PENDAHULUAN
1
2. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar peran generasi muda bagi sebuah
negara
3. Mahasiswa mengetahui dasar hukum yang memuat bela negara
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesadaran bela
negara bagi generasi muda
5. Mahasiswa mengetahui bentuk dan wujud bela negara
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menunjukan semangat dan sikap bela negara tidak hanya dilakukan melalui
peperangan yang menghasilkan kemerdekaan saja, akan tetapi dapat ditunjukan
dengan menampilkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan kerangka ideologis
dan konstitusional bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan indonesia.
Mengisi kemerdekaan dapat dikatakan sebagai usaha bela negara, sebab melauli
usaha-usaha positif dalam mengisi kemerdekaan dapat membuat
keberlangsungan Indonesia sebagai sebuah negara dapat tetap dipertahankan dan
senantiasa mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ditengah kerasnya
tantangan globalisasi yang justru mengikis rasa kebangsaan dan kecintaan warga
negara terhadap tanah airnya.
Ada lima dasar bela negara yaitu:
1. Cinta tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
Bela negara adalah tekat, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara (UU No.3 tahun 2002). Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan
kerelaan setiap warganegara untuk berkorban demi mempertahankan:
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara
dan bangsa.
Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi juga segenap warga
negara yang sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD
1945, bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga
negara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara
yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap warga negara turut serta dalam
menentukkan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga
perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku.
3
Kedua, bahwa setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.
a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela
dan secara wajib
d. Pengabdian sesuai profesi (UU No.3 tahun 2002)
4
minat baca yang tinggi dan kebiasaan untuk melakukan refleksi kritis terhadap
berbagai fenomena yang muncul amatlah dianjurkan dan mesti menjadi menu
harian para mahasiswa. Adalah sebuah ironi besar bahkan sebuah penyangkalan
terhadap jati dirinya sendiri apabila mahasiswa asing dari buku-buku yang
memuat segudang ilmu pengetahuan dan asing dari realitas masyarakat
sekelilingnya.
5
kelompok tertentu, melainkan demi menegakkan nilai-nilai universal
kemanusiaan. Hanya dengan ini mahasiswa mampu menghidupkan kembali rasa
persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Nilai-nilai universal kemanusiaan
adalah nilai-nilai yang senantiasa didambakan oleh setiap orang. Nilai-nilai itu
dapat mempersatukan dan membangun solidaritas semua orang. Oleh karena itu,
memperjuangkan nilai-nilai seperti itu akan mendorong rasa solidaritas dan
persatuan dalam masyarakat. Mahasiswa dipanggil untuk mewujudkan itu di
tengah masyarakat. Contohnya adalah pemanfaatan inteligensi sebagai modal
dasar. Kemerdekaan yang telah diraihbangsa Indonesia pertama-tama sebenarnya
merupakan hasil pemanfaatan inteligensi, dan bukan kemenangan senjata.
Selain itu salah satu bentuk keikutsertaan mahasiswa dalam upaya bela
negara yaitu mampu mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. Dengan Pendidikan
Kewarganegaraan yang dilaksanakan melalui pendidikan di sekolah maupun
pendidikan di luar sekolah akan dihasilkan warga negara yang cinta tanah air,
rela berkorban bagi negara dan bangsa, yakin akan kesaktian kewajiban sebagai
warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
proses menuju kepada kualitas manusia yang lebih baik, yakni manusia yang
mampu menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan yang dapat menjamin
tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa.
6
bangsa, dan negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan
sejarah nasional. Hal tersebut sesuai dengan misi dari pendidikan
kewarganegaraan, yaitu membentuk warga negara yang baik.
7
(1) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam Penyelenggaraan
Pertahanan Negara”
(2) “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara
dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui :
a) Pendidikan Kewarganegaraan,
b) Pelatihan dasar Kemiliteran,
c) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau
wajib, dan
d) Pengabdian sesuai dengan profesi
8
2.4.1 Peran Generasi Muda di Masa Lampau
Kita ketahui bahwa kesadaran kebangsaan tidaklah tumbuh sekaligus
dalam kehidupan rakyat Indonesia. Tetapi tumbuh secara berangsur, yang
diawali pada kalangan terpelajar dan generasi muda. Kemudian menyebar ke
seluruh lapisan masyarakat.
Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk
membina persatuan dan kesatuan, generasi muda selalu tampil mengambil
peranan penting. Dari perjuangan fisik melawan penjajah sampai dengan
mencetuskan proklamasi, bahkan sampai pada perjuangan untuk mengisi
kemerdekaan.
9
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali
tampak dalam bentuk federasi seluruh orpol/ormas yang ada, yaitu
permufakatan perhimpunan-perhimpunan politik Kebangsaan Indonesia
(1927).
10
d. Perjuangan Memperoleh dan Menegakkan Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan bangsa Indonesia akhirnya mencapai puncaknya dalam
bentuk Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tetapi
sebelumnya perhatikan uraian berikut ini, apa yang dilakukan Jepang
terhadap bangsa Indonesia, atau sebaliknya bagaimana reaksi dari bangsa
Indonesia.
Pada saat-saat menjelang kekalahan Jepang terhadap Sekutu, Jepang
berusaha berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia. Untuk menarik simpatik rakyat Jepang membiarkan orang
Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih tetapi harus didampingi
bendera Jepang.
Selanjutnya dibentuklah pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI dan
dilantik tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni
1945 diadakan sidang guna membahas tentang Dasar Negara RI.
Dalam sidang itu ada 3 usulan mengenai dasar negara, yaitu usulan
yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945, 5 (lima) dasar negara oleh Ir. Soekarno diberi
nama Pancasila.
Sidang II BPUPKI berlangsung pada tanggal 10 sampai 16 Juli 1945.
Hasil terpenting dalam sidang ini adalah diterimanya secara bulat
Rancangan Undang-Undang Dasar.
Selesai melaksanakan tugasnya BPUPKI melaporkan hasilnya kepada
pemerintah Jepang disertai dengan dibentuknya Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang disingkat PPKI pada tanggal 7 Agustus
1945, dan ketuanya Ir. Soekarno serta wakil Drs. Moh. Hatta.
11
2) Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) belum tersusun.
Setelah Indonesia merdeka, belum menikmati hasil kemerdekaan,
bangsa Indonesia harus berhadapan dengan Sekutu serta Belanda musuh
dari luar, contoh pertempuran tanggal 10 November 1945. Pertempuran di
Surabaya yang membawa korban beribu-ribu pejuang rakyat Surabaya,
serta Aksi Militer Belanda tahun 1947 dan diikuti Aksi Militer Belanda II
tahun 1948.
Kemudian bangsa Indonesia berhadapan dengan bangsa Indonesia
sendiri yang mengkhianati perjuangan kemerdekaan seperti:
Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, DI/TII tahun 1958, serta
G30S/PKI tahun 1965.
Tetapi dengan kesiapan tekad yang bulat, serta persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, tantangan-tantangan, pergolakan-pergolakan itu dapat
diatasi.
12
Beberapa hal yang menjadi contoh dalam bela negara pada masa kini antara
lain:
a. Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama kebudayaan
daerah yang beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa mencegah adanya
pengakuan dari negara lain yang menyebutkan kekayaan daerah Indonesia
sebagai hasil kebudayaan asli mereka.
b. Untuk para pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga
pada nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang cerdas serta
mampu menyaring berbagai macam informasi yang berasal dari pihak
asing. Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan
adanya informasi yang menyesatkan dari budaya asing.
c. Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai
perwujudan rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada
hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi
lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat.
d. Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena
merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan.
Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu masyarakat dan
bangsa dalam meningkatkan kualitas kehidupan.
13
rasa memiliki terhadap tanah air atau negara Indonesia. Jika ini terus berlanjut,
maka sudah dapat dipastikan kalau kita akan terus terjajah di negeri sendiri.
Untuk itu, kita perlu meningkatkan kesadaran generasi muda tentang bela
negara. Berikut cara yang bisa dilakukan:
1) Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju.
Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara giat belajar dan giat bekerja,
optimis terhadap masa depan, tidak boros dan tidak bergaya hidup
mewah, serta menumbuhkan semangat gemar menabung.
2) Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha
pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara taat
membayar pajak, taat hukum, ikut serta dalam menjaga keamanan, serta
menjaga kehormatan dan martabat bangsa di hadapan dunia internasional.
3) Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam masa
pembangunan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan cara sehat
jasmani dan rohani, tahan derita dan tahan uji, selalu tegar menghadapi
masalah, cekatan dalam bertindak, berpendirian teguh, siap menanggung
risiko, bertanggung jawab, serta berani membela kebenaran dan keadilan.
4) Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Memiliki semangat dan sikap untuk mengembangkan inovasi
(pembaruan) dalam berbagai hal. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan
cara terbuka terhadap perubahan, menerima dengan selektif budaya asing,
menolak tegas kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia, mengubah pola hidup dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan sendi-sendi kehidupan yang baik, serta selalu bangga
sebagai bangsa dan warga negara Indonesia.
14
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat
beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai
langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di
Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie
mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik
Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh
gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di
Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain)
dengan predikat summa cum laude.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman
SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan
istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya
kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang
Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor
Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
b. Karir di Industri
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai
bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus,
BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg
(1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis
Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode
dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
(1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya
sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-
1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan
Direktur MBB (1978). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang
berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang
Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat
cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie
menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan
terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman.
Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil
penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa
rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie
Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
c. Kembali ke Indonesia
15
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur
untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur
Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM)
insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan
membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat).
Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman
untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie
langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di
Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan
teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang
ke tanah air. Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung
dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi
tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978,
Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat
sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan
tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu,
dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset
dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga
diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan
lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya
yakni membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia
mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat
dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang langsung
membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari
berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki
pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang
pertanian. Namun, Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan
ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie yakni :
“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane
compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US
dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your
one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have
enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan
lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa industri
berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk dari
industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia
16
menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000
dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang
hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat
dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres.
Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk
pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto
memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberikan
kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti
Pindad, PAL, dan PT IPTN.
17
rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Dan pada 21 Mei 1998, Presiden
Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya selama
lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah, pemerintahan otoriter dan
sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula, banyak kebenaran
yang dibungkam. Mulai dari pergantian Pemerintah Soekarno (dan
pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, hingga dugaan
konspirasi Soeharto dengan pihak Amerika dan sekutunya yang mengeruk
sumber kekayaan alam oleh kaum-kaum kapitalis dibawah bendera
korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni, IMF dan konglomerasi).
Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat
menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa
jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari. Meski sangat
singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu membawa bangsa
Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie berhasil
memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis, melaksanankan
transisi dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses melaksanakan
pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), sukses membawa perubahan
signifikn pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak
penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun
luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang
mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of
Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain
Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
“Laksanakan saja tugasmu dengan baik, saya doakan agar Habibie
selalu dilindungi Allah SWT dalam melaksanakan tugas. Kita nanti
bertemu secara bathin saja“, lanjut Pak Harto menolak bertemu dengan
Habibie pada pembicaraan via telepon pada 9 Juni 1998.
Salah satu pertanyaan umum dan masih banyak orang tidak mengetahui
adalah bagaimana Habibie yang tinggal di Pulau Celebes bisa bertemu dan
akrab dengan Soeharto yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di
Pulau Jawa?
Pertemuan pertama kali Habibie dengan Soeharto terjadi pada tahun
1950 ketika Habibie berumur 14 tahun. Pada saat itu, Soeharto (Letnan
Kolonel) datang ke Makasar dalam rangka memerangi
pemberontakan/separatis di Indonesia Timur pada masa pemerintah
Soekarno. Letkol Soeharto tinggal berseberangan dengan rumah keluarga
Alwi Abdul Jalil Habibie. Karena ibunda Habibie merupakan orang Jawa,
maka Soeharto pun (orang Jawa) diterima sangat baik oleh keluarga
Habibie. Bahkan, Soeharto turut hadir ketika ayahanda Habibie meninggal.
Selain itu, Soeharto pun menjadi “mak comblang” pernikahan adik Habibie
dengan anak buah (prajurit) Letkol Soeharto. Kedekatan Soeharto-Habibie
18
terus berlanjut meskipun Soeharto telah kembali ke Pulau Jawa setelah
berhasil memberantas pemberontakan di Indonesia Timur.
Setelah Habibie menyelesaikan studi (sekitar 10 tahun) dan bekerja
selama hampir selama 9 tahun (total 19 tahun di Jerman), akhirnya Habibie
dipanggil pulang ke tanah air oleh Pak Harto. Meskipun ia tidak mendapat
beasiswa studi ke Jerman dari pemerintah, pak Habibie tetap bersedia
pulang untuk mengabdi kepada negara, terlebih permintaan tersebut berasal
dari Pak Harto yang notabene adalah ‘seorang guru’ bagi Habibie. Habibie
pun memutuskan kembali ke Indonesia untuk memberi ilmu kepada rakyat
Indonesia, kembali untuk membangun industri teknologi tinggi di
nusantara.
Bersama Ibnu Sutowo, Habibie kembali ke Indonesia dan bertemu
dengan Presiden Soeharto pada tanggal 28 Januari 1974. Habibie
mengusulkan beberapa gagasan pembangunan seperti berikut:
1. Gagasan pembangunan industri pesawat terbang nusantara sebagai
ujung tombak industri strategis.
2. Gagasan pembentukan Pusat Penelitan dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek)
3. Gagasan mengenai Badan Pengkajian dan Penerapan Ilmu Teknologi
(BPPT)
4. Gagasan-gagasan awal Habibie menjadi masukan bagi Soeharto, dan
mulai terwujud ketika Habibie menjabat sebagai Menristek periode
1978-1998.
Namun, dimasa tuanya, hubungan Habibie-Soeharto tampaknya retak.
Hal ini dikarenakan berbagai kebijakan Habibie yang disinyalir
“mempermalukan” Pak Harto. Pemecatan Letjen (Purn) Prabowo
Subianto dari jabatan Kostrad karena memobilisasi pasukan kostrad
menuju Jakarta (Istana dan Kuningan) tanpa koordinasi atasan merupakan
salah satu kebijakan yang ‘menyakitkan’ pak Harto. Padahal Prabowo
merupakan menantu kesayangan Pak Harto yang telah dididik dan dibina
menjadi penerus Soeharto. Pemeriksaan Tommy Soeharto sebagai
tersangka korupsi turut membuat Pak Harto ‘gerah’ dengan kebijakan
pemerintahan BJ Habibe, terlebih dalam beberapa kali kesempatan di
media massa, BJ Habibie memberi lampu hijau untuk memeriksa Pak
Harto. Padahal Tommy Soeharto merupakan putra “emas’ Pak Harto. Dan
sekian banyak kebijakan berlawanan dengan pemerintah Soeharto
dibidang pers, politik, hukum hingga pembebasan tanpa syarat tahanan
politik Soeharto seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan.
Pemikiran-pemikiran Habibie yang “high-tech” mendapat “hati” pak
Harto. Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi pemikiran Habibie,
sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto. Pak Harto pun
setuju menganggarkan “dana ekstra” untuk mengembangkan ide Habibie.
Kemudahan akses serta kedekatan Soeharto-Habibie dianggap oleh
19
berbagai pihak sebagai bentuk kolusi Habibie-Soeharto. Apalagi,
beberapa pihak tidak setuju dengan pola pikir Habibie mengingat
pemerintah Soeharto mau menghabiskan dana yang besar untuk
pengembangan industri-industri teknologi tinggi seperti saran Habibie.
Tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat
Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di
Kawasan Asia Tenggara (catatan : Nurtanio meruapakan Bapak Perintis
Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian
berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada
11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi, menjadi Dirgantara Indonesia
(PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan istimewapun dialami oleh industri
strategis lainnya seperti PT PAL dan PT PINDAD.
Sejak pendirian industri-industri statregis negara, tiap tahun
pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang relatif besar untuk
mengembangkan industri teknologi tinggi. Dan anggaran dengan angka
yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 dimana Habibie memimpin
industri-industri strategis. Namun, Habibie memiliki alasan logis yakni
untuk memulai industri berteknologi tinggi, tentu membutuhkan investasi
yang besar dengan jangka waktu yang lama. Hasilnya tidak mungkin
dirasakan langsung. Tanam pohon durian saja butuh 10 tahun untuk
memanen, apalagi industri teknologi tinggi. Oleh karena itu, selama
bertahun-tahun industri strategis ala Habibie masih belum menunjukan
hasil dan akibatnya negara terus membiayai biaya operasi industri-
industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala Habibie (IPTN, Pindad, PAL) pada
akhirnya memberikan hasil seperti pesawat terbang, helikopter, senjata,
kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk
mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber,
water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih banyak
lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Untuk skala internasional, BJ Habibie terlibat dalam berbagai proyek
desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-
130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300,
pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat dan lepas
landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan teknologi
fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara tidak langsung ikut terlibat dalam
proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur
multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.
Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau sebagai
bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar kesuksesan
industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun 1992,
IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana
20
operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki
kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit
sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan negara terbesar ke-
2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Hal
ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki
pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan
ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi
tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam
industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus
kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.
21
helikopter, yang meliputi sembilan unit CN 295, satu unit NC 212–200, 25
unit Bell 412 EP, enam unit EC 725 serta dua unit AS 365 N3. Direktur
Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian
Perindustrian Hasbi Assidiq Syamsuddin mengatakan industri pesawat di
dalam negeri kini mulai bangkit karena memiliki prospek sangat bagus di
Asia.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air,
baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bela negara merupakan kewajiban setiap warga
negara yang hidup di bumi Indonesia. Sebagaimana yang dimanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan negara” (pasal 27 ayat 3 UUD 1945).
2. Bentuk dari bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara, sesuai dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2002. Wujud
dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara
untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan dan kelautan negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional, dan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
3. Dasar dan landasan hukum bela negara adalah UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3)
yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”
4. Peran generasi muda dalam bela negara dari masa lampau, sekrang dan masa
depan berbeda. Di masa lampau lebih ke arah perjuangan, di masa sekarang
lebih ke arah pembangunan, sedangkan di masa depan bela negara bagi
generasi muda sebagai agen perubahan.
5. Beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa masa kini dalam
peran sertanya di bela negara adalah:
a. Menumbuhkan semangat dan sikap hidup lebih baik dan lebih maju.
b. Memiliki semangat dan sikap ingin berperan serta dalam usaha-usaha
pembangunan.
c. Menumbuhkembangkan semangat dan sikap rela berkorban dalam masa
pembangunan.
d. Melestarikan kebudayaan Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.
3.2 Saran
1. Kita perlu menumbuhkembangkan kembali jiwa bela negara ke generasi
muda Indonesia, khususnya kepada mahasiswa yang telah lama dikenal
sebagai agent of change dan agent of modernization.
2. Bela negara tidak melulu soal yang mempunyai profesi kemiliteran, tetapi
juga bisa ditanamkan melalui hal-hal kecil seperti cinta tanah air, dan
khusunya sebagai mahasiswa mampu terjun langsung dalam masyarakat
memberi solusi terhadap masalah yang ada yang sesuai dengan bidang
studinya.
23
3. Mahasiswa hendaknya berpikir kritis dalam menanggapi permasalahan yang
ada dan perjuangan yang dilakukan haruslah murni untuk membela rakyat
bukan untuk kepentingan politik.
4. Gerakan mahasiswa seharusnya bisa lebih terorganisir bukan hanya terpusat
di daerah saja namun juga ke seluruh nusantara.
5. Mahasiswa seharusnya bukan hanya aktif dalam demonstrasi tapi juga harus
aktif dalam membuat inovasi -khususnya dalam bidangnya masing-masing-
bagi bangsa negara dan seluruh rakyat Indonesia.
6. Mahasiswa sebagai kaum intelektual idealis juga memegang peran sebagai
kontrol sosial bagi sesamanya. Oleh karena itu, pola pikir mahasiswa
hendaknya dibimbing agar menjadi kritis yang positif.
24