Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul “Esensi dan Urgensi Bela
Negara” hingga selesai. Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang
menghalangi, namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moril, materil
maupun spiritual.
Oleh karena itu, penulis menghanturkan terimah kasih kepada Bapak Alif Bahtiar
Pamulaan, M.Hum. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan, serta semua
pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya penulis makalah ini. Di
dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan
mengingat keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, sangat
diharapkan kritik, saran dan nasihat dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
melengkapkan makalah ini dan berikutnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PE
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan keberagaman suku, budaya, agama, dan
bahasa, telah menghadapi berbagai tantangan sepanjang sejarahnya. Proses perjuangan
merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda adalah bukti nyata kegigihan dan semangat
nasionalisme bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang berhasil diraih pada tanggal 17
Agustus 1945, membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun, kemerdekaan juga menghadirkan tanggung jawab besar bagi seluruh warga
negara, yaitu Bela Negara.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, konsep Bela Negara telah
menjadi sebuah pilar fundamental dalam identitas dan eksistensi bangsa Indonesia. Bela
Negara adalah kewajiban semua warga negara Indonesia untuk menjaga dan
mempertahankan kedaulatan, keutuhan wilayah, serta keamanan negara. Namun, dalam
menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat dan dinamis, pemahaman terhadap
esensi dan urgensi Bela Negara menjadi semakin penting.
Bela Negara merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat dan
negara Indonesia. Indonesia, sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, memiliki konsep
bela negara yang mencakup kewajiban seluruh warganya untuk menjaga kedaulatan,
keutuhan, dan keamanan negara. Dalam beberapa dekade terakhir, isu-isu keamanan
semakin kompleks dengan adanya ancaman seperti terorisme, radikalisme, dan perubahan
iklim. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang esensi dan urgensi bela
negara sangat penting.
Dalam konteks global, ketahanan suatu negara tidak hanya terkait dengan aspek
militer, tetapi juga mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan. Makalah
ini akan membahas esensi bela negara sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek
tersebut dan menggambarkan urgensinya dalam menghadapi perubahan zaman. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang bela negara, kita dapat berkontribusi aktif dalam
membangun Indonesia yang kuat dan aman.
Selain itu, makalah ini juga akan mencoba merinci peran masyarakat, pemerintah, dan
lembaga-lembaga terkait dalam mewujudkan bela negara yang efektif. Semua pihak perlu
bekerja sama untuk menjaga keutuhan dan keamanan negara, serta memastikan
keberlanjutan pembangunan nasional. Dalam konteks inilah urgensi bela negara menjadi
semakin jelas dan relevan.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang esensi dan urgensi bela negara,
diharapkan bahwa kita dapat menjadi warga negara yang lebih tanggap dan siap
berkontribusi aktif dalam menjaga keamanan dan keutuhan Indonesia. Makalah ini akan
membahas aspek-aspek esensial bela negara dan menguraikan mengapa hal ini menjadi
salah satu aspek terpenting dalam menjaga masa depan bangsa.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Esensi dan Urgensi
2. Untuk mengetahui apa itu Bela Negara
3. Untuk mengetahui Fungsi dan Tujuan Bela Negara
4. Untukmengetahui Upaya dalam membentuk kesadaran bela negara
BAB II
PEMBAHASAN
o Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
o Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik. Bela
negara secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi musuh (secara
militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit daripada bela negara
secara nonfisik.
3. Pasal 30 ayat 2
Menjelaskan tentang pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan oleh
TNI dan Polri, sesuai dengan isinya,”Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan
Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Dengan
demikian menurut pasal ini, kemanan dan perlindungan negara, termasuk di dalamnya
perlindungan terhadap segenap rakyat Indonesia dilakukan oleh TNI dan Polri dengan
dukungan rakyat. TNi dan Polri dalam tugasnya mengatasi semua ancaman terhadap
NKRI baik dari luar maupun dari dalam, ikut membantu korban bencana alam,
mengatasi keriminalitas, dan sebagainya. Rakyat sebagai pendukung diharapkan ikut
berpartisipasi dalam menjaga pertahanan dan keamanan, dengan berlaku sesuai
aturan, tidak melakukan tindakan kriminal, dan tetap mejaga keutuhan negara
Indonesia yang Bhinnneka tunggal Ika.
Tap MPR No VI dan VII Tahun 2000 tentang TNI dan Polri.
Ketetapan MPR Nomopr VI tahun 2000 menjelaskan tentang pemisahan TNI
dan Polri yang semula menjadi satu lembaga. Kemudian UU Nomor VII
menjelaskan peranannya masing-masing, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam
undang-undang.
Sedangkan usaha bela negara itu sendiri dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini :
1. Membayar pajak.
2. Menggunakan hak suara dalam pemilihan umum.
3. Berprestasi untuk mengharumkan nama bangsa.
4. Menggunakan produk-produk dalam negeri.
5. Melestarikan budaya.
6. Mengabdi sesuai profesi.
1.6 Contoh Kasus dan Penyelesaian
1.6.1 Kasus Singkat
A. Kasus Tarian "Pendet" (2010):
Pada tahun 2010, Malaysia mengklaim bahwa tarian Bali "Pendet"
adalah bagian dari warisan budaya Malaysia.
Penyelesaian: Setelah protes keras dari Indonesia dan tekanan internasional,
Malaysia menarik klaim mereka terhadap tarian Pendet.
1. Wayang Kulit
Pengakuan Malaysia terhadap Wayang Kulit Indonesia pada tahun 2009
Klaim Malaysia: Pada awal tahun 2009, Malaysia mengklaim Wayang Kulit
Indonesia sebagai bagian dari warisan budaya Malaysia. Klaim ini
menimbulkan kontroversi dan ketegangan antara kedua negara.
Pengakuan Malaysia terhadap Wayang Kulit Indonesia pada tahun 2009 adalah
hasil dari upaya diplomasi budaya dan dialog yang menghasilkan pengakuan
bersama bahwa Wayang Kulit adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya
Indonesia.
2. Batik
Kasus Batik Indonesia diakui oleh Malaysia pada tahun 2003 adalah
peristiwa penting dalam sejarah perlindungan warisan budaya dan hak
kekayaan intelektual. Berikut adalah penjelasan kronologis dan lengkapnya:
Munculnya Perselisihan:
Pada tahun 2001, muncul perselisihan antara Indonesia dan
Malaysia terkait dengan klaim Malaysia bahwa mereka juga memiliki batik
sebagai warisan budaya mereka sendiri.
Pernyataan Malaysia:
Malaysia pada awalnya menyatakan bahwa batik adalah warisan
budaya Malaysia, dan mereka merasa memiliki hak untuk memasarkan
batik Malaysia sebagai produk budaya mereka sendiri.
Reaksi Indonesia:
Indonesia merespon dengan keras terhadap klaim Malaysia dan
menyatakan bahwa batik adalah budaya Indonesia yang otentik, dan
mereka telah melestarikannya selama berabad-abad.
Upaya Diplomasi:
Sebagai respons terhadap sengketa ini, Indonesia dan Malaysia
memulai upaya diplomasi untuk mencari penyelesaian yang memuaskan
kedua belah pihak.
Kesepakatan 2003:
Setelah berbulan-bulan perundingan, pada tahun 2003, Indonesia
dan Malaysia mencapai kesepakatan yang mengakui bahwa batik adalah
warisan budaya Indonesia yang otentik. Malaysia secara resmi mengakui
bahwa batik adalah bagian dari budaya Indonesia.
Implikasi Kesepakatan:
Kesepakatan ini memiliki implikasi besar dalam perlindungan hak
kekayaan intelektual, perlindungan warisan budaya, dan pemasaran batik.
Hal ini memastikan bahwa batik Indonesia diakui sebagai produk budaya
otentik dan melindungi hak kekayaan intelektual terkait dengan desain dan
teknik pembuatan batik.
Kasus Batik Indonesia diakui oleh Malaysia pada tahun 2003 menjadi
contoh yang penting dalam perlindungan budaya dan hak kekayaan intelektual di
tingkat internasional. Ini menegaskan pentingnya menghormati dan melindungi
warisan budaya suatu negara dan menghindari klaim palsu terhadap warisan
budaya orang lain.
Kesepakatan ini menjadi tonggak penting dalam menjaga keunikan budaya
Indonesia dan menghindari klaim yang tidak sah terhadap warisan budaya oleh
negara lain.
3. Tari Pendet
Klaim Malaysia: Pada tahun 2010, Malaysia mengklaim bahwa tarian Bali
"Pendet" adalah bagian dari warisan budaya mereka. Mereka mengorganisir
pertunjukan tari Pendet dalam acara pariwisata dan budaya Malaysia.
Kasus tari "Pendet" adalah contoh kasus di mana klaim Malaysia berhasil
diselesaikan melalui diplomasi budaya dan dialog, dengan pengakuan bahwa tarian
tersebut adalah bagian dari warisan budaya Indonesia.
4. Songket
Klaim Malaysia: Pada suatu titik, Malaysia mengklaim bahwa kain Songket
adalah bagian dari warisan budaya Malaysia. Klaim ini menimbulkan
kontroversi dan ketegangan dengan Indonesia.
1.6.3 Budaya Indonesia yang sudah dipatenkan UNESCO (hingga januari 2022) :
Sampai Januari 2022, berikut adalah beberapa elemen budaya Indonesia yang
telah terdaftar dalam UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Manusia,
diantaranya ;
Tari Wayang Wong (2003): Tari Wayang Wong adalah bentuk tari tradisional
Indonesia yang dipengaruhi oleh seni pertunjukan wayang kulit.
Nusantara Batik (2009): Batik Indonesia adalah seni membatik kain dengan
berbagai teknik dan motif yang khas.
Warisan Budaya Lisan Manusia (2010): Ini mencakup berbagai aspek warisan
budaya lisan di Indonesia, termasuk cerita rakyat, sastra lisan, dan kepercayaan
lokal.
Pencak Silat (2019): Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional Indonesia
yang memiliki berbagai aliran dan cabang.
Keris (2005): Keris adalah sejenis senjata tajam tradisional yang memiliki
makna budaya yang mendalam di Indonesia.
Angklung (2010): Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari
bambu dan memainkan peran penting dalam musik rakyat Indonesia.
Sampek, Sampek, Sia, dan Uyat: Tari-tarian Asal Usul Masyarakat Dayak di
Kalimantan (2015): Ini mencakup tari-tarian tradisional dari masyarakat Dayak
di Kalimantan, yang merupakan sekelompok suku pribumi di Indonesia.
Warisan Budaya Tambora (2015): Tambora adalah sebuah gunung berapi yang
terletak di Pulau Sumbawa dan memiliki kisah erupsi besar pada tahun 1815.
Warisan budaya ini mencakup peninggalan sejarah, budaya, dan lingkungan
alam di sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
DAFTAR PUSTAKA
Yuda, A.(2023).Apa Itu Bela Negara? Ketahui Unsur, Fungsi, Tujuan, hingga
Contohnya. hh 3-4. Diakses pada tanggal 8 November 2023.
https://www.bola.com/ragam/read/5283719/apa-itu-bela-negara-ketahui-unsur-fungsi-
tujuan-hingga-contohnya
https://kesbangpol.sulselprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/3-Landasan-Hukum-
Bela-Negara-Menurut-UUD-1945.pdf
https://kesbangpol.sulselprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/BELA-NEGARA.pdf