Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ESENSI DAN URGENSI BELA NEGARA

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


Alif Bahtiar Pamulaan, M.Hum.

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


PROGRAN STUDI SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
ANGKATAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul “Esensi dan Urgensi Bela
Negara” hingga selesai. Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang
menghalangi, namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moril, materil
maupun spiritual.

Oleh karena itu, penulis menghanturkan terimah kasih kepada Bapak Alif Bahtiar
Pamulaan, M.Hum. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan, serta semua
pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya penulis makalah ini. Di
dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan
mengingat keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, sangat
diharapkan kritik, saran dan nasihat dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PE
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan keberagaman suku, budaya, agama, dan
bahasa, telah menghadapi berbagai tantangan sepanjang sejarahnya. Proses perjuangan
merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda adalah bukti nyata kegigihan dan semangat
nasionalisme bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang berhasil diraih pada tanggal 17
Agustus 1945, membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun, kemerdekaan juga menghadirkan tanggung jawab besar bagi seluruh warga
negara, yaitu Bela Negara.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, konsep Bela Negara telah
menjadi sebuah pilar fundamental dalam identitas dan eksistensi bangsa Indonesia. Bela
Negara adalah kewajiban semua warga negara Indonesia untuk menjaga dan
mempertahankan kedaulatan, keutuhan wilayah, serta keamanan negara. Namun, dalam
menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat dan dinamis, pemahaman terhadap
esensi dan urgensi Bela Negara menjadi semakin penting.

Bela Negara merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat dan
negara Indonesia. Indonesia, sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, memiliki konsep
bela negara yang mencakup kewajiban seluruh warganya untuk menjaga kedaulatan,
keutuhan, dan keamanan negara. Dalam beberapa dekade terakhir, isu-isu keamanan
semakin kompleks dengan adanya ancaman seperti terorisme, radikalisme, dan perubahan
iklim. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang esensi dan urgensi bela
negara sangat penting.

Dalam konteks global, ketahanan suatu negara tidak hanya terkait dengan aspek
militer, tetapi juga mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan. Makalah
ini akan membahas esensi bela negara sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek
tersebut dan menggambarkan urgensinya dalam menghadapi perubahan zaman. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang bela negara, kita dapat berkontribusi aktif dalam
membangun Indonesia yang kuat dan aman.

Selain itu, makalah ini juga akan mencoba merinci peran masyarakat, pemerintah, dan
lembaga-lembaga terkait dalam mewujudkan bela negara yang efektif. Semua pihak perlu
bekerja sama untuk menjaga keutuhan dan keamanan negara, serta memastikan
keberlanjutan pembangunan nasional. Dalam konteks inilah urgensi bela negara menjadi
semakin jelas dan relevan.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang esensi dan urgensi bela negara,
diharapkan bahwa kita dapat menjadi warga negara yang lebih tanggap dan siap
berkontribusi aktif dalam menjaga keamanan dan keutuhan Indonesia. Makalah ini akan
membahas aspek-aspek esensial bela negara dan menguraikan mengapa hal ini menjadi
salah satu aspek terpenting dalam menjaga masa depan bangsa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Esensi dan Urgensi?
2. Apa yang dimaksud dengan Bela Negara?
3. Apa saja Fungsi dan Tujuan Bela Negara?
4. Bagaimana Upaya rakyat Indonesia dalam membentuk kesadaran bela negara?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Esensi dan Urgensi
2. Untuk mengetahui apa itu Bela Negara
3. Untuk mengetahui Fungsi dan Tujuan Bela Negara
4. Untukmengetahui Upaya dalam membentuk kesadaran bela negara
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Esensi, Urgensi, dan Bela Negara


Pengertian Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernam "urgere" yaitu (kata
kerja) yang berarti mendorong dan jika dilihat dari bahasa inggris bemama "urgent"
yang memiliki arti (kata sifat) dan dalam dalam bahasa indonesia "urgensi" (kata
benda). Istilah Urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa
kita untuk diselesaikan dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus
segera ditindak lanjuti.
Sedangkan Esensi adalah inti atau hakikat. Bisa juga disebut sebagai 'hal yang
pokok dari sesuatu’. Esensi dari ketahanan nasional pada hakikatnya adalah
kemampuan yang dimiliki bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk
ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan kompleks.
Esensi dan Urgensi Bela Negara Terdapat hubungan antara ketahanan nasional
dengan pembelaan negara atau bela negara. Bela negara merupakan perwujudan
warga negara dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan ketahanan nasional
bangsa Indonesia. Keikutsertaan warga negara dalam upaya menghadapi atau
menanggulagi ancaman dilakukan dalam wujud upaya bela negara.
Bela negara adalah sikap, tekad dan juga perilaku warga negara yang
dilakukan secara menyeluruh, teratur serta terpadu dan juga dijiwai oleh kecintaan
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa. Dasar hukum mengenai
bela negara terdapat dalam isi UUD 1945, yakni:

o Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

o Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik. Bela
negara secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi musuh (secara
militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit daripada bela negara
secara nonfisik.

1.2 Unsur Dasar Bela Negara


Unsur dasar bela negara adalah komitmen, kepatuhan terhadap hukum, rasa tanggung
jawab, loyalitas terhadap negara, dan semangat gotong royong dalam menjaga keutuhan
dan keamanan negara. Ini mencakup kewajiban warga negara untuk melindungi negara
dari ancaman, baik dari dalam maupun luar, serta ikut serta dalam pembangunan dan
kemajuan negara.
Unsur-unsur dasar bela negara antara lain adalah sebagai berikut.
 Cinta tanah air. Salah satu bentuk cinta tanah air adalah rasa memiliki dengan
cara menjaga dan merawat setiap jengkal tanah air Indonesia.
 Kesadaran berbangsa dan bernegara. Sadar sebagai bagian dari bangsa dan
negara, untuk senantiasa memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, dengan cara mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
 Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Berkorban mementingkan
kepentingan umum (bangsa dan negara) di atas kepentingan pribadi atau
golongan.

1.3 Fungsi dan Tujuan Bela Negara


A. Tujuan bela negara, diantaranya:
 Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Ini mencakup upaya
mempertahankan intergritas wilayah negara, melindungi kepentingan nasional,
dan menjada kedaulatan serta keamanan negara.
 Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945, meningkatkan rasa
nasionalisme, patriotisme, dan rasa cinta tanah air dalam dii setiap rakyat sehingga
mereka siap untuk berkorban demi negara dan bangsa.
 Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara, serta memastikan terciptanya
kondisi damai dan stabil dalam Masyarakat.
 Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara
 Memastikan kesiapan dan kemampuan negara dalam menghadapi ancaman dan
tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

B. Fungsi bela negara, diantaranya:


 Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
Bela negara memainkan peran penting dalam mencegah ancaman dari pihak
manapun yang bisa berupa ancaman militer atau ancaman lainnya yang dapat
membahayakan keamanan negara.

 Menjaga keutuhan wilayah negara.


Bela negara juga membantu menjaga keutuhan wilayah dalam negeri dengan
menjaga keamanan dan ketertiban Masyarakat. Ini bisa dilakukan dengan
mempertahankan integritas negara dan menghindari aksi-aksi yang dapat
memunculkan kekacauan dalam negeri.

 Meningkatkan Kesadaran Nasionalisme.


Bela negara membantu meningkatkan kesadaran nasionalisme di kalangan
masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bela negara, yang
membantu mempererat rasa kebersamaan dan rasa nasionalisme di kalangan
masyarakat.

 Meningkatkan Solidaritas dan Kerja Sama.


Bela negara membantu meningkatkan solidaritas dan kerja sama di kalangan
masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan bela negara dan program-
program lain yang mempromosikan kerja sama dan solidaritas antarwarga negara.
1.4 Dasar Hukum dan Peraturan tentang Wajib Bela Negara
1.4.1 Landasan Idiil
Sama halnya dengan landasan hukum semua akitivitas Bangsa Indonesia, landasan
idiilnya adalah Pancasila. Artinya semua kegiatan yang berlangsung harus sesuai
dengan pancasila sebagai dasar dan ideologi nasional. Landasan hukum bela
negara terdapat dalam lima sila Pancasila .
1. Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia meyakini bahwa
kemerdekaan dan kedaulatan setiap individu dan setiap bangsa adalah hak asasi
manusia. Di mana kemerdekaan dan kedaulatan ini diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Bahkan dalam pokok pikiran pembukaan UUD 1945 alinea ketiga
disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah atas berkat Rahmat Allah Yang
Maha Kuasa.
2. Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa bela negara
wajib hukumnya bagi setiap warga negara terkait dengan kemanusiaan dan
keadilan.
3. Sila ketiga, persatuan Indonesia, dapat dijadikan sebuah landasan idiil yang sangat
mendasar karena bela negara terkait langsung hubungannya dengan rasa cinta
tanah air dan kewajiban membelanya.
4. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan, menunjukkan landasan bela negara yang
menyeluruh dan terorganisir diatur oleh negara.
5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai landasan idiil.
Di dalam sila ini terkandung makna kerja keras, giat belajar, ikut serta dalam
kegiatan pembangunan, yang merupakan perwujudan bela negara dalam
kehidupan sehari-hari.

1.4.2 Landasan Konsitusional


Landasan konsitusional pelaksanaan bela negara adalah UUD 1945, karena UUD
1945 merupakan konstitusi Negara Indonesia, dan sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Dalam tiap batang tubuh UUD 1945 ini, tercantum hak dan kewajiban bela negara bagi
setiap warga negara Indonesia.
1. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945
Hasil amandemen yang menyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Berdasarkan pasal ini setiap warga
negara berhak dalam upaya membela negara, artinya tidak selalu dalam bela negara
secara fisik. Namun dapat berarti setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan dan melakukan semua upaya memajukan dirinya, yang nantinya dapat ikut
memajukan negara Indonesia. Selain hak, bela negara adalah kewajiban, terutama bila
keadaan darurat perang di indonesia. Untuk saat ini bisa dilakukan dengan cara ikut
memelihara lingkungan, melaksanakan aturan dan tata tertib di Indonesia, dan lain-
lain.

2. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945


Tentang hak dan kewajiban bela negara dalam kondisi yang berbeda. Bunyi
pasal tersebut adalah,”Tiap-tiap warga negara berhak dan ikut serta dalam pertahanan
dan keamanan negara”. Sekilas dapat berarti kewajiban dan hak membela negara
dalam bentuk fisik, ketika Indonesia dalam keadaan perang. Namun dapat juga
diartikan sebagai kewajiban menjaga ketertiban dan pertahanan negara sebagai makna
sila pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dengan tidak melakukan tindakan yang
melanggar persatuan dan kesatuan Indonesia.

3. Pasal 30 ayat 2
Menjelaskan tentang pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan oleh
TNI dan Polri, sesuai dengan isinya,”Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan
Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Dengan
demikian menurut pasal ini, kemanan dan perlindungan negara, termasuk di dalamnya
perlindungan terhadap segenap rakyat Indonesia dilakukan oleh TNI dan Polri dengan
dukungan rakyat. TNi dan Polri dalam tugasnya mengatasi semua ancaman terhadap
NKRI baik dari luar maupun dari dalam, ikut membantu korban bencana alam,
mengatasi keriminalitas, dan sebagainya. Rakyat sebagai pendukung diharapkan ikut
berpartisipasi dalam menjaga pertahanan dan keamanan, dengan berlaku sesuai
aturan, tidak melakukan tindakan kriminal, dan tetap mejaga keutuhan negara
Indonesia yang Bhinnneka tunggal Ika.

4. Pasal 30 ayat 3 UUD 1945


Berisikan tentang tugas Tentara Nasional Indonesia. Pasal ini berisi pemisahan
TNI dan Polri yang menyatakan bahwa.”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, memelihara keutuhan, dan kedaulatan negara”. Secara garis besar
tugas TNI dalam hal ini adalah upaya menjaga keutuhan, kemerdekaan, dan
kedaulatan negara Republik Indonesia. Semua tugas tersebut selanjutnya diatur oleh
undang-undang.

5. Pasal 30 ayat 4 UUD 1945


Yang juga hasil amandemen merupakan pasal yang menjelaskan tugas
kepolisian dan wewenangnya. Pasal ini hanya terdapat dalam UUD 1945 hasil
amandemen dan berbunyi,”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”. Dalam hal ini kepolisian yang
berhubungan langsung dengan masyarakat dan bertugas melindunginya dari berbagai
tindakan kejahatan. Pelaksanaan tugas dan fungsi Polri juga diatur selanjutnya oleh
undang-undang.

6. Pasal 30 ayat 5 UUD 1945


Berisikan tentang kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan hubungan keduanya. pasal ini juga merupakan hasil
amandemen UUD 1945 masa reformasi, yang berbunyi, “Susunan dan kedudukan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam
menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara diatur oleh undangundang”.
1.4.3 Landasan Operasional
Landasan operasional adalah dasar hukum penyelenggaraan suatu kegiatan dalam
negara yang memuat aturannya secara lebih terperinci. Ini dilakukan agar semua kegiatan
penyelenggaraan negara lebih kuat secara hukum, termasuk dalam hal bela negara.
Beberapa landasan operasional bela negara, yaitu:

 Tap MPR Nomor VI Tahun 1973.


Ketatapan MPR ini berisikan tentang konsep wawasan nusantara, yang
menjelaskan di mana pun warga negara Indonesia berada, ia adalah sebagai satu
kesatuan Negara Indonesia.

 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.


Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiki manusia. Dan dalam UU ini
dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban dalam
membela negara sesuai ketentuan yang berlaku.

 Tap MPR No VI dan VII Tahun 2000 tentang TNI dan Polri.
Ketetapan MPR Nomopr VI tahun 2000 menjelaskan tentang pemisahan TNI
dan Polri yang semula menjadi satu lembaga. Kemudian UU Nomor VII
menjelaskan peranannya masing-masing, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam
undang-undang.

 Undang-Undang Nomor 2 dan 4 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia.
Menurut UU Nomor 2 tahun 2002 ini, Kepolisian Negara Ri berfungsi
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum,
perlindungan dan pengayoman, serta pelayanan terhadap masyarakat. Sedangkan
UU Nomor 4 tahun 2002 menunjukkan tujuan kepolisian negara RI, yaitu
mewujudkan keamanan dalam negeri yang termasuk di dalamnya terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, dan jaminan tegaknya hukum.
terselenggaranya hal tersebut adalah dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara.


Dalam UU ini dijelaskan secara terperinci tentang pengertian pertahanan
negara dan pelaksanaanya yang menganut sistem pertahanan rakyat semesta, yaitu
pertahanan yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia sesuai kemampuan dan
profesinya masing-masing. Dalam pasal 5 UU No.3 juga disebutkan fungsi
pertahanan negara untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah
NKRI sebagai satu kesatuan.

 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.


Dalam undang-undang ini menjelaskan tentang define Tentara Nasional
Indonesia, yaitu tentara yang berjuang mengakkan RI, dan fungsi secara terperinci
dalam pertahanan dan keamanan negara yangs esuai dengan hak asasi manusia.
1.5 Upaya dalam Menumbuhkan Rasa Bela Negara dan Bentuk Usaha Bela Nagara

Nilai-nilai bela negara harus ditanamkan kepada warga negara, khususnya


generasi masa kini, yang merupakan generasi penerus dan pewaris bangsa dan negara,
sejak dini, karena menghadapi tantangan yang beragam dan rumit. upaya tersebut
dapat dilakukan diantaranya dengan cara:
1. Menumbuhkan rasa cinta tanah air
Memiliki rasa bangga terhadap tanah air tentunya dapat menumbuhkan
rasa kecintaan terhadap tanah air. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat
keberagaman harta kekayaan alam di indonesia. Dengan itu akan timbul rasa
memiliki dan rasa ingin menjaga tanah air agar tidak jatuh ke tangan yang
salah.
2. Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila
Pengimplementasian nilai-nilai pancasila dapat dilakukan dengan kegiatan
dan perilaku kecil, seperti contohnya menghormati orang lain, saling tolong
menolong, berbicara sopan santun, dan sebagainya.
3. Belajar dengan rajin
Belajar merupakan salah satu upaya untuk dapat meningkatkan kualitas
SDM di Indonesia. Dengan begitu, dapat diciptakan generasi bangsa yang
sadar akan kecintaan terhadap tanah air sehingga tumbuh rasa bela negara
dalam dirinya.
4. Motivasi untuk memiliki rasa patrotisme yang tinggi
Motivasi tersebut tentunya berawal dari dalam diri kita sendiri. Dapat
dibentuk dengan melihat kembali perjuangan para pahlawan dalam
mengupayakan kemerdekaan indonesia. Semua perjuangan rumit tersebut
tentunya tidak boleh disia-siakan begitu saja.

Sedangkan usaha bela negara itu sendiri dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini :
1. Membayar pajak.
2. Menggunakan hak suara dalam pemilihan umum.
3. Berprestasi untuk mengharumkan nama bangsa.
4. Menggunakan produk-produk dalam negeri.
5. Melestarikan budaya.
6. Mengabdi sesuai profesi.
1.6 Contoh Kasus dan Penyelesaian
1.6.1 Kasus Singkat
A. Kasus Tarian "Pendet" (2010):
Pada tahun 2010, Malaysia mengklaim bahwa tarian Bali "Pendet"
adalah bagian dari warisan budaya Malaysia.
Penyelesaian: Setelah protes keras dari Indonesia dan tekanan internasional,
Malaysia menarik klaim mereka terhadap tarian Pendet.

B. Kasus Wayang Kulit (2005):


Pada tahun 2005, Malaysia mengklaim wayang kulit dari Jawa,
Indonesia, sebagai warisan budaya Melayu mereka.
Penyelesaian: Setelah negosiasi dan diplomasi, Malaysia dan Indonesia
mencapai kesepakatan untuk membatalkan klaim Malaysia terhadap wayang
kulit Jawa.

C. Kasus Lagu "Rasa Sayange" (2008):


Pada tahun 2008, Malaysia mengklaim bahwa lagu tradisional "Rasa
Sayange" adalah milik budaya Melayu mereka.
Penyelesaian: Indonesia dan Malaysia akhirnya mencapai kesepakatan untuk
bersama-sama mengakui lagu "Rasa Sayange" sebagai warisan budaya
bersama.

D. Kasus Batik (2007):


Pada tahun 2007, terdapat perselisihan antara Indonesia dan Malaysia
mengenai klaim atas batik, khususnya batik motif tertentu.
Penyelesaian: Kedua negara berusaha untuk mendamaikan klaim mereka dan
mengedepankan kerja sama dalam melestarikan dan mempromosikan batik
sebagai warisan budaya regional.

E. Kasus Masakan Rendang (2018):


Pada tahun 2018, Malaysia mengklaim rendang sebagai hidangan
tradisional Melayu yang disajikan sebagai bagian dari warisan kuliner
Malaysia.
Penyelesaian: Isu ini menimbulkan kontroversi dan ketegangan, tetapi akhirnya
tidak ada penyelesaian resmi yang diberlakukan.

F. Kasus "Budaya Melayu" (Tidak Spesifik):


Selama beberapa tahun terakhir, Malaysia telah menggunakan istilah
"Budaya Melayu" yang mencakup berbagai elemen budaya dari berbagai
negara, termasuk Indonesia.
Penyelesaian: Isu ini masih menjadi perdebatan dan belum ada penyelesaian
yang jelas.

G. Kasus Batik Sarawak (2011):


Pada tahun 2011, Indonesia mengklaim bahwa batik Sarawak Malaysia
mirip dengan batik Indonesia.
Penyelesaian: Indonesia dan Malaysia telah melakukan dialog budaya untuk
mencari pemahaman bersama dan menjaga kerja sama dalam pelestarian batik.

H. Kasus Pohon Rafflesia (2015):


Pada tahun 2015, Indonesia dan Malaysia terlibat dalam perdebatan
tentang asal usul dan hak klaim atas bunga Rafflesia.
Penyelesaian: Perdebatan ini belum sepenuhnya diselesaikan dan masih dalam
proses.

I. Kasus Kain Songket (Tahun yang berbeda):


Kain Songket adalah kain tradisional yang digunakan di kedua negara,
dan terkadang terjadi perselisihan klaim mengenai asal usul dan hak atas kain
Songket.
Penyelesaian: Negosiasi dan dialog berkelanjutan sedang berlangsung untuk
mengatasi perbedaan pendapat.

J. Kasus Seni Kraf Tradisional (Tahun yang berbeda):


Klaim Malaysia terhadap beberapa seni kraf tradisional seperti ukiran
kayu dan kerajinan tangan.
Penyelesaian: Upaya berkelanjutan dalam diplomasi budaya dan dialog untuk
menghormati hak dan kepentingan masing-masing negara.

1.6.2 Penjelasan Kasus secara Rinci


Berikut beberapa kasus yang akan dijelaskan lebih jelas dan terperinci :

1. Wayang Kulit
Pengakuan Malaysia terhadap Wayang Kulit Indonesia pada tahun 2009

 Klaim Malaysia: Pada awal tahun 2009, Malaysia mengklaim Wayang Kulit
Indonesia sebagai bagian dari warisan budaya Malaysia. Klaim ini
menimbulkan kontroversi dan ketegangan antara kedua negara.

 Protes Indonesia: Pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia secara luas


menggambarkan Wayang Kulit sebagai warisan budaya Indonesia yang kaya
dan penting. Klaim Malaysia dianggap sebagai upaya mengappropriasi budaya
Indonesia.

 Negosiasi Diplomasi: Diplomasi budaya antara Indonesia dan Malaysia


dimulai. Kedua negara mulai melakukan pembicaraan dan pertemuan untuk
mencari pemahaman bersama dan menyelesaikan perselisihan.

 Pencapaian Kesepakatan: Melalui serangkaian negosiasi dan dialog, Indonesia


dan Malaysia mencapai kesepakatan untuk menghindari klaim yang merugikan
terkait Wayang Kulit. Kesepakatan ini mencakup pengakuan bersama bahwa
Wayang Kulit adalah warisan budaya Indonesia.

 Pengumuman Publik: Kesepakatan ini kemudian diumumkan secara publik,


dan Malaysia mencabut klaimnya terhadap Wayang Kulit Indonesia. Hal ini
mengakhiri kontroversi dan ketegangan yang terjadi pada awal tahun 2009.

Pengakuan Malaysia terhadap Wayang Kulit Indonesia pada tahun 2009 adalah
hasil dari upaya diplomasi budaya dan dialog yang menghasilkan pengakuan
bersama bahwa Wayang Kulit adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya
Indonesia.

2. Batik
Kasus Batik Indonesia diakui oleh Malaysia pada tahun 2003 adalah
peristiwa penting dalam sejarah perlindungan warisan budaya dan hak
kekayaan intelektual. Berikut adalah penjelasan kronologis dan lengkapnya:

 Batik sebagai Warisan Budaya:


Batik adalah seni membuat kain dengan teknik tertentu yang
memiliki akar budaya yang kuat di Indonesia. Batik telah menjadi bagian
penting dari warisan budaya Indonesia selama berabad-abad.

 Munculnya Perselisihan:
Pada tahun 2001, muncul perselisihan antara Indonesia dan
Malaysia terkait dengan klaim Malaysia bahwa mereka juga memiliki batik
sebagai warisan budaya mereka sendiri.

 Pernyataan Malaysia:
Malaysia pada awalnya menyatakan bahwa batik adalah warisan
budaya Malaysia, dan mereka merasa memiliki hak untuk memasarkan
batik Malaysia sebagai produk budaya mereka sendiri.

 Reaksi Indonesia:
Indonesia merespon dengan keras terhadap klaim Malaysia dan
menyatakan bahwa batik adalah budaya Indonesia yang otentik, dan
mereka telah melestarikannya selama berabad-abad.

 Upaya Diplomasi:
Sebagai respons terhadap sengketa ini, Indonesia dan Malaysia
memulai upaya diplomasi untuk mencari penyelesaian yang memuaskan
kedua belah pihak.

 Kesepakatan 2003:
Setelah berbulan-bulan perundingan, pada tahun 2003, Indonesia
dan Malaysia mencapai kesepakatan yang mengakui bahwa batik adalah
warisan budaya Indonesia yang otentik. Malaysia secara resmi mengakui
bahwa batik adalah bagian dari budaya Indonesia.

 Implikasi Kesepakatan:
Kesepakatan ini memiliki implikasi besar dalam perlindungan hak
kekayaan intelektual, perlindungan warisan budaya, dan pemasaran batik.
Hal ini memastikan bahwa batik Indonesia diakui sebagai produk budaya
otentik dan melindungi hak kekayaan intelektual terkait dengan desain dan
teknik pembuatan batik.

Kasus Batik Indonesia diakui oleh Malaysia pada tahun 2003 menjadi
contoh yang penting dalam perlindungan budaya dan hak kekayaan intelektual di
tingkat internasional. Ini menegaskan pentingnya menghormati dan melindungi
warisan budaya suatu negara dan menghindari klaim palsu terhadap warisan
budaya orang lain.
Kesepakatan ini menjadi tonggak penting dalam menjaga keunikan budaya
Indonesia dan menghindari klaim yang tidak sah terhadap warisan budaya oleh
negara lain.

3. Tari Pendet

Kasus di mana Malaysia mengklaim kebudayaan Indonesia, yaitu dalam


kasus tari "Pendet" pada tahun 2010:

Kronologis Kasus Klaim Tari "Pendet" (2010):

 Klaim Malaysia: Pada tahun 2010, Malaysia mengklaim bahwa tarian Bali
"Pendet" adalah bagian dari warisan budaya mereka. Mereka mengorganisir
pertunjukan tari Pendet dalam acara pariwisata dan budaya Malaysia.

 Protes Indonesia: Pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia secara


luas merespons dengan protes, karena Pendet adalah tarian tradisional Bali
yang telah lama diakui sebagai budaya Indonesia. Klaim Malaysia dianggap
sebagai upaya mengappropriasi budaya Indonesia.

 Tekanan Internasional: Kasus ini mendapat perhatian internasional, dan


banyak pihak, termasuk komunitas internasional dan UNESCO, mendukung
klaim Indonesia atas tarian Pendet.

 Diplomasi Budaya: Diplomasi budaya antara Indonesia dan Malaysia


dimulai. Kedua negara memulai pembicaraan dan pertemuan untuk mencari
pemahaman bersama dan menyelesaikan perselisihan ini.
 Kesepakatan: Melalui serangkaian negosiasi dan dialog yang intensif,
Indonesia dan Malaysia mencapai kesepakatan. Malaysia mengakui bahwa
Pendet adalah tarian tradisional Bali, Indonesia, dan menarik klaimnya.

 Pengumuman Publik: Kesepakatan ini kemudian diumumkan secara publik.


Malaysia dan Indonesia menyelesaikan konflik budaya dengan pengakuan
bahwa Pendet adalah warisan budaya Indonesia yang penting.

 Pelestarian Bersama: Setelah penyelesaian, kedua negara dapat bekerja


sama dalam pelestarian dan promosi Pendet sebagai warisan budaya yang
saling dihormati.

Kasus tari "Pendet" adalah contoh kasus di mana klaim Malaysia berhasil
diselesaikan melalui diplomasi budaya dan dialog, dengan pengakuan bahwa tarian
tersebut adalah bagian dari warisan budaya Indonesia.

4. Songket

 Klaim Malaysia: Pada suatu titik, Malaysia mengklaim bahwa kain Songket
adalah bagian dari warisan budaya Malaysia. Klaim ini menimbulkan
kontroversi dan ketegangan dengan Indonesia.

 Protes Indonesia: Pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia secara


luas menyatakan bahwa kain Songket adalah warisan budaya Indonesia
yang berharga. Klaim Malaysia dianggap sebagai upaya mengappropriasi
budaya Indonesia.

 Diplomasi Budaya: Diplomasi budaya antara Indonesia dan Malaysia


dimulai. Kedua negara memulai pembicaraan dan pertemuan untuk mencari
pemahaman bersama dan menyelesaikan perselisihan.

 Kesepakatan Bersama: Melalui serangkaian negosiasi dan dialog, Indonesia


dan Malaysia mencapai kesepakatan untuk menghindari klaim yang
merugikan terkait kain Songket. Kesepakatan ini mencakup pengakuan
bersama bahwa kain Songket adalah warisan budaya Indonesia.

 Pengumuman Publik: Kesepakatan ini kemudian diumumkan secara publik,


dan Malaysia mencabut klaimnya terhadap kain Songket Indonesia. Hal ini
mengakhiri kontroversi dan ketegangan yang terjadi sebelumnya.

 Pelestarian Bersama: Setelah kesepakatan, Indonesia dan Malaysia dapat


bekerja sama dalam pelestarian dan promosi kain Songket sebagai warisan
budaya regional yang saling dihormati.
Kesepakatan ini merupakan hasil dari upaya diplomasi budaya dan dialog
yang menghasilkan pengakuan bersama bahwa kain Songket adalah bagian tak
terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Penyelesaian ini memberikan jalan
bagi kedua negara untuk bekerja sama dalam memelihara dan mempromosikan
warisan budaya ini secara bersama.

1.6.3 Budaya Indonesia yang sudah dipatenkan UNESCO (hingga januari 2022) :

Sampai Januari 2022, berikut adalah beberapa elemen budaya Indonesia yang
telah terdaftar dalam UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Manusia,
diantaranya ;

 Tari Wayang Wong (2003): Tari Wayang Wong adalah bentuk tari tradisional
Indonesia yang dipengaruhi oleh seni pertunjukan wayang kulit.

 Wayang Kulit (2003): Wayang Kulit adalah seni pertunjukan tradisional


Indonesia yang menggunakan boneka kulit untuk menceritakan cerita epik.

 Nusantara Batik (2009): Batik Indonesia adalah seni membatik kain dengan
berbagai teknik dan motif yang khas.

 Warisan Budaya Lisan Manusia (2010): Ini mencakup berbagai aspek warisan
budaya lisan di Indonesia, termasuk cerita rakyat, sastra lisan, dan kepercayaan
lokal.

 Pencak Silat (2019): Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional Indonesia
yang memiliki berbagai aliran dan cabang.

 Keris (2005): Keris adalah sejenis senjata tajam tradisional yang memiliki
makna budaya yang mendalam di Indonesia.

 Angklung (2010): Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari
bambu dan memainkan peran penting dalam musik rakyat Indonesia.

 Sampek, Sampek, Sia, dan Uyat: Tari-tarian Asal Usul Masyarakat Dayak di
Kalimantan (2015): Ini mencakup tari-tarian tradisional dari masyarakat Dayak
di Kalimantan, yang merupakan sekelompok suku pribumi di Indonesia.

 Seni Pertunjukan Raja Ampat (2012): Ini mencakup seni pertunjukan


tradisional yang berasal dari kepulauan Raja Ampat di Papua Barat, Indonesia.

 Warisan Budaya Tambora (2015): Tambora adalah sebuah gunung berapi yang
terletak di Pulau Sumbawa dan memiliki kisah erupsi besar pada tahun 1815.
Warisan budaya ini mencakup peninggalan sejarah, budaya, dan lingkungan
alam di sekitarnya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :
DAFTAR PUSTAKA

Reviana, A.(2021).Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara. hh 1.


diakses pada tanggal 9 November 2023.
https://www.scribd.com/document/543421439/esensi-dan-urgensi-ketahanan-nasional-
dan-bela-negara

Wahyu, B.(2023).Bagaimana Cara Menumbuhkan Kesadaran Bela Negara.diakses


pada tanggal 9 November 2023. https://www.antrakasa.com/bagaimana-cara-
menumbuhkan-kesadaran-bela-negara/

Mukhtadi dan R. Mada Komala.(2018).

Kumparan.(2023).Pengertian Bela Negara dan Unsur-Unsur yang Dimilikinya.diakses


pada tanggal 9 November 2023. https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-bela-
negara-dan-unsur-unsur-yang-dimilikinya-210ewKPiX96

Yuda, A.(2023).Apa Itu Bela Negara? Ketahui Unsur, Fungsi, Tujuan, hingga
Contohnya. hh 3-4. Diakses pada tanggal 8 November 2023.
https://www.bola.com/ragam/read/5283719/apa-itu-bela-negara-ketahui-unsur-fungsi-
tujuan-hingga-contohnya

CNBC Indonesia.(2023).Kacau! Ini Daftar Budaya Indonesia yang Dicolong


Malaysia.diakses pada tanggal 8 November 2023.
https://www.cnbcindonesia.com/research/20230914005402-128-472290/kacau-ini-
daftar-budaya-indonesia-yang-dicolong-malaysia

detikNews.(2022).Reog hingga Rendang, Ini 14 Warisan Budaya RI Mau Diakui


Malaysia.diakses pada tanggal 8 November 2023. https://news.detik.com/berita/d-
6019917/reog-hingga-rendang-ini-14-warisan-budaya-ri-mau-diakui-malaysia

https://kesbangpol.sulselprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/3-Landasan-Hukum-
Bela-Negara-Menurut-UUD-1945.pdf

https://kesbangpol.sulselprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/BELA-NEGARA.pdf

Anda mungkin juga menyukai