3. M. IHSAN S. 201810215284
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya. Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ketahanan Nasional dan
Bela Negara” dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi bagi
para pembaca guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
ii
Bekasi, 22 September 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III
PENUTUP..............................................................................................................21
A. Simpulan....................................................................................................21
Daftar Pustaka……………………………………....……………………………23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Manfaat teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan tentang ketahanan nasional di Indonesia.
2. Manfaat praktis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
mengenai ketahanan nasional Indonesia dan bela negara sehingga tergerak
mengimplementasikan, ikut memberikan solusi akan masalah yang
memengaruhi aspek ketahanan nasional dan terwujudnya rasa cinta tanah
air.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b) Keuletan adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang sangat
keras dalam menggunakan kemampuan untuk mencapai tujuan.
c) Identitas adalah cirri khas suatu bangsa dan Negara dilihat secara
keseluruhan (holistic)
d) Integritas adalah kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional
suatu bangsa baik unsure sosial maupun alamiah, baik yang bersifat
potensial maupun fungsional.
e) Ancaman adalah hal usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan
yang dilakukan secara konseptual, criminal, dan politis.
f) Tantangan adalah hal atau usaha yang bersifat menggugah
kemampuan yang terjadi karena kondisi yang menyebabkan
seseorang melakukan tindakan untuk menanggulangi keadaan yang
ada didepannya.
g) Hambatan adalah hal atau usaha dari diri sendiri yang bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.
h) Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar, bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.
4
B. Asas-Asas Ketahan Nasional Indonesia
5
C. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
a. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan
sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan yang mengandung
prinsip tidak mudah menyerah dengan tumpuan pada integritas
dan kepribadian bangsa.
b. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap, ia dapat meningkat atau
menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara,
serta lingkungan strategisnya.
c. Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional Indonesia secara
berlanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan
kemampuan dan kekuatan bangsa, makin tinggi tingkat
ketahanan nasional maka makin tinggi pula nilai kewibawaan
dan daya tangkal yang dimiliki oleh bansa dan Negara
Indonesia.
d. Konsultasi dan kerjasama
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan
sikap konfrontasi danjantagonis tidak mengandalkan kekuatan,
kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap
konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan
mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
6
2) Gatra keadaan dan kekayaan alam
3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu:
1) Gatra ideologi
2) Gatra politik
3) Gatra ekonomi
4) Gatra sosial budaya (sosbud)
5) Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)
Model Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang
kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini
dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai
dengan menggunakan kemampuannya. Model ini merupakan hasil
pengkajian Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Adapun
penjelasan dari masing masing gatra tersebut adalah sebagai
berikut:
7
pengembangan sumber kekayaan alam merupakan salah satu
indikator ketahanan nasional.
3. Gatra ideologi
4. Gatra politik
8
ini nantinya diwujudkan dalam sistem politik yang diatur
menurut konstitusi negara dan dipatuhi oleh segenap elemen
bangsa.
5. Gatra ekonomi.
9
hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan
sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat
semesta dengan menempatkan Tentara Nasional Indonesia
sebagai komponen utama pertahanan didukung komponen
cadangan dan komponen pendukung, terutama dalam hal
menghadapi bentuk ancaman militer. Sedangkan dalam
menghadapi ancaman nonmiliter, sistem pertahanan
menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan
sebagai unsur utama sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman
yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari
kekuatan bangsa.
Bela negara adalah sikap, tekad dan juga perilaku warga negara yang
dilakukan secara menyeluruh, teratur serta terpadu dan juga dijiwai oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk menjamin kelangsungan
hidup berbangsa. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi
UUD 1945, yakni:
a. Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
b. Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik.
Bela negara secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi
musuh (secara militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih
sempit daripada bela negara secara nonfisika.
10
A. Bela Negara Secara Fisik
Menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit
daripada bela keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara
fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional
Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan
dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih
(Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari
Undang-undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri
dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa),
Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra
Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah
mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lain-lain. Rakyat Terlatih
mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan
Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi
yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau
pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-
unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam
menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Sementara fungsi
Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana
Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur.Bila keadaan
ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat pula
dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi
warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di
banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti
pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional
Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya
sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus
penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat
dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun
tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur
dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan
11
latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil
misalnya dokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di
Dinas Hukum, akuntan di Bagian Keuangan, penerbang di Skuadron
Angkatan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah
dimaksudkan.sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi
memperkenalkan “dwi-fungsi sipil”. Maksudnya sebagai upaya
sosialisasi “konsep bela negara” di mana tugas pertahanan keamanan
negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak
dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.
12
c. Melestarikan budaya.
d. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan juga negara.
e. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara.
13
j. Melatih kecepatan, ketepatan, ketangkasan individu dalam
melaksanakan
beragam kegiatan.
14
mendapat pengakuan dari negara lain. Terjadinya perpecahan tersebut
dikarenakan tidak kuatnya konsepsi dan implementasi pertahanan
nasional Negara Yugoslavia terutama aspek ideologi.
2. Upaya Penggagasan Konsep Ketahanan Nasional 1962 oleh Lemhannas
Sekitar awal tahun l962 ada usaha-usaha untuk mengembangkan
pola gagasan Ketahanan Nasional tersebut, terutama oleh Panitia
Pendirian Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas). Kemudian pada
tahun 1965 Lemhannas diresmikan, maka lembaga ini selalu berusaha
mempopulerkan dan menyempurnakan konsep Ketahanan Nasional.
3. Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1968
Pada tahun 1968 Lemhannas untuk pertama kalinya
memperkenalkan konsep pertahanan nasional pada publik. Pada waktu
itu Lemhannas mendefinisikan ketahanan nasional sebagai keuletan dan
daya tahan bangsa dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
4. Revisi Gagasan Tannas oleh Lemhanas pada tahun 1969
Pengertian tersebut direvisi oleh Lemhannas pada tahun 1969,
menjadi keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun yang
datang dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
5. Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1972
Kata “segala” pada konsep sebelumnya ditelaah kembali dan
menunjukkan kesadaran akan spectrum ancaman yang lebih dari
sekedar ancaman komunis dan atau pemberontakan. Kesadaran akan
spectrum ini diperluas tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (ATHG). Konsep Ketahanan Nasional tahun
1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan
15
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik
yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak
langsung yang membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan
nasional. Konsepsi ini mampu menghadapi krisis ekonomi dan politik
pada tahun 1997-1998 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Konsep
ini juga digunakan hingga saat ini karena dianggap paling relevan dan
sesuai dengan kebutuhan Negara Indonesia.
6. Gagasan Tannas berdasarkan SK Menhamkam/Pangab
No.SKEP/1382/XI/1974
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, gangguan, tantangan, baik yang datang dari dalam
maupun luar, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan nasional.
7. Gagasan Tannas menurut Presiden Soeharto pada tahun 1975
Konsep Ketahanan Nasional yang dikemukakan Presiden Soeharto
pada Sidang DPR RI Tanggal 16 Agustus 1975 menegaskan bahwa
Ketahanan Nasional itu merupakan bagian yang penting dari usaha kita
untuk terus membangun diri sendiri dan sanggup membentuk masa
depan sendiri. Ketahanan Nasional dirumuskan oleh Presiden Soeharto
sebagai tingkat keadaan keuletan dan ketangguhan bangsa kita dalam
menghimpun dan mengerahkan keseluruhan kemampuan nasional yg
ada sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu menghadapi
setiap ancaman dan tantangan keutuhan maupun kepribadian bangsa
dalam mempertahankan kehidupan bangsa dan kelangsungan cita-
citanya. Dalam ketahanan di bidang politik dikatakan hak demokrasi
selalu disertai dengan tanggungjawab. Ditegaskan oleh Presiden :
kebebasan yang kreatif berjalanlah terus, bergandengan dengan rasa
tanggung jawab yang besar.
16
8. Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan
integrasi kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada
hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
bangsa dan negara.
258
Lemhannas: Ketahanan Nasional Indonesia Rapuh
Rabu, 13 November 2013 | 17:35
[JAKARTA] Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam kajiannya
menemukan
fakta bahwa ketahanan nasional Indonesia tidak tangguh alias rapuh.
Kesimpulan itu
diambil berdasarkan pengkajian pengukuran ketahanan nasional dari 33
provinsi yang
ada di Indonesia dengan 847 indikator.
“Hasilnya sampai tahun 2012, ketahanan nasional kita tidak tangguh. Apa karena
struktur kelembagaan negara, kultur kita setelah reformasi, atau prosesnya
yang
salah,” kata Deputi Bidang Pendidikan Lemhannas, Mayjen TNI (Purn) I Putu Sastra
dalam diskusi bertajuk “Menata Ulang Sistem Bernegara” di Gedung DPD RI, Jakarta,
Rabu (13/11).
Hadir sebagai pembicara bersama Sekretaris Tim Pengkajian Sistem
Kebangsaan RI
Partai Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa, pengamat politik Yudi Latif, dan
anggota DPD
RI, AM Fatwa.
Menurut Putu, hasil pengkajian ini bersifat kuantitatif, karena masih perlu
diurai lagi
penyebabnya, apakah karena kultur atau struktur yang salah, lembaganya
yang salah
atau prosesnya yang keliru. “Ada 8 gatra yang menjadi ukuran ketahanan nasional,
di
17
antaranya geografi, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
dan
pertahanan dan keamanan (Hakam),” ujarnya.
Putu mengatakan, solusi untuk mengatasi hal ini adalah perlu dilakukan
amendemen
UUD 1945. “Persoalannya tinggal bagaimana mekanismenya, kapan waktunya, dan
sebagainya,” katanya.
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/home/lemhannas-
ketahanannasionalindonesia-
rapuh/44880
18
a.) Dari dalam negeri
- Pemberontakan bersenjata.
- Agresi.
- Spionase.
- Sabotase.
- Kemiskinan.
- Kebodohan.
- Keterbelakangan.
- Narkoba.
19
- Maraknya media propaganda asing.
Tantangan
Tantangan adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menggugah
kemampuan suatu bangsa atau negara.
Hambatan
Hambatan adalah usaha yang berasal dari dalam dengan tujuan untuk
melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
Gangguan
Gangguan yaitu usaha yang berasal dari luar dengan tujuan
melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional.
20
BAB III
SIMPULAN
Ketahanan Nasional
21
Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan nasional
ideologi, politik dan budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari
ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan nasional
Bela Negara
Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer dan
bela negara secara nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri.
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara.
22
Daftar Pustaka
Herdianto Herdianto dan Handayama Jumanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Erlangga
23