Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa depan bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi


muda bangsa ini. Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa ini. Karena
itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa
ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor-faktor
penting yang sangat diandalkan oleh bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-
cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa.

Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan ditegakkan di negara kita,


peranan para mahasiswa dan para pemuda Indonesia sangat penting untuk
kemajuan bangsa. Khusunya untuk terselenggaranya kemerdekaan bangsa ini.
Bahkan sampai setelah kemerdekaan negara kita dikumandangkan, para pemuda
dan para mahasiswa tetap ikut serta dalam memajukan negara. Kepedulian
mereka terhadap kondisi negara yang saat itu dalam masa penjajahan sangatlah
tinggi demi kemajuan Negara.

Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,


seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak
pada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Padahal berdasarkan pasal 30 UUD
1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik
Indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan
Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa sebenarnya makna dan hakikat bela negara?


2. Apa bentuk atau wujud bela negara?
3. Apa dasar hukum yang memuat tentang bela negara?
4. Bagaimana peran generasi muda di masa lampau, sekarang, dan di masa yang
akan datang?
5. Bagaimana cara meningkatkatkan kesadaran bela negara untuk generasi
muda?
6. Kasus apa yang menyangkut tentang peran generasi muda dalam bela negara?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
kami Taufiq Yulianto, S.H, M.H. serta menyusun dan menjelaskan makalah
ini sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa makna dan hakikat bela negara

1
2. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar peran generasi muda bagi sebuah
negara
3. Mahasiswa mengetahui dasar hukum yang memuat bela negara
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesadaran bela
negara bagi generasi muda
5. Mahasiswa mengetahui bentuk dan wujud bela negara

1.4 Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. Memberi wawasan tentang pengertian bela negara


2. Memberi informasi tentang peran mahasiswa dalam bela negara
3. Meningkatkan pengetahuan tentang arti penting bela negara

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Dan Hakikat Bela Negara


Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air,
baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan negara
kesatuan republik Indonesia. Menurut Kaelan dam Achmad Zubaidi, bela negara
adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu
dan berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air serta
kesadraan hidup berbangsa dan bernegara.
Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air (wilayah nusantara) dan kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia dengan keyakinan pada pancasila sebagai dasar negara serta
berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan kontitusi negara.
Perwujudan usaha bela negara dalam konteks perjuangan bangsa merupakan
kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi
mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-
nilai pacasila dan undang-undang dasar 1945.
Kesemuanya itu merupakan kewajiban setiap warga negara yang hidup di
bumi Indonesia. Sebagaimana yang dimanatkan oleh Undang-Undang Dasar
1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara” (pasal 27 ayat 3 UUD 1945). Pasal tersebut memiliki dua
makna, yakni :
Pertama, bahwa setiap warga negara memiliki hak sekaligus kewajiban
dalam menentukan kebijakan-kebijakan tentang pembelaan negara melalui
lembaga-lembaga perwakilan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Kedua,
setiap warga nagera harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara,
sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

2
Menunjukan semangat dan sikap bela negara tidak hanya dilakukan melalui
peperangan yang menghasilkan kemerdekaan saja, akan tetapi dapat ditunjukan
dengan menampilkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan kerangka ideologis
dan konstitusional bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan indonesia.
Mengisi kemerdekaan dapat dikatakan sebagai usaha bela negara, sebab melauli
usaha-usaha positif dalam mengisi kemerdekaan dapat membuat
keberlangsungan Indonesia sebagai sebuah negara dapat tetap dipertahankan dan
senantiasa mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ditengah kerasnya
tantangan globalisasi yang justru mengikis rasa kebangsaan dan kecintaan warga
negara terhadap tanah airnya.
Ada lima dasar bela negara yaitu:
1. Cinta tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara

2.2 Bentuk dan Wujud Bela Negara

Bela negara adalah tekat, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara (UU No.3 tahun 2002). Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan
kerelaan setiap warganegara untuk berkorban demi mempertahankan:

a) Kemerdekaan dan kedaulatan negara


b) Kesatuan dan persatuan bangsa
c) Keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional
d) Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara
dan bangsa.

Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi juga segenap warga
negara yang sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD
1945, bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga
negara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara
yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap warga negara turut serta dalam
menentukkan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga
perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku.

3
Kedua, bahwa setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

Keikutsertaan warga negara dalam wujud upaya bela negara diselenggarakan


melalui:

a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela
dan secara wajib
d. Pengabdian sesuai profesi (UU No.3 tahun 2002)

Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan


hak dan kewajibannya. Kesadaran bela negara perlu ditumbuhkan secara terus
menerus antara lain melalui proses pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah
dengan memberikan motivasi untuk mencintai tanah air dan bangga sebagai
bangsa Indonesia. Motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika
setiap warga negara memahami kelebihan atau keunggulan dan kelemahan atau
kekurangan bangsa dan negaranya. Motivasi setiap warga negara untuk ikut serta
membela negara Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia, letak geografis Indonesia yang
strategis, kekayaan sumber daya alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, keadaan penduduk yang besar, dan kemungkinan timbulnya bencana
perang. Disamping itu setiap warga negara hendaknya juga memahami
kemungkinan adanya ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia,
baik yang datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang masing-masing
dapat berdiri sendiri atau saling pengaruh mempengaruhi.

Dewasa ini ancaman dapat diartikan sebagai kekhawatiran akan jaminan


hidup sehari-hari, artinya ancaman telah bergeser bentuknya dari ancaman
senjata menjadi ancaman : kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kelaparan,
penyakit yang belum ditemukan obatnya, kelangkaan lapangan kerja, tindakan
kesewenangan penguasa, kriminalitas, SARA, disintegrasi nasional, terorisme,
perdagangan narkotika / obat terlarang, masa depan generasi muda.

Mahasiswa adalah sosok intelektual yang menduduki posisi dan peran


khusus dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Posisi dan peran khusus itu
selain dimungkinkan oleh kepemilikan pengetahuan yang luas juga oleh
kepemilikan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualnya.
Pengetahuan dan nilai-nilai dasar itu hendaknya menyatu dalam setiap teladan
hidup dan perjuangan mahasiswa.

Seorang mahasiswa mestinya memiliki pengetahuan yang luas untuk bisa


mengkritisi berbagai ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Karena itu,

4
minat baca yang tinggi dan kebiasaan untuk melakukan refleksi kritis terhadap
berbagai fenomena yang muncul amatlah dianjurkan dan mesti menjadi menu
harian para mahasiswa. Adalah sebuah ironi besar bahkan sebuah penyangkalan
terhadap jati dirinya sendiri apabila mahasiswa asing dari buku-buku yang
memuat segudang ilmu pengetahuan dan asing dari realitas masyarakat
sekelilingnya.

Mahasiswa mestinya memiliki semangat untuk mencari dan memiliki ilmu


pengetahuan. Namun, akumulasi pengetahuan yang diperoleh dalam bangku
kuliah itu pada mestinya selalu diaplikasikan dalam setiap konteks persoalan
masyarakat. Kiprah seorang mahasiswa tidak hanya terbatas dalam tembok-
tembok kampus atau dalam bangku kuliah tetapi senantiasa digemakan keluar
terutama dalam menjawabi setiap persoalan yang terjadi dalam masyarakat.

Mahasiswa mestinya mampu menangkap berbagai fenomena timpang yang


terjadi di sekitarnya, untuk kemudian dikritisi dan dicari alternatif solusi atasnya.
Pemanfaatan inteligensi yang tinggi seperti yang telah mendasari perjuangan
mahasiswa era pra-kemerdekaan, mestinya juga mendasari perjuangan
mahasiswa saat ini. Karena itu, kebiasaan-kebiasaan yang tidak menunjukkan
pemanfaatan inteligensi atau berada di luar ciri jati diri intelektualitasnya
mestinya ditinggalkan. Fenomena absurditas intelektual, keterlibatan dalam
praktik kekerasan dan pelanggaran HAM, pesta pora, gaya hidup konsumtif, seks
bebas,lemahnya minat membaca dan berdiskusi, kurangnya minat belajar, serta
rendahnya minat berorganisasi yang sekarang ini menjadi ciri kehidupan para
mahasiswa umumnya, mestinya ditinggalkan jauh-jauh.

Selain pemanfaatan pengetahuan yang dimilikinya, mahasiswa juga


mestinya selalu berjuang menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan.
Mahasiswa pada hakikatnya memiliki kemampuan yang khas dan unik yang sulit
ditemukan pada anggota masyarakat kebanyakan. Kekhasan itu justru terletak
pada nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualitasnya, dan nilai-
nilai itu amat inheren dalam identitasnya sebagai seorang mahasiswa. Dunia
mahasiswa adalah dunia akademik yang di dalamnya terkandung nilai-nilai dasar
seperti kebijaksanaan, keadilan, kebenaran, dan objektivitas. Yang diharapkan
dari mahasiswa adalah upaya perealisasian nilai-nilai dasar tersebut dalam setiap
kiprahnya dalam lembaga pendidikan dan terutama di tengah masyarakat.
Perealisasian nilai-nilai dasar itu selain melalui sikap dan teladan hidup
hariannya, juga mesti direalisasikan dalam setiap upaya memperjuangkan nilai-
nilai kemanusiaan tersebut.

Perjuangan mahasiswa, dalam aksi demonstrasi misalnya, hendaknya bukan


dilandasi oleh sikap kedaerahan, atau demi keuntungan eksklusif orang atau

5
kelompok tertentu, melainkan demi menegakkan nilai-nilai universal
kemanusiaan. Hanya dengan ini mahasiswa mampu menghidupkan kembali rasa
persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Nilai-nilai universal kemanusiaan
adalah nilai-nilai yang senantiasa didambakan oleh setiap orang. Nilai-nilai itu
dapat mempersatukan dan membangun solidaritas semua orang. Oleh karena itu,
memperjuangkan nilai-nilai seperti itu akan mendorong rasa solidaritas dan
persatuan dalam masyarakat. Mahasiswa dipanggil untuk mewujudkan itu di
tengah masyarakat. Contohnya adalah pemanfaatan inteligensi sebagai modal
dasar. Kemerdekaan yang telah diraihbangsa Indonesia pertama-tama sebenarnya
merupakan hasil pemanfaatan inteligensi, dan bukan kemenangan senjata.

Perjuangan merebut kemerdekaan melalui perang fisik/senjata telah terbukti


tidak membawa pembebasan bagi rakyat Indonesia. Oleh karena itu, mereka
berusaha memikirkan alternatif lain agar bisa keluar dari situasi penindasan pada
masa itu. Munculnya berbagai organisasi pemuda, termasuk kongres sumpah
pemuda, yang merupakan hasil nyata pemanfaatan inteligensi ini yang kemudian
membawakan hasil yang memuaskan. Mahasiswa adalah kaum intelektual muda.
Sebagai kaum intelektual, mahasiswa selain bergulat dengan berbagai ilmu
pengetahuan, juga bergulat dalam memperjuangkan nilai-nilai universal
kemanusiaan seperti kebijaksanaan, kebenaran, keadilan, dan objektivitas. Dalam
setiap perjuangannya, mahasiswa mesti selalu berpegang teguh pada nilai-nilai
diatas. Melalui kemampuan intelek yang dimilikinya, mahasiswa
mengakomodasi harapan dan idealisme masyarakat yang kemudian terbentuk
dalam ide-ide atau gagasannya. Ide dan gagasan itu merupakan kontribusi paling
bermakna dalam cita-cita pembaruan dalam konteks bangsa.

Selain itu salah satu bentuk keikutsertaan mahasiswa dalam upaya bela
negara yaitu mampu mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. Dengan Pendidikan
Kewarganegaraan yang dilaksanakan melalui pendidikan di sekolah maupun
pendidikan di luar sekolah akan dihasilkan warga negara yang cinta tanah air,
rela berkorban bagi negara dan bangsa, yakin akan kesaktian kewajiban sebagai
warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
proses menuju kepada kualitas manusia yang lebih baik, yakni manusia yang
mampu menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan yang dapat menjamin
tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa.

Pendidikan kewarganegaraan bertujuan memupuk jiwa dan semangat


patriotik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, setiap warga negara mampu memahami,
menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat,

6
bangsa, dan negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan
sejarah nasional. Hal tersebut sesuai dengan misi dari pendidikan
kewarganegaraan, yaitu membentuk warga negara yang baik.

2.3 Dasar Hukum Bela Negara

2.3.1 Dasar Hukum dan Peraturan Bela Negara


1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep wawasan nusantara dan
keamanan Nasional,
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat,
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988,
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI, dan
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI danPOLRI.

a) Landasan Hukum Bela Negara


1. UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3) :
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”
2. UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1),(2),(3),(4),(5) :
(1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara”
(2) “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan
POLRI sebagai kekuatan pendukung”
(3) ”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara”
(4) “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, melayani masyarakat, serta menegakan hukum”
(5) “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang

3. UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1)


dan (2) :

7
(1) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam Penyelenggaraan
Pertahanan Negara”
(2) “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara
dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui :
a) Pendidikan Kewarganegaraan,
b) Pelatihan dasar Kemiliteran,
c) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau
wajib, dan
d) Pengabdian sesuai dengan profesi

4. UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B :


“Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara, sesuai dengan ketentuan yang berlaku”

2.4 Peran Generasi Muda Dalam Bela Negara

Generasi muda pada prinsipnya adalah suatu kelompok manusia Indonesia


yang diharapkan mampu menjadi penerus kegiatan generasi tua yang dianggap
baik. Generasi muda adalah sosok penerus kepemimpinan bangsa di masa depan
yang lebih baik. Pada uraian ini akan dijelaskan 3 (tiga) bagian yang terdiri dari:
a. Peran generasi muda di masa lampau.
b. Peran generasi muda di masa kini.
c. Peran generasi muda di masa yang akan datang.

8
2.4.1 Peran Generasi Muda di Masa Lampau
Kita ketahui bahwa kesadaran kebangsaan tidaklah tumbuh sekaligus
dalam kehidupan rakyat Indonesia. Tetapi tumbuh secara berangsur, yang
diawali pada kalangan terpelajar dan generasi muda. Kemudian menyebar ke
seluruh lapisan masyarakat.
Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk
membina persatuan dan kesatuan, generasi muda selalu tampil mengambil
peranan penting. Dari perjuangan fisik melawan penjajah sampai dengan
mencetuskan proklamasi, bahkan sampai pada perjuangan untuk mengisi
kemerdekaan.

a. Perjuangan Melawan Penjajah Sebelum Tahun 1908


Perlawanan terhadap penjajah sebelum tahun 1908 yang dilakukan bangsa
Indonesia antara lain:
1) Perlawanan terhadap Portugis dan Spanyol
Portugis mulai menjajah Indonesia tahun 1522 di bawah pimpinan
d’Abreu dan Serrao. Penjajahan bangsa Portugis mendapat
perlawanan dari bangsa Indonesia (Ternate dan Tidore).
Perjuangan itu dimpimpin oleh Sultan Hairun, kemudian
diteruskan oleh Sultan Baabullah (1570). Penjajahan Portugis
berakhir tahun 1641.
2) Perlawanan terhadap Belanda
Bangsa Belanda datang di Indonesia dan di bawah pimpinan Jan
Pieter zoon Coen tahun 1619. Belanda mendirikan kota Batavia
sebagai benteng pusat penjajahannya di Indonesia.
Perlawanan terhadap penjajah merebak di seluruh persada
Nusantara yang digerakkan oleh tokoh-tokoh seperti Pangeran
Jayakarta, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Sultan Agung dari
Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanuddin
dari Makasar serta Pangeran Diponegoro dan lain sebagainya.
Tetapi mengingat latar belakang perjuangannya bersifat
kedaerahan, belum adanya persatuan dan kesatuan antar daerah,
maka perjuangan untuk mengusir dan membebaskan tanah air dari
penjajah itu belum berhasil.

b. Perjuangan Melawan Penjajah Sesudah Tahun 1908


Sejak tahun 1908, peranan generasi muda dalam perjuangan
melawan penjajah memasuki perjuangan yang lebih terorganisisr dengan
membentuk organisasi politik.
Cita-cita untuk mencapai Indonesia merdeka, mereka membentuk
organisasi, baik yang berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan
maupun sosialisme. Organisasi-organisasi tersebut antara lain: Sarikat
Dagang Islam (1905); Budi Utomo (1908); Sarikat Islam (1911);
Muhammadiyah (1912); Indischi Partij (1911); Perhimpunan Indonesia
(1924); Partai Nasional Indonesia (1929); dan Partindo (1933).

9
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali
tampak dalam bentuk federasi seluruh orpol/ormas yang ada, yaitu
permufakatan perhimpunan-perhimpunan politik Kebangsaan Indonesia
(1927).

Kebulatan tekad untuk mewujudkan nasionalisme Indonesia


tercermin dalam Sumpah Pemuda.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pelajar, mahasiswa dan pemuda
dari berbagai perkumpulan seperti Pemuda Jawa, Pemuda Kaum Betawi,
Pemuda Sekar Rukun, Pemuda Indonesia, Pemuda Batak, Pemuda
Selebes, Pemuda Ambon, Perkumpulan Pemuda Islam dan Perhimpunan
Pemuda Pelajar Indonesia, mengadakan Kongres Pemuda II. Dari hasil
kongres itu keluarlah keputusan atau ikrar yang disebut “Sumpah
Pemuda”, yang menetapkan beberapa identitas nasional sebagai modal
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kongres ini juga ditegaskan
bahwa rumusan Sumpah Pemuda wajib dipakai oleh seluruh
perkumpulan kebangsaan Indonesia.

c. Perlawanan Terhadap Jepang


Jepang mulai berkuasa di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942,
setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Penyerahan
kekuasaan dari Belanda ke tangan Jepang adalah di Kalijati (Bandung).
Pemerintah Belanda diwakili oleh Letnan Jenderal Ter Poorten bersama
Jenderal Tjorda van Sturkenborg, sedangkan Jepang diwakili oleh
Immamura.
Karena Jepang juga melakukan tindakan-tindakan di luar batas peri
kemanusiaan, seperti contoh semua partai politik dilarang, dan satu-
satunya partai politik berdasar agama Islam “Masyumi” yang dibentuk
tanggal 22 November 1943 luput dari larangan Jepang.
Perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia ada 3 cara, yaitu
perlawanan legal, perlawanan ilegal dan perlawanan terbuka.
1) Perlawanan legal: perjuangan melawan penjajah Jepang dengan
menggunakan badan/organisasi atau perkumpulan yang didirikan atas
sepengetahuan atau seizin pemerintah Dai Nippon. Contohnya adalah
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin oleh 4 serangkai Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas
Mansyur.
2) Perlawanan ilegal: perlawanan dengan menggunakan
organisasi/gerakan di bawah tanah atau tidak sepengetahuan Jepang.
Contohnya adalah golongan Amir Syarifudin, Sutan Syahrir, Persatuan
Mahasiswa, Sukarni dan Kaigan.
3) Perlawanan terbuka: pemberontakan yang dilakukan serentak oleh
seluruh rakyat Indonesia. Contohnya di Karangampel (Indramayu)
pada tahun 1943 dipimpin oleh H. Madriyas, dan lain sebagainya.

10
d. Perjuangan Memperoleh dan Menegakkan Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia akhirnya mencapai puncaknya dalam
bentuk Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tetapi
sebelumnya perhatikan uraian berikut ini, apa yang dilakukan Jepang
terhadap bangsa Indonesia, atau sebaliknya bagaimana reaksi dari bangsa
Indonesia.
Pada saat-saat menjelang kekalahan Jepang terhadap Sekutu, Jepang
berusaha berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia. Untuk menarik simpatik rakyat Jepang membiarkan orang
Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih tetapi harus didampingi
bendera Jepang.
Selanjutnya dibentuklah pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI dan
dilantik tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni
1945 diadakan sidang guna membahas tentang Dasar Negara RI.
Dalam sidang itu ada 3 usulan mengenai dasar negara, yaitu usulan
yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945, 5 (lima) dasar negara oleh Ir. Soekarno diberi
nama Pancasila.
Sidang II BPUPKI berlangsung pada tanggal 10 sampai 16 Juli 1945.
Hasil terpenting dalam sidang ini adalah diterimanya secara bulat
Rancangan Undang-Undang Dasar.
Selesai melaksanakan tugasnya BPUPKI melaporkan hasilnya kepada
pemerintah Jepang disertai dengan dibentuknya Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang disingkat PPKI pada tanggal 7 Agustus
1945, dan ketuanya Ir. Soekarno serta wakil Drs. Moh. Hatta.

e. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 16 Agustus 1945 dirumuskan teks proklamasi di rumah
Laksamana Muda Tadasyi Maeda oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad
Hatta, dan Ahmad Subardjo. Perumusan ini disaksikan oleh wakil dari
golongan muda, yaitu B.M. Diah, serta Chaerul Saleh dan dari golongan
tua, yaitu Dr. Buntaran, Samaun, dan Bakri.

Naskah Proklamasi itu berhasil disusun dan disetujui. Teks aslinya


ditulis memakai pensil, kemudian diketik oleh Sajuti Melik. Naskah
tersebut ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas
nama bangsa Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 hari Jum’at (Legi) pukul 10.00 atau
bulan Ramadhan bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Ir.
Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang,
yang menghasilkan keputusan penting yaitu:
1) Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara RI
(sekarang UUD 1945).

11
2) Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) belum tersusun.
Setelah Indonesia merdeka, belum menikmati hasil kemerdekaan,
bangsa Indonesia harus berhadapan dengan Sekutu serta Belanda musuh
dari luar, contoh pertempuran tanggal 10 November 1945. Pertempuran di
Surabaya yang membawa korban beribu-ribu pejuang rakyat Surabaya,
serta Aksi Militer Belanda tahun 1947 dan diikuti Aksi Militer Belanda II
tahun 1948.
Kemudian bangsa Indonesia berhadapan dengan bangsa Indonesia
sendiri yang mengkhianati perjuangan kemerdekaan seperti:
Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, DI/TII tahun 1958, serta
G30S/PKI tahun 1965.
Tetapi dengan kesiapan tekad yang bulat, serta persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, tantangan-tantangan, pergolakan-pergolakan itu dapat
diatasi.

2.4.2 Peran Generasi Muda Saat Ini


Masa kini disebut juga masa pembangunan, setelah peristiwa G30S/PKI
kemudian tumbangnya Orde Lama, lalu lahir Orde Baru. Dan di masa Orde
Baru itulah dalam upaya mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia melakukan
pembangunan-pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek
ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya, guna menata kehidupan
yang lebih baik.
Kepedulian dan nasionalisme terhadap bangsa dapat pula ditunjukkan dengan
keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa dapat mengasah
keahlian dan spesialisasi pada bidang ilmu yang mereka pelajari di perguruan
tinggi, agar dapat meluruskan berbagai ketimpangan sosial ketika terjun di
masyarakat kelak.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa
mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan
mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap
mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen
pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap
perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu, mahasiswa tetap
menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.
Peran Lembaga Kemahasiswaan cukup signifikan, baik untuk lingkup
nasional, regional maupun internal kampus itu sendiri. Ke depan, peran
strategis ini seharusnya juga dimainkan oleh lembaga-lembaga formal kampus
lainnya seperti pers mahasiswa, atau kelompok studi profesi.

12
Beberapa hal yang menjadi contoh dalam bela negara pada masa kini antara
lain:
a. Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama kebudayaan
daerah yang beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa mencegah adanya
pengakuan dari negara lain yang menyebutkan kekayaan daerah Indonesia
sebagai hasil kebudayaan asli mereka.
b. Untuk para pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga
pada nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang cerdas serta
mampu menyaring berbagai macam informasi yang berasal dari pihak
asing. Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan
adanya informasi yang menyesatkan dari budaya asing.
c. Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai
perwujudan rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada
hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi
lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat.
d. Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena
merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan.
Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu masyarakat dan
bangsa dalam meningkatkan kualitas kehidupan.

2.4.3 Peran Generasi Muda di Masa yang Akan Datang


Mungkin di masa yang akan datang Anda masih bisa menikmati, tetapi
generasi terdahulu mungkin tinggal kenangan. Memang sulit untuk
membayangkan bagaimana keadaan Indonesia nanti, apakah kita menjadi
bangsa yang lebih maju serta modern, atau sebaliknya kita menjadi hancur.
Cobalah Anda renungkan, betapa berat, begitu banyak tantangan yang harus
dihadapi.
Di era globalisasi, zaman milenium bila kita lihat dan amati begitu cepat arus
informasi yang masuk tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, tentu akan
membawa dampak baik yang positif ataupun negatif.
Oleh karena itulah sebagai generasi muda untuk menghadapi masa datang
hendaknya:
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Belajar dengan tekun serta lebih giat lagi.
c. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari
penonjolan suku, agama atau golongan yang dapat menimbulkan
perpecahan.
e. Menghindari perbuatan yang merugikan negara seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme.

2.5 Cara Meningkatkatkan Kesadaran Bela Negara untuk Generasi Muda


Di zaman sekarang, semakin sedikit generasi muda yang sadar akan
pentingnya bela negara. Bela negara disini bukanlah berperang dalam arti yang
sebenarnya tapi para mahasiswa bisa berperang melawan lain, seperti berperang
dalam bidang IPTEK. Para pemuda mulai kehilangan rasa bangga atau bahkan

13
rasa memiliki terhadap tanah air atau negara Indonesia. Jika ini terus berlanjut,
maka sudah dapat dipastikan kalau kita akan terus terjajah di negeri sendiri.
Untuk itu, kita perlu meningkatkan kesadaran generasi muda tentang bela
negara. Berikut cara yang bisa dilakukan:
1) Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju.
Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara giat belajar dan giat bekerja,
optimis terhadap masa depan, tidak boros dan tidak bergaya hidup
mewah, serta menumbuhkan semangat gemar menabung.
2) Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha
pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara taat
membayar pajak, taat hukum, ikut serta dalam menjaga keamanan, serta
menjaga kehormatan dan martabat bangsa di hadapan dunia internasional.
3) Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam masa
pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara sehat
jasmani dan rohani, tahan derita dan tahan uji, selalu tegar menghadapi
masalah, cekatan dalam bertindak, berpendirian teguh, siap menanggung
risiko, bertanggung jawab, serta berani membela kebenaran dan keadilan.
4) Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Memiliki semangat dan sikap untuk mengembangkan inovasi
(pembaruan) dalam berbagai hal. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan
cara terbuka terhadap perubahan, menerima dengan selektif budaya asing,
menolak tegas kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia, mengubah pola hidup dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan sendi-sendi kehidupan yang baik, serta selalu bangga
sebagai bangsa dan warga negara Indonesia.

2.6 Kasus yang Berhubungan dengan Bela Negara


2.6.1 Uraian Kasus tentang Pembangunan Pesawat dan Teori Crack
Progression B.J. Habibie
a. Masa Muda
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau
dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi
Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia
selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie
merupakan “blaster” antara orang Jawa [ibunya] dengan orang
Makasar/Pare-Pare [ayahnya].
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat
tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama
enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB),
dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo,
Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1
hingga S-3 di Aachen-Jerman.

14
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat
beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai
langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di
Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie
mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik
Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh
gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di
Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain)
dengan predikat summa cum laude.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman
SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan
istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya
kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang
Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor
Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.

b. Karir di Industri
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai
bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus,
BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg
(1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis
Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode
dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
(1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya
sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-
1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan
Direktur MBB (1978). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang
berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang
Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat
cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie
menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan
terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman.
Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil
penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa
rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie
Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

c. Kembali ke Indonesia

15
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur
untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur
Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM)
insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan
membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat).
Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman
untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie
langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di
Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan
teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang
ke tanah air. Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung
dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi
tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978,
Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat
sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan
tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu,
dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset
dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga
diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan
lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya
yakni membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia
mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat
dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang langsung
membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari
berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki
pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang
pertanian. Namun, Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan
ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie yakni :

“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane
compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US
dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your
one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have
enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan
lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa industri
berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk dari
industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia

16
menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000
dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang
hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat
dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres.
Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk
pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto
memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberikan
kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti
Pindad, PAL, dan PT IPTN.

d. Habibie menjadi RI-1


Secara materi, Habibie sudah sangat mapan ketika ia bekerja di
perusahaan MBB Jerman. Selain mapan, Habibie memiliki jabatan yang
sangat strategis yakni Vice President sekaligus Senior Advicer di
perusahaan high-tech Jerman. Sehingga Habibie terjun ke pemerintahan
bukan karena mencari uang ataupun kekuasaan semata, tapi lebih pada
perasaan “terima kasih” kepada negara dan bangsa Indonesia dan juga
kepada kedua orang tuanya. Sikap serupa pun ditunjukkan oleh Kwik Kian
Gie, yakni setelah menjadi orang kaya dan makmur dahulu, lalu Kwik
pensiun dari bisnisnya dan baru terjun ke dunia politik. Bukan sebaliknya,
yang banyak dilakukan oleh para politisi saat ini yang menjadi politisi
demi mencari kekayaan/popularitas sehingga tidak heran praktik korupsi
menjamur.
Tiga tahun setelah kepulangan ke Indonesia, Habibie (usia 41 tahun)
mendapat gelar Profesor Teknik dari ITB. Selama 20 tahun menjadi
Menristek, akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih sebagai
Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang Umum MPR. Di masa itulah krisis
ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia termasuk Indonesia. Nilai tukar
rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp 12.000-an per
dolar. Utang luar negeri jatuh tempo sehinga membengkak akibat
depresiasi rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta yang
mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan
pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Pada saat bersamaan, kebencian masyarakat memuncak dengan sistem
orde baru yang sarat Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dilakukan oleh
kroni-kroni Soeharto (pejabat, politisi, konglomerat). Selain KKN,
pemerintahan Soeharto tergolong otoriter, yang menangkap aktivis dan
mahasiswa vokal.
Dipicu penembakan 4 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei
1998, meletuslah kemarahan masyarakat terutama kalangan aktivis dan
mahasiswa pada pemerintah Orba. Pergerakan mahasiswa, aktivis, dan
segenap masyarakat pada 12-14 Mei 1998 menjadi momentum pergantian

17
rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Dan pada 21 Mei 1998, Presiden
Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya selama
lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah, pemerintahan otoriter dan
sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula, banyak kebenaran
yang dibungkam. Mulai dari pergantian Pemerintah Soekarno (dan
pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, hingga dugaan
konspirasi Soeharto dengan pihak Amerika dan sekutunya yang mengeruk
sumber kekayaan alam oleh kaum-kaum kapitalis dibawah bendera
korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni, IMF dan konglomerasi).
Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat
menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa
jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari. Meski sangat
singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu membawa bangsa
Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie berhasil
memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis, melaksanankan
transisi dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses melaksanakan
pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), sukses membawa perubahan
signifikn pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak
penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun
luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang
mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of
Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain
Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
“Laksanakan saja tugasmu dengan baik, saya doakan agar Habibie
selalu dilindungi Allah SWT dalam melaksanakan tugas. Kita nanti
bertemu secara bathin saja“, lanjut Pak Harto menolak bertemu dengan
Habibie pada pembicaraan via telepon pada 9 Juni 1998.
Salah satu pertanyaan umum dan masih banyak orang tidak mengetahui
adalah bagaimana Habibie yang tinggal di Pulau Celebes bisa bertemu dan
akrab dengan Soeharto yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di
Pulau Jawa?
Pertemuan pertama kali Habibie dengan Soeharto terjadi pada tahun
1950 ketika Habibie berumur 14 tahun. Pada saat itu, Soeharto (Letnan
Kolonel) datang ke Makasar dalam rangka memerangi
pemberontakan/separatis di Indonesia Timur pada masa pemerintah
Soekarno. Letkol Soeharto tinggal berseberangan dengan rumah keluarga
Alwi Abdul Jalil Habibie. Karena ibunda Habibie merupakan orang Jawa,
maka Soeharto pun (orang Jawa) diterima sangat baik oleh keluarga
Habibie. Bahkan, Soeharto turut hadir ketika ayahanda Habibie meninggal.
Selain itu, Soeharto pun menjadi “mak comblang” pernikahan adik Habibie
dengan anak buah (prajurit) Letkol Soeharto. Kedekatan Soeharto-Habibie

18
terus berlanjut meskipun Soeharto telah kembali ke Pulau Jawa setelah
berhasil memberantas pemberontakan di Indonesia Timur.
Setelah Habibie menyelesaikan studi (sekitar 10 tahun) dan bekerja
selama hampir selama 9 tahun (total 19 tahun di Jerman), akhirnya Habibie
dipanggil pulang ke tanah air oleh Pak Harto. Meskipun ia tidak mendapat
beasiswa studi ke Jerman dari pemerintah, pak Habibie tetap bersedia
pulang untuk mengabdi kepada negara, terlebih permintaan tersebut berasal
dari Pak Harto yang notabene adalah ‘seorang guru’ bagi Habibie. Habibie
pun memutuskan kembali ke Indonesia untuk memberi ilmu kepada rakyat
Indonesia, kembali untuk membangun industri teknologi tinggi di
nusantara.
Bersama Ibnu Sutowo, Habibie kembali ke Indonesia dan bertemu
dengan Presiden Soeharto pada tanggal 28 Januari 1974. Habibie
mengusulkan beberapa gagasan pembangunan seperti berikut:
1. Gagasan pembangunan industri pesawat terbang nusantara sebagai
ujung tombak industri strategis.
2. Gagasan pembentukan Pusat Penelitan dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek)
3. Gagasan mengenai Badan Pengkajian dan Penerapan Ilmu Teknologi
(BPPT)
4. Gagasan-gagasan awal Habibie menjadi masukan bagi Soeharto, dan
mulai terwujud ketika Habibie menjabat sebagai Menristek periode
1978-1998.
Namun, dimasa tuanya, hubungan Habibie-Soeharto tampaknya retak.
Hal ini dikarenakan berbagai kebijakan Habibie yang disinyalir
“mempermalukan” Pak Harto. Pemecatan Letjen (Purn) Prabowo
Subianto dari jabatan Kostrad karena memobilisasi pasukan kostrad
menuju Jakarta (Istana dan Kuningan) tanpa koordinasi atasan merupakan
salah satu kebijakan yang ‘menyakitkan’ pak Harto. Padahal Prabowo
merupakan menantu kesayangan Pak Harto yang telah dididik dan dibina
menjadi penerus Soeharto. Pemeriksaan Tommy Soeharto sebagai
tersangka korupsi turut membuat Pak Harto ‘gerah’ dengan kebijakan
pemerintahan BJ Habibe, terlebih dalam beberapa kali kesempatan di
media massa, BJ Habibie memberi lampu hijau untuk memeriksa Pak
Harto. Padahal Tommy Soeharto merupakan putra “emas’ Pak Harto. Dan
sekian banyak kebijakan berlawanan dengan pemerintah Soeharto
dibidang pers, politik, hukum hingga pembebasan tanpa syarat tahanan
politik Soeharto seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan.
Pemikiran-pemikiran Habibie yang “high-tech” mendapat “hati” pak
Harto. Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi pemikiran Habibie,
sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto. Pak Harto pun
setuju menganggarkan “dana ekstra” untuk mengembangkan ide Habibie.
Kemudahan akses serta kedekatan Soeharto-Habibie dianggap oleh

19
berbagai pihak sebagai bentuk kolusi Habibie-Soeharto. Apalagi,
beberapa pihak tidak setuju dengan pola pikir Habibie mengingat
pemerintah Soeharto mau menghabiskan dana yang besar untuk
pengembangan industri-industri teknologi tinggi seperti saran Habibie.
Tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat
Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di
Kawasan Asia Tenggara (catatan : Nurtanio meruapakan Bapak Perintis
Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian
berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada
11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi, menjadi Dirgantara Indonesia
(PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan istimewapun dialami oleh industri
strategis lainnya seperti PT PAL dan PT PINDAD.
Sejak pendirian industri-industri statregis negara, tiap tahun
pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang relatif besar untuk
mengembangkan industri teknologi tinggi. Dan anggaran dengan angka
yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 dimana Habibie memimpin
industri-industri strategis. Namun, Habibie memiliki alasan logis yakni
untuk memulai industri berteknologi tinggi, tentu membutuhkan investasi
yang besar dengan jangka waktu yang lama. Hasilnya tidak mungkin
dirasakan langsung. Tanam pohon durian saja butuh 10 tahun untuk
memanen, apalagi industri teknologi tinggi. Oleh karena itu, selama
bertahun-tahun industri strategis ala Habibie masih belum menunjukan
hasil dan akibatnya negara terus membiayai biaya operasi industri-
industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala Habibie (IPTN, Pindad, PAL) pada
akhirnya memberikan hasil seperti pesawat terbang, helikopter, senjata,
kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk
mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber,
water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih banyak
lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Untuk skala internasional, BJ Habibie terlibat dalam berbagai proyek
desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-
130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300,
pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat dan lepas
landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan teknologi
fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara tidak langsung ikut terlibat dalam
proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur
multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.
Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau sebagai
bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar kesuksesan
industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun 1992,
IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana

20
operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki
kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit
sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan negara terbesar ke-
2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Hal
ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki
pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan
ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi
tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam
industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus
kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.

2.6.2. Analisa Studi Kasus


1. Apakah ada dukungan dari pemerintah untuk merealisasikan rencana
pembangunan IPTN?
Ada, yaitu pada tahun 1974, B.J. Habibie diangkat menjadi penasihat
pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga
tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering
pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice President dan
Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan
tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari
tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan
Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat
sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya.

2. Bagaimana kelanjutan dari realisasi penemuan B.J. Habibie tentang teori


crack progression dan pesawat?

PT Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN dan diubah lagi


oleh Abdurrahman Wahid (GusDur) menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI)
pada 24 Agustus 2000.

Persoalan muncul saat krisis ekonomi menghantam Indonesia pada


1998. IPTN dipaksa menghentikan seluruh kegiatannya oleh International
Monetary Fund (IMF). Kondisi itu sangat memukul IPTN karena baru saja
menerima order US$1,2 miliar dan merekrut ribuan karyawan baru.

Titik balik mulai terlihat ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan


penyelamatan industri pesawat terbang dengan menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 73/2011 tentang suntikan modal ke PT DI. Dana Rp1,4 triliun
pun mengucur. Kini, industri pesawat dalam negeri mulai bangkit. Sepanjang
2012, PT DI mendapatkan kontrak penjualan pesawat sayap tetap dan

21
helikopter, yang meliputi sembilan unit CN 295, satu unit NC 212–200, 25
unit Bell 412 EP, enam unit EC 725 serta dua unit AS 365 N3. Direktur
Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian
Perindustrian Hasbi Assidiq Syamsuddin mengatakan industri pesawat di
dalam negeri kini mulai bangkit karena memiliki prospek sangat bagus di
Asia.

Apalagi, Indonesia menguasai teknologi kedirgantaraan dan memiliki


ratusan hak paten sedangkan peluang pasar di dalam negeri sudah sangat
besar. “Strategi yang dikembangkan adalah membuat pesawat dengan fasilitas
jarak dekat karena negara kita terdiri dari banyak pulau,” ujarnya.

Selain dukungan negara berupa penyertaan modal ke pada PT DI,


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mendukung
lewat suntikan dana Rp 400 miliar untuk riset dan pengembangan (R&D)
pesawat N219.

2.6.2 Solusi Kasus Tentang Pembangunan Pesawat dan Teori Crack


Progression B.J. Habibie
Seharusnya penemuan B.J Habibie diteruskan oleh penerus generasi
muda Bangsa Indonesia agar tidak diakui oleh bangsa lain dan B.J. Habibie
ditempatkan menjadi ilmuwan senior dan turut serta berkontribusi dalam riset
negara. Dengan penguasaan teknologi, harkat dan martabat bangsa ini
otomatis jadi terangkat, anak-anak bangsa, bisa menengadahkan kepala
terhadap anak-anak bangsa lain. Janganlah kita dikenal sebagai bangsa
maling, sementara yang berprestasi dan jujur semakin tenggelam dan tak
terdengar lagi.
Dengan korelasinya terhadap bela negara, nasionalisme generasi muda
bisa ditingkatkan melalui penguasaan teknologi yang mana dapat
mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata internasional.
Pemerintah seharusnya mendukung tiap-tiap karya generasi mudanya
yang selalu meningkat kualitasnya demi meningkatkatkan harkat dan martabat
bangsa Indonesia dan nama Indonesia semakin terdengar di kancah
internasional.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air,
baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bela negara merupakan kewajiban setiap warga
negara yang hidup di bumi Indonesia. Sebagaimana yang dimanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan negara” (pasal 27 ayat 3 UUD 1945).
2. Bentuk dari bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara, sesuai dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2002. Wujud
dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara
untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan dan kelautan negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional, dan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
3. Dasar dan landasan hukum bela negara adalah UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3)
yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”
4. Peran generasi muda dalam bela negara dari masa lampau, sekrang dan masa
depan berbeda. Di masa lampau lebih ke arah perjuangan, di masa sekarang
lebih ke arah pembangunan, sedangkan di masa depan bela negara bagi
generasi muda sebagai agen perubahan.
5. Beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa masa kini dalam
peran sertanya di bela negara adalah:
a. Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju.
b. Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha
pembangunan.
c. Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam masa
pembangunan.
d. Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.

3.2 Saran
1. Kita perlu menumbuhkembangkan kembali jiwa bela negara ke generasi
muda Indonesia, khususnya kepada mahasiswa yang telah lama dikenal
sebagai agent of change dan agent of modernization.
2. Bela negara tidak melulu soal yang mempunyai profesi kemiliteran, tetapi
juga bisa ditanamkan melalui hal-hal kecil seperti cinta tanah air, dan
khusunya sebagai mahasiswa mampu terjun langsung dalam masyarakat
memberi solusi terhadap masalah yang ada yang sesuai dengan bidang
studinya.

23
3. Mahasiswa hendaknya berpikir kritis dalam menanggapi permasalahan yang
ada dan perjuangan yang dilakukan haruslah murni untuk membela rakyat
bukan untuk kepentingan politik.
4. Gerakan mahasiswa seharusnya bisa lebih terorganisir bukan hanya terpusat
di daerah saja namun juga ke seluruh nusantara.
5. Mahasiswa seharusnya bukan hanya aktif dalam demonstrasi tapi juga harus
aktif dalam membuat inovasi -khususnya dalam bidangnya masing-masing-
bagi bangsa negara dan seluruh rakyat Indonesia.
6. Mahasiswa sebagai kaum intelektual idealis juga memegang peran sebagai
kontrol sosial bagi sesamanya. Oleh karena itu, pola pikir mahasiswa
hendaknya dibimbing agar menjadi kritis yang positif.

24

Anda mungkin juga menyukai