Disusun Oleh :
Nama : Apriyani Irnadais Ifanda
NIM : 050152215
Program Studi : S1/Akuntansi
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PRGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) PURWOKERTO
TAHUN 2023
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki komponen utama yang sangat penting
dalam membentuk warga negara yang aktif, sadar akan hak dan kewajibannya, serta
berkontribusi pada kemajuan negara dan masyarakat. Margaret Stimman Branson (1998)
mengidentifikasi tiga komponen utama PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
dispositions.
Civic knowledge mencakup pengetahuan yang harus dimiliki oleh warga negara. Ini
termasuk pemahaman tentang hukum, sistem politik, sejarah, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip
dasar yang mendasari negara. Civic skills mencakup ketrampilan intelektual dan ketrampilan
partisipasi. Ketrampilan intelektual mencakup kemampuan berpikir kritis, menganalisis
informasi, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan pemerintahan dan
masyarakat. Ketrampilan partisipasi mencakup kemampuan berpartisipasi dalam proses
demokratis, seperti pemilihan umum, berbicara di depan umum, dan berdiskusi dengan warga
lainnya.
Civic dispositions mengacu pada karakter pribadi dan publik yang perlu dimiliki oleh
warga negara dalam demokrasi konstitusional. Ini mencakup nilai-nilai seperti toleransi,
keadilan, rasa tanggung jawab, dan kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan
sosial dan politik. Civic dispositions juga mencakup kemampuan untuk berpikir secara kritis
tentang isu-isu sosial dan politik.
Sapriya (2007) memberikan perspektif tambahan tentang sumber konten untuk Social
Studies, yang relevan dengan PKn. Ada tiga sumber utama: informal content yang ditemukan
dalam kegiatan masyarakat, formal content disiplines yang mencakup berbagai disiplin ilmu
sosial dan ilmu politik, serta tanggapan siswa terhadap materi ajar. Konten PKn dapat diambil
dari ilmu politik, khususnya cabang ilmu politik yang dikenal sebagai "civics" atau ilmu
kewarganegaraan.
Pancasila adalah salah satu konten formal structure dalam PKn yang memiliki
signifikansi khusus di Indonesia. Isi yang bersifat formal structure, seperti Pancasila,
dianggap tidak bisa dinegosiasikan dan merupakan unsur pemersatu bangsa yang
memperkuat semangat kebangsaan. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dianggap sebagai bahan PKn yang bersifat "The
Great Ought" dan "Unavoidable Indoctrination," yang perlu diinternalisasi kepada warga
negara sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan.
Pemahaman ini tentang komponen utama PKn, sumber konten, dan peran penting
Pancasila dalam pendidikan kewarganegaraan membantu membentuk generasi muda yang
memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan untuk berpartisipasi secara
aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan sosial dan politik Indonesia.
PENDAHULUAN
Pentingnya Membangun Smart and Good Citizen di Era Digital Melalui Pendidikan
Kewaraganegaraan
Dikutip dari Buku Materi Pokok (BMP) MKWU4109, pendidikan kewarganegaraan
merupakan landasan filsafat baik ontologi epistemologi maupun aksiologi (Karsadi, 2018).
Secara ontologis, Pendidikan Kewarganegaraan berobjek material, yaitu nilai, moral, dan
budi pekerti. Dalam pandangan epistemologis, Pendidikan Kewarganegaraan dikaji dan
dibahas melalui pendekatan akademik dan ilmiah dengan menekankan pada olah kalbu, oleh
karsa, dan oleh rasa serta oleh pikir yang bersifat komprehensif, integratif, dan holistik.
Sedangkan dalam perspektif aksiologis, eksistensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi wahana pendidikan nilai, moral dan pendidikan budi pekerti sehingga dapat menjadi
sarana transformasi pendidikan karakter untuk menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan
kesadaran berbangsa dan bernegera.
Sebagai warga negara Indonesia tentu harus menjadi warga negara yang baik dan
terdidik (smart and good citizen) sebagai sarana memahami tentang Indonesia, memiliki rasa
kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air. Sebagai seorang warga negara yang baik dan
terdidik harus mampu dalam mengimplementasikan nilai nilai pengetahuan kewarganegaraan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan memiliki kompetensi dasar yang
berlandaskan dari hal hal seperti berfikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis, dinamin,
berpandangan luas, dan bersikap demokrasi yang berkeadaban akan mendukung seseorang
untuk memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan berkeadaban dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan nilai nilai pancasila (Sri Harini Driyatmi,
2012)
Berdasarkan penelitian dari Jurnal penelitian yang disusun oleh Rizka Putri Ayuning
Lestari Fajar dan Dinie Anggraeni Dewi yang berjudul Implementasi Pendidikan
Kewarganegaraan Generasi Muda sebagai Smart and Good Citizen Di Era Disrupsi yang
melakukan penelitian pada generasi muda di Kota Bandung bahwa beberapa dari mereka
masih memiliki pengetahuan yang minim tentang Smart and Good Citizen, namun tidak
sedikit yang mengetahui makna dari Smart and Good Citizen. Bagi generasi muda yang tidak
mengetahui smart and good citizen ternyata mereka menyadari bahwa dirinya belum
mengimplementasikan nilai-nilai pen-didikan kewarganegaraan dengan optimal dan juga
merasa bahwa dirinya belum menjadi warga negara yang baik.
Permasalahan seperti itulah yang menjadi kasus bagi bangsa Indonesia yang harus
segera diselesaikan. Dengan adanya kesadaran pada masing-masing individu bahwa mereka
belum menjadi warga negara yang baik maka mudah bagi generasi muda lainnya untuk
meningkatkan atau menstimulus kembali kesadaran-kesadaran generasi muda dalam menjadi
smart and good citizen di kehidupan sehari-harinya.
1) Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi
nilai-nilai moral-etika dan religius.
2) Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan.
3) Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme dan cinta pada tanah
air.
4) Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggung jawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
5) Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dapat menjadi sumber
penghasilan, perlu keahlian, kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar
mutu, ada norma, dan diperoleh melalui pendidikan profesi.
Berdasarkan hasil penelitian Implementasi pendidikan kewarganegaraan yang
dilakukan generasi muda di di era disrupsi ini diantaranya.
1) Menjalankan HAM dengan baik. Dalam hal ini generasi muda telah dapat menghargai
dan menghormati pendapat orang lain, hal ini dilakukan dengan tidak memberikan
komentar negatif pada unggahan orang lain di media sosial, hal ini pun dilakukan di
lingkungan nyata seperti di kelas saat pembelajaran, di sebuah organisasi atau saat
sedang berkumpul dengan teman-teman dekat mereka. Tidak sedikit dari generasi muda
yang mengeluarkan pendapat-pendapatnya terkait dengan isu-isu kewarga-negaraan,
kebangsaan dan kenegaraan saat ini serta melakukan diskusi untuk mencari solusi akan
isu-isu tersebut. Hal ini membuktikan bahwa generasi muda saat ini telah menjadi smart
and good citizen. Selain itu, generasi muda pun telah menjalankan toleransi. Dengan
adanya media sosial membuat generasi muda lebih mudah mengetahui suku, agama, ras,
dan antargolongan yang lain, hingga sebagai smart and good citizen, generasi muda
selalu menghargai setiap perbedaan yang ada. Menghargai perbedaan ini biasa dilakukan
dengan tidak rasis, tidak melakukan tindak kekerasan, tidak melakukan tindakan yang
semena-mena, menjunjung tinggi keadilan, saling menghargai, meng-hormati dan tolong
menolong satu sama lain, serta menerapkan tata krama sosial. Semua hal yang dilakukan
oleh generasi muda disini merupakan cakupan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
2) Melakukan penegakan hukum. Para generasi muda ini telah berusaha melakukan
berbagai tindakan yang menegakkan hukum, mereka senantiasa menaati segala peraturan
yang ada. Generasi muda saat ini telah banyak yang senantiasa memberikan contoh yang
baik sebagai warga negara agar dapat ditiru oleh warga negara lainnya. Ketika terdapat
kebijakan baru dari pemerintah, sebelum generasi muda menjalankan kebijakan tersebut
dengan baik, mereka pun senantiasa akan mengkritisi dan me-mahami terlebih dahulu
kebijakan-kebijakan yang ada. Kemudian, jika menurut mereka terdapat suatu kesalahan
dalam kebijakan tersebut mereka akan senantiasa menyalurkan aspiranya demi
terciptanya suatu hukum yang benar. Hal ini pun telah terbukti ketika terdapat aksi demo
mengenai UU Cipta Kerja pada tahun lalu. Dapat dilihat dalam aksi demo ini seluruh
generasi muda melakukan tindakan untuk menegakkan hukum baik secara langsung di
lapangan ataupun melalui dunia maya di media sosial. Di dunia maya pun generasi muda
melakukan tindakan yang sesuai dengan hukum UU ITE yang berlaku. Generasi muda
saat ini telah banyak yang memahami bagaimana cara menggunakan media sosial atau
jejaring internet dengan baik. Telah banyak generasi muda yang tidak mudah termakan
oleh informasi palsu atau hoax, mereka mampu selektif dalam memilih informasi dan
mampu mengkritisi terlebih dahulu informasi-informasi yang baru. Di media sosial pun,
mereka tidak pernah memberikan komentar-komentar negatif ataupun mengirim-kan
unggahan-unggahan negatif, generasi muda saat ini senantiasa mengunggah unggahan
yang positif yang dapat membangun karakter warga negara yang pintar dan baik. Dengan
teknologi ini pun, mereka memanfaatkan teknologi untuk mempelajari dan memperluas
wawasan.
3) Menjaga ketahanan nasional. Di era disrupsi seperti ini, tindakan generasi muda untuk
menjaga ketahanan nasional yaitu dengan tidak mudah mempercayai dan tidak
menyebarluaskan informasi palsu atau hoax. Seperti yang telah disinggung pada poin
sebelumnya bahwa generasi muda saat ini senantiasa mengkritisi atau menggali lebih
dalam terlebih dahulu terkait informasi-informasi yang baru ia terima. Selain itu, untuk
menjaga ketahanan nasional generasi muda mampu bersikap terbuka terhadap hal baru
namun juga bersikap selektif dalam menerima hal baru tersebut. Selektif disini berupa
memilih dan memilah hal-hal baru yang sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.
Dukungan yang generasi muda berikan untuk bangsa Indonesia ini yaitu berupa
mendukung usaha-usaha produk lokal demi menjaga eksistensi budaya Indonesia.
Generasi muda pun senantiasa menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa dengan
melakukan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dengan baik.
4) Menjunjung tinggi demokrasi. Bukti bahwa generasi muda menjunjung tinggi demokrasi
ini dapat terlihat dari banyak para generasi muda yang berkumpul untuk melakukan
diskusi atau musyawarah demi terciptanya suatu keputusan akan sesuatu. Sebelum
melakukan sesuatu, generasi muda saat ini senantiasa meminta pendapat orang lain
terlebih dahulu dan hal ini terjadi baik di dunia nyata ataupun di dunia maya. Telah
dibahas pula pada sebelumnya bahwa, generasi muda saat ini memiliki jiwa menghargai
dan menghormati pendapat orang lain sehingga generasi muda saat dapat dikatakan
sebagai smart and good citizen yang mampu menjunjung tinggi nilai demokrasi.
5) Memiliki pemikiran atau sikap kreatif dan inovatif. Sesuai dengan tuntusan era disrupsi
yaitu setiap manusia diharuskan memiliki pemikiran atau sikap yang kreatif dan inovatif.
Kini banyak generasi muda yang memiliki pemikiran ataupun sikap kreatif dan inovatif
untuk membangun bangsa. Hal ini terbukti dengan banyaknya usaha-usaha kecil
menengah yang unik dan munculnya teknologi-teknologi sederhana baru yang berguna
bagi masyarakat luas.
Dalam membangun karakter warga negara sendiri pun, generasi muda memiliki cara yang
kreatif dan inovatif yaitu dengan me-nyosialisasikan suatu pengetahuan-pengetahuan
kewarganegaraan dengan media-media yang menarik dan adanya sejumlah aplikasi yang
mengedukasi.
Kesimpulan
Refrensi
Agus, E. (2021). Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme Generasi Muda. IURIS
STUDIA: Jurnal Kajian Hukum, 2(1), 26–33.
Alfaqi, M. Z. (2016). Memahami Indonesia melalui perspektif nasionalisme, politik identitas,
serta solidaritas. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2),
111–116.
Amalia, F. R., & Najicha, F. U. (2022). Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Mengatasi Lunturnya Nilai Nasionalisme dan Cinta NKRI di Era Globalisasi. Jurnal
Kewarganegaraan (UPY), 6(1), 428–435.
Asyari, D., & Anggraeni Dewi, D. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi
Milenial dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. Jurnal
Pendidikan Dan Konsling, 3(2), 30–41.
Aziza, P. N., Zakso, A., & Ulfah, M. (2017). Peran Guru Dalam Implementasi Literasi
Budaya Dan Kewargaan Di Sma Kemala Bhayangkari. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 9(1), 1-11.
Bachri, S., & Tarmizi, H. (2021). Nasionalisme dalam Perspektif Hukum Maqasid Al-
Syariah. Journal of Islamic Studies Review, 1(2), 59–68.
Fatimah, M. M, Abdulkarim, A., & Iswandi, D. (2020). Increasing Students Understanding of
National Insights Through Digital Literacy in Civic Education Learning. Jurnal
Civicus, 20(1), 31–39.
Fikri, A. (2019). Pengaruh Globalisasi dan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan Nilai-Nilai
Keislaman. Sukma: Jurnal Pendidikan, 3(1), 117–136.
Fimansyah, W., & Kumalasari, D. (2015). Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui
Pembelajaran Sejarah di SMA Kebangsaan Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Dan
Sejarah, 10(2), 88–102.
Humaeroh, S., & Dewi, A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi
Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Journal on Education, 03(03), 216–222.
Octavialis, N., & Ananda, A. (2021). Pembinaan Literasi Kewarganegaraan di SMP Negeri
11 Padang. Journal of Civic Education, 4(2), 122-128.
Permatasari, A., Prodi, D., Pemerintahan, I., Universitas, F., & Yogyakarta, M. (2017).
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar,
3(1), 42–52.
Raharjo, R., Armawi, A., & Soerjo, D. (2017). Penguatan Civic Literacy Dalam
Pembentukan Warga Negara Yang Baik (Good Citizen) Dan Implikasinya Terhadap
Ketahanan Pribadi Warga Negara Muda. Jurnal Ketahanan Nasional, 23(2), 51.
Ronny, P., & Mahendra, A. (2018). Pembelajaran PPKn Dalam Resonansi Kebangsaan dan
Globalisasi. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 4(2), 120–126.
Sari, E. S., & Pujiono, S. (2017). Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa FBS UNY. Litera,
16(1), 105–113.
Sutikno, M. S. P. H. (2020). Penelitian Kualitatif. Holistika.
Sutiyono, S. (2018). Reformulasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Citizenship
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 6(1), 1–16.
Tachyudin, M., Cahyono, H., & Utami, P. S. (2020). Penguatan Civic Literasi Dalam
Membentuk Wawasan Kebangsaan. Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn Dan
Sosial Budaya, 4(2 Extra), 31-39.
Teguh, R., Gobel, S., Syariah, F., Sultan, I., & Gorontalo, A. (2018). Merekatkan Kembali
Semangat Nasionalisme. Jurnal Al-Himayah, 2(2), 231–242.
Tuhuteru, L. (2017). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Peningkatan Pembentukan
Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi. Prosiding Konferensi Nasional
Kewarganegaraan III, 302–305.