Anda di halaman 1dari 32

Aspek hukum dalam bisnis

1. 1. ASPEK HUKUM DALAM BISNIS OLEH : DRS. SANWANUDIN NOPAL,M.PD


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE PERTIWI CILEUNGSI

2. 2. PENGERTIAN HUKUM Tujuan Hukum. 1. Ketertiban 2. Ketentraman 3.


Kesejahteraan 4. Kemakmuran Hukum menurut J.C.T. Simorangkir, SH dan
Woerjono Sastropranoto, SH. Adalah Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,
yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat
oleh badan-badan resmi yang wajib, pelanggaran mana terhadap peraturan peraturan
tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu

3. 3. BEBERAPA ASPEK HUKUM DI INDONESIA ASPEK HUKUM Yuridis 1.


Aspek yuridis 2. Aspek Ekonomis 3. Aspek Politis 4. Aspek Sosiologis 5.
Aspek Historis 6. Aspek Merupakan Cultural/kebiasaan 7. Aspek
Agama/Kepercayaan. 8. Aspek Phylosofis. aspek hukum bahwa yang mempunyai
kewenangan membuat peraturan dan tata cara membuatnya adalah badanbadan yang
resmi, seperti DPR, DPRD, Pemerintah. Apabila yang membuat dan tata cara
membuat peraturan tersebut tidak benar (ilegal), maka peraturan tersebut akan
menjadi cacat. Karena yang membuat bukanlah badan yang berwenang.

4. 4. Ekonomis Merupakan gambaran apakah peraturan tersebut mempunyai nilai


ekonomis, dalam arti tidak merugikan masyarakat luas seperti peraturanperaturan
yang bersifat birokrasi sehingga menimbulkan ekonomi tinggi akibat peraturan
tersebut. Politis Dalam pembuatan peraturan tersebut sudahkan melihat dari
beberapa sudut pandang polits, jangan sampai peraturan yang dibuat hanyalah untuk
membuat sekelompok golongan mendapatkan keuntungan, sedangkan
golongan/kelompok lain mendapat kesulitan/kerugian seperti Peraturan tentang Tata
Niaga Cengkeh, Kepres

5. 5. SIStEM HUKUM DUNIA. Civil Law (kontinental) yang dianut oleh negara-
negara eropah kontinental seperti Jerman, Perancis, belanda. Dalam sistem hukum
Civil Law ini kekurangannya adalah tidak cepat mengikuti perkembangan keadaan.
Common Law (anglo Saxon) yang dianut oleh negara-negara yang mempergunakan
bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari seperti Inggris, Amerika, Kanada. Dalam
sistem Common Law ini sangat memperhatikan perkembangan keadaan,
kekurangannya adalah membahas persoalan yang perlu saja (tidak konprehensif).
Islamic Law, yang dianut oleh negara negara Timur tengah Natural Law,
merupakan hukum adat/kebiasaan seperti konsilasi, mediasi, arbitrasi yang berasal
dari negaraa yang sangat menghargai hukum adat negaranya seperti Jepang , China .
Dari pembahasan di atas maka, kata-kata yang sering diucapkan oleh ahli hukum

6. 6. SISTEM HUKUM KUHPerdata/BW. KUHPerdata atau biasa di sebut juga dengan


BW (Burgerlijk Wetboek) adalah suatu Kitab Undangundang yang berisi ketentuan
yang mengatur hubungan hukum antara orang (person) atau Badan Hukum
(rechtspersoon) dengan orang atau Badan Hukum lainnya. Dalam hal ini hubungan
hukum (rechtsbetrekking) yang terjadi itu pada umumnya berkaitan dengan suatu
kepentingan perseorangan (privats/sipil). Sehingga KUHPerdata/BW merupakan
undang-undang yang mengatur tentang hubungan hukum perseorangan, berbeda
dengan KUHPidana yang bersifat Publik (KepentinganUmum).

7. 7. Sistematika KUHPerdata/BW terdiri dari 4 Buku yaitu : Buku : I Mengatur


tentang Orang dan keluarga (Van Persoon) Subyek Hukum atau Hukum Orang
Perkawinan dan Hak Suami Istri Kekayaan Perkawinan Kekuasaan Orang
Tua Perwalian dan pengampuan II Mengatur tentang Perihal Benda (Van
Zaken) Berit (Hak Punya) Eigendom (Hak Milik Mutlak) Opstal (Hak
Pemilikan benda tidak bergerak) Erfpacht (Hak mengusahakan tanah pertanian,
perkebunan) Hipotik (Pengalihan Benda Tidak Bergerak) Gadai (Pengalihan
Benda Bergerak)

8. 8. III Mengatur tentang Perikatan (Van Verbintenissen) IV. Mengatur tentang


Pembuktian dan Kadaluarsa (Van Bewijs en Verjaring). Jual Beli
Tukar menukar Sewa menyewa Perjanjian perburuhan Badan
Usaha Borgtoch (perjanjian terikat pihak ketiga) Perbuatan melanggar Hukum
Macam-macam pembuktian seperti Surat; Saksi; Persangkaan; Pengakuan; Sumpah.
Lewat waktu (Daluarsa). Sehubungan dengan KUHPerdata adalah merupakan hukum
yang mengatur tentang hubungan orang atau badan, maka sudah pasti akan terjadi
suatu perjanjian atau perikatan, maka dalam hal ini sesuai dengan Buku III
KUHPerdata.

9. 9. Hukum sebagai sarana pembangunan. Dalam GBHN menyebutkan bahwa


pembinaan bidang hukum harus mampu mengarahkan dan menampung kebutuhan-
kebutuhan hukum yang disesuaikan menurut tingkat kemajuan pembangunan di
segala bidang, sehingga tercipta ketertiban dan kepastian hukum sebagai sarana yang
mengarah peningkatan pembinaan bangsa (kesatuan bangsa), sekaligus berfungsi
sebagai sarana pembangunan yang menyeluruh baik itu dalam bidang hukum itu
sendiri maupun dalam menciptakan suatu sistem hukum pembangunan nasional,
sesuai dengan perkembangan hukum ekonomi yang diarahkan mampu terus
meningkatkan taraf hidup setiap warga negara untuk mencerdaskan bangsa dan
memajukan kesejahteraan keadilan bagi setiap warga negara Indonesia. Hukum
sebagai sarana penegakan keadilan. Tujuan pembangunan secara berencana
adalah untuk secara bertahap mengubah dan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat , maka perubahan masyarakat secara terarah itu akan
mengakibatkan perubahanperubahan hubungan antar manusia yang mungkin kurang
dikehendaki, atau disadari oleh fihak-fihak yang akan mengakibatkan ketegangan-
ketegangan sesuai dengan semakin meningkatnya pembangunan. Hukum sebagai
sarana penegakan keadilan harus mempunyai ciri-ciri : Aturan yang sangat bagus
Ketegasan aparat Sarana lengkap Ketaatan masyarakat pada hukum tsb.

10. 10. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat. Dalam setiap pembentukan
hukum haruslah bersifat mendidik bagi seluruh masyarakat, tanpa kecuali. Hal ini
karena pembangunan yang berencana pada hakikatnya tidak hanya akan membawa
serta tetapi bahkan memerlukan sebagai syarat terjadinya perubahan-perubahan nilai
sosial dan norma-norma hukum yang mencakup 3 bidang yaitu : Perubahan nilai-nilai
kehidupan sosial, yang tradisional menjadi nilai-nilai sosial yang modern.
Perubahan nilai-nilai sosial Politik, yang berlandaskan hidup kesukuan (jawa,
sunda, bugis, Bali dll) yang kedaerahan itu menjadi nilai sosial indonesia sesuai
PANCASILA DAN UUD 1945. Perubahan nilai sosial ekonomi, yang berlaku bagi
suatu masyarakat heterogen agraria, menjadi nilai-nilai sosial ekonomis yang cocok
bagi suatu masyarakat heterogen-industrial

11. 11. PRANATA HUKUM BISNIS BERLAKU DI DUNIA Menurut Prof. Dr. Sunaryati
Hartono, SH haruslah mempunyai empat (4) fungsi Hukum sebagai pemeliharaan
ketertiban & keamanan. Peranan pemelihara ketertiban dan keamanan memanglah
tepat, karena hukum merupakan suatu hal yang bersifat memaksa agar setiap orang
mematuhi aturanaturan hukum, hal ini dalam rangka menciptakan kondisi yang stabil,
agar dalam pelaksanaan perekonomian berjalan dengan lancar tanpa
hambatan/gangguan. Menurut ROSCOE POUND dalam bukunya An Introduction to
the Philosophy of Law bahwa hukum sebagai 1) Social Interest dan 2) social
enginering mempunyai 3 persamaan yaitu : Sesuatu ciptaan adalah kehendak Ilahi,
atau Hans Kelsen menyebut Grundnorn yaitu seperti Al-Quran dll. Suatu cara
tertentu diikuti secara mutlak, untuk mengkonkretkan Grundnorm yang telah
dibentk ke dalam norma-norma yang mengatur tindak tanduk manusia. Suatu sistem
kaedah-kaedah yang mengatur tindak tanduk hubungan antara manusia melalui
proses tradisi, pemikiran logika, aparat politis, sistem ilmiah dianggap paling tepat
oleh masyarakat hukum

12. 12. HUKUM PERBURUHAN/KETENAGAKERJAAN Perkembangan sejarah


ketenagakerjaan Sistem Hukum perburuhan atau yang saat sekarang lebih dikenal
dengan istilah ketenagakerjaan (untuk memperhalus istilah),
sebenarnya sejak tahun 1819 sudah ada perdagangan bebas (WTO), hal ini dapat
dilihat dengan adanya aksi mogok buruh di AS yang menuntut tiga hal : Perbaikan
upah kerja Jam terbang kerja yang wajar (8 jam/perhari) Kebebasan mengikuti
kegiatan organisasi (SPSI) Oleh karena itu perdagangan bebas bukanlah merupakan
hal yang baru, seperti banyak para pakar baik itu pakar hukum, ekonomi, atau
sebagainya menyebutkan bahwa dunia baru memasuki masa perdagangan bebas (era
globalisasi) dengan indikasi banyaknya organisasi dunia yang muncul seperti ILO,
AFTA, GATT dan lain-lain, maka pada tanggal 1 Mei merupakan hari buruh sedunia
yang biasa dirayakan dengan aksi-aksi mogok kerja atau lain sebagainya di seluruh
dunia. Dalam bidang tenaga kerja, pembangunan nasional ditujukan pada terwujudnya
kosntitusi indonesia yang di atur dalam pasal 27 (2) UUD 1945 Tiap-tiap
warganegara berhak atas pekerjaan danpenghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Dalam pasal ini menghendaki agar tiap orang yang ingin bekerja dapat memperoleh
penghasilan yang cukup dan layak bagi diri dan keluarganya. Oleh karena itu kata
kerja mempunyai makna menurut hukum Islam adalah bekerja mencari nafkah yang
halal adalah kewajiban pokok manusia setelah kewajiban beribadah sholat lima waktu

13. 13. Para Ulama Fiqh membuat tertib Urutan kewajiban ini : Kewajiban
kepada Allah, diri sendiri, istri, anak dan kepada kerabat serta
kepada masyarakat. Sesuai dengan Sabda Rosullah SAW sbb: Bekerja mencari yang
halal itu suatu kewajiban sesudah ibadah (HR. Tabrani dan Baihaqi) Makna dan adab
Kerja dalam pemanfaatan waktu hal. 152,153 Hubungan perburuhan mempunyai
banyak paham/aliran tentang seperti : Paham Liberalisme : Lebih menitik beratkan
pada kebebasan individu, lebih tinggi meletakkan kepentingan individu dari pada
masyarakat. Campur tangan pemerintah tidak dibenarkan, diupayakan peranan
pemerintah sekecil mungkin/tidak dominan. Penggunaan hak-hak buruh/penguasaha
dapat digunakan secara bebas dalam paham ini terjadi BARGAIN POWER /
KEKUASAAN TAWAR MENAWAR Paham Marxisme menempatkan kepentingan
masyarakat dari pada individu tidak mempunyai kebebasan mutlak individu,
pertentangan kelas buruh/pengusaha sangat tajam oleh karena itu doktrinini selalu
mempersoalkan konflik buruh dengan pengusaha. Buruh menganggap pengusaha
adalah orang yang menekan dan buruh orang yang ditekan. Kadang kala unjuk rasa
dan pemogokan merupakan senjata untuk menekan pengusaha. Dari kedua paham
tersebut Indonesia mempunyai paham sendiri tentang perburuhan yaitu Hubungan
Industrial Pancasil, dimana Dalam Hubungan kerja, sangat erat hubungan perburuhan
yang di dalamnya ada 3 partied yaitu Buruh Pengusaha Pemerintah

14. 14. Definisi Buruh/Tenaga Kerja Mr. Neh Van Esveld Suatu pekerjaan dilakukan
di bawah pimpinan yang meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh Swa pekerja
yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri Mr. MG.
Levenbach Suatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang
dilakukan di bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung
bersangkutan paut dengan hubungan kerja. Mr. S. Mok
Hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang
lain dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan pekerjaan
itu. Prof. Imam Soepomo, SH. Himpunan peraturan baik tertulis/ tidak tertulis yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah. Kejadian atau kenyataan dimana seseorang biasanya disebut buruh,
bekerja pada orang lain, biasanya disebut majikan dengan memberi upah dengan
mengeyampingkan pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang
dilakukan di bawah pimpinan (bekerja pada orang lain yang mengeyampingkan pula
persoalan antara pekerjaan (arbeit) dan pekerja (arbrider). Inti dari pengertian definis
di atas adalah : Harus ada peraturan yang mengatur hal tsb. Ada majikan Kebebasan
melakukan pekerjaan sepanjang sesuai dengan peraturannya. Upah yang cukup

15. 15. Teori Upah Teori Sewa wajib : Penyelesaian antara tenaga kerja dengan
penguasa yang harus diberitahukan dengan surat ditujukan kepada pegawai depnaker
untuk memberi peraturan dalam penyelesaian ini. Teori Upah Hukum Besi
( Ricardo) Suatu pendekatan upah dipakai Teori upah hukum alam ( Imam
Soepomo, SH). Upah ditetapkan atas dasar bekerja yang perlukan untuk
memelihara, memulihkan tenaga kerja yang habis dipakai, agar tetap dapat dipakai
terus menerus. untuk menerima babakan kaum tenaga kerja. Persediaan
upah ( Stewart will Senior) Suatu pembayaran upah sudah tersedia sejumlah tertentu,
yang bersifat uang muka dari pihak majikan. Upah Etika Upah harus menjamin
penghidupan yang baik tenaga kerja sendiri, keluarganya, yang menetapkan
kedudukan berdasarkan jumlah keluarganya. Upah Sosial Upah dibayar sesuai
kecakapan dan kebutuhan tenaga kerja itu sendiri. Landasan Peraturan Perburuhan

16. 16. Dalam sistem hukum perburuhan sudah sewajarnya harus ada aturan-aturan yang
dapat melandasi semua hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, agar tidak ada
permasalahan (dieleminir seminimal mungkin permasalahan yang timbul). Oleh
karena itu dalam hal ini ada beberapa landasan hukumnya sbb: Secara Normatif (I)
Pancasila Ketentuan/peraturan seperti (Konstitusi, GBHN, UU, PP, Perpu,
Keppres, Kepmen,Perda.) Azas Kebiasaan Teori Traktat/Perjanjian
Hasil penelitian Secara Normatif (II) Yaitu hal yang dilakukan di Amerika pada
setiap perusahaan yang beroperasi di Amerika, yang belum atau tidak dilakukan
oleh Indonesia, yaitu : mewajibkan kepada Perusahaan untuk menyerahkan
keuntungan perusahaan kepada negara sebesar + 65 % untuk digunakan kegiatan
sosial, pendidikan, pemeliharaan lingkungan dll, dan sisanya 35 % diambil oleh
perusahaan itu sendiri, maka dalam hal ini banyak perusahaan asing yang lari dari AS
dan mencari daerah berkembang yang belum/tidak menerapkan sistem tersebut, tetapi
ada juga perusahaan yang dapat laba memanfaatkan labanya untuk memberikan
bantuan beasiswa, atau olah raga, pemerhati lingkungan.

17. 17. Secara Empiris Berdasarkan hasil penelitian/ kenyataan yang ada baik itu di
Dalam negeri yang berdasarkan ( Tuntutan hidup, Pemerataan, Kemiskinan, Lapangan
kerja, dll). Mupun yang berasal dari Luar Negeri (ILO, WTO, AFTA, GATT) yang
masih memberikan perhatian terhadap masalah : (Buruh, HAM, Kemiskinan,
Pemerataan, aturan normatif) Dari kedua hal (Normatif dan empiris), maka akan
menghasilkan politik hukum dan budaya hukum buruh yang dikehendaki/ yang akan
dilakukan (Politik will). Undang-undang yang melandasi peraturan perburuhan sbb:
UUD (Konstitusi) Pancasila UU No. 23/53 tentang Wajib lapor Perusahaan
UU No. 21/54 tentang perjanjian perburuhan UU No. 80/57 tentang pengupahan
UU No. 12/64 tentang Pemutusan Hub. Kerja. UU No. 5/86 tentang PTUN UU
No. 3/96 tentang Jamsostek UU No. 21/96 tentang Keselamatan Kerja. UU
No.25/97 tentang Ketentuan Pokok T.K.

18. 18. Penyelesaian Kasus Dalam penyelesaian kasus-kasus perburuhan , sudah ada
lembaganya yaitu : Dalam Negeri : P-4/PD = Panitia Penyelesaian perselisihan
perburuhan (daerah atau Pusat (D,P). Damai Bani (badan khusus di luar
peradilan yang ada) Peradilan (Umum (UU No.14/70 Jo UU No. 30/98, Tinggi,
PTUN (UU No. 5/85), MA) Luar Negeri :Damai (Mediasi, negoisasi,
Konsiliasi)Lembaga Arbitrase (UU No. 30/99)

Aspek Hukum dalam Ekonomi

1. 1. Hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat olehpenguasa negara yang


mengikat setiap orang danpelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segalapaksaan
oleh alat-alat negaraM.H. Tirtaamidjaja, S.HHukum adalah himpunan peraturan
peraturan yang mengurustata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati
olehmasyarakat itu sendiri

2. 2. Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunanperintah dan larangan untuk


mencapai ketertibandalam masyarakat dan oleh karenanya masyarakatharus
mematuhinya.Dengan demikian, hukum memiliki ciri-ciri :2.Adanya perintah /
larangan3.Perintah dan larangan tersebut harus ditaati setiap orang

3. 3. Tujuan hukum secara singkat* keadilan* kepastian* kemanfaatanProf Subekti,


SH :Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapaikemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya dengan caramenyelenggarakan keadilan. Keadilan itu
menuntut bahwadalam keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian yangsama
pula.

4. 4. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn :Tujuan hukum adalah mengatur hubungan antara
sesama manusiasecara damai. Hukum menghendaki perdamaian antara
sesama.Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara telitidan
seimbang.Geny :Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dania
kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur darikeadilan.

5. 5. Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkankeadilan, menjamin adanya


kepastian hukum dalammasyarakat serta mendapatkan kemanfaatan atas
dibentuknyahukum tersebut. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiaporang tidak
menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiapperkara harus diputuskan oleh hakim
berdasarkan denganketentuan yang sedang berlaku.

6. 6. Sumber-sumber HukumSumber hukum pada hakikatnya dibedakan menjadi dua


jenisyaitu:1. Sumber hukum materiilYaitu sumber hukum yang menentukan isi suatu
peraturan ataukaidah hukum yang mengikat setiap orang. Sumber hukummateriil
berasal dari perasaan hukum masyarakat, pendapatumum, kondisi sosial-ekonomi,
hasil penelitian ilmiah, tradisi,agama, moral, perkembangan internasional, geografis,
dan politikhukum.

7. 7. 2. Sumber hukum formilSumber hukum formil yang dikenal dalam ilmu hukum
berasal dari 6 jenis,yaitu:a. UU (tertulis atau tidak tertulis)b. Kebiasaan (Konvensi)c.
Traktat1) Treaty, perjanjian yang harus disampaikan kepada DPR untuk
disetujuisebelum diratifikasikepala negara.2) Agreement, perjanjian yang di ratifikasi
terlebih dahulu oleh kepala negarabaru disampaikan kepada DPR untuk diketahui.d.
Yurisprudensie. Doktrinf. Hukum Agaram (melalui kodifikasi)

8. 8. Asas hukum tentang berlakunya UU, yaitu:* UU tidak berlaku surut* Asas lex
inferiori superior derogat legi* Asas lex posteriori derogat legi priori* Asas lex
specialis derogat legi generali

9. 9. Cara mempertahankannya : Hukum Materiil; mengatur hubungan dan


kepentingan yang berupa perintah dan larangan; Contoh KUHP : Pasal 363 Tentang
Pencurian Hukum Formil : cara menegakkan perintah dan Sifatnya: Hukum yang
memaksa, mempunyai sanksi; Hukumpelanggaran; Pelengkap;

10. 10. Isinya: Hukum Privat (Hukum Sipil): Hukum Perdata dan Hukum Dagang (dalam
arti luas, hk. Dagang saja dalam arti sempit); Hukum Publik (Hukum Negara); Hukum
yg mengatur hubungan negara dengan warga negaranya b.1 Hukum Tata Negara:
hukum yg mengaturdan aparatnya, terdiri atas: bentuk dan susunan suatu negara
serta hubungan kekuasaan anatara lat-alat perlengkapan negara satu sama lain,
hubungan pemerintah. pusat b.2 Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha
Negara);dengan pemda; b.3hukum yg mengatur cara menjalankan tugas alat
perlengkapan negara; b.4 Hukum Internasional (Perdata dan Publik) [1] PaulHukum
Pidana[1]; Schlten dan Logemann menganggap hukum pidana bukan hukum publik.
Sumber-sumber hukum bisnis

1) Perundang-Undangan
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara
yang berwenang dan mengikat masyarakat. Produk hukum tertulis yang sengaja diciptakan
oleh pihak yang berwenang untuk mengatur kehidupan masyarakat, termasuk dibidang
ekonomi dan bisnis.

Sumber hukum perudangan terbagi menjadi:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel Indonesia
(WvK)

KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan perkembangan lapangan


hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang telah terkodifikasi, KUHD masih terdapat
kekurangan dimana kekurangan tersebut diatur dengan peraturan perundang-undangan yang
lain.
KUHD Indonesia dibawa oleh orang Belanda ke tanah air kita sekitar satu abad yang
lalu. Pada awalnya KUHD hanya berlaku bagi orang Eropa yang berada di Indonesia
berdasarkan asas konkordansi. Kemudian diberlakukan pula bagi orang-orang timur asing,
namun tidak diberlakukan seluruhnya untuk orang Indonesia (hanya bagian tertentu saja).
KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 terbagi atas dua
kitab dan 23 bab. Kitab I terdiri atas 10 dan kitab 2 terdiri dari 13 bab.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)


KUH Perdata di adakan di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1948 berdasarkan asas
konkordansi. KUH Perdata yang ada di Indonesia berasal dari KUH Perdata Netherlands
yang dikodofikasikan pada tanggal 5 Juli 1830 dan mulai berlaku di Netherlands pada tanggal
31 Desember 1830.
KUH Perdata Belanda ini berasal atau bersumber dari KUH Perdata Perancis dan
Code Civil ini bersumber pula pada kodifikasi hukum Romawi Corpus Iuris Civilis dari
Kaisar Justinianus (527-565).
Bagian-bagian dari KUH Perdata yang mengatur tentang Hukum Dagang ialah
sebagian terbesar dari Kitab III dan sebagian kecil dari Kitab II. Hal-hal yang diatur dalam
Kitab III KUH Perdata ialah mengenai perikatan-perikatan umumnya dan perikatan-perikatan
yang dilahirkan dari persetujuan dan undang-undang seperti:
Persetujuan jual beli (contract of sale)
Persetujuan sewa menyewa (contract of hire)
Persetujuan pinjaman uang (contract of loan)

c. Peraturan Perundang-Undangan
Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lain yang
mengatur Hukum Dagang, diantaranya :
1) UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2) UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT)
3) UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
4) UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
5) UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dsb

2) Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah diterima oleh
masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, dapat dipakai juga sebagai
sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai dengan pasal 1339 KUH Perdata bahwa
perjanjian tidak saja mengikat yang secara tegas diperjanjikan, tetapi juga terikat pada
kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian
komisi, jual beli dengan angsuran, dan sebagainya.
3) Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan


hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan kasasi, atau putusan
Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap.
4) Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan agar pengaturan tentang persoalan
Hukum Dagang dapat diatur secara seragam oleh masing-masing hukum nasional dari
negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut. Untuk dapat
diterima dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat maka perjanjian internasional
tersebut harus diratifikasi oleh masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut.

Macam perjanjian internasional :


1) Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja. Contohnya:
traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur tentang pemberian
perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan melalui Keppres No.25 Tahun 1989
2) Konvensi yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya Konvensi
Paris yang mengatur tentang merek.

5) Perjanjian yang dibuat para pihak


Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam hal ini, persetujuan,
perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para pihak. Contohnya dalam pasal
1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa selama tidak diperjanjikan lain, maka
penyerahan terjadi di tempat dimana barang berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan
penyerahan barang diperjanjikan dengan klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan
barang dilaksanakan ketika barang sudah berada di atas kapal.

6) Doktrin

Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi
dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Misalnya hakim dalam memeriksa perkara atau dalam pertimbangan putusannya


dapat menyebut doktrin dari ahli hukum tertentu. Dengan demikian hakim dianggap telah
menemukan hukumnya melalui sumber hukum yang berupa doktrin tersebut.

Sumber Hukum Bisnis Indonesia


Sumber hukum bisnis sesungguhnya sama dengan sumber hukum di Indonesia. Serupa
dengan bidang hukum lainnya, sumber hukum bisnis dapat disebutkan sebagai berikut:

Peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan hukum yang berlaku, seperti:


Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya.

Perjanjian atau kontrak, yaitu kesepakatan yang dibuat oleh para pihak dalam
transaksi bisnis. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa perjanjian atau kontrak
berlaku sebagai Undang-Undang terhadap para pihak yang membuatnya.

Traktat, yaitu ketentuan dalam hubungan dan hukum internasional, baik berupa
kesepakatan antara para pemimpin negara di dunia, peraturan dalam hukum
internasional, pedoman yang dibuat oleh lembaga-lembaga dunia, dan lain sebagainya
yang diberlakukan di Indonesia.
Yurisprudensi, yaitu keputusan hukum yang biasanya menjadi pedoman dalam
merumuskan atau menjadi pertimbangan dalam penyusunan peraturan atau keputusan
hukum berikutnya.

Kebiasaan-kebiasaan dalam bisnis, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku bisnis
pada umumnya.

Doktrin, yaitu pendapat pakar atau ahli hukum yang berkaitan dengan hukum bisnis.
Doktrin biasa pula disebut dengan pendapat para sarjana hukum.

Dalam hukum bisnis Indonesia terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang


menjadi landasan bagi transaksi bisnis. Diantara peraturan perundang-undangan tersebut,
beberapa diantaranya memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Berikut ini beberapa
peraturan perundang-undangan dalam hukum bisnis di Indonesia, antara lain:

Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah dubah menjadi Undang-


Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan


Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa
Masih banyak lagi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan hukum bisnis
Indonesia.
Ruang Lingkup Hukum Bisnis Indonesia
Mengingat hukum bisnis Indonesia lahir untuk mengatur, mengawasi, melindungi kegiatan
ekonomi, maka ruang lingkup hukum bisnis juga berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
tersebut. Hampir setiap sendi kegiatan bisnis di Indonesia sudah tersentuh oleh hukum bisnis.
Keberadaan hukum bisnis saat ini, telah berhasil mengisi ruang kosong pada kegiatan bisnis.
Adapun ruang lingkup hukum bisnis, antara lain: Perjajian dan Kontrak Bisnis, Badan Usaha
dan Badan Hukum (Perusahaan), Pembiayaan, Penanaman Modal/Investasi, Asuransi,
Kepailitan dan Likuidasi, Perlindungan Konsumen, Persaingan Usaha, Pengangkutan, Pajak,
Ketenagakerjaan, Surat Berharga, Hak atas Kekayaan Intelektual, Penyelesaian Sengketa
Bisnis, dan Kegiatan Bisnis lainnya.
Demikian, semoga artikel mengenai hukum bisnis Indonesia ini dapat menjadi bahan dan
menunjang proses diskusi atau belajar yang bermanfaat bagi kita semua.
ASPEK POKOK ASAS HUKUM BISNIS :
a) Aspek kontrak (perjanjian) yang menjadi sumber hukum utama dimana masing-masing pihak
tunduk pada perjanjian yang telah disepakati bersama.
b) Aspek kebebasan membuat perjanjian dimana para pihak bebas membuat dan menentukan isi
dari perjanjian yang disepakati bersama.
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis ini, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Kontrak Bisnis
2. Jual beli
3. Bentuk-bentuk perusahaan
4. Perusahaan go public dan pasar modal
5. Penanaman modal asing
6. Kepailitan dan likuidasi
7. Merger dan akuisisi
8. Perkreditan dan pembiayaan
9. Jaminan hutang
10. Surat berharga
11. Perburuhan
12. Hak atas kekayaan intelektual
13. Anti monopoli
14. Perlindungan konsumen
15. Keagenan dan distribusi
16. Asuransi
17. Perpajakan
18. Penyelesaian sengketa bisnis
19. Bisnis internasional
20. hukum pengangkutan (darat, laut, udara, dan multimodal)

Sumber Hukum Bisnis Indonesia


Sumber hukum bisnis sesungguhnya sama dengan sumber hukum di Indonesia. Serupa
dengan bidang hukum lainnya, sumber hukum bisnis dapat disebutkan sebagai berikut:
Peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan hukum yang berlaku, seperti: Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya.
Perjanjian atau kontrak, yaitu kesepakatan yang dibuat oleh para pihak dalam transaksi
bisnis. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa perjanjian atau kontrak berlaku sebagai
Undang-Undang terhadap para pihak yang membuatnya.
Traktat, yaitu ketentuan dalam hubungan dan hukum internasional, baik berupa kesepakatan
antara para pemimpin negara di dunia, peraturan dalam hukum internasional, pedoman yang
dibuat oleh lembaga-lembaga dunia, dan lain sebagainya yang diberlakukan di Indonesia.
Yurisprudensi, yaitu keputusan hukum yang biasanya menjadi pedoman dalam merumuskan
atau menjadi pertimbangan dalam penyusunan peraturan atau keputusan hukum berikutnya.
Kebiasaan-kebiasaan dalam bisnis, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku bisnis pada
umumnya.
Doktrin, yaitu pendapat pakar atau ahli hukum yang berkaitan dengan hukum bisnis. Doktrin
biasa pula disebut dengan pendapat para sarjana hukum.
Dalam hukum bisnis Indonesia terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang
menjadi landasan bagi transaksi bisnis. Diantara peraturan perundang-undangan tersebut,
beberapa diantaranya memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Berikut ini beberapa
peraturan perundang-undangan dalam hukum bisnis di Indonesia, antara lain:

Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah dubah menjadi Undang-


Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan


Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa.
Namun demikian, dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang tertulis adalah sebagai
berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah.
2. KUH dagang yang sudah banyak berubah.
3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru.
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah.
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah.
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundag-undangan yang baru.
7. Perundang-undangan yang tidak terikat dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah
Masih banyak ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum berubah yang
mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis, meskipun sudah barang tentu sudah
banyak dari ketentuan tersebut yang sudah usang dimakan zaman. Ketentuan-ketentua dalam
KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Keagenan dan distributor (makelar dan komisioner)
b. Surat berharga (wesel, cek dan aksep)
c. Pengangkutan laut

2. KUH Dagang yang sudah banyak berubah


Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih
berlaku, akan tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum
bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi
telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal-hal berikut:
a. Pembukuan Dagang
b. Asuransi

3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru


Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Dagang yang telah dicabut dan diganti dengan
perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dan hukum bisnis berupa:
a. Perseroan Terbatas
b. Pembukuan Perseroan
c. Reklame dan penuntutan kembali dalam kepailitan
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah
Kemudian, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya belum berubah
yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH
Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Kontrak
b. Jual Beli
c. Hipotik (atas Kapal)
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah
Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih
berlaku, tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum
bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi
telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal sebagai berikut:
- Perkreditan (Perjanjian Pinjam_meminjam)
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah dicabut dan diganti dengan
perundang-undangan yang beru sehingga secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
a. Hak tanggungan (dahulu hipotik atas tanah)
b. Perburuhan
7. Perundang-undangan yang tidak terkait dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata
Banyak juga ketentuan perundang-undang an Indonesia yang mengatur berbagai facet dari
hukum bisnis yang tidak erikat, baik dengan KUH Dagang maupun dengan KUH Perdata.
Ketentuan yang tidak terikat dengan KUH Perdata atau KUH Dagang tersebut, antara lain
adalah ketentuan-ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Perusahaan Go Public dan pasar modal
b. Penanaman modal asing
c. Kepailitan dan likuidasi
d. Akusisi dan merger
e. Pembiayaan
f. Hak atas kekayaan intelektual (HAKI)
g. Anti monopoli
h. Perlindungan konsumen
i. Penyelesaian sengketa bisnis
j. Bisnis internasional
Ruang Lingkup Hukum Bisnis Indonesia
Mengingat hukum bisnis Indonesia lahir untuk mengatur, mengawasi, melindungi kegiatan
ekonomi, maka ruang lingkup hukum bisnis juga berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
tersebut. Hampir setiap sendi kegiatan bisnis di Indonesia sudah tersentuh oleh hukum bisnis.
Keberadaan hukum bisnis saat ini, telah berhasil mengisi ruang kosong pada kegiatan bisnis.
Adapun ruang lingkup hukum bisnis, antara lain: Perjajian dan Kontrak Bisnis, Badan Usaha
dan Badan Hukum (Perusahaan), Pembiayaan, Penanaman Modal/Investasi, Asuransi,
Kepailitan dan Likuidasi, Perlindungan Konsumen, Persaingan Usaha, Pengangkutan, Pajak,
Ketenagakerjaan, Surat Berharga, Hak atas Kekayaan Intelektual, Penyelesaian Sengketa
Bisnis, dan Kegiatan Bisnis lainnya.
Sumber:
http://statushukum.com/hukum-bisnis-indonesia.html
http://mrizafahlifi.blogspot.com/2014/03/hukum-bisnis-yang-berlaku-di-indonesia.html

Sumber-sumber hukum bisnis

1) Perundang-Undangan
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara
yang berwenang dan mengikat masyarakat. Produk hukum tertulis yang sengaja diciptakan
oleh pihak yang berwenang untuk mengatur kehidupan masyarakat, termasuk dibidang
ekonomi dan bisnis.

Sumber hukum perudangan terbagi menjadi:


a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel Indonesia
(WvK)

KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan perkembangan lapangan


hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang telah terkodifikasi, KUHD masih terdapat
kekurangan dimana kekurangan tersebut diatur dengan peraturan perundang-undangan yang
lain.
KUHD Indonesia dibawa oleh orang Belanda ke tanah air kita sekitar satu abad yang
lalu. Pada awalnya KUHD hanya berlaku bagi orang Eropa yang berada di Indonesia
berdasarkan asas konkordansi. Kemudian diberlakukan pula bagi orang-orang timur asing,
namun tidak diberlakukan seluruhnya untuk orang Indonesia (hanya bagian tertentu saja).
KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 terbagi atas dua
kitab dan 23 bab. Kitab I terdiri atas 10 dan kitab 2 terdiri dari 13 bab.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)


KUH Perdata di adakan di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1948 berdasarkan asas
konkordansi. KUH Perdata yang ada di Indonesia berasal dari KUH Perdata Netherlands
yang dikodofikasikan pada tanggal 5 Juli 1830 dan mulai berlaku di Netherlands pada tanggal
31 Desember 1830.
KUH Perdata Belanda ini berasal atau bersumber dari KUH Perdata Perancis dan
Code Civil ini bersumber pula pada kodifikasi hukum Romawi Corpus Iuris Civilis dari
Kaisar Justinianus (527-565).
Bagian-bagian dari KUH Perdata yang mengatur tentang Hukum Dagang ialah
sebagian terbesar dari Kitab III dan sebagian kecil dari Kitab II. Hal-hal yang diatur dalam
Kitab III KUH Perdata ialah mengenai perikatan-perikatan umumnya dan perikatan-perikatan
yang dilahirkan dari persetujuan dan undang-undang seperti:
Persetujuan jual beli (contract of sale)
Persetujuan sewa menyewa (contract of hire)
Persetujuan pinjaman uang (contract of loan)

c. Peraturan Perundang-Undangan
Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lain yang
mengatur Hukum Dagang, diantaranya :
1) UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2) UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT)
3) UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
4) UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
5) UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dsb
2) Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah diterima oleh
masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, dapat dipakai juga sebagai
sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai dengan pasal 1339 KUH Perdata bahwa
perjanjian tidak saja mengikat yang secara tegas diperjanjikan, tetapi juga terikat pada
kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian
komisi, jual beli dengan angsuran, dan sebagainya.
3) Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan


hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan kasasi, atau putusan
Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap.
4) Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan agar pengaturan tentang persoalan
Hukum Dagang dapat diatur secara seragam oleh masing-masing hukum nasional dari
negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut. Untuk dapat
diterima dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat maka perjanjian internasional
tersebut harus diratifikasi oleh masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut.

Macam perjanjian internasional :


1) Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja. Contohnya:
traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur tentang pemberian
perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan melalui Keppres No.25 Tahun 1989
2) Konvensi yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya Konvensi
Paris yang mengatur tentang merek.

5) Perjanjian yang dibuat para pihak


Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam hal ini, persetujuan,
perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para pihak. Contohnya dalam pasal
1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa selama tidak diperjanjikan lain, maka
penyerahan terjadi di tempat dimana barang berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan
penyerahan barang diperjanjikan dengan klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan
barang dilaksanakan ketika barang sudah berada di atas kapal.

6) Doktrin

Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi
dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Misalnya hakim dalam memeriksa perkara atau dalam pertimbangan putusannya


dapat menyebut doktrin dari ahli hukum tertentu. Dengan demikian hakim dianggap telah
menemukan hukumnya melalui sumber hukum yang berupa doktrin tersebut.

Hukum Bisnis yang Berlaku di Indonesia

A. Pengertian Hukum Bisnis


Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah Business Law sangat banyak di pakai
dewasa ini, baik di kalangan akademis maupun di kalangan para artikel. Meskipun begitu,
banyak istilah lain yang sungguhpun tidak sama persis sama artinya, tetapi mempunyai ruang
lingkup yang mirip-mirip dengan istilah hukum bisnis. Istilah-istilah terhadap hukum bisnis
terebut sebagai berikut :
1. Hukum Dagang (sebagai terjemahan dari Trade Law)
2. Hukum Perniagaan (sebagai terjemahan dari commercial Law )
3. Hukum Ekonomi (sebagai terjemahan dari economic law)

Istilah hukum dagang atau hukum perniagaan merupakan istilah dengan cakupan yang
sangat tradisional dan sangant sempit. Sebab, pada prinsipnya kedua istilah tersebut hanya
melingkupi topic-topik yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)
saja. Padahal, begitu banyak topik hukum bisnis yang tidak diatur atau tidak lagi diatur dalam
kitab undang-undang hukum dagang (KUHD). Misalnya, mengenai perseroan terbatas,
kontrak bisnis, pasar modal, merger dan akuisisi, perkreditan, hak atas kekayaan intelektual,
perpajakan, bisnis internasional dan masih banyak lagi. Sementara dengan istilah hukum
ekonomi cakupannya sangat luas, berhubungan dengan adanya pengertian ekonomi dalam
arti mikro dan makro, ekonomi pembangunan dan ekonomi sosial, ekonomi manajemen dan
akuntansi, yang kesemuanya tersebut mau tidak mau harus di cakup oleh istilah hukum
ekonomi. Jadi, kita dilihat dari segi batasan ruang lingkupnya, maka jika istilah hukum
dagang atau hukum perniagaan ruang lingkupnya sangat luas. Karena itu, memang istilah
yang ideal adalah hukum bisnis itu sendiri.
Selain itu, jika istilah hukum dagang atau istilah hukum perniagaan, kedua istilah
tersebut sudah sangat tradisional, bahkan sudah menjadiklasik,maka dengan istilah hukum
bisnis penekanannya adalah kepada hal-hal yang modern yang sesuai dengan
perkembangannya yang mutakhir. Itulah sebabnya, dibandingkan dengan istilah-istilah
lainnya tersebut, istilah hukum bisnis saat ini lebih popular dan sangat banyak digunakan
orang, baik di Indonesia maupun di banyak Negara lain, bahkan oleh masyarakat
internasional.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan istilah hukum bisnis itu ? sebagaimana
diketahui bahwa istilah hukum bisnis terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu kata hukum dan kata
bisnis. Banyak definisi sudah diberikan kepada kata hukum meskipun tidak ada 1 (satu)
definisi pun yang dapat dikatakan lengkap dan menggambarkan arah arti hukum secara utuh.
Sedangkan terhadap istilah bisnis yang dimaksudkan adalah suatu urusan atau kegiatan
dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang
atau jasa (Abdurrachman, 1991:150), dengan menempatkan uang dari para entrepreneur
dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan
(Friedman, jack P., 1987:66).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah
hukum (termasuk enforcement-nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau
kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran
barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu
dengan usaha tertentu dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan
keuntungan tertentu.
Fungsi Hukum Bisnis adalah sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,
untuk memahami hak dan kewajibannya dalam praktek bisnis, agar terwujud watak dan
perilaku aktivitas di bidang bisnis yang berkeadilan, wajar, dan dinamis (yang dijamin oleh
kepastian hukum).
2 ASPEK POKOK ASAS HUKUM BISNIS :
a) Aspek kontrak (perjanjian) yang menjadi sumber hukum utama dimana masing-masing pihak
tunduk pada perjanjian yang telah disepakati bersama.
b) Aspek kebebasan membuat perjanjian dimana para pihak bebas membuat dan menentukan isi
dari perjanjian yang disepakati bersama.
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis ini, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Kontrak Bisnis
2. Jual beli
3. Bentuk-bentuk perusahaan
4. Perusahaan go public dan pasar modal
5. Penanaman modal asing
6. Kepailitan dan likuidasi
7. Merger dan akuisisi
8. Perkreditan dan pembiayaan
9. Jaminan hutang
10. Surat berharga
11. Perburuhan
12. Hak atas kekayaan intelektual
13. Anti monopoli
14. Perlindungan konsumen
15. Keagenan dan distribusi
16. Asuransi
17. Perpajakan
18. Penyelesaian sengketa bisnis
19. Bisnis internasional
20. hukum pengangkutan (darat, laut, udara, dan multimodal)
Sumber Hukum Bisnis Indonesia
Sumber hukum bisnis sesungguhnya sama dengan sumber hukum di Indonesia. Serupa
dengan bidang hukum lainnya, sumber hukum bisnis dapat disebutkan sebagai berikut:
Peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan hukum yang berlaku, seperti: Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya.
Perjanjian atau kontrak, yaitu kesepakatan yang dibuat oleh para pihak dalam transaksi
bisnis. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa perjanjian atau kontrak berlaku sebagai
Undang-Undang terhadap para pihak yang membuatnya.
Traktat, yaitu ketentuan dalam hubungan dan hukum internasional, baik berupa kesepakatan
antara para pemimpin negara di dunia, peraturan dalam hukum internasional, pedoman yang
dibuat oleh lembaga-lembaga dunia, dan lain sebagainya yang diberlakukan di Indonesia.
Yurisprudensi, yaitu keputusan hukum yang biasanya menjadi pedoman dalam merumuskan
atau menjadi pertimbangan dalam penyusunan peraturan atau keputusan hukum berikutnya.
Kebiasaan-kebiasaan dalam bisnis, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku bisnis pada
umumnya.
Doktrin, yaitu pendapat pakar atau ahli hukum yang berkaitan dengan hukum bisnis. Doktrin
biasa pula disebut dengan pendapat para sarjana hukum.
Dalam hukum bisnis Indonesia terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang
menjadi landasan bagi transaksi bisnis. Diantara peraturan perundang-undangan tersebut,
beberapa diantaranya memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Berikut ini beberapa
peraturan perundang-undangan dalam hukum bisnis di Indonesia, antara lain:

Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah dubah menjadi Undang-


Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan


Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa.

Namun demikian, dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang tertulis adalah sebagai
berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah.
2. KUH dagang yang sudah banyak berubah.
3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru.
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah.
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah.
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundag-undangan yang baru.
7. Perundang-undangan yang tidak terikat dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah
Masih banyak ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum berubah yang
mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis, meskipun sudah barang tentu sudah
banyak dari ketentuan tersebut yang sudah usang dimakan zaman. Ketentuan-ketentua dalam
KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Keagenan dan distributor (makelar dan komisioner)
b. Surat berharga (wesel, cek dan aksep)
c. Pengangkutan laut

2. KUH Dagang yang sudah banyak berubah


Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih
berlaku, akan tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum
bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi
telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal-hal berikut:
a. Pembukuan Dagang
b. Asuransi

3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru


Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Dagang yang telah dicabut dan diganti dengan
perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dan hukum bisnis berupa:
a. Perseroan Terbatas
b. Pembukuan Perseroan
c. Reklame dan penuntutan kembali dalam kepailitan
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah
Kemudian, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya belum berubah
yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH
Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Kontrak
b. Jual Beli
c. Hipotik (atas Kapal)
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah
Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih
berlaku, tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum
bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi
telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal sebagai berikut:
- Perkreditan (Perjanjian Pinjam_meminjam)
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah dicabut dan diganti dengan
perundang-undangan yang beru sehingga secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
a. Hak tanggungan (dahulu hipotik atas tanah)
b. Perburuhan
7. Perundang-undangan yang tidak terkait dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata
Banyak juga ketentuan perundang-undang an Indonesia yang mengatur berbagai facet dari
hukum bisnis yang tidak erikat, baik dengan KUH Dagang maupun dengan KUH Perdata.
Ketentuan yang tidak terikat dengan KUH Perdata atau KUH Dagang tersebut, antara lain
adalah ketentuan-ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Perusahaan Go Public dan pasar modal
b. Penanaman modal asing
c. Kepailitan dan likuidasi
d. Akusisi dan merger
e. Pembiayaan
f. Hak atas kekayaan intelektual (HAKI)
g. Anti monopoli
h. Perlindungan konsumen
i. Penyelesaian sengketa bisnis
j. Bisnis internasional
Ruang Lingkup Hukum Bisnis Indonesia
Mengingat hukum bisnis Indonesia lahir untuk mengatur, mengawasi, melindungi kegiatan
ekonomi, maka ruang lingkup hukum bisnis juga berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
tersebut. Hampir setiap sendi kegiatan bisnis di Indonesia sudah tersentuh oleh hukum bisnis.
Keberadaan hukum bisnis saat ini, telah berhasil mengisi ruang kosong pada kegiatan bisnis.
Adapun ruang lingkup hukum bisnis, antara lain: Perjajian dan Kontrak Bisnis, Badan Usaha
dan Badan Hukum (Perusahaan), Pembiayaan, Penanaman Modal/Investasi, Asuransi,
Kepailitan dan Likuidasi, Perlindungan Konsumen, Persaingan Usaha, Pengangkutan, Pajak,
Ketenagakerjaan, Surat Berharga, Hak atas Kekayaan Intelektual, Penyelesaian Sengketa
Bisnis, dan Kegiatan Bisnis lainnya.

Home Peluang Bisnis Pengertian Definisi Hukum Bisnis, Fungsi Dan


Tujuannya

Pengertian Definisi Hukum Bisnis, Fungsi Dan Tujuannya


by andri | category Peluang Bisnis | No Comments

Pengertian hukum bisnis pastilah sudah sangat dihafal oleh mahasiswa yang mempelajari
ilmu bisnis pada saat ia menempuh studinya. Namun, ternyata pengertian dari hukum bisnis
yang terbilang cukup sederhana saat dihafal tersebut, cukup sulit jika anda
mempraktekkannya dalam dunia nyata.

Ya, hukum bisnis adalah sebuah perundang-undangan yang berisi tentang tata cara dalam
berbisnis agar bisnis atau perdagangan tersebut bisa tertib dan masalah yang ada dalam bisnis
tersebut bisa diselesaikan dengan baik tanpa harus menyimpang dari hukum yang telah
berlaku.

Ketika seseorang berniat menjalankan sebuah bisnis, sebenarnya agar bisnisnya aman dari
masalah, seseorang tersebut harus mengerti betul tentang hukum dalam berbisnis. Tentunya
saat mengerti hukum dalam berbisnis, ilmu tersebut akan bermanfaat untuknya jikalau pada
saat menjalankan bisnis mereka mendapati sebuah masalah.

Fungsi dan Definisi Hukum Bisnis

Masalah dalam bisnis tak hanya soal izin berbisnis, tetapi juga masalah dengan saingan
bisnisnya yang terkadang membuat pelaku bisnis harus bermasalah dengan hukum. Maka dari
itu, mulai sekarang, bagi anda yang ingin bisnisnya berjalan dengan lancar, tak ada salahnya
anda mengetahui lebih detail tentang hukum dalam berbisnis.
Pengertian dari hukum bisnis saja tidak cukup ketika anda ingin tahu lebih dalam tentang
hukum bisnis. Biasanya, setelah anda mengetahui tentang definisi hukum bisnis, anda juga
wajib tahu tentang fungsi dan tujuannya. Setidaknya, ada beberapa fungsi dari hukum bisnis
yang wajib diketahui oleh pelaku bisnis. Fungsi yang pertama, hukum bisnis bisa dijadikan
sebagai sumber informasi bagi para pelaku bisnis. Ya, dengan mempelajari hukum bisnis,
maka mereka bisa mengetahui sedikit seluk beluk tentang berbisnis yang baik dan
menguntungkan.

Fungsi hukum bisnis yang kedua adalah pelaku bisnis bisa lebih mengetahui hak dan
kewajbannya saat mambangun sebuah usaha. Hak berbisnis, salah satunya mungkin bisa
menawarkan produk apapun sebagai produk bisnis andalannya. Yang terpenting, produk
bisnisnya tidak menyimpang dari aturan perundang-undangan dan tidak merugikan orang
lain. Sedangkan untuk masalah kewajban, kewajiban pelaku bisnis adalah membayar pajak.
Jadi, jika anda mengerti hukum bisnis dengan baik,seharusnya anda tidak melupakan
kewajiban anda yaitu membayar pajak.

Tujuan Hukum Bisnis

Tentunya masih ada lagi fungsi dari hukum bisnis yang wajib dipahami oleh pelaku bisnis.
Dengan adanya hukum bisnis diharapkan pelaku bisnis akan lebih bisa bersikap baik dalam
menjalankan bisnis. Dalam sebuah bisnis pastilah anda memiliki saingan, boleh saja bersaing
untuk mendapatkan kesuksesan dalam bisnis, tetapi anda harus ingat bahwa bersaing harus
sehat dan tidak boleh menggunakan cara curang yang bisa merugikan pebisnis lain. Selain
fungsi dari hukum bisnis, andapun juga wajib tahu dan paham tentang tujuan hukum bisnis.
Tujuan hukum bisnis yang paling simple adalah mewujudkan sebuah bisnis yang aman dan
adil bagi semua pelaku bisnis.

Diharapkan setelah pelaku bisnis mau mempelajari tentang teori hukum bisnis mulai dari
pengertian sampai dengan tujuan hukum bisnis, para pelaku bisnis bisa menjalankan
bisnisnya dengan baik. Jikalau memang ada masalah yang harus mereka hadapi dalam
berbisnis, masalah yang menghadang tersebut bisa diselesaikan dengan baik dan tidak
menimbulkan masalah yang bisa menyimpang dengan hukum.

Jadi, bisa dikatakan, ketika pelaku bisnis memahami hukum bisnis, mereka bisa menjalankan
bisnis dengan bijak dan bisa dengan mudah meraih kesuksesannya. Semoga informasi tentang
pengertian hukum bisnis dan teori hukum bisnis yang lainnya bisa bermanfaat bagi para
pembaca.

Pengertian Hukum Bisnis dan Fungsinya


21.17
Pengertian hukum bisnis

Hukum bisnis merupakan suatu perangkat hukum yang mengatur tatacara dan
pelaksanaan suatu urusan atau kegiatan perdagangan, industri, ataupun
keuangan yang berhubungan dengan pertukaran barang dan jasa, kegiatan
produksi maupun kegiatan menempatkan uang yang dilakukan oleh para
entrepeneur dengan usaha dan motif tertentu dimana sudah
mempertimbangkan segala resiko yang mungkin terjadi.

Latar belakang munculnya hukum bisnis


Perekonomian yang sehat lahir melalui kegiatan bisnis, perdagangan ataupun
usaha yang sehat. Kegiatan ekonomi yang sehat tentu saja mempunyai aturan
yang menjamin terjadinya bisnis, perdagangan ataupun usaha yang sehat.

Aturan atau hukum bisnis diperlukan karena :


a. pihak yang terlibat di dalam bisnis membutuhkan sesuatu yang lebih resmi
bukan hanya sekedar janji ataupun itikad baik saja.
b. kebutuhan untuk menciptakan upaya hukum yang dapat digunakan
sebagaimana mestinya apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban atau
melanggar perjanjian yang telah disepakati maka hukum bisnis dapat diperankan
sebagaimana mestinya.

Para pelaku bisnis perlu mengetahui, memahami dan mempelajari hukum bisnis
karena setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya sudah diatur oleh hukum,
sehingga kegiatan bisnisnya tidak melanggar hukum dan dapat memperoleh
keuntungan maksimum.

Fungsi hukum bisnis

Pada dasarnya hukum dibuat untuk menciptakan kehidupan dalam


bermasyarakat yang aman, tertib dan tentram, begitupula dengan hukum bisnis.
Adapun fungsi hukum bisnis diantarnya :
a. Menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pelaku bisnis,
b. Memberikan penjelasan mengenai hak dan kewajibannya di dalam praktik
bisnis,
c. Mewujudkan aktivitas bisnis dengan disertai watak dan perilaku pelakunya
sehingga tercipta
kegiatan bisnis yang sehat, dinamis dan berkeadilan karena dijamin oleh
kepastian hukum.

Ruang lingkup hukum bisnis

Ruang lingkup hukum bisnis meliputi beberapa hal, diantaranya :


1. Kontrak bisnis
2. Bentuk badan usaha (PT, Firma, CV)
3. Pasar modal dan perusahaan go publik
4. kegiatan jual beli oleh perusahaan
5. Investasi atau penanaman modal
6. Likuidasi dan pailit
7. Merger, akuisisi dan konsolidasi
8 . Pembiayaan dan perkreditan
9. Jaminan hutang
10. Surat-surat berharga
11. Ketenagakerjaan
12. Hak Kekayaan Intelektual Industri
13. Persaingan usaha tidak sehat dan larangan monopoli
14. Perlindungan terhadap konsumen
15. Distribusi dan agen
16. Perpajakan
17. Asuransi
18. Menyelesaikan sengketa bisnis
19. Bisnis Internasional
20. Hukum pengangkutan baik melalui darat, laut, maupun udara
21. Perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pengguna teknologi dan
pemilik teknologi
22. Hukum perindustrian atau industri pengolahan.
23. Hukum Kegiatan perusahan multinasional yang meliputi kegiatan ekspor dan
import
24. Hukum Kegiatan Pertambangan
25. Hukum Perbankan dan surat-surat berharga
26. Hukum Real estate, bangunan dan perumahan
27. Hukum perdagangan internasional atau perjanjian internasional
28. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang

Sumber Hukum Bisnis

Sumber hukum bisnis merupakan dasar dibentuknya hukum bisnis. Sumber


hukum bisnis meliputi :
a. asas kotrak perjanjian antara pihak-pihak yang terlibat dimana masing-masing
pihak tunduk terhadap aturan yang telah disepakatinya.
b. Asas kebebasan kontrak dimana pelaku bisnis dapat membuat dan
menentukan isi perjanjian yang mereka sepakati.
Secara umum sumber hukum bisnis menurut perundangan-undangan, meliputi
a. Hukum Perdata (KUH Perdata)
b. Hukum Publik (pidana Ekonomi/KUH Pidana)
c. Hukum Dagang (KUH Dagang)
d. Peraturan Perundang-undangan di luar KUH Perdata, KUH Pidana, maupun KUH
Dagang
Sedangkan sumber hukum bisnis menurut pendapat Munir Fuady, meliputi :
Perundang-undangan, perjanjian, traktat, yurisprudensi, kebiasaan dan doktrin
ahli hukum.

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS - Tugas Softskill semester 5

BAB I. ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

A. Pengertian Macam & Hukum Bisnis

Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke berbagai
bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah satu pilar penopang
dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan.
Dalam melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum
sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman
sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut, contoh
hukum bisnis adalah undang-undang perlindungan konsumen (UU No. 8 tahun 1999). Dalam
undang-undang perlindungan konsumen dalam pasal disebut diatur tentang kewajiban
pengusaha mencantumkan lebel halal dan kadaluarsa pada setiap produk yang ia keluarkan.
Dengan kewajiban tersebut konsumen terlindungi kesehatannya karena ada jaminan
perlindungan jika produk sudah daluarsa. Begitu juga dengan konsumen umat islam adanya
lebel halal akan terjamin dari mengkonsumsi produk haram. Contoh-contoh hukum yang
mengatur dibidang bisnis, hukum perusahaan (PT, CV, Firma), kepailitan, pasar modal,
penanaman modal PMA/PMDN, kepailitan, likuidasi, merger, akuisisi, perkreditan,
pembiayaan, jaminan hutang, surat berharga, hukum ketenagakerjaan/perburuhan, hak
kekayaan intelektual, hukum perjanjian (jual beli/transaksi dagang), hukum perbankan,
hukum pengangkutan, hukum investasi, hukum teknologi, perlindungan konsumen, hukum
anti monopoli, keagenan, distribusi, asuransi, perpajakan, penyelesaian sengketa bisnis,
perdagangan internasional/WTO, kewajiban pembukuan, dll.
Dengan demikian jelas aturan-aturan hukum tesebut diatas sangat dibutuhkan dalam dunia
bisnis. Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :
Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan/perjanjian bisnis itu membutuhkan sesuatu
yang lebih daripada sekadar janji serta itikad baik saja.
Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya.
Disinilah peran hukum bisnis tersebut.
Untuk itu pemahaman hukum bisnis dewasa ini dirasakan semakin penting, baik oleh pelaku
bisnis dan kalangan pembelajar hukum, praktisi hukum maupun pemerintah sebagai pembuat
regulasi kebijakan yang berkaitan dengan dunia usaha. Hal ini tidak terlepas dari semakin
intens dan dinamisnya aktifitas bisnis dalam berbagai sektor serta mengglobalnya sistem
perekonomian.
Menurut Ismail Saleh dalam bukunya HUKUM DAN EKONOMI 1990, :
Memang benar ekonomi merupakan tulang punggung kesejehateraan masyarakat dan
memang benar bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tiang-tiang penopang kemajuan
suatu bangsa namun tidak dapat disangkal bahwa hukum merupakan pranata yang pada
akhirnya menentukan bagaimana kesejehateraan yang dicapai tersebut dapat dinikmati secara
merata, bagaimana keadilan sosial dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dan
bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membawa kebahagiaan rakyat
banyak.
Berdasarkan hal diatas sangatlah terlihat bahwa hukum sangat penting dalam dunia
ekonomi/bisnis sebagai alat pengatur bisnis tersebut. Kemajuan suatu ekonomi/bisnis tidak
akan berarti kalau kemajuan tidak berdampak pada kesejahteraan dan keadilan yang
dinikmati secara merata oleh rakyat. Negara harus menjamin semua itu. Agar tidak ada terjadi
pengusaha kuat menindas pengusaha lemah, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin
miskin, sehingga tidak ada keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Disinilah
peran hukum membatasi hal tersebut. Maka dibuat perangkat hukum yang mengatur dibidang
bisnis tersebut (hukum bisnis).
Dengan telah dibuatnya hukum bisnis tersebut (peraturan perundang-undangan) imbasnya
adalah hukum bisnis tersebut harus diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga bisnisnya
berjalan sesuai dengan koridor hukum dan tidak mempraktikkan bisnis yang bisa merugikan
masyarakat luas (monopoli dan persaingan usaha tidak sehat).
Bagaimanapun juga adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks
melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka
ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan. Keanekaragaman
kerjasama bisnis ini tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru karena hukum harus
siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul.

B. Tujuan Hukum

1. Hukum
Untuk itu pula ada baiknya penulis akan memberikan sebuah definisi hukum sebagai acuan
kita untuk mempelajari mata kuliah Hukum Bisnis.
Definisi hukum dari dulu para ahli belum ada satu kesatuan. Masing-masing mereka
mendefinisikan yang berbeda-beda pula namun maknanya sama. Mugkin itulah ciri khas ilmu
sosial bahwa sebuah definisi tidak harus baku. Lain hal dengan ilmu eksak/pasti sebuah
definisi harus ajeg dan tidak boleh berubah-rubah.
Namun, tatkala kita kan mempelajari hukum positif yaitu hukum yang berlaku di suatu
negara seperti negara Indonesia, maka tentu perlu sebuah batasan definisi sebagai
acuan/pegangan sehingga kita akan mudah dalam mempelajari sebuah hukum tersebut.
Mengapa masyarakat masih butuh hukum ? Padahal dalam kehidupan sehari-hari sudah ada
semacam peraturan-peraturan yang hidup yang mengatur pergaulan mereka sehari-hari.
Peraturan hidup yang dimaksud adalah norma/kaidah, seperti norma agama, norma
kesopanan, norma kesusilaan. Dimana norma-norma tersebut sudah tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat. Mengapa norma hukum masih diperlukan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perlunya norma hukum karena ketiga norma tersebut
tidak mampu memberikan secara langsung rasa keadilan dan kebenaran bagi masyarakat.
Norma agama hanya berlaku bagi agamanya masing-masing, tidak berlaku secara
menyeluruh bagi agama yang lain. Norma kesopanan dan kesusilaan juga hanya berlaku pada
golongan tertentu. Sebab bisa saja golongan satu menganggap ini tidak sopan/tidak susila
sementara golongan yang lain itu adalah sopan/susila.
Untuk itu perlu sebuah norma yang mengatur kepentingan yang sama dan menyeluruh dalam
penegakannya tanpa kecuali. Dalam hukum dikenal dengan istilah berlaku secara unifikasi
(berlaku bagi seluruh golongan). Norma semacam ini dapat berlaku secara menyeluruh
dikarenakan dalam pembuatan norma itu jelas, baik itu tata cara pembuatannya, bentuknya
maupun siapa yang membuat. Tata cara pembuatannya tentu harus mengacu pada
kepentingan-kepentingan masyarakat yang harus dilindungi. Bentuknya tentu harus tertulis
yang dikenal dengan istilah azas legalitas. Sedangkan siapa yang membuatnya tentu lembaga
yang berwenang sebagai lembaga perwakilan yang berkepentingan (rakyat).
Hukum ? Apa itu hukum ? Banyak sekali para ahli memberikan definisi hukum. Tidak ada
kesamaan definitif atas definisi tersebut. Hal ini kata Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH, hukum
ranahnya sangat luas. Namun walaupun para ahli tidak mempunyai kesamaan dalam
memberikan definisi. Hakikat dan maksud dari definisi para ahli tersebut sama. Para fakar
hukum sepakat bahwa dengan kompleksitas dan multiperspektif, hukum tidak dapat
didefinisikan secara komprehensif dan representatif. Sebagaimana ditegaskan oleh Van
Apeldoorn, tidaklah mungkin suatu definisi untuk hukum. Pernyataan tersebut bukanlah
suatu pandangan yang pesimistis, tetapi didasarkan pada kenyataan betapa kompleks dan
multipersepektif untuk mendefinisikan hukum. Dalam bukunya berjudul Inleiding tot de
studie van Het Netherlandse Recht, 1955, Apeldoorn menyebutkan bahwa hukum yang
banyak seginya dan meliputi segala macam yang menyebabkan tak mungkin orang membuat
suatu definisi apa sebenarnya hukum itu)
Beberapa definisi hukum :
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin
menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah
untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak
mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.
4. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati
oleh masyarakat itu.
5. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi.
6. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu.
7. M.H. Tirtaatmidjaja, SH, Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam
tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian - jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.
8. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.
9. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku orang-
orang sebagai anggota suatu masyarakat.
10. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat
sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
Walaupun kita mengkompilasi sejumlah pendapat sarjana dalam definisi apa hukum itu,
namun tetap tidak akan mampu memperoleh suatu definisi yang memuaskan semua pihak.
Namun demikian paling tidak dari sejumlah pendapat sarjana diambil pemahaman yang
saling melengkapi satu sama lain. Kita tidak bebicara masalah puas atau tidak, tetapi
memberikan pemahaman tentang pengertian hukum.
Untuk itu dari sekian definisi tersebut, penulis akan memberikan definisi berdasarkan
kesimpulan dari definisi-definisi para ahli tersebut. Tujuannya adalah agar mahasiswa bisa
memahami secara mendasar tentang hukum dalam rangka mempelajari mata kuliah hukum
bisnis selanjutnya.
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengatur pergaulan hidup masyarakat,
yang dibuat oleh lembaga yang berwenang, bersifat memaksa, berisi perintah dan larangan
yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi yang tegas.
Berdasarkan definisi di atas dapat diuraikan :
1. Himpunan peraturan-peraturan yang mengatur pergaulan hidup masyarakat maksudnya
adalah bahwa hukum itu dibuat secara tertulis yang terdiri dari kaedah yang yang mengatur
kepentingan-kepentingan masyarakat maupun negara.
2. Dibuat oleh lembaga yang berwenang adalah hukum tersebut dibuat oleh lembaga yang
benar-benar diberi amanat untuk membuatnya oleh rakyat asal tidak bertentangan dengan
kepentingan masyarakat sehingga masyarakata aman, tentram, tertib dan damai.
3. Bersifat memaksa karena hukum itu dalam penegakannya dapat dipaksakan walaupun
masyarakat menolaknya.
4. Berisi perintah dan larangan maksudnya adalah bahwa hukum tersebut adanya sesuatu
yang harus dilaksanakan dan sesuatu harus ditinggalkan.
5. Adanya sanksi yang tegas maksudnya adalah hukum tersebut apabila dilanggar maka
mendapat sanksi yang langsung dapat diberikan walaupun melalui proses persidangan
terlebih dahulu.
Perlu diketahui definisi diatas bersifat positivisme, maksudnya definisi dalam arti hukum
positif yaitu hukum yang berlaku dan dibentuk oleh negara atau atas dasar kesepakatan yang
diakui juga sebagai undang-undang.
2. Bisnis
Secara harfiah kata bisnis berasal dari istilah Inggris Business yang berarti kegiatan usaha.
Menurut Richard Burton Simatupang kata bisnis sering diartikan sebagai keseluruhan
kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus-menerus, yaitu
berupa kegiatan mengadakan barang-barang atas jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk
diperjualbelikan, dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Kamus besar Indonesia, menyebutkan Bisnis adalah usaha dagang, usaha komersial dalam
dunia perdagangan.
Sehingga bisnis itu secara umum berarti suatu kegiatan dagang, industri, keuangan. Semua
kegiatan itu dihubungkan dengan produksi dan pertukaran barang atau jasa dan urusan-urusan
keuangan yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan ini oleh karena itu, suatu perusahaan
dalam salah satu cabang kegiatan atau suatu pengangkutan atau urusan yang dihubungkan
dengan kegiatan bisnis itu.
Atau Bisnis adalah semua aktivitas yang melibatkan penyediaan barang dan jasa yang
diperlukan dan diinginkan oleh orang lain, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan.
Adapun kegiatan bisnis secara umum dapat bedakan 3 bidang usaha yaitu :
1. Bisnis dalama arti kegiatan perdagangan (Commerce), yaitu : keseluruhan kegiatan jual
beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan, baik di dalam negeri maupun diluar
negeri ataupun antara negara untuk tujuan memperoleh keuntungan. Contoh : Produsen
(pabrik), dealer, agen, grosir, toko, dsb.
2. Bisnis dalam arti kegiatan industri (Industry) yaitu kegiatan memperoduksi atau
menghasilkan barang-barang yang niilainya lebih berguna dari asalnya. Contoh : Industri
perhutanan, perkebunan, pertambangan, penggalian batu, pembuatan gedung, jembatan,
pabrik makanan, pakaian, kerajinan, pabrik mesin, dsb.
3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (Service), yaitu : kegiatan yang menyediakan jasa-jasa
yang dilakukan baik oleh orang maupun badan. Contoh : Jasa perhotelan, konsultan, asuransi,
pariwisata, pengacara, (lawyer), penilai (Appraisal), akuntan, dll.
Gambaran mengenai kegiatan bisnis dalam definisi tersebut apabila diuraikan lebih lanjut
akan tanpak sebagai berikut :
1. Bisnis merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan karena dikatakan sebagai suatu
pekerjaan , mata pencaharian, bahkan suatu profesi.
2. Bisnis merupakan aktivitas dalam perdagangan
3. Bisnis dilakukan dalam rangka mempeeroleh keuntungan
4. Bisnis dilakukan baik oleh perorangan maupun perusahaan.
3. Hukum Bisnis
Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung pada sistem
perdagangan/bisnis/usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan seperangkat aturan
yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem perdagangan/bisnis
tersebut.
Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan sesuatu yang lebih
daripada sekadar janji serta iktikad baik saja.
2. Adanya kebutuhan untuk menciptkan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya.
Disinilah peran hukum bisnis tersebut.
Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah business law. Hukum Bisnis (Business
Law) = hukum yang berkenaan dengan suatu bisnis.
Dengan kata lain hukum binis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-
nya) yang mengatur tentang tatacara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneunr dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu
dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan keuntungan. (Munir
Fuady, 2005 : 2).
Sedangkan menurut DR. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum, dkk, dalam bukunya HUKUM
BISNIS : dalam persepsi manusia modern, hlm. 27 hukum bisnis adalah seperangkat kaidah-
kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan pesoalan-pesoalan yang
timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam bidang perdagangan.
Dari penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa hukum bisnis penting/perlu
diketahui/dipelajari oleh pelaku ekonomi/bisnis karena setiap aktivitas/kegiatan bisnis selalu
diatur oleh hukum. Untuk itu para pelaku bisnis/ekonomi perlu mengetahui/mempelajarinya
agar bisnisnya bisa berjalan dengan lancar sehingga tidak melanggar hukum atau melakukan
bisnis yang illegal yang menyebabkan kerugian baik pelaku bisnis itu sendiri (produsen)
maupun masyarakat (konsumen). Sebab bagaimanapun juga hukum dibuat dengan tujuan
untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat agar tertib, aman, tentram dan damai.
C. Fungsi Hukum Bisnis
1. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,
2. Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,
3. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat
dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum).
D. Ruang Lingkup Hukum Bisnis
Secara garis besar yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis, antara lain sebagai
berikut :
1. Kontrak bisnis
2. Bentuk-bentuk badan usaha (PT, CV, Firma)
3. Perusahaan go publik dan pasar modal
4. Jual beli perusahaan
5. Penanaman modal/investasi (PAM/PMDN)
6. Kepailitan dan likuidasi
7. Merger, konsolidasi dan akuisisi
8. Perkreditan dan pembiayaan
9. Jaminan hutang
10. Surat-surat berharga
11. Ketenagakerjaan/perburuhan
12. Hak Kekayaan Intelektual, yaitu Hak Paten (UU No. 14 tahun 2001, Hak Merek UU No.
15 tahun 2001, Hak Cipta (UU No. 1 19 tahun 2002), Perlindungan Varietas Tanaman (UU
No. 29 tahun 2000), Rahasia Dagang (UU No. 30 tahun 2000 ), Desain Industri, (UU No. 31
tahun 2000), dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU No. 32 tahun 2000).
13. Larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
14. Perlindungan konsumen (UU No.8/1999)
15. Keagenan dan distribusi
16. Asuransi (UU No. 2/1992)
17. Perpajakan
18. Penyelesaian sengketa bisnis
19. Bisnis internasional
20. Hukum pengangkutan (dart, laut, udara)
21. Alih Teknologi perlu perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pemilik teknologi
maupun pengguna teknologi seperti mengenai bentuk dan cara pengalihan teknologi asing ke
dalam negeri.
22. Hukum perindustrian/industri pengolahan.
23. Hukum Kegiatan perusahan multinasional (ekspor inport)
24. Hukum Kegiatan Pertambangan
25. Hukum Perbankan (UU No. 10/1998) dan surat-surat berharga
26. Hukum Real estate/perumahan/bangunan
27. Hukum Perjanjian internasional/perdagangan internasional.
28. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002)
E. Sumber Hukum Bisnis
Yang dimaksud dengan sumber hukum bisnis disini adalah dimana kita bia menemukan
sumber hukum bisnis itu. Yang mana nantinya sumber hukum tersebut dijadikan sebagai
dasar hukum berlakunya hukum yang dipakai dalam menjalankan bisnis tersebut.
Sumber hukum bisnis yang utama/pokok (1338 ayat 1 KUHPerdata) adalah :
Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum utama, dimana masing-
masing pihak terikat untuk tunduk kepada kontrak yang telah disepakati. (kontrak yg dibuat
diberlakukan sama dgn UU)
Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat dan menentukan isi
dari kontrak yang mereka sepakati.
Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum perundangan) tersebut adalah :
1. Hukum Perdata (KUHPerdata)
2. Hukum Dagang (KUHDagang)
3. Hukum Publik (pidana Ekonomi/KUHPidana)
4. Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPerdata, KUHPidana, KUHDagang
Atau menurut Munir Fuady, sumber-sumber hukum bisnis adalah :
1. Perundang-undangan
2. Perjanjian
3. Traktat
4. Jurisprudensi
5. Kebiasaan
6. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Hukum Perdata (KUHPerdata), misalnya hukum perjanjian (kontrak), hak-hak kebendaan,
sebagai sumber terjadinya bisnis.
Hukum Publik (Pidana Ekonomi/Bisnis), misalnya kejahatan-kejahatan di bidang
ekonomi/bisnis : Penyeludupan, illegal logging, korupsi, dll
Hukum Dagang (KUH Dagang), misalnya kewajiban pembukuan, perusahaan persekutuan
(Firma, CV), asuransi, pengangkutan, surat berharga, pedagang perantara,
keagenan/distributor, dll).
Peraturan perundang-undangan diluar KUHPerdata dan KUHDagang, misalnya kepailitan,
perlindungan konsumen, anti monopoli/persaingan tidak sehat, penanaman modal
(PMA/PMDN), pasar modal (go public), Perseroan Terbatas, likuidasi, akuisisi, merger,
pembiayaan, hak kekayaan intelektual (cipta, merek, paten), penyelesaian sengketa
bisnis/arbitrase, perdagangan intenasional (WTO)

Anda mungkin juga menyukai