Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ BELA NEGARA DALAM KONTEKS NKRI”

Disusun Oleh :
Rifky Dwi Ramdan Plw (29)

Kelas 9B
YAYASAN PENDIDIKAN DARUSSALAM
SIDODADI TAMAN SIDOARJO
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya,
sehingga kita dapat berkumpul pada kesempatan ini. Saya ingin menyampaikan makalah
dengan judul "Bela Negara dalam Konteks NKRI" sebagai salah satu tugas UJian Praktek
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya dan
sumber daya alam, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan
wilayahnya. Oleh karena itu, bela negara bukan hanya sekedar semboyan, melainkan sebuah
panggilan tugas bagi setiap warga negara, termasuk generasi muda seperti saya.

Melalui makalah ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi positif terhadap
pemahaman seluruh kelas mengenai pentingnya peran generasi muda dalam menjaga
keutuhan NKRI. Semoga makalah ini dapat memotivasi dan menginspirasi kita semua untuk
bersama-sama berperan aktif dalam membangun dan membela negara tercinta.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu Guru dan
teman-teman sekelas. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan diskusi yang bermanfaat dan
dapat mendorong semangat cinta tanah air di kalangan generasi muda.

Sidoarjo, 04 Februari 2024

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................II
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulis.........................................................................................1
BAB II................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................2
1. Makna Bela Negara dalam konteks NKRI.............................................2
2. Peraturan Perundang-undangan dan Konsep Bela Negara.................2
3. Perjuangan Mempertahankan NKRI.....................................................4
BAB III.............................................................................................................10
KESIMPULAN................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada
tahun 1945 menggambarkan perjuangan heroik para pahlawan yang bertekad
mengusir penjajah dan meraih kemerdekaan. Meskipun Proklamasi
Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 menandai kemenangan, perjuangan untuk
mempertahankan kemerdekaan terus berlanjut, dihadapkan dengan tantangan
seperti agresi militer dan konflik internal yang menjadi ujian berat bagi bangsa
Indonesia.
Bela negara tidak hanya melibatkan bentuk fisik pertahanan, tetapi juga
mencakup penguatan identitas nasional dan karakter bangsa. Pendidikan bela
negara bertujuan membentuk generasi muda yang memiliki cinta tanah air, rasa
persatuan, dan kesiapan untuk berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
Konsep bela negara tidak hanya relevan dalam konteks militer,
melainkan juga dalam pembangunan nasional. Penguatan ekonomi, sosial, dan
budaya menjadi bagian integral dari upaya bela negara, karena negara yang
kuat secara ekonomi dan sosial akan lebih mampu menghadapi berbagai
ancaman. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap konsep bela negara,
diharapkan masyarakat dapat berkontribusi secara optimal dalam mendukung
pembangunan dan pertahanan negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Makna Bela Negara dalam konteks NKRI ?
2. Apa saja Peraturan Perundang-undangan dan Konsep Bela Negara ?
3. Bagaimana Perjuangan Mempertahankan NKRI ?
C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui makna Bela Negara dalam konteks NKRI
2. Mengenal Peraturan dan Konsep Perundang-undanagn tentang Bela Negara
3. Mengetahui perjuangan mempertahankan keutuhan NKRI.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Makna Bela Negara dalam konteks NKRI


NKRI Merupakan pilar bangsa Indonesia yang merupakan harga mati, NKRI
adalah tujuan dan sekaligus sarana mencapai tujuan nasional yang lebih luas. Oleh
karena itu, NKRI harus dijaga keutuhannya dengan semangat bela negara karena
ancaman dan gangguan NKRI tidak pernah habis tapi selalu hadir baik secara fisik
maupun ideologi yang datang dari dalam negeri ataupun dari luar negeri.
Negara adalah kumpulan manusia yang berada di dalam suatu pemerintahan.
kemudian Bangsa adalah orang yang memiliki semangat perjuangan dalam mencapai
cita-cita bersama. Sedangkan Tanah air adalah tempat seseorang dilahirakan,
kemudian tempat dimana seseorang hidup dan meninggal dunia. Unsur-unsur negara
terdiri dari Rakyat, Wilayah dan adanya Pemerintahan.
Makna Bela negara merupakan hak dan kewajiban dari setiap warga negara.
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang berupa tindakan untuk
membela NKRI sebagai bentuk kecintaan terhadap negara. Upaya Bela Negara
terdapat dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 27 ayat (3), Pasal
30 ayat (1), dan Pasal 30 ayat (2).
Penjelasan UU No. 3 Tahun 2002 tentang pembelaan negara menyatakan
bahwa upaya bela negara adalah sikap dam perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai
kewajiban dasar menusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa

2. Peraturan Perundang-undangan dan Konsep Bela Negara


Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik
yaitu dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi musuh. Bela
negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela
negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara

2
meningkatkankesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap
tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga
negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara, kelangsungan
hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan
perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga
negara.
Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan
menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini
pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih),
meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No. 20
Tahun 1982.
Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen
Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra
Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti
Pendidikan Dasar Militer, dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi, yaitu
ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan
Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau
pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat
Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat
perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan
regular TNI dan terlibat langsung di medan perang.
Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui Pendidikan
Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka
keterlibatan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian
yang tulus kepada masyarakat,

3
2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata
(bukan retorika),
3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung
tinggi Hak Azazi Manusia, dan
4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaannya masing-masing.
Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk keikutsertaan
warga negara dalam upaya pembelaan negara.

3. Perjuangan Mempertahankan NKRI


Tantangan dalam mempertahankan NKRI selalu muncul, bahkan setelah
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, juga terdapat ancaman yang berasal dari dalam
negeri. Oleh karena itu, perjuangan terus dilakukan oleh bangsa Indonesia. Berikut
penjelasan mengenai perjuangan mempertahankan NKRI.
1) Perjuangan fisik mempertahankan NKRI
Kedatangan bangsa Belanda merupakan salah satu ancaman yang dihadapi bangsa
Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Hal tersebut disebabkan Belanda yang
merupakan salah satu anggota Sekutu pemenang Perang Dunia II, menyatakan
berhak atas Indonesia karena sebelumnya mereka menjajah Indonesia. Belanda
datang ke Indonesia dengan membentuk Netherlands-Indies Civil Administration
(NICA) dengan menumpang dalam Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI).
Kedatangan Belanda ke Indonesia mendapat perlawanan dari rakyat dikarenakan
secara terang-terangan Belanda mulai s menduduki wilayah Indonesia. Perlawanan
bangsa Indonesia terjadi di berbagai daerah, antara lain:
a. Pertempuran Medan Area dimulai dengan mendaratnya pasukan Sekutu
yang dipimpin Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada

4
tanggal 9 Oktober 1945. Pasukan tersebut diboncengi oleh serdadu Belanda
dan NICA. Pertempuran pertama antara pemuda dan pasukan Belanda yang
merupakan awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Medan Area
terjadi pada tanggal 13 Oktober 1945. Bentrokan antara rakyat dengan serdadu
NICA menjalar ke seluruh Kota Medan, dan tentara Sekutu mengeluarkan
maklumat melarang rakyat membawa senjata serta semua senjata yang ada
harus diserahkan kepada Sekutu. Pertempuran terus terjadi ke daerah lain di
seluruh Sumatra. seperti di Padang, Bukittinggi, dan Aceh dengan peristiwa
Krueng Panjol Bireuen sejak bulan November 1945.
b. Bandung Lautan Api merupakan salah satu pertempuran besar di era
kemerdekaan. Pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan
ultimatum pertama agar Kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak
Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dengan alasan
untuk menjaga keamanan. Namun, ultimatum tersebut tidak diindahkan para
pejuang. Untuk itu, pada tanggal 23 Maret 1946, tentara Sekutu kembali
mengeluarkan ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI)
mengosongkan seluruh Kota Bandung. Akhirnya, dengan berat hati TRI
mengosongkan Kota Bandung. Sebelum keluar dari Bandung pada tanggal 23
Maret 1946, para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan
membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk memperingati terjadinya
peristiwa tersebut, maka dibuatlah sebuah monumen yang diberi nama
Monumen Bandung Lautan Apl. .
c. Pertempuran Margarana diawali dengan Belanda mendaratkan pasukannya
di Bali pada g tanggal 2-3 Maret 1946. Saat itu, Letnan Kolonel I Gusti
Ngurah Rai sedang mengadakan perjalanan ke Yogyakarta untuk mengadakan
konsultasi dengan Markas Tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda
Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda. Sekembalinya dari Yogyakarta,
kesatuan resimennya dalam keadaan terpencar. I Gusti Ngurah Rai
menggalang kekuatan dan menggempur Belanda pada tanggal 18 November
1945. Karena kekuatan pasukan tidak seimbang dan persenjataan yang kurang
lengkap, akhimya pasukan Ngurah Rai dapat dikalahkan
d. Perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda dilakukan oleh bangsa
Indonesia sebanyak dua kali. Hal ini dikarenakan Belanda melancarkan agresi
militer sebanyak dua kali. Agresi Militer I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli

5
1947, dengan menguasai daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia
di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dari Jawa Timur. Indonesia secara resmi
mengadukan agresi militer ini kepada PBB dan akhimya atas kanan resolusi
PBB tercapai gencatan senjata. Agresi Militer II kembali dilakukan pada 19
Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota
Indonesia saat itu. Pada serangan tersebut terjadi penangkapan Soekamo,
Mohammad Hatta, Syahrir, dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya Yogyakarta,
menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra
yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara. Setelah Yogyakarta dikuasai
Belanda, perlawanan bangsa Indonesia dilakukan dengan mengubah strategi
dengan cara perang gerilya. Salah satu hasil perang gerilya adalah Serangan
Umum tanggal 1 Maret1949, yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman.
Serangan ini memberi dampak bagi dunia internasional tentang keberadaan
NKRI.
e. Perang gerilya juga dilakukan bangsa Indonesia. Strategi perang gerilya, yaitu
perang dengan berpindah-pindah tempat. Kolonel A.H. Nasution, sebagai
Panglima Tentara dan Teritorium Jawa, menyusun rencana pertahanan rakyat
totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat Nomor I. Salah satu
pokok isi Perintah Siasat Nomor I ialah tugas pasukan-pasukan yang berasal
dari daerah-daerah federal untuk menyusup ke belakang garis musuh dan
membentuk kantong-kantong gerilya, sehingga seluruh Pulau Jawa akan
menjadi medan gerilya. Salah satu pasukan yang harus menyusup ke belakang
garis musuh adalah pasukan Siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1948,
bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah
kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini dikenal dengan
nama Long March Siliwangi, yaitu sebuah perjalanan yang jauh menyeberangi
sungai, mendaki gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih, serta
dibayangi bahaya serangan musuh.
2) Perjuangan diplomasi mempertahankan NKRI
Salah satu perjuangan diplomasi mempertahankan NKRI dilakukan dengan
Belanda. Tujuan diplomasi yang dilakukan dengan Belanda, yakni agar Belanda
mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka dan
mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lainnya yang sudah terlebih
dahulu merdeka. Berikut perjuangan diplomasi dalam mempertahankan NKRI.

6
a. Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati dilaksanakan di Linggarjati Jawa Barat pada tanggal
10 sampai 15 November 1946. Delegasi Indonesia diwakili oleh Sutan
Syahrir. Delegasi Belanda diwakili oleh H.J. van Mook dan delegasi Inggris
sebagai mediator diwakili oleh Lord Killearn. Hasil Perundingan
Linggarjati ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada tanggal 25
Maret 1947. Isi Perundingan Linggarjati, sebagai berikut.
1) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu
Jawa, Sumatra, dan Madura.
2) Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1
Januari 1949.
3) Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik
Indonesia Serikat (RIS).
4) Dalam bentuk RIS, Indonesia harus tergabung dalam
Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai kepala uni.

b. Perjanjian Renville
Delegasi Indonesia diketuai oleh Perdana Menteri Amir Syanfuddin,
sedangkan pihak Belanda menempatkan Abdul Kadir Wijoynatmojo
sebagal ketua delegasinya. Penempatan warga negara Indonesia Ini
merupakan siasat pihak Belanda dengan menyatakan bahwa pertikaian yang
terjadi antara Indonesia dengan Belanda merupakan masalah dalam negeri
Indonesia dan bukan menjadi masalah meansional yang perlu adanya
campur tangan negara lain. Adapun isi Perjanjian Renville, sebagai berikut

1) Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia


Serikat (RIS).
2) Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesia
Belanda
3) Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk. Belanda dapat
menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
4) Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia
Serikat

7
5) Antara enam bulan sampai satu tahun, akan diselenggarakan
pemilihan umum untuk membentuk Konstituante RIS
6) Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong)
harus dipindahkan ke daerah Republik Indonesia.

Perjanjian Renville berhasil ditandatangani oleh kedua belah pihak


pada tanggal 17 Januari 1948. Setelah penandatanganan perjanjian, pihak
Indonesia menghadapt tantangan sangat berat dan mengakibatkan Kabinet
Amir Syanfuddin jatuh. Kabinet Amir kemudian digantikan Kabinet Hatta.
Namun, di bawah pemerintahan Hatta, muncul banyak rongrongan dan
salah satunya dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat. Puncak dari
pergolakan itu adalah pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.
Keadaan seperti itu, dimanfaatkan pihak Belanda untuk melancarkan Agresi
Militer II. Perundingan Roem Royen.

3) Ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Imdonesia


Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa, Potensi ancaman terhadap keutuhan
bangsa Indonesia akan selalu ada, baik secara militer (secara fisik) maupun
nonmiliter (nonfisik). Bahkan ancaman tersebut juga dapat berasal dari dalam dan
luar negeri. Beberapa potensi ancaman yang berasal dari dalam negeri, antara lain:
a. Disintegrasi bangsa melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen
kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat
b. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrem atau
tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
c. Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.

Berikut berbagai ancaman terhadap NKRI.


a) Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi serta dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Berikut bentuk ancaman militer.

8
(1) Agresi, yaitu serangan bersenjata dari negara lain terhadap suatu negara.
(2) Pelanggaran wilayah oleh negara lain dengan kapal atau pesawat
nonkomersial.
(3) Spionase dari negara lain yang berusaha mengetahui rahasia militer negara
lain.
(4) Sabotase yang merusak jaringan militer atau objek penting nasional yang
membahayakan keselamatan bangsa dan negara.
(5) Aksi teror bersenjata, baik dari dalam negeri maupun dari jaringan
internasional.
(6) Pemberontakan bersenjata.
(7) Konflik horizontal atau perang saudara antarkelompok masyarakat.

b) Ancaman nonmiliter merupakan ancaman yang tidak bersifat fisik serta


bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer. Potensi ancaman dari luar lebih
berbentuk ancaman nonmiliter. Berikut bentuk ancaman nonmiliter.
(1) Di bidang ideologi, masuknya paham dari luar negeri ke dalam negara
Indonesia, dapat menjadi ancaman terhadap ideologi negara Pancasila.
Adapun paham dari luar, misalnya komunisme dan liberalisme. Kedua
paham ini harus diwaspadai karena tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
(2) Di bidang politik, ancaman ditunjukkan dengan ikut campurnya negara lain
terhadap urusan dalam negeri Indonesia, seperti masalah hukum, hak asasi
manusia, pemilihan umum, dan sebagainya.
(3) Di bidang sosial budaya, adanya kemajuan teknologi dan informasi
menyebabkan budaya luar mudah masuk ke Indonesia. Setiap warga negara
harus waspada. Sebab selain memberikan dampak positif, pengaruh budaya
asing juga membawa dampak negatif yang bisa merusak moral bangsa.
(4) Di bidang ekonomi, adanya pasar bebas membuat barang-barang dari luar
negeri bebas dipasarkan di dalam negeri. Setiap warga negara dapat secara
mudah menikmati produk luar negeri. Di sisi lain, ekonomi Indonesia bisa
dikuasai negara lain jika produknya kalah bersaing.
(5) Di bidang pertahanan dan keamanan (hankam), ancaman nonmiliter berupa
kejahatan internasional, seperti imigran gelap, penyelundupan narkoba,
bajak laut, dan pencurian kekayaan alam Indonesia.

9
BAB III

KESIMPULAN

Makalah ini menguraikan konsep Bela Negara dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dengan mengambil perspektif sejarah pembentukan NKRI,
pentingnya kedaulatan dan keutuhan wilayah, ancaman terhadap kedaulatan NKRI,
penguatan identitas nasional, karakter bangsa, hingga implementasi Bela Negara dalam
pembangunan nasional. Sejarah berdirinya NKRI pada tahun 1945 mencerminkan perjuangan
heroik para pahlawan yang berjuang mengusir penjajah dan meraih kemerdekaan. Namun,
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan tidak berhenti, dihadapkan dengan berbagai
tantangan seperti agresi militer dan konflik internal.

Kedaulatan dan keutuhan wilayah menjadi prioritas utama, terutama mengingat


keragaman etnis, agama, dan budaya di Indonesia. Bela negara, tidak hanya sebagai bentuk
fisik pertahanan, melibatkan penguatan identitas nasional dan karakter bangsa. Pendidikan
bela negara diarahkan untuk membentuk generasi muda yang cinta tanah air, memiliki rasa
persatuan, dan siap berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Ancaman terhadap
kedaulatan NKRI melibatkan berbagai faktor, termasuk terorisme, radikalisme, konflik
antarsuku atau agama, serta potensi ancaman dari negara tetangga. Bela negara sebagai
konsep menyeluruh mencakup aspek pertahanan, keamanan, dan ketahanan nasional.

Penguatan identitas nasional dan karakter bangsa bukan hanya terkait dengan
pertahanan fisik, tetapi juga melibatkan penguatan ekonomi, sosial, dan budaya. Konsep bela
negara tidak hanya relevan dalam konteks militer, melainkan juga dalam pembangunan
nasional. Negara yang kuat secara ekonomi dan sosial akan lebih mampu menghadapi
berbagai ancaman. Dalam konteks hukum, perundang-undangan terkait dengan bela negara
diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam
pemenuhan kewajiban bela negara, masyarakat dapat terlibat dalam berbagai aspek, baik
secara fisik maupun nonfisik, seperti melalui pelatihan dasar kemiliteran, pendidikan
kewarganegaraan, dan pengabdian sesuai dengan profesi.

Perjuangan mempertahankan NKRI melibatkan berbagai aspek, baik fisik maupun


diplomasi. Perang gerilya, perjuangan melalui diplomasi seperti Perjanjian Linggarjati dan
Perjanjian Renville, serta menghadapi ancaman militer dan nonmiliter menjadi bagian dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/fiorennicaagustin/608e2fffd541df3bbc430b23/bela-negara-
dalam-konteks-negara-kesatuan-republik-indonesia#google_vignette

http://www.emakalah.com/2013/01/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html
http://kr33z.xtgem.com/pengertian%20bela%20negara
Budianto, 2004 "kewarganegaraan SMA kelas X", jakarta : Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional 2003, "Kamus Besar Bahasa Indonesian" , Jakarta: Balai
pustaka
Perguruan Tinggi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bumi Aksara Tim Nasional Dosen
Kewarganegaraan. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan,

http://rianindustrial.blogspot.com/2013/05/hak-dan-kewajiban-warga-negara.
http://www.scribd.com/doc/118015493/Peran-Pendidikan-Kesadaran-Bela-Negara
Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Panduan Kuliah

11

Anda mungkin juga menyukai