Abstract
This study was aimed at finding out (1) the effect of local finance supervision on
Local Government performance, (2) the effect of local finance management accountability
on Local Government performance, (3) the effect of local finance management
transparency on Local Government performance, and (4) the effect of local finance
supervision, local finance management accountability and local finance management
transparency on Local Government performance.
This study was conducted in the Inspectorate of Buleleng Regency using a population of
52 people. The sampling technique used was non probability sampling technique which
produced a sample in the supervision sector and auditor sector with the total of 34
people. The data used in the supervision sector were of quantitative and qualitative types
and their source was a primary source. The data were collected using documentation and
questionnaire. The data were analyzed using multiple regression analysis aided by SPSS
program of version 21.00.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
The results showed that (1) the supervision of the local finance has a significant effect on
the Local Government of Buleleng Regency performance. (2) Accountability in the finance
management has a significant effect on the Local Government of Buleleng Regency
performance, (3) Transparency in the finance management has a significant effect on the
Local Government of Buleleng Regency performance, (4) the local finance supervision,
accountability and transparency in the finance management have a significant effect on
the Local Government of Buleleng Regency performance.
oleh pengguna laporan keuangan untuk pengusutan atas dua asas, yaitu : 1) asas
menilai akuntabilitas pemerintahan dalam Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang
membuat keputusan ekonomi, sosial dan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
politik. Akuntabilitas diartikan sebagai atau kepala wilayah atau kepala instansi
hubungan antara pihak yang memegang vertical tingkat atasnya kepada pejabat-
kendali dan mengatur entitas dengan pihak pejabat di daerah, dan 2) asas Desentralisasi
yang memiliki kekuatan formal atas pihak yaitu penyerahan urusan pemerintahan dari
pengendali tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan pemerintah atau daerah tingkat atasnya
juga pihak ketiga yang accountable untuk kepada daerah yang menjadi urusan rumah
memberikan penjelasan atau alasan yang tangganya, sehingga untuk menunjang
masuk akal terhadap seluruh kegiatan yang pelaksanaan tenaga pengawasan maka
dilakukan dan hasil usaha yang diperoleh digunakan tenaga pengawas atau pembantu
sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pengawasan, yang dilakukan oleh Inspektorat
dan pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam Pemerintah Kabupaten Buleleng.
konteks penyelenggaraan pemerintahan, Sekretariat Inspektorat Pemerintah
akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui Kabupaten Buleleng dalam upaya
tanpa pemerintah memberitahukan kepada menerapkan dan memantapkan pelaksanaan
rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengawasan fungsional kepada segenap
pengumpulan sumber daya dan sumber dana komponen yang ada dalam organisasi lingkup
masyarakat beserta penggunaannya. kerjanya untuk memikirkan dan mengemban
Banyak penelitian dan pendapat yang tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-
mengatakan bahwa terdapat kaitan baiknya agar dapat memberikan nilai
penerapan akuntabilitas dan transparansi kontribusi dalam pelaksanaan tugas dengan
dalam meningkatkan kinerja pemerintahan sebaik mungkin. Dengan demikian diharapkan
yang baik. Rahmanurrasjid (2008) dapat mengendalikan segala bentuk kegiatan
mengatakan penerapan azas akuntabilitas kerja sehingga dapat terlaksana sesuai
dan transparansi dalam penyelenggaraan dengan tugas dan tanggung jawab yang telah
pemerintahan daerah mengharuskan diberikan
pemerintah memberikan pertanggung Berdasarkan peranan pengawasan
jawaban dan informasi kepada masyarakat pada Inspektorat Daerah di Lingkungan
terkait pengelolaan pemerintahan sehingga Pemerintah Daerah, Kabupaten Buleleng
pemerintah berusaha untuk memberikan yang tersebut di atas, maka keberadaan Badan
terbaik (kinerja terbaik) kepada masyarakat. Pengawasan Daerah merupakan instansi
Ismiarti (2013) menghasilkan temuan bahwa vertical dari Badan Pengawasan yang
implementasi akuntabilitas pada pengelolaan ditugaskan di Kabupaten sebagai aparat
keuangan daerah mampu meningkatkan pengawasan umum, dan dalam melakukan
kinerja. Werimon, Simson, Imam Ghozali, & M. pengawasan tugas-tugas administratif
Nasir (2007) mengatakan bahwa implementasi maupun operasional diperlukan adanya
pengawasan dan akuntabilitas menyebabkan mekanisme kerja, baik sebagai pembantu
kontrol yang besar dari masyarakat Bupati dalam pelaksanaan pengawasan
menyebabkan pengelola pemerintahan akan maupun kedudukannya sebagai instansi
bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada, vertikal yang bertanggung jawab kepada
dan pada akhirnya akan mampu Inspektorat Daerah Kabupaten Buleleng.
menghasilkan kinerja pemerintahan dengan Namun permasalahan yang terjadi bahwa
baik. pelaksanaan fungsi pengawasan belum
Kantor Inspektorat di Kabupaten dilakukan secara efektif, alasannya karena
Buleleng memiliki fungsi dalam melakukan pelaksanaan kinerja pemerintahan selama
pengawasan kinerja pemerintahan daerah, ini belum sesuai dengan yang direncanakan,
dimana salah satu misi yang ingin dicapai di mana dapat dilihat pelaksanaan
adalah dengan mencegah terjadinya pengawasan tidak tepat waktu, hal ini
penyimpangan dalam pelaksanaan disebabkan karena adanya keterlambatan
manajemen pemerintahan daerah. Kemudian dalam pengumpulan data yang akan
fungsi lainnya adalah dengan melakukan digunakan dalam pemeriksaan dan selain
pengawasan, pemeriksaan, penilaian dan itu dalam pemeriksaan belum dapat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
X1 X2 X3 Y
Valid 34 34 34 34
N
Missing 0 0 0 0
Mean 24,1765 28,2647 11,9706 25,0000
Std. Error of Mean ,77330 ,91366 ,42111 ,68729
Median 24,0000 29,0000 13,0000 25,5000
Mode 28,00 28,00a 13,00 25,00
Std. Deviation 4,50905 5,32751 2,45549 4,00757
Variance 20,332 28,382 6,029 16,061
Range 17,00 18,00 8,00 14,00
Minimum 13,00 17,00 7,00 16,00
Maximum 30,00 35,00 15,00 30,00
Sum 822,00 961,00 407,00 850,00
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan dengan nilai variance yang digunakan untuk
bahwa sampel yang digunakan adalah mengetahui tingkat penyebaran atau variasi
sebesar 34 responden dengan nilai rata- data masing-masing variabel adalah
rata atau Mean untuk variabel pengawasan sebesar X1 sebesar 20,332, X2 sebesar
sebesar 24,1765, variabel akuntabilitas 28,382, X3 sebesar 6,029 dan Y sebesar
sebesar 28,2647, variabel transparansi 16,061. Rentangan nilai masing-masing
sebesar 11,9707 dan kinerja sebesar 25. variabel yang ditunjukkan dengan nilai
Nilai yang menunjukkan tingkat derajat Range adalah 17, 18, 8 dan 14.
variasi masing-masing variabel dapat
ditunjukkan pada nilai standar deviasi yaitu Uji Asumsi Klasik
pengawasan sebesar sebesar 4,509, Hasil pengujian normalitas data
akuntabilitas sebesar 5,327, transparansi menunjukkan nilai kolmogorov-smirnov
sebesar 2,455 dan kinerja sebesar 4,007 sebesar 0,403 dan tidak signifikan pada 0.05
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
(0,403 > 0,05) menunjukkan bahwa residual Berdasarkan grafik scatterplot yang
terdistribusi secara normal sehingga model disajikan di atas dapat diketahui bahwa,
regresi yang natinya dibuat dapat diterima dan penyebaran titik-titik tersebar secara merata
bisa dilakukan analisis selanjutnya. dibawah dan di atas angka nol. Sehingga
Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dapat dikatakan bahwa dalam model regresi
dalam sebuah model regresi, dengan tujuan tidak terdapat masalah heterokedastisitas.
bahwa apakah suatu regresi tersebut terjadi Selanjutnya Hasil pengujian
ketidaksamaan varians dari residual dari multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai
satu pengamatan ke pengamatan lain tolerance berada diatas nilai 0,10 dan nilai VIF
dimana hasilnya dapat ditampilkan sebagai dibah 10. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
berikut. model regresi tidak terdapat multikolonieritas.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig. D F
Std.
B Beta
Error
(Constant) 4,417 1,453 3,039 ,005
X1 ,285 ,111 ,320 2,572 ,015 ,281
X2 ,187 ,085 ,249 2,212 ,035 ,210
X3 ,703 ,215 ,431 3,263 ,003 ,389
Adjust R Square ,880
F-Hitung 73,578
Sig. F ,000b
Sumber : data primer (data diolah)
diketahui bahwa koefisien regresi dari
Berdasarkan hasil pengolahan data variabel Pengawasan Keuangan Daerah
pada penelitian ini ditentukan persamaan sebesar 0,285 dan bertanda positif yang
regresi linier berganda sebagai berikut. berarti bahwa apabila terjadi peningkatan
Y = 4,417 + 0,285 (X1) + 0,187 (X2) + 0,703 Pengawasan Keuangan Daerah sebesar satu,
(X3) maka akan menyebabkan meningkatnya
Y = 4,417 + 0,285 (Pengawasan Keuangan Kinerja Pemerintah Daerah sebesar 0,285
Daerah) + 0,187 (Akuntabilitas Pengelolaan dengan nilai koefisien determinasi sebesar
Keuangan Daerah) + 0,703 (Transparansi 28,1% lebih lanjut Mengacu pada hasil tabel
Pengelolaan Keuangan Daerah) diatas, diketahui bahwa nilai t-hitung > t-tabel
Pertama, dari persamaan regresi (2,572 > 1,694) dengan nilai probability ( =
linier berganda tersebut diatas dapat 5%) =0,015 dibawah 0,05. Hal ini berarti Ha
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
dapat diterima dan Ho ditolak sehingga nilai koefisien determinasi dapat dilihat dari
Pengawasan pengelolaan Keuangan nilai R square yaitu sebesar 88,0%
Daerah berpengaruh signifikan terhadap Selanjutnya Hasil penguji hipotesis
kinerja Pemerintah Daerah.. dengan menggunakan F-Test dapat diambil
Kedua, koefisien regresi dari variabel kesimpulan bahwa F hitung > F tabel (73,578 >
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah 3,305) dengan = 0,000 maka Ho ditolak
sebesar 0,187 dan bertanda positif yang dan Ha diterima. Ini berarti secara statistik
berarti bahwa apabila terjadi peningkatan pada taraf keyakinan 5%, maka hipotesis
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah diterima yakni Pengawasan, akuntabilitas
sebesar satu, maka akan menyebabkan dan transparansi pengelolaan Keuangan
meningkatnya Kinerja Pemerintah Daerah Daerah berpengaruh signifikan terhadap
sebesar 0,187 dengan nilai koefisien kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
determinasi sebesar 21,0% Selanjutnya Buleleng..
mengacu pada hasil tabel diatas, diketahui
bahwa nilai t-hitung > t-tabel (2,212 > 1,694) Pembahasan
dengan nilai probability ( = 5%) =0,035 Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah
dibawah 0,05. Hal ini berarti Ha dapat (X1) Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
diterima dan Ho ditolak sehingga Akuntabilitas (Y)
pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa
signifikan terhadap kinerja Pemerintah secara parsial Pengawasan Keuangan Daerah
Daerah Kabupaten Buleleng. berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah
Ketiga, koefisien regresi dari variabel Daerah Kabupaten Buleleng sebesar 0,285
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah satuan dengan koefisien determinasi sebesar
sebesar 0,683 dan bertanda positif yang 28,1% dan hasil pengujian hipotesis dengan
berarti bahwa apabila terjadi peningkatan uji T-Test didapatkan bahwa t-hitung > t-tabel
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah (2,572>1,694) sehingga hipotesis diterima
sebesar satu, maka akan menyebabkan yakni Pengawasan pengelolaan Keuangan
meningkatnya Kinerja Pemerintah Daerah Daerah berpengaruh signifikan terhadap
sebesar 0,683 dengan nilai koefisien kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
determinasi sebesar 38,9%. Selanjutnya Buleleng..
mengacu pada hasil tabel diatas, diketahui Hasil ini menunjukkan bahwa dengan
bahwa nilai t-hitung > t-tabel (3,263 > 1,694) adanya pengawasan yang dilakukan oleh
dengan nilai probability ( = 5%) =0,003 Inspektorat Kabupatn Buleleng sebagai
dibawah 0,05. Hal ini berarti Ha dapat perpanjangan tangan di Bupati Buleleng
diterima dan Ho ditolak sehingga Transparansi maka mampu meningkatkan kinerja
pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh Pemerintah Daerah dalam hal ini kinerja
signifikan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Satuan Kerja Perangkan Daerah (SKPD)
Kabupaten Buleleng. sehingga mampu melaksanakan tugas-
Keempat, nilai konstan untuk Kinerja tugasnya sesuai dengan tugas pokok dan
Pemerintah Daerah adalah sebesar 4,417, ini fungsi masing-masing SKPD dan
berarti bahwa apabila Pengawasan meminimalisir penyimpangan-penyimpangan
Keuangan Daerah, Akuntabilitas Pengelolaan yang terjadi. Disamping itu fungsi yang
Keuangan Daerah dan transparansi dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten
Pengelolaan Keuangan Daerah bersifat Buleleg tidak semerta-merta hanya
konstan atau tetap maka Kinerja Pemerintah melakukan pengawasan tetapi juga kegiatan
Daerah adalah sebesar 4,417, tetapi apabila yang dilaksanakan dalam bentuk pembinaan
keseluruhan nilai koefisien variabel bebas pegawai di SKPD sehingga pegawai mau
yang terdiri dari Pengawasan Keuangan bekerja dengan giat melaksanakan tugas-
Daerah, Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan tugasnya sesuai dengan program serta
Daerah dan transparansi Pengelolaan aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Keuangan Daerah ditingkatkan satu, maka Hal ini didukung oleh penelitian
akan menyebabkan meningkatnya Kinerja terdahulu yang dilakukan oleh Menzeis
Pemerintah Daerah sebesar 5,592 dengan (dalam Rahayu, 2008), Zubir, Amri dan Saiful
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
(2012) yang menyatakan bahwa kinerja ini dalam pengelolaan keuangan secara
dapat ditingkatkan dengan pengawasan yang langsung akan meningkatkan kinerja
baik, pemimpin harus mempunyai sistem pemerintahan secara keseluruhan.
pengawasan yang ia perlukan untuk Hasil ini sesuai dengan penellitian
mengarahkan para bawahannya dengan terdahulu yang dilakukan oleh Halim (2002)
tepat. Kebijakan pengawasan tersebut dalam dan Rahmanurrasjid (2008) bahwa
jangka panjang lebih diarahkan kepada akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan
tindakan pencegahan, perbaikan sistem dan terhadap kinerja Pemerintah Daerah.
manajemen pembangunan, sedangkan Rahmanurrasjid (2008) menyatakan bahwa
dalam jangka pendek lebih diarahkan kepada Akuntabilitas merupakan instrumen untuk
pemberantasan Korupsi, Kolusi dan kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian
Nepotisme (KKN) dan seluruh penyebab hasil pada pelayanan publik. Dalam
timbulnya inefisiensi. hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja
yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan mana pencapaian hasil serta cara-cara yang
Keuangan Daerah (X2) Terhadap Kinerja digunakan untuk mencapai semua itu.
Pemerintah Daerah (Y) Akuntabilitas sebagai bentuk kewajiban
Berdasarkan hasil penelitian mempertanggung jawabkan keberhasilan
menunjukkan bahwa secara parsial atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah sebelumnya, melalui suatu media
Daerah Kabupaten Buleleng sebesar 0,187 pertanggungjawaban yang dilaksanakan
satuan. Hasil perhitungan SPSS juga secara periodik.
menunjukkan bahwa variabel Akuntabilitas Lebih lanjut Halim (2002) menyatakan
Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki Akuntabilitas meliputi pemberian informasi
pengaruh yang paling dominan terhadap keuangan kepada masyarakat dan pemakai
kinerja. Hal ini dibuktikan dengan koefisien lainnya sehingga memungkinkan bagi
determinasi sebesar 21,0% yang lebih besar mereka untuk menilai pertanggungjawaban
dari variabel Pengawasan Keuangan Daerah pemerintah atas seluruh aktivitas yang
dan hasil pengujian hipotesis dengan uji T- dilakukan, bukan hanya aktivitas finansialnya
Test menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel saja. Konsep ini menekankan bahwa laporan
(2,212 > 1,694) sehingga hipotesis diterima keuangan pemerintah sebagai wujud
yakni Akuntabilitas pengelolaan Keuangan pertanggungjawaban pemerintah atas
Daerah berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan pemerintahan (kinerjanya) harus
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten dapat memberikan informasi yang
Buleleng.. dibutuhkan para pemakainya dalam
ini menunjukkan bahwa Akuntabilitas pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan
merupakan bentuk pertanggung jawaban politik.
Pemerintah Daerah kepada publik terkait
pelaksanaan pengelolaan pemerintahan Pengaruh Transparansi Pengelolaan
yang telah dilakukan, dimana Akuntabilitas Keuangan Daerah (X2) Terhadap Kinerja
sendiri merupakan amanat peraturan Pemerintah Daerah (Y)
perundang-undangan yang harus dilaksanakan Berdasarkan hasil penelitian
dalam pengelolaan keuangan pemerintahan, menunjukkan bahwa secara parsial
maka hal ini menjadi kewajiban bagi Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
pelaksana pemerintahan. Penilaian terhadap berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah
pertanggungjawaban tersebut akan dilakukan Daerah Kabupaten Buleleng sebesar 0,703
oleh publik dan institusi pengawasan yang satuan. Hasil perhitungan SPSS juga
mempunyai konsekuensi hukum, maka menunjukkan bahwa variabel Transparansi
aparatur pelaksana pemerintahan akan Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki
berupaya menerapkan konsep akuntabilitas pengaruh yang paling dominan terhadap
tersebut dalam pengelolaan pemerintahan kinerja. Hal ini dibuktikan dengan koefisien
termasuk pengelolaan keuangan. Penerapan determinasi sebesar 38,9% yang lebih besar
akuntabilitas dengan berbagai indikatornya dari variabel Pengawasan Keuangan Daerah
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
dan hasil pengujian hipotesis dengan uji T- Buleleng sebesar 88,0%, kemudian hasil
Test menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel pengujian hipotesis dengan uji F-Test
(3,263 > 1,694) sehingga hipotesis diterima didapatkan bahwa F-hitung > F-tabel (73,578 >
yakni Transparansi pengelolaan Keuangan 3,305) sehingga hipotesis diterima yakni
Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pengawasan, akuntabilitas dan transparansi
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh
Buleleng. signifikan terhadap kinerja Pemerintah
Hasil ini menunjukkan bahwa Daerah Kabupaten Buleleng.
transparansi Pemerintah Daerah terkait Hasil temuan dilapangan diketahui
dengan pengelolaan keuangan daerah bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
merupakan wujud nyata pemerintah daerah Daerah (APBD) Kabupaten Buleleng pada
terutama SKPD di Kabupaten Buleleng yang tahun 2014 yang cukup besar tentu saja
merupakan bukti keseriusan pemerintah harus dikelola secara efektif untuk
dalam menjelankan pemerintahan yang kepentingan masyarakat luas sehingga
bersih, jujur dan bebas korupsi. Disamping diperlukan pengawasan yang lebih ketat dari
itu transparansi pengelolaan keuangan yang inspektorat Kabupaten Buleleng agar tidak
dilakukan pemerintah daerah kepada publik terjadi pemborosan dan kebocoran anggaran
merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dan perlunya akuntabilitas dan transparansi
dalam mengelola dana yang ada untuk publik sehingga kinerja pemerintah daerah
kepentingan masyarakat dan hal ini adalah dalam Hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah
bukti bahwa kinerja pemerintah daerah (SKPD) bisa meningkat. Berdasarkan hasil
semakin baik. analisis diatas menunjukkan bahwa dengan
Hal ini sesuai dengan penelitian adanya pengawasan keuangan daerah,
terdahulu yang dilakukan oleh Pasaribu akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
(2011) dan Garini (2011) bahwa transparansi keuangan yang dilakukan SKPD menunjukkan
memberikan kontribusi atau pengaruh positif bahwa kinerja Pemerintah Daerah dapat
terhadap kinerja pemerintah. Kewajiban meningkat.
aparatur pengelola pemerintahan untuk Hasil ini sesuai dengan penelitian
memberikan informasi ini kepada masyarakat, terdahulu yang dilakukan oleh Menzeis
sehingga masyarakat mempunyai (dalam Rahayu, 2008), Garini (2011), dan
kesempatan untuk mengetahui, Rubin (dalam Werimon, 2007) bahwa
memberikan saran-saran, mengevaluasi pengawasan keuangan daerah, akuntabilitas dan
dan menilai, sehingga akan menjadikan transparansi pengelollah keuangan berpengaruh
aparatur lebih bekerja hati-hati sesuai positif terhadap kinerja Pemerintah Daerah. Hasil
dengan ketentuan yang ada. Secara naluri teemuanya menunjukkan bahwa kinerja dapat
aparatur juga ingin mendapat penilaian dari ditingkatkan dengan pengawasan yang baik,
publik akan kualitasnya dalam bekerja. pemimpin harus mempunyai sistem pengawasan
Alasan ini akan menjadikan aparatur yang ia perlukan untuk mengarahkan para
pemerintah akan menampilkan kinerja bawahannya dengan tepat. Akuntabilitas dan
terbaiknya dalam menjalankan tugas dan transparansi dapat dilihat dalam dua hal
tanggungjawabnyadan dengan sendirinya yaitu: salah satu wujud pertanggung jawaban
kinerja pemerintah daerah juga akan baik. pemerintah kepada rakyat, dan upaya
peningkatan manajemen pengelolaan dan
Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(X1), Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan mengurangi kesempatan praktek kolusi,
Daerah (X2) Dan Transparansi korupsi dan nepotisme (KKN).
Pengelolaan Keuangan Daerah (X3)
Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Y) PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Simpulan
secara simultan Pengawasan Keuangan Pertama, Pengawasan Keuangan
Daerah, Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja
Daerah Dan Transparansi Pengelolaan Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng
Keuangan Daerah berpengaruh terhadap sebesar 0,285 satuan dengan koefisien
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten determinasi sebesar 28,1% dan hasil
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
pengujian hipotesis dengan uji T-Test pengawasan dan pembinaan dalam rangka
didapatkan bahwa t-hitung > t-tabel meningkatkan kinerja Pemerintah
(2,572>1,694) sehingga hipotesis diterima Kedua, untuk mewujudkan akuntabilitas
yakni Pengawasan pengelolaan Keuangan maka pemerintah wujud pertanggung jawaban
Daerah berpengaruh signifikan terhadap pemerintah ini bisa dilaksanakan setiap
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten kegiatan atau selesainya program kegiatan
Buleleng. berlangsung sehingga masyarakat tidak
Kedua, Akuntabilitas Pengelolaan memiliki tanggapan yang negatif. Akuntabilitas
Keuangan Daerah berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan ini bisa dilaksanakan
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten melalui perantara internet maupun wartawan
Buleleng sebesar 0,187 satuan dengan dengan media televisi dan radio.
koefisien determinasi sebesar 21,0% yang Ketiga, Hendaknya transparansi
lebih besar dari variabel Pengawasan pengelolaan keuangan tidak saja dilakuakn
Keuangan Daerah dan hasil pengujian pada internal SKPD tetapi juga hendaknya
hipotesis dengan uji T-Test menunjukkan setiap SKPD memiliki website resmi dengan
bahwa t-hitung > t-tabel (2,212 > 1,694) membublikasi kegiatan-kegiatan yang telah
sehingga hipotesis diterima yakni dilaksanakan dan penggunakan anggaran
Akuntabilitas pengelolaan Keuangan Daerah yang telah berlangsung sehingga publik
berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengetahui pengelolaan keuangan dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng. kegiatan-kegiatan yang telah berlangsung
Ketiga, Transparansi Pengelolaan dan hal ini merupakan bentuk pertanggung
Keuangan Daerah berpengaruh terhadap jawaban pemerintah daerah kepada
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten masyarakat luas.
Buleleng sebesar 0,703 satuan, dengan Keempat, Bagi mahasiswa lain yang
koefisien determinasi sebesar 38,9% dan berminat meneliti masalah pengaruh
hasil pengujian hipotesis dengan uji T-Test Pengawasan Keuangan Daerah, Akuntabilitas
menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel (3,263 dan Transparansi Pengelolaan Keuangan
> 1,694) sehingga hipotesis diterima yakni Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Transparansi pengelolaan Keuangan agar mengembangkan penelitian ini lebih lanjut
Daerah berpengaruh signifikan terhadap dan mempertimbangkan variabel lain yang
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten belum diuji dalam penelitian ini yang berkaitan
Buleleng. dengan Kinerja Pemerintah Daerah dan
Keempat, Secara simultan Pengawasan mengembangkan metode analisis data dengan
Keuangan Daerah, Akuntabilitas Dan menggunakan analisis path.
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Buleleng sebesar 88,0%, DAFTAR PUSTAKA
kemudian hasil pengujian hipotesis dengan Antara Bali. 2014. APBD Buleleng Defisit. Di
uji F-Test didapatkan bahwa F-hitung > F-tabel http:// www.antarabali.com /
(73,578 > 3,305) sehingga hipotesis diterima berita/45983/apbd-buleleng-2014
yakni Pengawasan, akuntabilitas dan defisit-rp137435 - miliar [diakses
transparansi pengelolaan Keuangan Daerah pada tanggal 10 Maret 2014]
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Pemerintah Daerah. Garini, Nadia. 2011. Pengaruh Transparansi
dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja
Saran Instansi Pemerintah Pada Dinas di
Pertama, Hendaknya kegiatan Kota Bandung. Skripsi. Bandung. FE
pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat UNIKOM.
Kabuaten Buleleng dilakukan secara berkala
dan mengingat terbatasnya jumlah pengawas Garnita, Nita. 2008. Pengaruh Akuntabilitas
maka perlu melakukan rekrutmen untuk Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah.
menambah sumber daya manusia yang ada Studi Kasus Pada Balai Besar
sehingga semua ranah SKDP dan perangkat Bahan dan Barang Tekhnik. Skripsi.
dibawahnya bisa terjamah untuk dilakukan Bandung. FE Univ. Widyatama.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015)
Ismiarti. 2013. Analisis Inplementasi Sistem Rahayu, Eti Dwi. 2008. Pengaruh Disiplin
Pengendalian Intern Pemerintah, Kerja Dan Pengawasan Kerja
Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
Terhadap Kinerja Pemerintah. Tesis. Pada Badan Kepegawaian Daerah
Bengkulu. Program Magister Kota Semarang. Universitas Negeri
Akuntansi FE Unib. Malang. Fakultas Ilmu Sosial.
Jurusan Ekonomi.
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : Rahmanurrasjid, Amin. 2008. Akuntabilitas
BPFE. dan Transparansi Dalam Pertanggung
jawaban Pemerintah Daerah Untuk
Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik
dan Akuntabilitas Publik Melalui di Daerah. Tesis. Semarang. Program
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Magister Ilmu Hukum-Universitas
Saran Good Governance. Jurnal Diponegoro.
Akuntansi Pemerintahan. Volume 2
Nomor 1. Mei. Hal 2-4 Werimon, Simson, Imam Ghozali, & M. Nasir,
2007. Pengaruh Partisipasi Masyarakat
Menteri Dalam Negeri. 2007. Peraturan dan Transparansi Kebijakan Publik
Mentri Dalam Negeri Nomor 23 Terhadap Hubungan Antara
Tahun 2007 tentang Pedoman Cara Pengetahuan Dewan Tentang
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Anggaran Dengan Pengawasan
Daerah. Keuangan Daerah (APBD). Makalah
disajikan pada Simposium Nasional
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Akuntansi X Makassar.Hal 21-23.
Negara. 2007. Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Zubir Syahputra, Amri, Dan Saiful Bahri .
Negara (Permenpan) Nomor: PER / 2012. Pengaruh Pengawasan,
09 / M. PAN / 5 /2007. Tentang Disiplin Kerja Dan Kompensasi
Pedoman Umum Penetapan Indikator Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
Kinerja Utama di Lingkungan Dinas Pengelolaan Keuangan Dan
Instansi Pemerintah. Kekayaan Aceh Provinsi Aceh.
Skripsi. Universitas Syiah Kuala
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara. 2012. Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (Permenpan) Nomor: 25
Tahun 2012. Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.