Anda di halaman 1dari 14

Ar kel Peneli an

PERAN PETUGAS KESEHATAN JKMA


MASYARAKAT DALAM UPAYA Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
diterbitkan oleh:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
IBU PASCA MDGs 2015 p-ISSN 1978-3833
e-ISSN 2442-6725
Diterima 25 Januari 2015 9(2)73-79
Disetujui 4 Februari 2015 @2015 JKMA
Dipublikasikan 1 April 2015 h
p://jurnal. m.unand.ac.id/index.php/jkma/
Si Uswatun Chasanah1
1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta

Abstrak
Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari tujuan dalam Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu tujuan yang ke lima. Berbagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah juga sudah maksimal, akan tetapi angka kematian ibu
di Indonesia masih jauh dari target MDGs yang diharapkan yaitu 102 per 100.000
kelahiran hidup. Oleh karena itu berbagai upaya tetap harus dilanjutkan dan
dilaksanakan. Em-pat terlalu dan tiga terlambat yang menjadi penyebab
tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupa-kan tanggung jawab bersama,
sehingga perlunya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam meningkat-kan
kembali pemberdayaan masyarakat yang sudah luntur dimasyarakat, optimalisasi
kegiatan posyandu dalam peningkatan pengetahuan, cepat tanggap dalam
mengambil keputusan, dan memudahkan akses pelayanan kesehatan. Dan
kepemimpinan kesehatan masyarakat juga merupakan suatu peran yang harus
dikembangkan oleh tenaga kesehatan masyarakat.

Kata Kunci: Peran, Kesehatan Masyarakat, AKI

THE ROLE OF PUBLIC HEALTH WORKERS IN AN EFFORT TO DECREASE


MATERNAL MORTALITY POST MDGS 2015

Maternal mortality rate in Indonesia is still far from the goal of five. Varios effort
made by the goverment also has a maximum, but the maternal mortality rate in
Indonesia is still far form the expected MDGs target is 102 per 100.000 live births.
Therefore, efforts should be continued and implemented. Four and three is too
late that the cause of the high maternal mortality rate in Indonesia is a shared
responsibility, so that the need for the role of community health workers in
improving the empowerment of the people who had run in the community,
optimization of Posyandu activities to improve knowledge, quick response in
taking decisions, and facilitate access to health services. And public health
leadership is also a role that must be developed by public health personnel.

Keywords: Role, Public Health, Maternal Mortality

Korespondensi Penulis:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta / Jl. Babarsari, Glendongan, Tambak Bayan, Depok,
Sleman uswcha.pit@gmail.com

73
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal.73-79
jauh jika dilihat dari target MDGs
untuk AKI tahun 2015 adalah sebesar
Pendahuluan 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Perbaikan kesehatan ibu telah Akan tetapi hasil dari SDKI 2012
menja-di prioritas utama dari angka kematian ibu mengala-mi
pemerintah, berbagai upaya telah kenaikan yang cukup signifikan yaitu
dilakukan oleh pemerintah dalam sebe-sar 359 per 100.000 kelahiran
meningkatkan kesehatan ibu. hidup(1).
Kemajuan suatu negara, pada Angka kematian bayi dan anak
hakikatnya tidak terlepas dari hasil
kualitas kesehatan ibu dan anak, SDKI 2012 lebih rendah dari hasil
karena dari kesehatan seorang ibu SDKI 2007.
yang baik maka akan terlahir Untuk periode lima tahun sebelum
generasi penerus bangsa yang survei,
bertang-gung jawab. Akan tetapi,
sampai saat ini masih diwarnai oleh
rawannya derajat kesehatan ibu dan
anak, terutama pada kelompok yang
pa-ling rawan yaitu ibu hamil,
bersalin dan nifas, serta bayi baru
lahir, yang menyebabkan masih
tingginya angka kematian ibu (AKI),
angka la-hir mati, dan angka
kematian bayi beru lahir.
Upaya penurunan AKI telah
dirintis dan diintensifkan sejak tiga
puluh tahun lalu, na-mun penurunan
AKI masih belum memuas-kan,
sehingga diperlukan pengkajian
masalah yang lebih mendalam dan
program kerja da-lam pencapaian
penurunan angka kematian ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Ke-matian Bayi (AKB) merupakan
salah satu in-dikator utama derajat
kesehatan suatu negara. Sejalan
dengan hal tersebut, kesehatan
repro-duksi yang menempatkan
perempuan sebagai subjek yang
menentukan hak dan perempuan
dalam memperoleh layanan
kesehatan.
Saat ini status kesehatan ibu
dan anak di Indonesia masih jauh
dari yang diharapkan, ditandai
dengan masih tingginya angka kema-
tian ibu (AKI), dan angka kematian
bayi (AKB). Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007 didapatkan data angka
kematian ibu (AKI) sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup, data
tersebut menunjukkan penurunan
dan lebih baik jika dibandingkan
dengan angka kematian ibu (AKI)
tahun 2002 yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup. Walau-pun masih
dan lintas sektor dalam upaya
mensejahterakan keseha-tan ibu,
angka kematian bayi hasil SDKI bayi dan anak di Indonesia.
2012 adalah 32 kematian per 1.000 Upaya yang dilakukan
kelahiran hidup dan kematian balita pemerintah Indonesia dalam
adalah 40 kematian per 1.000 penurunan angka kema-tian ibu juga
kelahiran hidup. Sedangkan target sudah cukup optimal dalam
MDGs ang-ka kematian bayi pada mengembangkan berbagai program
tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kesehatan, diantaranya
kelahiran hidup. Jika dibanding-kan pengembangan pemberdayaan
dengan negara lain, angka masyarakat bidang kesehatan,
kematian bayi di Indonesia masih program keter-paduan Kelu arga
tergolong tinggi, seperti Singapura Berencana (KB) dan Pos Pe-layanan
yaitu 3 per 1.000 kelahiran hidup, Terpadu (Posyandu), Gerakan Sayang
Brunei Darussalam yaitu 8 per Ibu pada tahun 1996, Desa Siaga
1.000 kelahiran hidup dan Malaysia pada tahun 2004, Program Nasional
yaitu 10 per 1.000 kelahi-ran Pemberdayaan Ma-syarakat (PNPM)
hidup(1). Generasi Bidang Kesehatan pada
Besarnya masalah kesehatan tahun 2007, dan berbagai program
ibu akan berpengaruh terhadap ja-minan kese hatan salah satunya
kesehatan bayi baru lahir yang yaitu Jaminan Persalinan (Jampersal)
merupakan calon sumber daya ma- pada tahun 2011. Dari program –
nusia dimasa depan, mengisyaratkan program yang dirintis oleh peme-
upaya penurunan angka kematian rintah Indonesia tujuannya hanya
ibu menjadi prio-ritas. Banyak faktor satu yaitu menurunkan angka
yang mempengaruhi dalam upaya kematian ibu, bayi dan anak di
penurunan angka kematian ibu di Indonesia. Akan tetapi pada kenyata-
Indo-nesia, yaitu pendidikan, annya, angka kematian ibu, tidak se
pengetahuan, sosial budaya, sosial suai de-ngan target yang diharapkan.
ekonomi, geografis, lingkungan, dan Permasalahan yang ada di
aksebilitas ibu pada fasilitas masyarakat membuat capaian
kesehatan. Oleh karena itu menurunkan angka kema-tian anak
diperlukan kerjasama yang dan meningkatkan kesehatan ibu
bersinergis secara lintas program

74
Si
Uswatun Chasanah | Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya Penurunan AKI Pasca Mdgs 2015
aspiratif. Pemberdayaan masyarakat
tenaga kesehatan baik medis
berjalan lambat. Tingginya angka maupun non me-dis pada dasarnya
kematian ibu terkait dengan mengajak masyarakat untuk terampil
penyebab langsung yaitu kematian dalam menentukan masalah, meren-
ibu di Indonesia masih didominasi canakan alternatif pemecahan
oleh kesehatan ibu saat kehamilan masalahnya, melaksanakan serta
dan persa-linan, sedangkan menilai usaha–usaha pe-mecahan
penyebab tidak langsungnya dipe yang akan dilaksanakan.
ngaruhi oleh empat terlalu dan tiga Tenaga kesehatan masyarakat
ter-lambat. Kondisi “4T” atau biasa berperan aktif dalam
yang disebut empat terlalu masih menggalakkan kegiatan pember-
menjadi suatu masalah yang sulit
untuk diselesaikan secara tuntas,
yaitu terlalu tua untuk hamil, terlalu
muda untuk hamil, terlalu banyak
jumlah anak, dan terlalu dekat
jarak kelahiran kurang dari dua
tahun. Dan dipengaruhi oleh tiga
terlambat yaitu terlambat
mengenali tanda bahaya per-
salinan dan mengambil keputusan,
terlambat dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan, dan
terlambat ditangani oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.
Selain hal tersebut di atas ibu
melahirkan mengalami kematian
karena perdarahan, eklamsia,
infeksi dan aborsi. Em-pat faktor ini
merupakan 70 persen penyebab
yang menimbulkan kematian ibu(3,4).
Kondisi tersebut tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah
terutama sektor kesehatan, perlu
kerjasama antara stakeholder
terkait juga yang memiliki peran
dan tanggungjawab yang sama.
oleh karena itu, tidak hanya peran
tenaga bidan, perawat dan dokter
saja yang berperan akan tetapi juga
dibutuhkan peran dari tenaga
kesehatan masyarakat yang harus
ikut berperan dalam upaya
penurunan angka kematian ibu di
Indonesia.

Pembahasan
Pemberdayaan masyarakat
pada haki-katnya adalah cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan
norma yang membuat ma syarakat
mampu untuk berprilaku hidup bersih
dan sehat. Pemberdayaan
masyarakat juga bertujuan agar
rakyat lebih mampu, proak-tif, dan
kesehatan masyarakat dapat
membantu dan memfasilitasi kader
dayaan masyarakat dibidang da-lam memperoleh kredibitasnya,
kesehatan, kegia-tan ini dibantu oleh jika antara petugas kesehatan
kader kesehatan yang ber-sumber masyarakat dan kader dapat tercipta
dari masyarakat setempat yang suatu interaksi yang bersifat
dipilih dengan sukarela. Kader yang kemitraan dan supervisi. Akan terjadi
ada dimasyarakat dapat membantu sebaliknya jika ka-der hanya
petugas kesehatan. Kader kesehatan diperlakukan sebagai perpanjangan
inilah yang menjadi motor peng- tangan maka kader akan kehilangan
gerak dan pengelola upaya kredibili-tasnya dimasyarakat.
kesehatan primer ditingkat keluarga Peran petugas kesehatan
dan masyarakat. Kader di-harapkan masyarakat da-lam pemberdayaan
mampu menggerakkan masyarakat kader sangat penting. Upa-ya dalam
untuk melakukan kegiatan swadaya penurunan angka kematian ibu, bayi
dalam upaya peningkatan derajat dan anak, petugas kesehatan wajib
kesehatan(4) . bermitra dengan kader, karena kader
Upaya kesehatan primer yang yang berada dan dikenal oleh ma
dilakukan oleh kader kesehatan syarakat setempat. Pembinaan dan
semestinya mendapat tanggapan pengembangan kader diperlukannya
yang positif dari masyarakat, karena un-sur kesukarelaan, karena kader
mempunyai kredibilitas kemampuan. bertgas secara sosial. Akan tetapi
Kredi-bilitas kemampuan kader tidak berarti seorang kader tidak
diperoleh melalui pendidikan dan memerlukan penghargaan baik yang
pelatihan kesehatan, sehingga ber-sifat non-material ataupun yang
seorang kader mampu memberikan bersifat ma-terial. Oleh karena itu,
penyulu-han dan pelatihan perlu dikembangkan suatu sistem
kesehatan, sehingga seorang mampu penghargaan, di mana fungsi se-
memberi nasihat dan penyuluhan ke- bagai kader merupakan sesuatu
sehatan. Melalui keterampilan ini yang menim-bulkan kebanggaan dan
secara ber-tahap kader akan akan kepuasan.
mengembangkan citra dirinya Adanya kader sebagai mitra,
sebagai seorang yang dapat dapat mem-bantu pemerintah dalam
dipercaya. Disinilah peran tenaga mengatasi masalah

75
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal.73-79
masyarakat bidang keseha-tan
bersama kader dan masyarakat
kesehatan yang ada dimasyarakat diharapkan dapat menanggulangi
terutama penurunan angka kematian empat terlalu dan tiga terlambat
ibu (AKI), karena pemerintah tidak melalui usaha promotif dan preven-
mungkin mangatasi masalah ini tif. Upaya promotif dan preventif
tanpa bantuan dari masyarakat. pada kelom-pok remaja sangat
Apapun peranan petugas kesehatan diperlukan. Kehamilan yang terlalu
masyarakat dalam meningkatkan muda masih terjadi yaitu pada
kesehatan masyarakat secara kelom-pok remaja (15-19 tahun)
mandiri tidak dapat berjalan lancar adalah 1,97 persen pada pedesaan
tanpa ada-nya partisipasi aktif dari (2,71%) lebih tinggi dibanding-
kader dan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat telah
diakui oleh Departemen Kesehatan
untuk mendorong kemandirian
masyarakat agar hidup sehat,
mengetahui dan cepat tanggap
terhadap per-masalahan kesehatan
yang ada dimasyarakat, walaupun
kader belum sepenuhnya menggu-
nakan tujuh prinsip pemberdayaan
masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat. Ka-der
dalam melakukan kegiatan
pemberdayaan lebih berupa upaya
peningkatan pengetahuan, bukan
pada cepat dalam mengambil kepu-
tusan dan memudahkan akses
terhadap pe-layanan kesehatan(5).
Oleh karena itu, tenaga kesehatan
perlu memberikan advokasi dalam
meningkatkan pemberdayaan
masyarakat untuk melakukan
pemasaran sosial tentang bagaimana
menjaga kesehatan selama masa ke-
hamilan, secara periodik sehingga
kader lebih percaya diri dalam
pemberdayaan masyarakat.
Pendekatan secara kuratif dan
rehabili-tatif oleh petugas
kesehatan tidak mungkin dapat
menuntaskan masalah penurunan
angka kematian ibu, bayi dan anak
di Indo-nesia, akan tetapi peran
petugas kesehatan masyarakat
yang bermitra dengan kader dan
masyarakat secara aktif dan
berkesinambu-ngan yang berperan
secara promotif dan pre-ventif,
mungkin dapat meningkatkan
keseha-tan ibu dan menekan angka
kematian bayi dan anak di suatu
masyarakat tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif.
Peran petugas kesehatan
masyarakat da-lam pemberdayaan
dengan transportasi yang tersedia
dari rumah, sehingga
kan perkotaan (1,28%). Pada keterlambatan dalam mencapai
pasangan usia subur pencegahan fasilitas kesehatan dapat di-hindari
terjadinya kehamilan juga harus dan dapat ditangani oleh petugas
terus dipromosikan dengan ke-sehatan dengan cepat, karena
membentuk masyarakat mandiri penolong per-salinan oleh tenaga
sadar dengan menggu-nakan alat kesehatan yang kompeten
kontrasepsi. Proporsi penggunaan KB merupakan salah satu indikator
di Indonesia dari Rikesdas tahun MDGs yang kelima.
2010 (55,8%) dan Rikesdas 2013 Posyandu merupakan salah satu
(59,7%), secara umum terjadi bentuk upaya kesehatan bersumber
peningkatan dalam tiga tahun daya masyarakat yang menjadi milik
terakhir. Penggunaan KB di tahun masyarakat dan menyatu dalam
2013 berva-riasi menurut propinsi. kehidupan dan budaya masyarakat.
Proporsi penggunaan KB terendah di Pos-yandu berfungsi sebagai wadah
propinsi Papua (19,8%) dan tertinggi pemberdayaan masyarakat dalam
di Lampung (70,5%)(2). pemberian informasi dan
Penanggulangan tiga keterampilan dari petugas kepada
terlambat juga ti-dak terlepas dari masyarakat dan antar masyarakat
pemberdayaan masyarakat, mendekatkan pelayanan kesehatan
dengan program – program yang dasara terutama berkaitan dengan
ada dima-syarakat. Pembentukan peningkatan kesehatan ibu, dan
desa yang mandiri membuat penurunan angka kematian bayi.
masyarakat tanggap terhadap Optimalisasi kegiatan posyandu
tanda bahaya persalinan, kultur salah sa-tunya adalah mensukseskan
masyarakat umum-nya meminta program Keluarga Berencana (KB)
nasihat kepada anggota keluara merupakan program prioritas dalam
yang dituakan, karena tingkat rangka mengendalikan laju
persepsi dan pengetahuan yang pertambah-an penduduk. Pos
dituakan dalam kondisi kritis ini pelayanan terpadu (Posyan-du)
terbatas, maka keputusan merujuk sebagai wadah operasional
terlambat diambil. Membawa ibu penggerakan dan pemberdayaan
hamil ke pelayanan kesehatan masyarakat dibidang KB.

76
Si
Uswatun Chasanah | Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya Penurunan AKI Pasca Mdgs 2015
ditinjau dari aspek kualitas, masih
ditemukan banyak masalah.
Ada lima keutamaan kegiatan Diantaranya, kelengkapan sarana
posyandu yai-tu (1) posyandu dan keterampilan kader yang masih
merupakan upaya pemenu-han- kurang mema-dai, dimana kader
pemenuhan kebutuhan kesehatan Posyandu adalah anggota
dasar dan peningkatan status gizi masyarakat yang dipilih, bersedia
masyarakat, (2) Posyandu mampu mampu, dan memiliki waktu dalam
berperan sebagai wadah pe- mengelola posyandu. Oleh karena
layanan kesehatan dasar berbasis itu, posyandu dalam penurunan
masyarakat, angka kematian ibu perlu
(3) Pelaksanaan Posyandu perlu dioptimalkan. Ham-batan yang sering
menghimpun seluruh kekuatan ditemui juga yaitu sistem lima meja
masyarakat berperan serta secara yang harusnya diterapkan dalam
aktif sesuai dengan
kemampuannya,
(4) Posyandu perlu dilanjutkan
sebagai upaya investasi
pembangunan sumber daya
manusia yang dilaksanakan secara
merata, (5) Menso-sialisasikan dan
mengkoordinasikan kegiatan
posayandu dengan melibatkan
peran ma-syarakat(4).
Program pelayanan KB di
Posyandu mempunyai daya ungkit
terbesar terhadap penurunan angka
kematian ibu dan mense-jahterahkan
kesehatan ibu dan anak (KIA).
Sasaran penduduk yang dilayani dari
Posyandu adalah wanita usia subur,
ibu hamil, ibu me-nyusui, bayi dan
anak balita, maka pelayanan lima
program tersebut perlu dipadukan di
satu tempat palayanan agar
memudahkan bagi yang dilayani
maupun yang melayani. Adanya pe-
layanan KB di Posyandu dapat
menjangkau pe-layanan KIA lebih
dekat dengan masyarakat, biaya
relatif murah, jangkauan lebih
meluas, dan peran masyarakat lebih
meningkat. Se-lain itu pula, peran
tenaga kesehatan dalam
pengoptimalkan kegiatan posyandu
dengan memberi edukasi kepada
kader sehingga ada-nya peningkatan
penjaringan kehamilan risiko tinggi
dan adanya peningkatan upaya
rujukan kelainan dan gangguan
kehamilan dan ke-hamilan dengan
risiko tinggi.
Menurut data Kementrian
Kesehatan tahun 2011, sebanyak
268.439 posyandu terse-bar
diseluruh Indonesia. Namun, bila
Keberhasilan posyandu pada
dasarnya ditentukan dari adanya
kegiatan posyandu belum komitmen dan duku-ngan politis
sepenuhnya dilaku-kan oleh Pemerintah Daerah, adanya kemi-
posyandu-posyandu yang ada di traan lintas program dan lintas
Indo-nesia. Selain itu pula, sektor, adanya dukungan sumber
posyandu di Indonesia para kader daya program yang mema-dai,
belum diberikan kemampuan pe- dilakukan pembinaan,
meriksaan dasar untuk pembimbingan, dan pemantauan
pemeriksaan bagi ibu hamil. pada berbagai tingkatan sampai
Peran petugas kesehatan tingkat desa, dilakukan pembinaan
masyarakat sa-ngat penting dalam kader, pembimbingan dan
perjalanan posyandu se-cara kontinu, pemantauan kader secara periodik,
untuk mencegah adanya kondisi berkesinambungan, terarah dan
yang tidak diinginkan, seperti risiko terencana. Peran tenaga kesehatan
persali-nan dan mampu bermitra sebagai fasilitator Posyandu
dengan tokoh ma-syarakat dan berkewajiban untuk me-nyampaikan
menggalang kemitraan dengan inovasi dan atau mempengaruhi
berbagai lembaga dan melakukan penerima manfaat dalam hal ini
koordinasi dengan Dinas Kesehatan. semua unsur terkait dalam Posyandu
Kerjasama yang baik antara berbagai melalui metoda dan teknik – teknik
pihak maka Posyandu sebe-narnya tertentu, sehingga dengan ke-
dapat dimaksimalkan untuk sadaran dan kemampuannya sendiri
penanggu-langan angka kematian Posyandu dapat mengadopsi inovasi
ibu di Indonesia, de-ngan dukungan yang disampaikan(6).
dari berbagai pihak pimpinan Pencapaian MDGs masih kurang
pemerintah setempat seperti camat dari harapan, dan banyak penyebab
dan lurah mempunyai keperdulian yang ditimbul-kan. Pemberdayaan
yang cukup tinggi dalam masyarakat dan optima-lisasi
penanggulangan angka kematian kegiatan posyandu yang masih
ibu, pembinaan secara rutin dari rendah adapula penyebab lain yang
Dinas Kesehatan, serta adanya paling penting, yaitu kepemimpinan
bantuan tenaga dan dana dari dari setiap daerah. Pema-haman
masyarakat. yang kurang sama antar setiap
pemim-

77
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal.73-79
sistem Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Dari con-toh tersebut, jelas
pin di daerah mengenai kesehatan bahwa kepemimpinan dalam
dan target MDGs, juga dijadikan kesehatan masyarakat sangat
penyebab kurang keter-capaiannya dibutuhkan(10,11).
MDGs(7). Seorang leader dapat harus
Pembangunan bidang mampu mendorong masyarakat,
kesehatan mem-butuhkan pribadi para tokoh, mitra, untuk
yang memiliki kemampuan berinisiatif, bertanggung jawab
pengelolaan masalah kesehatan sendiri, percaya diri, merencanakan
yang tang-guh. Ketangguhan tujuan, dan mam-pu mengatasi
kepemimpinan seseorang permasalahan. Satu bagian pen-
berangkat dari kemampuan
menggairahkan bawahan untuk
menjadi pemimpin bagi diri-nya(8).
Peran tenaga kesehatan
masyarakat juga harus mampu
menunjukkan diri sebagai seo-rang
leader (pemimpin), baik bagi dirinya
sendi-ri juga sebagai pemimpin yang
(pemberdaya) dan
berfokus pada para pengi-kutnya.
Menjadikan dirinya sebagai pemim-
pin yang mempunyai kekuatan dan
kebijakan sehingga mendorong
kemampuan orang lain untuk lebih
berinovasi. Hasil penelitian yang
dilakukan Saputra disetiap daerah
penelitian-nya ditemukan inovasi
kebijakan yang menga-rah pada
perbaikan sistem pelayanan keseha-
tan ibu dan bayi, dan pemerintah
pusat dapat mendorong pemerintah
daerah untuk beri-novasi
mengembangkan kebijakan
kesehatan sehingga target MDGs
2015 bidang kesehatan dapat
tercapai(9).
Pemimpin mampu dalam
melakukan evaluasi dan
menganalisis suatu kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah. Misalnya,
seo-rang pemimpin mampu
melakukan evaluasi dan
menganalisis kebijakan program
Jampersal yang berkaitan dengan
penurunan AKI. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Helmizar, so-sialisasi
kebijakan Jampersal sangat kurang,
baik kepada Pemerintah daerah
Kabupaten dan Kota, unit-unit
pelaksana, dan masyarakat
pengguna Jampersal. Begitu pula
penelitian yang dilakukan oleh Aulia
adanya perbedaan kepentingan
pemimpin dalam mengatasi po-lemik
kebijakan integrasi Jamkesda ke
kematian ibu harus terus dilakukan
secara kontinu dan berkesinambu-
ting dari seorang pemimpin bidang ngan, meningkatkan keterampilan
kesehatan dalam penurunan AKI para kader di Posyandu untuk
ialah mengharuskan orang lain mengenali tanda-tanda bahaya
untuk berpengetahuan pada ma- pada ibu hamil, edukasi kehamilan
salah–masalah kesehatan di se-hingga jaringan kehamilan risiko
daerahnya. De-mikian jelas ciri tinggi dapat tertangani dengan
seorang pemimpin, sehingga dapat cepat. Optimalisasi kegia-tan
membawa perubahan bagi orang posyandu juga harus menggalang
lain dalam memimpin dirinya mitra dan kerjasama dengan
sendiri, berjiwa ino-vasi, menggeser masyarakat, para tokoh
paradigma kuratif ke akar ma-salah masyarakat, Dinas Kesehatan, dan
yang lebih essensial. kerjasama lintas sektor. Karena
peningkatan kesehatan ibu bukan
Kesimpulan hanya tanggung jawab bidang ke-
Peran tenaga kesehatan sehatan saja tetapi juga bidang
masyarakat da-lam penurunan angka pendidikan, ekonomi dan sosial.
kematian ibu pasca MDGs 2015, Kepemimpinan dalam kesehatan
sangat diperlukan terutama pada ma-syarakat dapat menjadikan peran
peran pemberdayaan masyarakat, tenaga ke-sehatan masyarakat lebih
optimalisasi kegiatan posyandu, dan bermakna. Pemimpin yang tepat
kepemimpinan da-lam kesehatan dapat menggairahkan pembangu-nan
masyarakat. Tenaga kesehatan kesehatan. Mampu menjadikan
masyarakat dalam upaya dalam masyarakat yang
pemberdayaan dapat bermitra mandiri dan berjiwa inovasi dalam
dengan kader dan tokoh masyarakat mengatasi dan membuat kebijakan
dalam penanggulangan empat terlalu dalam penyelesaian masalah angka
dan tiga terlambat, sehingga kematian ibu, dengan meningkatkan
masyarakat dapat aktif da-lam kemam-puan pengetahuan dan
kegiatan promotif dan preventif. kesadaran masyarakat tentang
Optimalisasi kegiatan pencegahan AKI di Indonesia.
posyandu dalam penurunan angka Daftar Pustaka

78
Si
Uswatun Chasanah | Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya Penurunan AKI Pasca Mdgs 2015

1. BKKBN. Survei Demografi dan Ke


sehatan Indonesia, Laporan
Pendahuluan. Kemen-trian
Kesehatan, Jakarta, 2012
2. Rikesdas. Riset Kesehatan Dasar.
Kemen-trian Kesehatan, Jakarta,
2013
3. Pramono. Penurunan AKI Belum
Sesuai Target MDGs. Gemari
Edisi 113/ Tahun XI/ Juni, 2010,
Jakarta, 2013
4. Sulaeman. Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
Teori dan Implementa-si. Gajah
Mada University Press, Yogyakar-
ta, 2012
5. Pranata, Pratiwi dan Sugeng.
Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan, Gamba-ran
Peran Kader Posyandu dalam
Upaya Penurunan Angka Kematian
Ibu dan Bayi di Kota Manado dan
Palangkaraya. Buletin Penelitian
Sistem Ke sehatan Vol. 14 No.2
April 2011. Kementrian
Kesehatan, Jakar-ta, 2011
6. Mardikanto dan Soebianto.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik.
Alfabeta, Bandung, 2013
7. Saptono. Jalan Terjal
Menurunkan Ang-ka Kematian
Ibu, Laporan Penelitian No.
1/2013. INFID, Jakarta, 2013
8. Ridwan. Peran Keilmuan
Kesehatan Ma-syarakat Dalam
Pembangunan Kepen-dudukan
Pasca MDGs 2015, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan,
FKM Uni-versitas Jember,
Jember, 2013
9. Saputra. Efektivitas Kebijakan
Daerah Da-lam Penurunan
Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasio-nal, volume 7 No. 12, Juli
2013. Universi-tas Indonesia,
Jakarta, 2013
10. Helmizar. Evaluasi Kebijakan
Jaminan Per-salinan dalam
Penurunan Angka Kema-tian Ibu
dan Bayi di Indonesia. Jurnal Ke-
sehatan Masyarakat 9 (2)
(2014). Unnes, Semarang, 2014
11. Aulia. Polemik Kebijakan
Integrasi Jami-nan Kesehatan
Daerah ke Sistim Jaminan
Kesehatan Nasional. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas
volume 8, No.2. FKM Andalas,
Universitas Andalas, 2014

79

Anda mungkin juga menyukai