Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

DISAJIKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN : Drs. AGUS YUSUF. MM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. RIO TRINANDA 201810215266

2. ALI HUSNI 201810215285

3. M. IHSAN S. 201810215284

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya. Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ketahanan Nasional dan
Bela Negara” dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi bagi
para pembaca guna memenuhi tugas  mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas


wawasan mengenai ketahanan nasional dan bela negara yang
penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi dan berita. Makalah ini penulis susun dengan
berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah


ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Drs. AGUS YUSUF. MM selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan

2. Teman-teman semuanya yang telah memberikan motivasinya.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki.
Oleh karena itu, penyusun mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

ii
Bekasi, 22 September 2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Esensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara...................................................3


2.1.1 .Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional .......................................................3
2.1.2 Esensi dan Urgensi Bela Negara .................................................................10
2.2 Dinamika Ketahanan Nasional Indonesia.......................................................14
2.3 Tantangan Ketahanan Nasional Indonesia .....................................................18

BAB III
PENUTUP..............................................................................................................21

A. Simpulan....................................................................................................21

Daftar Pustaka……………………………………....……………………………23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh


bangsa. Sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak bangsa atau negara
karena potensi yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan
alam yang banyak (Sutoyo, 2011). Bahkan setelah Indonesia merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945, harus menghadapi ancaman dan gangguan baik yang
bersifat fisik sampai ideologi. Sampai saat ini ancaman dan hambatan yang
harus dihadapi Indonesia kian kompleks, yaitu ancaman, tantangan, hambatan,
dan gangguan (ATHG) yang memengaruhi berbagai aspek astra gatra terutama
gatra ideologi, politik, dan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah ancaman
separatis ditunjukkan banyaknya wilayah atau propinsi di Indonesia yang ingin
melepaskan dirinya merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh, Riau, Irian
Jaya, Irian Jaya dan beberapa daerah lainnya. Begitu pula beberapa aksi
provokasi yang mengganggu kestabilan kehidupan hingga terjadi kerusuhan
yang diwarnai nuansa etnis dan agama.

Tapi bangsa Indonesia telah berusaha dan berhasil menghadapi berbagai


hal tersebut dengan semangat persatuan dan keutuhan. Diperlukan keuletan
dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menjaga dan menjamin keutuhan keberlangsungan
bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional yang disebut dengan
ketahanan nasional. Selain itu, bela negara merupakan implementasi bangsa
Indonesia dalam peranannya menjalankan konsepsi Ketahanan Nasional
Indonesia sehingga tercipta dan terjaganya keamanan, keutuhan, kesejahteraan
dan kedamaian negara Indonesia. Sehingga penulis mengambil judul “Esensi,
Urgensi, Dinamika, dan Ancaman Ketahanan Nasional Indonesia”.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa esensi, urgensi, dan dinamika ketahanan nasional Indonesia ?


2. Apa esensi dan urgensi bela negara ?
3. Apa tantangan ketahanan nasional Indonesia dan solusinya ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. Untuk memahami esensi, urgensi, dinamika dan tantangan ketahanan
nasional 2. Untuk memahami esensi dan
urgensi bela negara 3. Dapat
mengimplementasikan konsepsi ketahanan nasional Indonesia
4. Memberikan solusi akan permasalahan ketahanan nasional yang ada di
Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan tentang ketahanan nasional di Indonesia.

2. Manfaat praktis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
mengenai ketahanan nasional Indonesia dan bela negara sehingga tergerak
mengimplementasikan, ikut memberikan solusi akan masalah yang
memengaruhi aspek ketahanan nasional dan terwujudnya rasa cinta tanah
air.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Esensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara

2.1.1 Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional

Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional


bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah negara Republik
Indonesia sebagai ruang lingkup nasional guna merancang arahan
tentang kebijakan, sarana, dan sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia dirumuskan
dalam wujud Konsepsi Ketahanan Nasional (Heny Herdiwanto&
Jumanta Hamdayama, 2010). Ketahanan nasional Indonesia adalah
kondisi dinamis suatu bangsa atau Indonesia yang meliputi segenap
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari
luar, untu menjamin identitas, integritas dan kelangsungan hidup
bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional
(Lemhamnas, 200:98) kondisi ini dibina terus menerus dan sinergi
mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan nasional.

Konsepsi ketahanan Indonesia merupakan pedoman untuk


meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan. Pernyataan konseptual yang kompleks
tersebut dapat dijelaskan unsur-unsurnya (Sunarso dan Kus Eddi
Sartono) :

a) Ketangguhan adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau


sesuatu dapat bertahan karena beban yang dipikulnya.

3
b) Keuletan adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang sangat
keras dalam menggunakan kemampuan untuk mencapai tujuan.
c) Identitas adalah cirri khas suatu bangsa dan Negara dilihat secara
keseluruhan (holistic)
d) Integritas adalah kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional
suatu bangsa baik unsure sosial maupun alamiah, baik yang bersifat
potensial maupun fungsional.
e) Ancaman adalah hal usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan
yang dilakukan secara konseptual, criminal, dan politis.
f) Tantangan adalah hal atau usaha yang bersifat menggugah
kemampuan yang terjadi karena kondisi yang menyebabkan
seseorang melakukan tindakan untuk menanggulangi keadaan yang
ada didepannya.
g) Hambatan adalah hal atau usaha dari diri sendiri yang bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.
h) Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar, bersifat dan
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.

A. Hakikat dan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia


1) Hakikat ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mencapai
tujuan nasional.
2) Konsepsi ketahan nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara selaras,
serasi, dan seimbang seluruh aspek kehidupan bangsa dan
Negara Indonesia.

4
B. Asas-Asas Ketahan Nasional Indonesia

Asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku


berdasarkan nilai-nilai pancasila, UUD 1995, dan wawasan
nusantara yang terdiri dari :

1. Asas kesejahteraan dan keamanan


Asas kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam
kehidupan nasional yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan yang tanpa keduannya system kehidupan nasional
tidak dapat berlangsung atau berjalan lancar.
2. Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu
Sistem kehidupan nasional mencakup aspek kehidupan bangsa
dalam perwujudan persatuan dan kesatuan yang selaras, serasi,
dan seimbang seluruh aspek kehidupan bermasyaraat,
berbangsa dan bernegara.
3. Asas mawas kedalam dan mawas keluar
 Mawas kedalam
Bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi
kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai
kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan
kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan
tangguh.
 Mawas keluar
Bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan
serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri
dan menerima kenyataan adanya interaksi dan
ketergantungan dengan dunia internasional.
4. Asas kekeluargaan
Asas ini yang menggakui adanya keanekaragaman di Indonesia
yang harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan
kemitraan agar tidak berkembang menjadi konflik saling
menghancurkan.

5
C. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
a. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan
sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan yang mengandung
prinsip tidak mudah menyerah dengan tumpuan pada integritas
dan kepribadian bangsa.
b. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap, ia dapat meningkat atau
menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara,
serta lingkungan strategisnya.
c. Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional Indonesia secara
berlanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan
kemampuan dan kekuatan bangsa, makin tinggi tingkat
ketahanan nasional maka makin tinggi pula nilai kewibawaan
dan daya tangkal yang dimiliki oleh bansa dan Negara
Indonesia.
d. Konsultasi dan kerjasama
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan
sikap konfrontasi danjantagonis tidak mengandalkan kekuatan,
kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap
konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan
mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

D. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional Model Indonesia

Terdiri atas delapan unsur yang dinamakan Asta Gatra


(delapan gatra), yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra) alamiah dan
Panca Gatra (lima gatra) sosial. Unsur atau gatra dalam ketahanan
nasional Indonesia tersebut, sebagai berikut;
Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra) yaitu:
1) Gatra letak dan kedudukan geografi

6
2) Gatra keadaan dan kekayaan alam
3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu:
1) Gatra ideologi
2) Gatra politik
3) Gatra ekonomi
4) Gatra sosial budaya (sosbud)
5) Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)
Model Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang
kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini
dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai
dengan menggunakan kemampuannya. Model ini merupakan hasil
pengkajian Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Adapun
penjelasan dari masing masing gatra tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Gatra letak geografi atau wilayah menentukan kekuatan


nasional negara.
Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi; Bentuk
wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulauan
atau negara kontinental. Dalam kaitannya dengan wilayah
negara, pada masa sekarang ini perlu dipertimbangankan
adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan
komunikasi. Suatu wilayah yang pada awalnya sama sekali
tidak mendukung kekuatan nasional karena penggunaan
teknologi, wilayah itu kemudian bisa menjadi unsur kekuatan
nasional negara .Sumber kekayaan alam dalam suatu wilayah
baik kualitas maupun kuantitasnya sangat diperlukan bagi
kehidupan nasional. Oleh karena itu, keberadaannya perlu
dijaga dan dilestarikan. Kedaulatan wilayah nasional,
merupakan sarana bagi tersedianya sumber kekayaan alam dan
menjadi modal dasar pembangunan. Pengelolaan dan

7
pengembangan sumber kekayaan alam merupakan salah satu
indikator ketahanan nasional.

2. Gatra penduduk sangat besar pengaruhnya terhadap


upaya membina dan mengembangkan ketahanan nasional.
Meliputi jumlah (kuantitas), komposisi, persebaran, dan
kualitasnya. Penduduk yang produktif, atau yang sering
disebut sebagai sumber daya manusia yang berkualitas,
mempunyai korelasi positif dalam pemanfaatan sumber daya
alam serta menjaga kelestarian lingkungan hidup (geografi),
baik fisik maupun sosial.

3. Gatra ideologi

Menunjuk pada perangkat nilai-nilai bersama yang diyakini


baik untuk mempersatukan bangsa. Bangsa Indonesia yang
bersatu sangat penting untuk mendukung kelangsungan
hidupnya. Hal ini dikarenakan Bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keadaan
ini mempunyai dua peluang, yakni berpotensi perpecahan, dan
yang kedua berpotensi sebagai kekayaan bangsa,
menumbuhkan rasa kebanggaan, dan bersatu. Unsur ideologi
diperlukan untuk mempersatukan bangsa yang beragam ini.
Bagi bangsa Indonesia, nilai bersama ini tercermin dalam
Pancasila.

4. Gatra politik

Berkaitan dengan kemampuan mengelola nilai dan sumber


daya bersama agar tidak menimbulkan perpecahan tetap stabil
dan konstruktif untuk pembangunan. Politik yang stabil akan
memberikan rasa aman serta memperkokoh persatuan dan
kesatuan nasional. Pada gilirannya keadaan itu akan
memantapkan ketahanan nasional suatu bangsa. Gatra politik

8
ini nantinya diwujudkan dalam sistem politik yang diatur
menurut konstitusi negara dan dipatuhi oleh segenap elemen
bangsa.

5. Gatra ekonomi.

Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan


kekuatan nasional negara yang bersangkutan terlebih di era
global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara.
Kemajuan pesat di bidang ekonomi tentu saja menjadikan
negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kekuatan dunia.
Contoh Jepang dan Cina. Setiap negara memiliki sistem
ekonomi tersendiri dalam rangka mendukung kekuatan
ekonomi bangsanya. Ekonomi yang kuat tentu saja dapat
meningkatkan ketahanan eknomi negara yang bersangkutan.

6. Gatra sosial budaya.

Dalam aspek sosial budaya, nilai-nilai sosial budaya, hanya


dapat berkembang di dalam situasi aman dan damai.
Tingginya nilai sosial budaya biasanya mencerminkan tingkat
kesejahteraan bangsa baik fisik maupun jiwanya. Sebaliknya
keadaan sosial yang timpang dengan segala kontradiksi di
dalamnya, memudahkan timbulnya ketegangan sosial. Kondisi
sosial budaya masyarakat Indonesia disokong dengan baik
oleh seloka Bhinneka Tunggal Ika. Selama seloka ini
dijunjung tinggi maka ketahanan sosial budaya masyarakata
relatif terjaga.

7. Gatra pertahanan keamanan Negara

. Unsur pertahanan keamanan negara merupakan salah satu


fungsi pemerintahan negara. Negara dapat melibatkan
rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari

9
hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan
sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat
semesta dengan menempatkan Tentara Nasional Indonesia
sebagai komponen utama pertahanan didukung komponen
cadangan dan komponen pendukung, terutama dalam hal
menghadapi bentuk ancaman militer. Sedangkan dalam
menghadapi ancaman nonmiliter, sistem pertahanan
menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan
sebagai unsur utama sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman
yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari
kekuatan bangsa.

2.2.2 Esensi dan Urgensi Bela Negara

Bela negara adalah sikap, tekad dan juga perilaku warga negara yang
dilakukan secara menyeluruh, teratur serta terpadu dan juga dijiwai oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk menjamin kelangsungan
hidup berbangsa. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi
UUD 1945, yakni:

a. Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
b. Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik.
Bela negara secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi
musuh (secara militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih
sempit daripada bela negara secara nonfisika.

10
A. Bela Negara Secara Fisik
Menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit
daripada bela keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara
fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional
Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan
dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih
(Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari
Undang-undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri
dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa),
Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra
Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah
mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lain-lain. Rakyat Terlatih
mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan
Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi
yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau
pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-
unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam
menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Sementara fungsi
Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana
Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur.Bila keadaan
ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat pula
dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi
warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di
banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti
pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional
Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya
sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus
penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat
dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun
tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur
dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan

11
latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil
misalnya dokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di
Dinas Hukum, akuntan di Bagian Keuangan, penerbang di Skuadron
Angkatan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah
dimaksudkan.sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi
memperkenalkan “dwi-fungsi sipil”. Maksudnya sebagai upaya
sosialisasi “konsep bela negara” di mana tugas pertahanan keamanan
negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak
dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.

B. Bela Negara Secara Nonfisik


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa bela negara tidak
selalu harus berarti “memanggul senjata menghadapi musuh” atau
bela negara yang militerisitik.Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara keikutsertaan warga negara dalam
bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Pendidikan
kewarganegaraan diberikan dengan maksud menanamkan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan kewarganegaraan dapat
dilaksanakan melalui jalur formal (sekolah dan perguruan tinggi) dan
jalur nonformal (sosial kemasyarakatan).

Bela negara memiliki kedudukan yang penting karena merupakan


implementasi dan upaya bangsa Indonesia sehingga tidak terjadi
perpecahan dalam negara Indonesia demi terjaganya kelangsungan
hidup dan keutuhan negara sesuai dengan dinamika ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan. Bela negara memiliki fungsi,
tujuan dan manfaat sebagai berikut:

A.       Tujuan Bela Negara


a. Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
b. Menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara.

12
c. Melestarikan budaya.
d. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan juga negara.
e. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara.

B.      Fungsi Bela Negara


a. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
b. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
c. Merupakan panggilan sejarah.
d. Menjaga keutuhan wilayah negara.

C. Manfaat Bela Negara


Bela negara memiliki beragam manfaat, baik bagi individu masing-
masing warga negara ataupun bagi negara itu sendiri. Berikut ialah
beberapa contoh manfaat bela negara:
a. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai
dengan
kemampuan masing-masing.
b.   Membentuk Iman dan Taqwa pada masing-masing Agama.
c.   Melatih jiwa kepemimpinan dalam memimpin diri sendiri
ataupun kelompok.
d.   Menghilangkan sikap negatif, misalnya malas, apatis, boros,
egois, dan tidak disiplin.
e.   Membentuk sikap disiplin akan waktu, aktivitas, dan juga
pengaturan
kegiatan lain.
f.   Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, serta kepedulian
antar sesama.
g.  Membentuk jiwa kebersamaan serta solidaritas antar sesama
rekan seperjuangan.
h.  Membentuk mental dan juga fisik yang tangguh.
i.   Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama.

13
j.   Melatih kecepatan, ketepatan, ketangkasan individu dalam
melaksanakan
beragam kegiatan.

2.1 Dinamika Ketahanan Nasional Indonesia

Konsep pengertian ketahanan nasional Indonesia sempat mengalami


perubahan untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tetapi berdasarkan pengalaman
sejarah bangsa Indonesia mampu membuktikan bahwa konsep pengertian
ketahanan nasional kita mampu menangkal berbagai bentuk ancaman
sehingga tidak berujung pada kehancuran bangsa atau NKRI. Berikut ini
perkembangan pengertian Konsep Ketahanan Nasional Indonesia (Tannas) :
1. Gagasan Tannas oleh Seskoad pada tahun 1960-an
Istilah ketahanan nasional sudah dikenal sejak awal tahun 1960-an.
Pada saat itu ketahanan nasional belum diberi definisi tertentu dan
belum disusun dalam suatu konsep yang lengkap. Pada waktu itu istilah
ketahanan nasional dipakai dalam rangka pembahasan masalah
pembinaan teritorial atau masalah pertahanan keamanan pada
umumnya. Sedangkan secara historis, gagasan tentang ketahanan
nasional bermula pada awal tahun 1960-an di kalangan militer angkatan
darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997).
Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni
Sovyet dan Cina. Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo
Cina sehingga satu per satu kawasan Indo Cina menjadi negara
komunis seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Tahun 1960-an terjadi
gerakan komunis di Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan pemberontakan pada
30 September 1965 namun akhirnya dapat diatasi (Paristiyanti
Nurwardani, 2017). Berbeda dengan Negara Yugioslavia yang telah
terpecah dalam banyak seperti Bosnia Herzegovina, Kroasia, Serbia,
Slovenia, Makedonia, dan Montenegro. Bahkan Kosovo telah
memproklamirkan dirinya sebagai negara baru meskipun tidak banyak

14
mendapat pengakuan dari negara lain. Terjadinya perpecahan tersebut
dikarenakan tidak kuatnya konsepsi dan implementasi pertahanan
nasional Negara Yugoslavia terutama aspek ideologi.
2. Upaya Penggagasan Konsep Ketahanan Nasional 1962 oleh Lemhannas
Sekitar awal tahun l962 ada usaha-usaha untuk mengembangkan
pola gagasan Ketahanan Nasional  tersebut,  terutama  oleh  Panitia
Pendirian Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas). Kemudian pada
tahun 1965 Lemhannas diresmikan, maka lembaga ini selalu berusaha
mempopulerkan dan menyempurnakan konsep Ketahanan Nasional.
3. Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1968
Pada tahun 1968 Lemhannas untuk pertama kalinya
memperkenalkan konsep pertahanan nasional pada publik. Pada waktu
itu Lemhannas mendefinisikan ketahanan nasional sebagai keuletan dan
daya tahan bangsa dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
4. Revisi Gagasan Tannas oleh Lemhanas pada tahun 1969
Pengertian tersebut direvisi oleh Lemhannas pada tahun 1969,
menjadi keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun yang
datang dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
5. Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1972
Kata “segala” pada konsep sebelumnya ditelaah kembali dan
menunjukkan kesadaran akan spectrum ancaman yang lebih dari
sekedar ancaman komunis dan atau pemberontakan. Kesadaran akan
spectrum ini diperluas tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (ATHG). Konsep Ketahanan Nasional tahun
1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan

15
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik
yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak
langsung yang membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan
nasional. Konsepsi ini mampu menghadapi krisis ekonomi dan politik
pada tahun 1997-1998 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Konsep
ini juga digunakan hingga saat ini karena dianggap paling relevan dan
sesuai dengan kebutuhan Negara Indonesia.
6. Gagasan Tannas berdasarkan SK Menhamkam/Pangab
No.SKEP/1382/XI/1974
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, gangguan, tantangan, baik yang datang dari dalam
maupun luar, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan nasional.
7. Gagasan Tannas menurut Presiden Soeharto pada tahun 1975
Konsep Ketahanan Nasional yang dikemukakan Presiden Soeharto
pada Sidang DPR RI Tanggal 16 Agustus 1975 menegaskan bahwa
Ketahanan Nasional itu merupakan bagian yang penting dari usaha kita
untuk terus membangun diri sendiri dan sanggup membentuk masa
depan sendiri. Ketahanan Nasional dirumuskan oleh Presiden Soeharto
sebagai tingkat keadaan keuletan dan ketangguhan bangsa kita dalam
menghimpun dan mengerahkan keseluruhan kemampuan nasional yg
ada sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu menghadapi
setiap ancaman dan tantangan keutuhan maupun kepribadian bangsa
dalam mempertahankan kehidupan bangsa dan kelangsungan cita-
citanya. Dalam ketahanan di bidang politik dikatakan hak demokrasi
selalu disertai dengan tanggungjawab. Ditegaskan oleh Presiden :
kebebasan yang kreatif berjalanlah terus, bergandengan dengan rasa
tanggung jawab yang besar.

16
8. Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan
integrasi kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada
hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
bangsa dan negara.

Meski konsep ketahanan nasional cukup relevan dan mampu menghadapi


ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan hingga saat ini. Tetap
diperlukan perubahan, perkembangan, dan dinamika yang terus menerus.
Guna mengahadapi aneka ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan yang
terus berubah bahkan semakin kompleks. Ketahanan nasional sebagai
kondisi, salah satu wajah Tannas, akan selalu menunjukkan dinamika sejalan
dengan keadaan atau obyektif yang ada dimasyarakat kita. Sebagai kondisi,
gambaran Tannas bisa berubah-ubah, kadang tinggi, kadang rendah.
Berikut ini pemberitaan terkait dengan Tannas sebagai Kondisi:

258
Lemhannas: Ketahanan Nasional Indonesia Rapuh
Rabu, 13 November 2013 | 17:35
[JAKARTA] Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam kajiannya
menemukan
fakta bahwa ketahanan nasional Indonesia tidak tangguh alias rapuh.
Kesimpulan itu
diambil berdasarkan pengkajian pengukuran ketahanan nasional dari 33
provinsi yang
ada di Indonesia dengan 847 indikator.
“Hasilnya sampai tahun 2012, ketahanan nasional kita tidak tangguh. Apa karena
struktur kelembagaan negara, kultur kita setelah reformasi, atau prosesnya
yang
salah,” kata Deputi Bidang Pendidikan Lemhannas, Mayjen TNI (Purn) I Putu Sastra
dalam diskusi bertajuk “Menata Ulang Sistem Bernegara” di Gedung DPD RI, Jakarta,
Rabu (13/11).
Hadir sebagai pembicara bersama Sekretaris Tim Pengkajian Sistem
Kebangsaan RI
Partai Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa, pengamat politik Yudi Latif, dan
anggota DPD
RI, AM Fatwa.
Menurut Putu, hasil pengkajian ini bersifat kuantitatif, karena masih perlu
diurai lagi
penyebabnya, apakah karena kultur atau struktur yang salah, lembaganya
yang salah
atau prosesnya yang keliru. “Ada 8 gatra yang menjadi ukuran ketahanan nasional,
di

17
antaranya geografi, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
dan
pertahanan dan keamanan (Hakam),” ujarnya.
Putu mengatakan, solusi untuk mengatasi hal ini adalah perlu dilakukan
amendemen
UUD 1945. “Persoalannya tinggal bagaimana mekanismenya, kapan waktunya, dan
sebagainya,” katanya.
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/home/lemhannas-
ketahanannasionalindonesia-
rapuh/44880

Berdasar pemberitaan di atas, dinyatakan bahwa kondisi Tannas kita,


konsepsi ketahanan nasional sebagai kondisi, dianggap rapuh meski masih
relevan sampai sekarang. Hal ini berdasarkan hasil pengkajian pengukuran
Tannas. Ukuran yang digunakan adalah ajaran asta gatra yang mencakup
delapan aspek/unsur.

2.3 Tantangan Ketahanan Nasional Indonesia


 Ancaman yaitu usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan yang
dilakukan secara konsepsional (terencana dan terarah) baik melalui tindak
kriminal maupun politis. 

Ancaman dibedakan menjadi 2 yaitu ancaman militer dan ancaman non-


militer. 

1. Ancaman militer merupakan ancaman dengan menggunakan kekuatan


bersenjata yang dinilai mampu membahayakan negara ( baik itu
keutuhan negara, kedaulatan negara dan keselamatan segenap bangsa).
2. Ancaman non-militer (nirmiliter) adalah ancaman yang tidak
menggunakan kekuatan bersenjata namun jika tetap dibiarkan akan
merugikan negara, bahkan dapat membahayakan negara. Ancaman non-
militer memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer,
yaitu tidak bersifat fisik dan bentuknya tidak terlihat seperti ancaman
militer, karena ancaman ini lebih berbentuk pada dimensi ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi, dan keselamatan
umum.

Contoh Ancaman Militer

18
a.) Dari dalam negeri

- Gerakan separatisme (ingin memisahkan diri dan membuat negara baru).

- Pengrusakan lingkungan secara besar-besaran.

- Sabotase dari dalam negeri.

- Aksi terorisme dari dalam negeri.

- Pemberontakan bersenjata.

- Aksi kekerasan dan kejahatan yang berbau SARA.

b.) Dari luar negeri

- Agresi.

- Spionase.

- Sabotase.

- Pelanggaran wilayah oleh negara lain.

- Aksi teror melalui jaringan internasional.

Contoh Ancaman Non-militer

a.) Dari dalam negeri

- Kemiskinan.

- Kebodohan.

- Keterbelakangan.

- Narkoba.

b.) Dari luar negeri 

- Pengaruh arus globalisasi.

- Jaringan narkoba internasional.

19
- Maraknya media propaganda asing.

 Tantangan
Tantangan adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menggugah
kemampuan suatu bangsa atau negara.

Contoh : Di Bidang Politik

Dalam bidang politik terdapat ancaman berupa pemerintahan yang tidak


aspiratif dan responsive atau bisa dikatakan diktator. Pemerintahan yang tidak
mau mendengarkan aspirasi rakyat artinya pemerintah ini tidak demokratis (dari
rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat). Padahal kita tahu bahwa sistem pemerintah
Indonesia adalah sistem pemerintah yang demokratis bukantotaliter (diktator).
Meskipun telah diselenggarakannya pemilu, hal ini tidak menjamin semua suara
serta partisipasi rakyat mendapat bagian dalam pemerintahan. Ini dikarenakan
masih sering manipulasi suara rakyat untuk memenangkan kelompok tertentu
sampai kepada tidak meratanya pemberian hak suara kepada rakyat (ada rakyat
yang berhak menggunakan hak suaranya tetapi tidak tercantum namanya dan
sebaliknya).

 Hambatan
Hambatan adalah usaha yang berasal dari dalam dengan tujuan untuk
melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
 Gangguan
Gangguan yaitu usaha yang berasal dari luar dengan tujuan
melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional.

20
BAB III
SIMPULAN

Dinamika ketahanan nasional Indonesia sejak merdeka sampai saat


ini mengalami beberapa perubahan, yaitu : gagasan Tannas oleh Seskoad
pada tahun 1960-an, gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1968,
upaya penggagasan Tannas 1962 oleh Lemhannas, revisi Gagasan Tannas
oleh Lemhanas pada tahun 1969, gagasan Tannas oleh Lemhannas pada
tahun 1972, gagasan Tannas berdasarkan SK Menhamkam/Pangab
No.SKEP/1382/XI/1974, gagasan Tannas menurut Presiden Soeharto pada
tahun 1975, gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997. Meski gagasan
Tannas masih relevan sampai saat ini menurut data pengukuran yang
dilakukan Lemhamnas berdasar aspek astra gatra. Kondisi Tannas kita,
konsepsi ketahanan nasional sebagai kondisi, dianggap rapuh sehingga
dibutuhkan pengkajian gagasan Tannas yang lebih relevan.

Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah konsep khas bangsa


Indonesia sebagai pedoman pengaturan penyelenggaraan bernegara
dengan berlandaskan pada ajaran asta gatra. Ketahanan nasional sebagai
kondisi adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
daya tahan. Ketahanan nasional sebagai metode atau strategi adalah cara
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan
melalui pendekatan asta gatra yang sifatnya integral komprehensif.

21
Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan nasional
ideologi, politik dan budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari
ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan nasional

Inti dari ketahanan nasional Indonesia adalah kemampuan yang


dimiliki bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman
yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan kompleks, baik dalam
bentuk ancaman militer maupun nirmiliter

Bela Negara

Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari


warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara adalah,
sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara

Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer dan
bela negara secara nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri.
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara.

Bela Negara dapat secara fisik yaitu dengan cara "memanggul


senjata" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik
dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.

Bela negara secara nonfisik adalah segala upaya untuk


mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
terhadap tanah air(salah satunya diwujudkan dengan sadar dan taat
membayar pajak), serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara, termasuk penanggulangan ancaman dan lain sebagainya.

22
Daftar Pustaka

Endang Zaelani Sukaya, Achmad Zubaidi, Sartini, dan Parmono. 2000.


Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta :
Paradigma

Herdianto Herdianto dan Handayama Jumanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Erlangga

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk


Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Paradigma

Kementrian Pertahanan Indonesia. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia.


Jakarta: Kementrian Pertahanan Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jendral Dewan
Ketahanan Nasional
Khoiril. 2015. Wasiat Kebangsaan Presiden Soeharto (5): Stabilitas & Ketahanan
Nasional.
http://soeharto.co/wasiat-kebangsaan-presiden-soeharto-5-stabilitas-ketahanan-
nasional. Diakses 27 Oktober 2017
Kusrahmadi , Sigit Dwi. 2006. Ketahanan Nasional. Jurnal. Tidak diterbitkan.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Yogyakarta : Yogyakarta

Nurwandan, Paristiyanti, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


Tinggi.Yogyakarta: Graha Ilmu

23

Anda mungkin juga menyukai