Disusun Oleh :
Eka Saputri (21041010281)
Eka Saputri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
ekasptr12@gmail.com
Pendahuluan
Perkembangan geopolitik secara global berlangsung sangat cepat serta kompleks
dan menghadirkan fenomena global yang mempengaruhi perubahan pada abad ke 21 ini.
Fenomena global tersebut berpengaruh terhadap bangsa Indonesia. NKRI sendiri yang
memiliki karakteristik berupa serangkaian kepulauan di nusantara dengan terbentang
luasnya wilayah perairan, darat, dan udara. Jika dari sisi pertahanan dan keamanan,
perkembangan tersebut terimplikasi terhadap perubahan dan situasi keamanan yang
sifatnya strategis dalam NKRI, sehingga memerlukan pertahanan negara yang efektif dan
berdaya tangkal tinggi.
Salah satu solusi dalam jangka panjang dalam menjaga kedaulatan, keutuhan, dan
keselamatan segenap bangsa, maka setiap negara membutuhkan fundamental budaya,
ekonomi, dan pertahanan kema nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa sebuah fundamental
keamanan negara yang kuat maka ancaman dan keamanan sebuah negara akan terancam.
Untuk itu maka diperlukan sebuah Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) karena hal
tersebut merupakan sebuah kebutuhan legal bagi warga negara dalam berbangsa dan
bernegara.
menjamin tetap tegaknya NKRI dan juga merespon tantangan pertahanan negara
dalam waktu kedepan yang mana merupakan strategi dari pertahanan negara Republik
Indonesia, adalah penerapan sistem pertahanan semesta dalam wujud strategi pertahanan
berlapis yang memadukan lapis pertahanan militer dengan lapis pertahanan nirmiliter yang
merupakan manifestasi dari keikutsertaan seluruh warga negara Indonesia dalam upaya
pertahanan negara dengan mendayagunakan segenap sumber daya nasional secara
maksimal. Hal yang mendasar dari pertahanan negara yang bersifat semesta adalah
perlunya kesadaran bela negara dari seluruh warga negara dari berbagai lapisan masyarakat
Indonesia.
Kesadaran bela negara merupakan hal penting yan hars ditanamkan dalam diri
setiap warga negara sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Hal tersebut
merupakan bentuk revolusi mental sekaligus untuk memupuk daya tangkal bangsa dalam
menghadapi kompleksitas dinamika ancaman dan untuk meningkatkan ketahanan nasional.
Kesadaran bela negara merupakan kewajiban dasar dan hak setiap warga negara.
Hal tersebut tertuang pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal
30 Ayat (1). Isi pada pasal tersebut menerangkan bahwa setiap usaha pembelaan negara
dalam mempertahankan negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara
tanpa adanya pengecualian.
Namun pada kenyatannya, semakin maju era digital semakin kurang pula rasa
patriotisme yang dimiliki oleh warga negara, lunturnya semangat bela negara, sikap
patriotisme dan patriotism dalam jiwa masyarakat. Sekolah yang notabenenya sebagai
tempat menimba ilmu, sekarang tidak lagi mengajarkan materi-materi terlalu mendalam
terkait kewarganegaraan. Masih rendahnya kesadaran akan bela negara, kurikulum
pendidikan yang kurang optimal terkait pendidikan dan pembinaan bela negara, serta
kurangnya perhatian pemerintah terkait pelaksanaannya.
Tinjauan Pustaka
A. Bela Negara
Sejarah bela negara dimulai dari Kota Bukit Tinggi yang semula merupakan Pasar
bagi masyarakat Agam Tuo. Pada tahun 1825, belanda mendirikan benten di salah satu
bukit yang dikenal sebagai benteng Fort de Kock, yang sekaligus menjadi tempat
peristirahatan opsir-opsir Belanda. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini
selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian. berkembang menjadi
sebuah stadsgemeente (kota) dan berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche
Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.
Terdapat beberapa pendapat para ahli terkait pengertian bela negara. Berikut adalah
beberapa pendapat para ahli tentang bela negara:
1) Menurut Sunarso, pengertian bela negara adalah mengandung empat esensial yang
perlu dibela, yang pertama dalah kemerdekaan dan kedaulatan negara, yang kedua
adalah kesatuan dan persatuan bangsa, yang ketiga adalah keutuhan wilayah dan
yuridiksi nasional, dan yang keempat adalah nilai-nilai dari Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
2) Menurut Darji Darmodiharjo, pengertian bela negara adalah dilaksanakannya
doktrin keamanan secara nasional. Gunanya untuk berusaha menciptakan sebuah
sistem pertahanan keamanan nasional. Keamanan nasional tersebut diharapkan
mampu mengamankan serta mensukseskan perjuangan nasional pada umumnya.
3) Menurut Purnomo Yusgiantoro, pengertian bela negara ialah sebuah sikap dan
perilaku warga negara. Sikap tersebut dijiwai oleh rasa cinta terhadap tanah air
Indonesia dengan berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
demi menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
4) Menurut Chaidir Basrie, pengertian bela negara ialah sebuah sikap, tekad, dan
tindakan yang dilakukan oleh warga negara secara menyeluruh, terpadu, teratur,
serta berkelanjutan yang dilandasi oleh rasa cinta terhadap tanah air. Selain itu, juga
terdapat sikap kesadaran bernegara Indonesia, kesadaran dalam berbangsa,
keyakinan dan juga kesetiaan kepada Pancasila.
Bela negara merupakan sebuah konsep, dimana konsep tersebut disusun oleh petingi
negara dan perangkat perundangan. Konteks konsep disini adalah mengenai sikap
patriotisme seluruh komponen negara. Hal tersebut ditujukan untuk kepentingan
mempertahankan keberadaan dan eksistensi negara. Seluruh warga negara memiliki
kewajiban yang sama dalam membela negara. Hal tersebut merupakan wujud dari rasa cinta
seorang warga negara tehadap tanah air yang telah memberikannya sebuah kehidupan.
Setiap warga negara berhak dan wajib dalam upaya pembelaan negara seperti yang
tertuang dalam UUD 1945, semua warga negara memiliki kewajiban dan berhak dalam
membela negara seperti yang tertuang dalam Undnag-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (3)
dan pasal 30 ayat (1) tanpa memandang SARA dan apapun profesi yang sedang diemban.
Bela negara merupaka tindakan dan sikap warga negara yang berlandaskan rasa cinta tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi
bangsa, rasa rela dalam berkorban terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
baik yang datang dari dalam negara maupun luar negara yang terdeteksi dapat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara, keutuhan wilayah, yuridiksi
nasional dan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Pengertian tersebut memberikan
kesempatan pada setiap warga negara untuk melakukan aktivitas bela negara.
Konsep bela negara dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Konsep tersebut
dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Sutarman, dua tipe tersebut adalah fisik dan
non fisik. Dalam konsep fisik bisa diartikan sebagai usaha dalam mempertahankan negara
dengan cara menghadapi sebuah serangan fisik atau agresi. Serangan tersebut dapat terjadi
dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut. contok dari bela negara secara
fisik adalah warga negara ikut berperang dan mengangkat senjata saat terdapat serangan
dari negaara asing yang dapat mengancam kedaulatan negara. Sedangkan konsep non fisik
diartikan sebagai sebuah upaya untuk ikut serta dalam berperan aktif untuk memajukan
bangsa dan negara. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam hal tersebut melalui sebuah
proses, baik dapat dilakukan dengan cara pendidikan, sosial, moral, atau peningkatan
kesejahteraan. Proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme.
Berdasarkan pada Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 tersebut
memiliki kesimpulan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Indonesia. Hal ini menimbulkan sebuah konsekuensi ahwa
setiap warga negara berhak dan memiliki kewajiban untuk turut serta dalam menentukan
kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan
UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, warga negara juga harus
turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi
masing-masing.
Hingga saat ini Undang-Undang yang merupakan implementasi dari Pasal 30 UUD
1945 tersebut ialah Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia; Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 terkait Pertahanan Negara;
Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Terkait peran warga
negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No. 3 Tahun 2002, yaitu
1. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
2. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui; a. Pendidikan Kewarganegaraan; b.
Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau wajib; dan yang terakhir d. Pengabdian
sesuai dengan profesi.
3. Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.
Agar dapat melakukan bela negara, warga negara harus memiiki pengetahuan,
ketrampilan dan sikap bela negara, kemampuan tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan
bela negara yag disediakan dalam pendidikan formal, non formal maupun informal. Jalur
pendidikan formal seperti sekolah dan universitas yang memberikan pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan non formal dapat berasal dari instansi pemerintah,
masyarakat, orsospol dan ormas. Sedangkan informal dapat diajarkan oleh keluarga
terutama orang tua.
Ada beberapa unsur penting yang harus diketahui sebelum menjalankan proses bela
negara. Memahami unsur-unsur bela negara dengan benar juga akan menumbuhkan
kesadaran terhadap pentingnya bela negara. Unsur-unsur tersebut adalah:
Memiliki jiwa cinta terhadap tanah air
Rela berkorban demi terciptanya kesejateraan bagi bangsa dan negara
Memiliki keyakinan bahwa Pancasila adalah ideologi negara
Memiliki kesadaran dalam berbangsa dan bernegara
Memiliki keahlian awal dalam bela negara
B. Ketahanan Nasional
Kenyataan sejarah itulah yang memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk
membangun ketahanan nasional di masa kini dan masa yang akan datang. Istilah keuletan
dan ketangguhan merupakan dua hal yang membentuk ketahanan nasional. Dinamika
ketahanan nasional dapat dipelajari dari gerak langkah bangsa Indonesia didalam mengisi
kehidupan nasionalnya.
Ketahanan nasional memiliki ciri-ciri ialah kondisi dimana hal tersebut menjadi
persyaratan utama untuk negara berkembang. Hal tersebut difokuskan untuk
mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tidak
hanya untuk mempertahankan saja, namun juga untuk menghadapi dan mengatasi segala
macam hambatan, ancaman, tantangan, dan gangguan baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Jika berlandaskan pada metode astagatra, semua aspek kehidupan
nasional digambarkan dalam sistematika astagatra yang tersusun atas tiga aspek alamiah
atau trigatra yang meliputi geografi, kepependukan, kekayaan alam, dan lima aspek sosial
lan atau pancagatra yang meliputi politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
Terdapat dua unsur ketahanan nasional. Berikut merupakan dua unsur dalam
ketahanan nasional
Ketahanan nasional memiliki beberapa sifat yang perlu kita ketahui dan pahami,
diantaranya adalah:
Selain sebuah ciri-ciri, ketahanan nasional juga memiliki asas-asas yang merupakan
tata laku yang berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dan berlandaskan dalam
Pansasila, UUD 1945, dan juga wawasan nusantara. Asas-asas tersebut antara lain adalah:
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskripsi naratif. Metode penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan sebuah analisis, temu-temuannya tidak didapatkan
melalui prosedur statistik atau dalam bentuk hitungan.Metode penelitian kualitatif ini
memanfaatkan data yang diperoleh dari berbagai macam sumber seperti jurnal, artikel,
buku, maupun literatur, lalu data yang sudah didapatkan akan dikembangkan. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan memaparkan terkait
menumbuhkan kesadaran bela negara untuk menumbuhkan ketahanan nasional.
Hasil dan Pembahasan
Berbagai permaslaahan yang terjadi dalam kondisi bela negara saat ini dapat
diidentifikasi, yang Pertama, Melemahnya Kesadaran Bela Negara di kalangan masyarakat.
Berbagai peristiwa yang terjadi diperankan oleh generasi muda kita menandakan bahwa,
telah terjadi sikap dan perilaku melemahnya nilai-nilai bela negara yang meliputi kecintaan
terhadap tanah air Indonesia, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan
akan kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, sikap rela berkorban untuk bangsa dan
negara Indonesia.
Kedua, Kesadaran Bela Negara belum optimal dan membudaya dalam kehidupan
nasional. Sebelum pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, kita yakin telah
mengupayakan membina seoptimal mungkin untuk mensosialisasikan nilai-nilai bela
negara dalam kehidupan nasional yang meliputi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya mensosialisasikan, melakukan pendidikan dan pelatihan, ceramah, diskusi dan lain-
lain, bertujuan untuk membentuk budaya karakter bangsa yang nasionalisme dan berjiwa
patriotisme.
Kesimpulan
Bela negara dan ketahanan negara memiliki hubungan yang signifikan dalam
mewujudkan dan mempertahankan ketahanan negara seperti yang tersirat dan tersurat
dalam alinea ke IV Pembukaan UUD NRI 1945. Ketahanan nasaional sebagai konsepsi
adalah konsep khas bangsa Indonesia sebagai pengaturan, penyelegara bernegara dengan
berlandasankan ajaran AstaGatra. Oleh karena itu, konsepsi ketahanan nasional merupakan
sarana untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan nasional, sehingga geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk
kepentingan politik dan perang, dengan demikian twawasan nusantara tidak menganut teori
ekspansionisme, kekerasan, dan okupasi. Untuk mewujudkannya diperlukan peran aktif
setiap warga negara, tanpa terkecuali, dalam ikut pembelaan negara sesuai dengan keahlian
masing-masing yang pada dasarnya telah diatur dalam konstitusi negara.
dapat disimpulkan bahwa 1) pada saat ini masih adanya kelemahan atau
menurunnya kesadaran bela Negara dalam kehidupan nasional yang meliputi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kesadaran bela Negara belum dapat
dipahami secara benar yang mengakibatkan generasi muda melaksanakan berbagai
tindakan atau prilaku melanggar norma hukum, social, kesopanan,kesusilaan, agama
maupun norma adat istiadat. 2) Pembudayaan kesadaran bela Negara di dalam kehidupan
bermasyarakat, lingkungan pendidikan, birokrasi maupun swasta belum terwujud sehingga
situasi dan kondisi masih bersifat stagnan. 3) Masih pasifnya masyarakat dalam setiap
proses pembentukan perundang-undangan sehingga aspirasi masyarakat tidak banyak
tertampung dalam produk perundang-undangan di Negara Indonesia. 4) Sistem Pendidikan
Nasional masih mengesampingkan bidang studi pertahanan keamanan (HANKAM)
sehingga generasi muda pelajar dan mahasiswa belum memahami kesadaran bela Negara.
Saran
Pemerintah dapat menyempurnakan kurikulum Pendidikan bela Negara bagi siswa dan
mahasiswa agar para generasi muda yang akan memajukan bangsa Indonesia kedepannya dapat
memahami dan mengimplementasikan bela negara agar ketanahan nasional semakin kuat dan sulit
masuknya gangguan serta ancaman baik dari luar maupun dalam negeri. Masyarakat harus selalu
menanamkan budaya bela negara pada diri sendiri pemerintah juga harus ikut andil dalam
penanaman kebudayaan bela negara terhadap masyarakat. Masyarakat juga harus aktif dalam
berpendapat terkait pemerintahan serta perundang-undangan sehingga aspirasi yang dimiliki oleh
masyarakat dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat suatu kebijakan.
Daftar Pustaka
Soepandi, Kris Wijoyo, Muhammad Farid. (2018). Konsep Bela Negara Dalam Perspektif
Ketahanan Nasional. Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun Ke-48 No. 3 .
Suryatni, Luh. (2019). Bela Negara Sebagai Pengejawantahan Dalam Ketahanan Nasional
Berdasarkan UUD NRI 1945. Vol. 10 No. 1.
Suriata, I Nengah. (2019). Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam
Meningkatkan Ketahanan Nasional. Jurnal Administrasi Publik. Vol. 4 No.
2.