Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Bela Negara Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional

DI SUSUN OLEH
1. A. MIFTHAHUL JANNAH (D061211057)
2. NURFITRIANI (D061211059)
3. KEVIN EDGAR PATODING (D061211013)
4. WERLY YOFANI REU MANGALLA’(D061211019)

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul Bela Negara Sebagai Perwujudan Ketahanan
Nasional ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Adnan Kasogi
yang telah memberihan arahan dalam penyusunan makalah ini dan terimakah
kasih juga untuk teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa , 15 September  2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara yang super unik diantara keunikan
tersebut adalah letak geografi sangat strategis, sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia yang terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra
(Hindia dan Pasifik) sehingga tepat dikatakan Nusantara, artinya pulau diantara
pulau dan keunikan lain bahwa wilayah nusantara berada digaris khatulistiwa
yang dilewati oleh Geostationary Satellite Orbit (GSO) sehingga negara Indonesia
memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim panas. Disamping wilayah,
juga jumlah penduduk terbesar di dunia setelah Amerika serikat dengan
masyarakat yang sangat majemuk begitu pula dengan sumber daya alamnya, baik
didalam perut bumi maupun di atas bumi menjadi potensi yang besar dapat
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesarbesarnya sesuai dengan amanah
konstitusi.
Realita kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari sejarah
masa lalu, realita yang terjadi saat ini merupakan kelanjutan dari sejarah masa lalu
dan yang akan terjadi di masa mendatang, merupakan kelanjutan dari apa yang
terjadi saat ini. Bangsa Indonesiasudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan
dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat,
agama, dan perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut dijadikan para leluhur sebagai
modal untuk membangun bangsa ini menjadi suatu bangsa yang besar. Sejarah
mencatat bahwa seluruh anak bangsa yang berasal dari berbagai suku semua
terlibat dalam memperjuangan kemerdekaan Indonesia, semua ikut berjuang
mengambil peran masing-masing. Oleh karena itu diperlukan wawasan nusantara
atau geopolitik sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesiaterhadap diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan kesatuan dan persatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara. Untuk merealisasikan hal ini, maka diperlukan strategi dalam
menjaga dan mempertahankannya melalui ketahanan nasional sebagai geostrategi
Indonesia.Geosrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa
Indonesiadalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia, sebagai suatu
ruang hidup nasional untuk merancang arah kebijakan, sarana, serta sasaran
pembangunan untuk mencapai kepentingan dalam tujunan nasionalnya yang
dirumuskan dalam wujud konsepsi ketahanan nasional
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, telah diamanatkan bahwa
tujuan kita bernegara (tujuan nasional) adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional
dimaksud di atas, kita melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang,
sekaligus meningkatkan ketahanan nasional kita terhadap ancaman, gangguan,
hasutan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dalam negeri
yang dapat mengganggu tercapainya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut di atas.Ketahanan
Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang mengandung keuletan,
dan ketangguhan yang mampu membangun, mengembangkan dan menumbuhkan
ketahanan, kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
hambatan dan ancaman yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan integritas, identitas
serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Bela Negara dan Ketahanan Nasional?
2. Jelaskan Komponen –komponen apa saja yang berperan dalam ketahanan
negara?
3. Bagaimana peran penting Bela Negara terhadap pertahanan negara ?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi Bela Negara dan Ketahanan Nasional
2. Dapat memahami apa saja komponen-komponen yang berperan dalam
ketahanan negara
3. Dapat memahami bagaimana peran penting Bela Negara terhadap
Pertahanan Negara
BAB II
PEMBAHASAN
A. BELA NEGARA
1. Definisi Bela Negara
Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat
(3)UUDNegara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Artinya
secara konstitusional bela negara mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak
dan kewajiban setiap warga negara. Bela Negara terkait etar dengan terjaminnya
eksistensi NKRI dan terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum,
Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pasca
Proklamasi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia telah melaksanakan upaya
bela negara dengan gigih untuk mengatasi berbagai bentuk ancaman yan dating
dari dalam negeri atau luar negeri. Berkat tumbuhnya karakter bangsa yang ulet
dan tangguh berdasarkan nilai-nilai dasar yang ada dalam konsepsi NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan konsepsi kebangsaan berdasarkan
Bhinneka Tunggal Ika, bangsa Indonesia berhasil mempertahankan eksistensinya
sebagai bangsa yang merdeka dan 4 berdaulat.
Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara menyatakan bahwa “Upaya Bela Negara” adalah “sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan
negara”. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara
dan bangsa. Oleh karena itu, secara definisi Bela Negara sendiri sebenarnya
merupakan : 1. Jiwa kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara; 2. Kewajiban dasar manusia; dan 3.
Kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara
dan bangsa, yang ketika diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa,
kewajiban, dan kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya Bela Negara”.
Makna bela negara adalah :
a. Sebagai panggilan konstitusional.
b. Nilai luhur yang mutlak perlu dalam semua bidang kehidupan
bangsa dan negara.
c. Harus dimasyarakatkan dan diberdayakan secara nyata.
Berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, upaya bela negara merupakan
keharusan eksistensial dan konstitusional bagi setiap warga negara. Implementasi
atau penerapan bela negara dilakukan oleh setiap warga negara dewasa yang sehat
jasmani dan rohani. Warga negara kita terdiri dari berbagai golongan dan profesi.
Dengan demikian implementasi atau penerapan bela negara perlu ada ketentuan
ataupun arahan yang jelas mentasi atau penerapan bela negara perlu ada ketentuan
ataupun arahan yang jelas. Kementerian Pertahanan sebagai instansi yang
menyelenggarakan pendidikan dan/atau pembinaan kesadaran bela negara,
mengklasifikasikan sasaran pembinaan dalam tiga lingkup yaitu :pendidikan,
pekerjaan dan permukiman. mentasi atau penerapan bela negara perlu ada
ketentuan ataupun arahan yang jelas. Kementerian Pertahanan sebagai instansi
yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pembinaan kesadaran bela negara,
mengklasifikasikan sasaran pembinaan dalam tiga lingkup yaitu : pendidikan,
pekerjaan dan permukiman. Dengan demikian maka implementasi bela negara
adalah : a. Dijadikan gerakan nasional pendidikan mencapai watak dan
kepribadian seta perilaku seganap warga negara. b. Keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara sesuai dengan pasal 9 ayat (2) UU.RI.No. 3 tahun 2003
tentang Pertahanan Negara diselenggarakan melalui :
1). Pendidikan Kewarganegaraan.
2). Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib.
3). Pengabdian sesuai dengan profesi.
4). Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
Ketahanan nasional adalah sebagaimana yang didefinisikan oleh Daoed
Joesoef, berikut ini: “ Kekuatan, kemampuan, daya tahan, dan keuletan, yang
menjadi tujuan suatu bangsa untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan,
dan gangguan yang datang dari luar atau pun dalam, yang secara langsung atau
tidak langsung membahayakan kelansungan hidup bangsa dan negara.”Sementara,
Ketahanan Nasional itu sendiri memiliki sejumlah asas yang terdiri dari dan,
berikut pengertiannya, yang menjelaskan bahwa Ketahanan Nasional adalah
bersifat multi dimensi.
B. BELA NEGARA DALAM SISTEM PERTAHANAN NEGARA
a. Sistem Pertahanan Negara.
Pertahanan Negara sesuai dengan pasal 30 UUD 1945 adalah resultante
dari pasal 27 ayat (3) UUD 1945 (tentang upaya bela negara). Kemudian lebih
rinci diatur dengan UU.RI.No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Beberapa
ketentuan pokok dalam undang-undang ini yang terkait dengan bela negara antara
lain :
I. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
II. Pertahanan Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman. Dengan demikian, semua bentuk pertahanan
negara harus mengacu pada tujuan tersebut. Oleh karena itu pertahanan
negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh
wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan.
III. Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta
yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumberdaya nasional
lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dari segala ancaman.
IV. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan
melalui :
 Pendidikan Kewarganegaraan.
 Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib.
 Pengabdian sesuai dengan profesi.
 Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau waji
b. Komponen-komponen Pertahanan Negara.
Dalam sistem pertahanan semesta, maka pertahanan negara melibatkan
seluruh komponen pertahanan negara yang terdiri atas komponen utama,
komponen cadangan dan komponen pendukung.
I. Komponen Utama.
Komponen Utama dalam Sistem Pertahanan Negara adalah Tentara
Nasional Indonesia (TNI) yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-
tugas pertahanan. TNI Ketentuan tentang peran, fungsi, tugas pokok dan
hal-hal yang terkait dengan kedudukan TNI diatur dengan UU.RI.NO. 34
tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
II. Komponen Cadangan.
 Komponen Cadangan adalah sumber daya nasional yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen Utama.
(pasal 1 ayat 6 UU.RI.No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara). Ketentuan tentang peran, fungsi, tugas pokok dan hal-hal
yang terkait dengan Komponen Cadangan belum diatur dengan
undang-undang. Namun sebagai gambaran keterkaitan dengan bela
negara dapat dijelaskan sebagai berikut Komponen Cadangan
dibentuk dengan tujuan untuk memperbesar dan memperkuat
kekuatan dan kemampuan TNI sebagai Komponen Utama dalam
upaya penyelenggaraan peratahanan negara untuk menjaga dan
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan segenap bangsa danri segala ancaman.
 Komponen Cadangan merupakan salah satu wadah dan bentuk
keikutsertaan warga negara dan seluruh sumber daya nasional
lainnya dalam usaha bela negara.
 Komponen Cadangan berunsurkan warga negara, sumber daya
alam, sumber daya buatan, sarana dan prasaran nasional.
III. Komponen Pendukung.
Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan. (pasal 1 ayat 7 UU.RI.No. 3 tahun 2002
tentang Pertahahan Negara). Seperti halnya dengan Komponen Cadangan,
peran, fungsi, tugas pokok dan hal-hal yang terkait dengan Komponen
Pendukung belum diatur dengan undang-undang

c. Bela Negara sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional Indonesia


Bela Negara sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional Indonesia
Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 ayat 3 UUD
NRI 1945. Pasal 27 ayat 3 menyatakan “setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Dalam buku
Pemasyarakatan UUD NRI 1945 oleh MPR (2012) dijelaskan bahwa pasal 27
ayat 3 ini dimaksudkan untuk memperteguhkan konsep yang dianut bangsa
dan negara Indonesia dibidang pembelaan negara, yakni upaya bela negara
bukan hanya monopoli TNI tetapi merupakan hak sekaligus kewajiban setiap
warga negara. Oleh karena itu, tidak benar jika ada tanggapan bela negara
berkaitan dengan militer atau militerisme, dan seolah-olah kewajiban dan
tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasoinal
Indonesia.Berdasarkan Pasl 27 ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban
setiap warga negara Indonesia. Hal ini berkonsekuensi bahwa setiap warga
negara berhak dan wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan
tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai
dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku termasuk pula
aktifitas bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam
setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi
masingmasing.
Dalam undang-undang NO. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara.”Dalam bagian penjelasan Undang-Undang No. 3 Tahun
2002 tersebut dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.Jika bela negara tidak hanya mencakup perang
mempertahankan negara, maka konsep bela negara memiliki cakupan yang
luas. Bela negara dapat dibedakan secara fisik maupun non fisik. Secara fisik
yaitu dengan cara “memanggul senjata” menghadapi serangan atau agresi
musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari
luar. Pengertian ini dapat disamakan dengan bela negara dalam arti
militer.Sedangkan bela negara secara non fisik dapat didifinisikan sebagai
“segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara, termasuk penanggulangan ancaman. Bela negara demikian dapat
dipersamaka dengan bela negara secara nonmiliter.Bela negara perlu kita
pahami dalam arti luas yaitu secara fisik maupun nonfisik (militer ataupun
nonmiliter).
Pemahaman demikian diperlukan, oleh karena dimensi ancaman terhadap
bangsa dan negara dewasa ini tidak hanya ancaman yang bersifat militer
tetapi juga ancaman yang sifatnya nonmiliter atau nirmiliter.Yang dimaksud
ancaman adalah “setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar
negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa nasional, dan setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam usaha
pembelaan negara sesuai amanat UUD 1945 Pasal 27 (3) dan Pasal 30.
a. Ketahanan dibidang ideologi
Ketahanan Nasional dalam bidang ideologi ditujukan untuk
mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan,
baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung
maupun tidak langsung membahayakan kelangsung hidup dan
ekesistensi Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan negara
Indonesia, terutama pengaruh komunisme, liberalisme dan
fundamentalisme dan fanatisme agama yang terlalu inklussif,
Rifdan, 2002.
Pancasila mengandung nilai-nilai kritalisasi yang diterima
oleh seluruh lapisan dan unsur masyarakat yang heterogen, dan
dijadikan sebagai ideologi pemersatu bangsa sekaligus sebagai
fundamental idea dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Pada sisi lain, struktur masyarakat Indonesia yang sangat heterogen
sangat rawan konflik (struktural dan horizontal), dan setiap saat
dapat mengancam integritas (keutuhan) bangsa dan kelangsungan
hidup bangsa. Oleh karena kita harus terus memupuk sikap
nasionalisme dan dengan penuh kesadaran mengeliminasi sikap
dan pandangan yang terlalu nepotis dan fanatis keagamaan, Rifdan,
2003.
Ancaman potensial yang mempengeruhi ketahanan nasional
dibidang ideologi ke depan adalah : infiltirasi komunis dalam
lembagalembaga negara dengan pola, konsep dan doktrin baru,
fanatisme agama yang berlebihan, serta infiltirasi pemikiran
sekularisme-liberalisme dengan pola-pola modernitas.

b. Ketahanan dibidang Politik


Kita telah mengenal dan mempraktekkan beberapa sistem
politik, yaitu sistem demokrasi liberal yang mengakibatkan
dominasi partai-partai politik, dan kemudian sistem demokrasi
terpimpin yang mengakibatkan pemerintahan otoriter. Penerapan
kedua sistem demokrasi ini berdampak pada distabilisasi
kehidupan sosial politik, lemahnya ketahanan politi, mandeknya
proses pembangunan nasional, serta terjadinya berbagai
penyelewengan dalam penyelenggaraan negara.Berbagai tantangan
berat yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam membangun
demokrasi politik ke depan dan sangat mempengaruhi keamanan
nasional dibidang politik adalah; penegakkan supremasi hukum
dan HAM, penegakkan pemerintaha demokratis yang bebas dari
KKN, serta membangun kecakapna dan kecerdasan di seluruh
lapisan masyarakat.Di era reformasi politik ini, sudah seharusnya
bangsa Indonesia mengembangkan demokrasi Pancasila secara
murni dan konsekuen sehingga mendukung ketahanan nasional
dibidang politik. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
didasari/dijiwai oleh segenap sila Pancasila secara integratif. Ini
berarti bahwa didalam menggunakan hak-hak demokrasi haruslah
selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa menurut keyakinan agama masing-masing, menjunjung
tinggi kemanusia sesuai dengan martabat manusia, menjamin dan
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta melaksanakan
kerakyatan berdasarkan konsep atau model
permusyawaratan/perwakilan, sekaligus memanfaatkannya untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

c. Ketahanan dibidang Ekonomi


Ketahanan dibidang ekonomi merupakan mata rantai
terlemah diantara mata-mata rantai ketahanan yang secara
keseluruhan merupakan ketahanan nasional Indonesia.
Pembangunan nasional niscaya diarahkan kepada upaya
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah negara
kesatuan Republik Indonesia.Konsep, strategi dan implementasi
pembangunan ekonomi Indonesia harus mampu mewujudkan
ketahanan nasional dibidang ekonomi pembangunan nasional
sedapat mungkin struktur ekonomi, sehingga : (1) produksi yang
berasal dari sektor pertanian bertambah besar, (2) warga negara
atau penduduk yang hidup dari luar sektor pertanian bertambah
besar, dan (3) bahan eksport semakin banyak terdiri dari
barangbarang olahan dan barang-barang jadi. Tantangan terberat
yang kita hadapi ke depan dan sangat mempengaruhi ketahanan
nasional dibidang ekonomi adalah ; pengaruh globalisasi ekonomi
(regional dan internasional), persaingan pasar bebas, serta
perkembangan kapitalisme modern.

d. Ketahanan dibidang Sosial Budaya


Bidang sosial budaya mencakup; pendidikan, kesehatan,
agama, kebudayaan, teknologi dan lain-lain, namun yang menonjol
disini adalah faktor teknologi dan kebudayaan, karena perubahan
dibidang ini berjalan sangat cepat akibat pengaruh dari dalam
maupun dari luar negeri. Pengaruh dari luar negeri paling banyak
menimbulkan perubahan. Untuk itu bangsa Indonesia perlu mawas
diri dan waspada, karena kemungkinannya pihak luar sengaja
menyebar pengaruhnya dengan tujun untuk melakukan intervensi
maupun infiltirasi yang berakibat pada terjadinya disharmoni dan
distabilisasi kehidupan nasional dibidang sosial budaya.Persoalan
yang sangat mendesak untuk kita pecahkan dalam upaya
mewujudkan ketahanan nasional dibidang sosial budaya antara lain
adalah : bagaimana mengarahkan perubahan sosial budaya itu ke
arah integrasi sosial budaya, serta meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa memandang status sosial
budaya, suku bangsa, etnik dan agama atau kepercayaan terhadap
TYME.Pemerintah Indonesia harus menyadari eksistensi
masyarakat Indonesia yang sangat heterogen, dan ancaman
potensial yang mempengaruhi ketahanan nasional dibidang sosial
budaya bahkan integrasi nasional adalah ; konflik horizontal yang
dipicu oleh sentimen sosial-ekonomi, suku, agama, serta
bangkitnya etnisitas (kesukubangsaan) yang berakibat pada upaya
pemisahan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), Rifdan, 2002.

e. Ketahanan dibidang Hankam


Mengingat bahwa ruang lingkup pertahanan negara
meliputi seluruh bidang kehidupan nasional, dan setiap warga
negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta
dalam usaha pembelaan negara sesuai amanat UUD 1945 Pasal 27
(3) dan Pasal 30 (1), serta UU No. 3 Tahun 2002 Pasal (8 dan 9),
maka sudah sewajarnyalah mulai sekarang dipikirkan konsep,
model, dan asas demokrasi dalam pembelaan negara Indonesia.
Jika ini sudah terlaksana, maka ketahanan nasional dibidang
pertahanan keamanan akan semakin mantap.Bela negara tidak
hanya tugas dan tanggung jawab TNI dan Polri, tetapi menjadi
tugas dan tanggung jawab seluruh unsur, elemen, dan lapisan
masyarakat Indonesia. Pada skala makro, upaya pembelaan negara
harus melibatkan seluruh potensi dan kekuatan nasional seperti ;
warga negara (penduduk), kekayaan alam, dan teknologi. Upaya
pembelaan negara harus dan profesi masing-masing warga
negara.Pelaksanaan Pertahanan Keamanan Nasional Indonesia
menggunakan sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
(Sishankamrata) dimana seluruh rakyat diikut sertakan dengan
profesinya masing-masing, dan apabila Sishankamrata ini dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien, niscaya mewujudkan
ketahanan yang kokoh kuat dibidang pertahanan
keamanan.Dibidang pertahanan dikendalikan dan dilaksanakan
oleh TNI dengan tugas utama (UU No. 34 Tahun 2004 Pasal 7);
menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah, serta
melindungi segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.Dengan mengkaji konstelasi politik
dan pola hubungan antara bangsa saat ini, maka ke depan,
kemungkinan ancaman yang harus diwaspadai oleh bangsa dan
negara Indonesia, antara lain : intervensi, infiltirasi, agresi/invasi
militer, teroris dan bahkan ekspansi wilayah.Bidang keamanan
dikendalikan dan dilaksanakan oleh POLRI dengan tugas utama
(UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 13); memelihara Kamtibmas,
menegakkan hukum, serta memberi perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat. Tugas ini sekaligus menjadi
tantangan berat bagi Aparat Kepolisian dalam menjalankan
tugasnya di masa depan, dan harus dibuktikan kepada masyarakat,
bangsa dan negara serta menjadi kesempatan untuk memperbaiki
citra Polri.Tantangan berat lain yang diemban oleh Aparat
Kepolisian dalam menjalankan tugas di masa depan adalah
penegakan supremasi hukum/HAM, pemberantasan KKN serta
penanganan berbagai konflik horizontal (terutama yang bermotif
SARA) yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia, Rifdan, 2003.

C. NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA


1. Cinta Tanah Air
Cinta merupakan perasaan (rasa) yang tumbuh dari hati yang
paling dalam tiap warga negara terhadap Tanah Air yakni Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945. Untuk menumbuhkan nilai-nilai rasa cinta Tanah Air perlu
memahami Indonesia secara utuh meliputi :
• Pengetahuan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia
• Potensi sumber daya alam
• Potensi sumber daya manusia, serta
Dengan memahani keberadaan Indonesia seutuhnya, akan
menumbuhkan nilai-nilai dasar bela negara sebagai rasa bangga sebagai
bangsa pejuang, rasa memiliki sebagai generasi penerus, dan rasa
bertanggung jawab sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan tumbuhnya rasa cinta Tanah Air pada tiap warga
negara Indonesia akan lahir sikap bela negara yang kuat sebagai modal
dasar kekuatan bangsa dan negara yang siap berkorban untuk menjaga,
melindungi dan membangun bangsa dan negara menuju terwujudnya
citacita nasional.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
Rasa cinta Tanah Air yang tinggi dari tiap warga negara, perlu
ditopang dengan sikap kesadaran berbangsa yang selalu menciptakan
nilai-nilai kerukunan, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di
lingkungan masing-masing serta sikap kesadaran bernegara yang
menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945. Untuk menumbuhkan sikap kesadaran berbangsa dan
bernegara yang merdeka dan berdaulat di antara negara-negara lainnya di
dunia, perlu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi
kebangsaan yang meliputi : • Wawasan Nusantara
• Ketahanan Nasional
• Kewaspadaan Nasional
• Dan Politik Luar Negeri Bebas Aktif.
Dengan memahami konsepsi kebangsaan yang dianut oleh bangsa
Indonesia, diharapkan akan melahirkan sikap bela negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan banga berbasis pada
sikap nasionalisme dan patriotisme untuk memperkokoh ketahanan
nasional yang berwawasan Nusantara. Ketahanan nasional yang kuat,
kokoh dan handal merupakan potensi bangsa dan negara yang dahsyat
dalam mengantisipasi dan mengatasi berbagai bentuk AGTH, baik yang
datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri sebagai wujud dari
kewaspadaan nasional. Dengan sikap sadar bela negara akan
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa sebagai kekuatan utama
bangsa Indonesia dalam menjamin keutuhan NKRI sepanjang zaman.
3. Setia kepada Pancasila
Sebagai Ideologi Negara Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara, telah terbukti ampuh dalam menjamin kelangsungan hidup
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pasca Proklamasi
kemerdekaan Indonesia, telah terjadi berulang kali peristiwa sejarah yang
mengancam keberadaan NKRI, namun berbagai bentuk ancaman tersebut
dapat diatasi, berkat kesetiaan rakyat Indonesia terhadap ideology
Pancasila. Untuk membangun kesetiaan iap warga negara terhadap
ideologi Pancasila perlu memahami berbagai faktor yang turut
mempengaruhi berkembangnya pengalaman nilai-nilai Pancasila tersebut
sebagai bagian dari nilai-nilai dasar bela negara yang meliputi :
• Penegakkan disiplin
• Pengembangan etika politik, dan
• Sistem demokrasi, serta
• Menumbuhkan taat hukum.
• Kesetiaan tiap warga negara kepada Pancasila sebagai ideologi
negara dan sekaligus sebagai dasar negara, perlu diterjemahkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945.

4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara


Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempertahankannya hingga saa ini, adalah berkat tekad para pejuang
bangsa yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya. Sikap rela
berkorban telah menjadi bukti sejarah, bahwa kemerdekaan Indonesia
diperoleh dengan perjuangan yang tulus tanpa pamrih dari seluruh
kekuatan rakyat melawan colonial belanda dan kelompok yang anti
kepada NKRI. Dengan semangat pantang menyerah, para pejuang bangsa
maju ke medan perang, baik perang fisik militer maupun perang
diplomasi untuk mencapai kemenangan. Untuk membangunsikap rela
berkorban untuk bangsa dan negara tiap warga negara perlu memahami
beberapa aspek yang meliputi :
• Konsepsi jiwa
• Semangat dan nilai juang 45 (JSN 45)
• Tanggung jawab etik
• Moral dan konstitusi, serta
• Sikap mendahulukan kepentingan nasional di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
Dengan sikap rela berkorban demi bangsa dan negara, akan dapat
membangun kekuatan bangsa untuk membangun ketahanan nasional
yang kuat, kokoh dan handal dan menyukseskan pembangunan
nasional berpijak pada potensi bangsa negara secara mandiri.
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
Kemampuan awal bela negara dari tiap warga negara,
diartikan sebagai potensi dan kesiapan untuk melakukan aksi bela negara
sesuai dengan profesi dan kemampuannya di lingkungan masing-masing
atau di lingkungan publik yang memerlukan peran serta upaya bela
negara. Pada dasarnya tiap warga negara mempunyai kemampuan awal
bela negara berdasarkan nilai-nilai dasar bela negara dari aspek
kemampuan diri seperti nilai-nilai percaya diri, nilai-nilai profesi dan
sebagainya dalam mengantisipasi dan mengatasi berbagai bentuk AGHT
melalui berbagai tindakan dalam bentuk sederhana hingga yang besar.
Sesungguhnya tiap warga negara telah melakukan tindakan bela negara
dalam berbagai aspek yakni : aspek demografi, geografi, sumber daya
alam dan lingkungan, ideology, politik, ekonomi, sosial budaya,
teknologi, dan aspek pertahanan keamanan. Sehubungan dengan
perkembangan IPTEK dan globalisasi yang sangat dinamis, telah
menimbulkan dampak berbagai bentuk AGHT yang semakin kompleks
dan canggih yang perlu dukungan sikap tiap warga negara untuk
berperan bersama dalam mengantisipasi dan mengatasinya sebagai
wujud dari bela negara. Agar aksi bela negara dapat berhasil optimal
perlu pemahaman bersama tentang berbagai bentuk AGHT, sehingga
aksi bela negara menjadi gerakan nasional yang lebih efektif. Untuk
memahami bentuk-bentuk AGHT di lingkungan masing-masing perlu
melakukan analisis sederhana, dengan memerhatikan potensi yang ada
termasuk kearifan lokal, dan ancaman faktual atau potensial, sehingga
aksi bela negara sebagai solusi tiap masalah dapat berkembang dengan
sudut pandang yang sama. Aksi bela negara dengan pemahaman yang
sama dalam mengantisipasi dan mengatasi setiap bentuk AGHT akan
menjadi gerakan nasional bela negara yang sangat potensial dan berdaya
guna optimal membangun ketahanan nasional dan menyukseskan
pembangunan nasional.
6. Semangat untuk Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil dan
Makmur.
Semangat untuk mewujudkan cita-cita bangsa, merupakan sikap
dan tekad kebangsaan yang dilandasi oleh tekad persatuan dan kesatuan
untuk mewujudkan cita-cita bersama. Sikap dan tekad bersama
merupakan kekuatan untuk mencapat cita-cita bangsa sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yakni : melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Pada dasarnya bangsa Indonesia berjuang untuk merdeka,
berdaulat dan berkeadilan, memberantas kemiskinan dan kebodohan
serta mendambakan perdamaian dunia yang damai. Nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam semangat kebangsaan merupakan energi
potensial yang tinggi dari bangsa Indonesia dan akan berdaya guna
secara efektif jika digunakan dengan semangat kebangsaan dalam
persatuan dan kesatuan tanpa membedakan suku, ras, agama dan
kelompok. Dengan semangat yang tinggi berlandaskan sikap dan tekad
yang membara akan mampu mendayagunakan seluruh potensi sember
daya nasional dan kearifan lokal dengan memperhatikan secara
sungguhsunguh berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang timbul
sesuai dengan perkembangan zaman. Kearifan lokal merupakan rujukan
nilai-nilai peradaban bangsa Indonesia yang dapat digunakan untuk
mendorong akselerasi pembangunan ketahanan nasional dan
menyukseskan pembangunan nasional menuju terwujudnya masyarakat
adil dan makmur.
BAB III
KESIMPULAN

Bersadarkan materi penjelasan di atas bela negara dimaksudkan untuk


memperkuat rasa nasionalisme dan semangat patriotisme warga negara
Indonesiaditengah ancaman bagi bangsa saat iniberupa kejahatan terorisme
internasional dan nasional, aksi kekerasan berbau SARA, pelanggaran wilayah
negara baik di darat, laut, udara, dan luar angkasa, gerakan separatisme, kejahatan
dan gangguan lintas negara, dan perusakan lingkungan.Dengan itu melalui bela
negara ini, diharapkan, dalam setiap diri warga negara akan tumbuh sikap dan
perilaku warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta
keyakinan akan pancasila sebagai ideologi negara guna menghadapi ancaman baik
yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan dan
mengancam kedaulatan baik kedaulatan di bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara.
Konsep bela negara sendiri mengandung arti keikutsertaan dalam
pertahanan negara, yang meliputi: mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.
Sedangkan wujud pembelaan terhadap negara berupa hak dan kewajiban melalui
pendidikan kewarganegaraan, pengabdian sebagai prajurit TNI dan pengabdian
sesuai profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., dkk., 2014. Pendidikan Bela Negara. Surabaya: UPN "Veteran" Jawa
Timur.
Ariyanto, A., 2020. Bela Negara. Banten: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi Banten.
Gintings, A., dkk., 2018. Modul II Konsepsi Bela Negara. Jakarta : Dewan
Ketahanan Nasional .
Mifta, A., dkk., 2020. Perilaku Masyarakat dalam Penerapan Pertahanan
Nasional di Era Covid 19 Sebagai Upaya Bela Negara.
Subagyo, A., 2014. Bela Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryatni, L., 2019. Bela Negara Sebagai Pengejawantahan Dalam Ketahanan
Nasional Berdasarkan UUD NRI 1945, Volume 10.
Widji, W., 2016. Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. Volume 26.

Anda mungkin juga menyukai