun lebih kepada sifat
konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

Selain sebuah ciri-ciri, ketahanan nasional juga memiliki asas-asas yang merupakan
tata laku yang berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dan berlandaskan dalam
Pansasila, UUD 1945, dan juga wawasan nusantara. Asas-asas tersebut antara lain adalah:

a. Asas kesejahteraan dan keamanan


Asas ini merupakan kebutuhan yang mendasar dan wajib dipenuhi bagi individu
maupun masyarakat atau kelompok. Dengan demikian, kesejahteraan dan keamanan
merupakan asas dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa kesejahteraan dan
keamanan, sistem kehidupan nasional tidak akan bisa berlangsung. Pada hakikatnya
kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai intrinsik yang ada di dalam sistem
kehidupan nasional itu sendiri. Kesejahteraan ataupun keamanan harus selalu ada,
berdampingan dengan kondisi apapun. Di dalam kehidupan nasional, tingkat
keamanan dan kesejahteraan nasional yang dapat dicapai adalah salah satu tolak
ukur keberhasilan ketahanan nasional.
b. Asas mawas kedalam dan mawas keluar
Sistem kehidupan nasional adalah perpaduan seluruh aspek kehidupan bangsa yang
saling berkomunikasi. Selain itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi
dengan lingkungan sekitar. Dalam proses interaksi tersebut, bisa timbul berbagai
dampak, baik berupa sifat yang positif ataupun negatif. Dengan begitu, dibutuhkn
sikap mawas, baik itu kedalam ataupun keluar.
 Mawas kedalam, bertujuan untuk menumbuhkan hakikat, sifat, dan juga
kondisi kehidupan nasional itu sendiri yang berdasarkan pada nilai-nilai
kemandirian yang proporsional guna meningkatkan kualitas derajat
kemandirian bangsa yang tanggung dan ulet.
 Mawas keluar, bertujuan untuk bisa mengantisipasi dan juga berperan serta
dalam mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri. Tak hanya itu,
tetapi juga dertujuan untuk menerima kenyataan bahwa adanya interaksi
dan ketergantungan dengan dunia internasional.
c. Asas kekeluargaan
Asas ini bersikap kebersamaan, keadilan, kesamaan, tenggang rasa, gotong royong,
dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,, dan
bernegara. Dalam hal tersebut, telah diakui bahwa hidup dengan asas kekeluargaan
terdapat perbedaan. Kenyataan tersebut dikembangkan secara serasi dalam
kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat destruktif atau tidak
merusak.
d. Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu
Sistem kehidupan nasional mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dalam
bentuk persatuan dan perpaduan yang seimbang, selaras, serta serasi pada seluruh
aspek kehidupan nasional, berbangsa, dan bernegara. Ketahanan nasional sendiri
mencakup ketahanan seluruh aspek kehidupan secara menyeluruh, utuh, dan
terpadu.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskripsi naratif. Metode penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan sebuah analisis, temu-temuannya tidak didapatkan
melalui prosedur statistik atau dalam bentuk hitungan.Metode penelitian kualitatif ini
memanfaatkan data yang diperoleh dari berbagai macam sumber seperti jurnal, artikel,
buku, maupun literatur, lalu data yang sudah didapatkan akan dikembangkan. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan memaparkan terkait
menumbuhkan kesadaran bela negara untuk menumbuhkan ketahanan nasional.
Hasil dan Pembahasan
Berbagai permaslaahan yang terjadi dalam kondisi bela negara saat ini dapat
diidentifikasi, yang Pertama, Melemahnya Kesadaran Bela Negara di kalangan masyarakat.
Berbagai peristiwa yang terjadi diperankan oleh generasi muda kita menandakan bahwa,
telah terjadi sikap dan perilaku melemahnya nilai-nilai bela negara yang meliputi kecintaan
terhadap tanah air Indonesia, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan
akan kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, sikap rela berkorban untuk bangsa dan
negara Indonesia.

Kedua, Kesadaran Bela Negara belum optimal dan membudaya dalam kehidupan
nasional. Sebelum pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, kita yakin telah
mengupayakan membina seoptimal mungkin untuk mensosialisasikan nilai-nilai bela
negara dalam kehidupan nasional yang meliputi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya mensosialisasikan, melakukan pendidikan dan pelatihan, ceramah, diskusi dan lain-
lain, bertujuan untuk membentuk budaya karakter bangsa yang nasionalisme dan berjiwa
patriotisme.

Ketiga, Belum optimalnya pada pelaksanaan terhadap kebijakan aktualisasi


kesadaran bela negara. Reformasi yang dilaksanakan pada tahun 1998 sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kehidupan nasional. Pengaruh reformasi itu membuat pemerintah
kehilangan arah dan kebijakan dalam merumuskan bela negara sebagai komponen utama
untuk membentuk kekokohan karakter bangsa.Negara Indonesia dimiliki oleh seluruh
warga negara Indonesia, dengan demikian setiap peraturan perundang-undangan yang
dibentuk dalam rangka untuk mengatur kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
tentunya mengikutsertakan seluruh partisipasi generasi muda melalui penjaringan aspirasi
yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Keempat, Kurikulum Pendidikan Nasional memuat sangat sedikit materi Bela


Negara. Kurikulum Pendidikan Nasional secara formal yang dimulai dari Taman Kanak-
Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi memuat materi Bela Negara sangat minim, padahal
pembentukan karakter bangsa dimulai sejak dini, ketika anak-anak masih duduk dibangku
Taman Kanak-Kanak (TK). Apabila masih anak-anak dibentuk rasa nasionalisme, wawasan
kebangsaan, nilai-nilai Pancasila,maka akan tumbuh sikap bela negara yang militan.

Menyadari permasalah tersebut, terdapat sejumlah Kondisi Aktualisasi Kesadaran


Bela Negara Yang diharapkan. Generasi muda merupakan tulang punggung negara,
berpeluang besar menjadi pemimpin-pemimpin nasional baik dimasa sekarang maupun
masa depan. Kesadaran bela negara akan tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
generasi muda kesehariannya dalam lingkungan tempat tinggal dimulai dari lingkungan
keluarga, lingkungan umum, lingkungan kerja dan lingkungan sekolah. Pemahaman bela
negara terbentuknya karakter bangsa dalam menghadapi serta mengatasi setiap
setiap,ancaman, tantangan,hambatan dan gangguan baik yang berasal dari dalam negeri
ataupun luar negeri yang membahayakan kelangsungan pertahanan dan keamanan bangsa
dan negara Indonesia. Menurut Suryanto Suryokusumo,dkk7, kekuatan rakyat adalah
sumber dari kekuatan negara, kekuatan pertahanan nonmiliter dibangun dari potensi
kekuatan sosial dan politik yang terkandung pada masyarakat. Dengan suatu ketrampilan,
kekuatan tersebut bisa dimanfaatkan dan digunakan tidak hanya untuk menghancurkan
penindasan atau tirani, tetapi juga untuk menangkal dan mengalahkan agresi dengan efektif
dalam rangka pertahanan non militer.

Menurut Zainul Ittihad Amin8 untuk menghadapi Ancaman,Tantangan, Hambatan


dan Gangguan (ATHG) yang membahayakan kelanggsungan hidup bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, perlu dikerahkan segenap kemampuan, kekuatan, serta
potensi yang ada pada bangsa Indonesia yang terwujud sebagai kesadaran berkemampuan
bela negara. Karena itu seluruh warga negara sejak dini perlu dibekali dengan kemampuan
tersebut melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) yang bertujuan yaitu
meningkatkan kecintaan pada tanah air, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
meningkatkan keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa, meningkatkan kesadaran bela
negara, dan mengembangkan kemampuan awal bela negara.

Kesadaran bela negara memiliki nilai-nilai bagi kepentingan bangsa untuk


memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa demi tegaknya NKRI, maka diperlukan
kondisi nilai-nilai bela negara dalam masyarakat, dapat memahami secara benar tentang
bela negara dan masyarakat berpartisipasi aktif melaksanakan bela negara, sebagai berikut:

 Kecintaan kepada tanah air Indonesia


 Kesadaran dalam berbangsa dan bernegara Indonesia
 Keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara
 Rela berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia
 Kemampuan awal bela negara

Kesimpulan

Bela negara dan ketahanan negara memiliki hubungan yang signifikan dalam
mewujudkan dan mempertahankan ketahanan negara seperti yang tersirat dan tersurat
dalam alinea ke IV Pembukaan UUD NRI 1945. Ketahanan nasaional sebagai konsepsi
adalah konsep khas bangsa Indonesia sebagai pengaturan, penyelegara bernegara dengan
berlandasankan ajaran AstaGatra. Oleh karena itu, konsepsi ketahanan nasional merupakan
sarana untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan nasional, sehingga geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk
kepentingan politik dan perang, dengan demikian twawasan nusantara tidak menganut teori
ekspansionisme, kekerasan, dan okupasi. Untuk mewujudkannya diperlukan peran aktif
setiap warga negara, tanpa terkecuali, dalam ikut pembelaan negara sesuai dengan keahlian
masing-masing yang pada dasarnya telah diatur dalam konstitusi negara.
dapat disimpulkan bahwa 1) pada saat ini masih adanya kelemahan atau
menurunnya kesadaran bela Negara dalam kehidupan nasional yang meliputi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kesadaran bela Negara belum dapat
dipahami secara benar yang mengakibatkan generasi muda melaksanakan berbagai
tindakan atau prilaku melanggar norma hukum, social, kesopanan,kesusilaan, agama
maupun norma adat istiadat. 2) Pembudayaan kesadaran bela Negara di dalam kehidupan
bermasyarakat, lingkungan pendidikan, birokrasi maupun swasta belum terwujud sehingga
situasi dan kondisi masih bersifat stagnan. 3) Masih pasifnya masyarakat dalam setiap
proses pembentukan perundang-undangan sehingga aspirasi masyarakat tidak banyak
tertampung dalam produk perundang-undangan di Negara Indonesia. 4) Sistem Pendidikan
Nasional masih mengesampingkan bidang studi pertahanan keamanan (HANKAM)
sehingga generasi muda pelajar dan mahasiswa belum memahami kesadaran bela Negara.

Saran
Pemerintah dapat menyempurnakan kurikulum Pendidikan bela Negara bagi siswa dan
mahasiswa agar para generasi muda yang akan memajukan bangsa Indonesia kedepannya dapat
memahami dan mengimplementasikan bela negara agar ketanahan nasional semakin kuat dan sulit
masuknya gangguan serta ancaman baik dari luar maupun dalam negeri. Masyarakat harus selalu
menanamkan budaya bela negara pada diri sendiri pemerintah juga harus ikut andil dalam
penanaman kebudayaan bela negara terhadap masyarakat. Masyarakat juga harus aktif dalam
berpendapat terkait pemerintahan serta perundang-undangan sehingga aspirasi yang dimiliki oleh
masyarakat dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat suatu kebijakan.

Daftar Pustaka
Soepandi, Kris Wijoyo, Muhammad Farid. (2018). Konsep Bela Negara Dalam Perspektif
Ketahanan Nasional. Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun Ke-48 No. 3 .

Safaruddin. (2022). Ketahanan Nasional. Jurnal Kotamo. Vol. 2 No. 3


Hartono, dwi. (2020). Fenomena Kesadaran Bela Negara di Era Digital Dalam Perspektif
Ketahanan Nasional. Jurnal kajian Lemhanmas RI. Edisi 4.

Suryatni, Luh. (2019). Bela Negara Sebagai Pengejawantahan Dalam Ketahanan Nasional
Berdasarkan UUD NRI 1945. Vol. 10 No. 1.

Widodo, Suwarno. (2011). Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme.


Jurnal Ilmiah CIVIS, Vol. 1 No. 1.

Suriata, I Nengah. (2019). Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam
Meningkatkan Ketahanan Nasional. Jurnal Administrasi Publik. Vol. 4 No.
2.

Anda mungkin juga menyukai