Anda di halaman 1dari 24

MEMAHAMI KETAHANAN NASIONAL DAN BELA

NEGARA DALAM BIDANG EKONOMI

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4 – Ilmu Komunikasi 4 2019

Fadhiil Syabana 41819134

Siva Sabila 41819135

Arief Nurdiansyah 41819139

Muhammad Fikri Septian A. 41819142

Nyimas Nabila Zachwa 41819150

Yemima Philo Shopia 41819153

Rabiur Rahman 41819160

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Komputer Indonesia

2020

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.Penyusunan makala ini dibuat

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………….…..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Konsep Ketahanan Nasional dan Bela Negara

2.2 Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara

2.3 Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara

BAB III ISI PEMBAHASAN

3.1. Apa konsep ketahanan nasional bidang ekonomi pada sector pariwisata?
3.2. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam ketahanan nasional bidang ekonomi
pada sektor pariwisata?
3.3. Bagaimana peran pelaku pariwisata dalam bela negara?

3.4. Upaya bela negara seperti apa dalam ketahanan nasional bidang ekonomi pada
sektor pariwisata?

BAB IV CONTOH KASUS

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

3|Page
DAFTAR PUSTAKA

4|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis di Asia
Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia Tenggara Indonesia memiliki posisi yang sangat
penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era global dewasa ini menjadi perhatian
banyak negara di dunia. Berdasarkan peranan dan posisi negara Indonesia, maka tidak
menutup kemungkinan akan merupakan ajang perebutan kepentingan kekuatan transnasional.
Oleh karena itu sebagai suatu negara, indonesia harus memperhatikan dan mengembangkan
ketahanan nasional.(Kaelan : 2010 : 145)

Ketahanan nasional sebagai istilah sebenarnya belum lama dikenal. Istilah ketahanan nasional
mulai dikenal dan dipergunakan pada pemulaan tahun 1960-an. Istilah katahanan nasional
untuk pertama kali dikemukakan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno.
Kemudian pada tahun 1962 mulai dupayakan secara khusus untuk mengembangkan gagasan
ketahanan nasional di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Bandung. (Kaelan : 2010 :
145)

Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dalm negeri, yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan intergritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia. (Kaelan : 2010 : 146)

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasional. Dalam hubungan ini cara
mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai
dengan falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi bangsa
Indonesia ketahanan nasional dibangun diatas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia
yaitu Pancasila. Sebagai dasar falsafah bangsa dan negara, Pancasila tidak hanya merupakan
hasil pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-nilai Pancasila telah hidup dan berkembang

5|Page
dalam kehidupan objektif bangsa Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup
yang disebut negara. Hal inilah yang menurut Notonagoro disebut sebagai kausa materialis
pancasila. Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila dirumuskan
oleh para pendiri negara Indonesia, dan secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai
dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia, dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu dalam pengertian ini Pancasila sebagai suatu dasar filsafat dan sekaligus
sebagai landasan ideologis ketahanan nasional Indonesia. (Kaelan : 2010 : 146)

6|Page
1.2 Perumusan Masalah

1. Apa konsep ketahanan nasional bidang ekonomi pada sektor pariwisata?


2. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam ketahanan nasional bidang ekonomi pada
sektor pariwisata?
3. Bagaimana peran pelaku pariwisata dalam bela negara?
4. Upaya bela negara seperti apa dalam ketahanan nasional bidang ekonomi pada sektor
pariwisata?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

 Memahami ketahanan nasional dan bela negara

2. Tujuan khusus

 Untuk memenuhi tugas mata kewarganegaraan

7|Page
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Konsep Ketahanan Nasional dan Bela Negara

Pengertian Ketahanan Nasinal dan Bela Negara

Ketahanan nasional sebagai istilah sebenarnya belum lama dikenal. Istilah ketahanan
nasional mulai dikenal dan dipergunakan pada pemulaan tahun 1960-an. Istilah
katahanan nasional untuk pertama kali dikemukakan oleh Presiden Pertama Republik
Indonesia Soekarno. Kemudian pada tahun 1962 mulai dupayakan secara khusus untuk
mengembangkan gagasan ketahanan nasional di Sekolah Staf dan Komando Angkatan
Darat Bandung. (Kaelan : 2010 : 145)

Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang
berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dalm negeri, yang langsung
maupun tidak langsung membahayakan intergritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia. (Kaelan : 2010 :
146)

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya. (Hadi Wiyono, Isworo : 2007 : 3)

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara)

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan


berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya

8|Page
adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara)

Konsep Ketahan Nasional

Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh :

a)      Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya.

b)      Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

c)      Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna


keteraturan (regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk
terjadinya perubahan (the stability idea of changes). (Kaelan : 2010 : 147)

Konsepi ketahanan nasional dapat juga dipandang sebagai suatu pilihan atau
alternatif dan konsepsi tentang kekuatan nasional (national power), yang biasanya dianut
oleh negara-negara besar di dunia. Kosepsi tentang kekuatan nasional bertumpu pada
kekuatan, terutama bertumpu pada kekuatan fisik militer dengan politik kekuasannya
(power politics), sedangkan ketahanan nasional tidak semata-mata menggunakan
kekuatan fisik, melainkan memanfaatkan daya dan kekuatan lainnya pada suatu bangsa.
Ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan suatu konsepsi dalam pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahtraan dan kemakmuran serta pertahanan dan keamanan di dalam
kehidupan nasional. Untuk dapat mencapai suatu tujuan nasional suatu bangsa harus
mempunyai kekuatan, kemampuan, daya tahan, dan keuletan. Dengan demikian jelaslah
bahwa ketahanan nasional harus diwujudkan dengan mempergunakan baik pndekatan
kesejahtraan, maupun pendekatan keamanan.(Kaelan : 2010 : 147)

2.2 Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional

Konsep pengertian ketahanan nasional Indonesia sempat mengalami perubahan


untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Tetapi berdasarkan pengalaman sejarah bangsa Indonesia mampu
membuktikan bahwa konsep pengertian ketahanan nasional kita mampu menangkal

9|Page
berbagai bentuk ancaman sehingga tidak berujung pada kehancuran bangsa atau NKRI.
Berikut ini perkembangan pengertian Konsep Ketahanan Nasional Indonesia (Tannas) :
1. Gagasan Tannas oleh Seskoad pada tahun 1960-an
Istilah ketahanan nasional sudah dikenal sejak awal tahun 1960-an. Pada saat
itu ketahanan nasional belum diberi definisi tertentu dan belum disusun dalam
suatu konsep yang lengkap. Pada waktu itu istilah ketahanan nasional dipakai
dalam rangka pembahasan masalah pembinaan teritorial atau masalah pertahanan
keamanan pada umumnya. Sedangkan secara historis, gagasan tentang ketahanan
nasional bermula pada awal tahun 1960-an di kalangan militer angkatan darat di
SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang
meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina.
Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu per satu
kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan
Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Philipina, Malaysia,
Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya dapat diatasi
(Paristiyanti Nurwardani, 2017). Berbeda dengan Negara Yugioslavia yang telah
terpecah dalam banyak seperti Bosnia Herzegovina, Kroasia, Serbia, Slovenia,
Makedonia, dan Montenegro. Bahkan Kosovo telah memproklamirkan dirinya
sebagai negara baru meskipun tidak banyak mendapat pengakuan dari negara
lain. Terjadinya perpecahan tersebut dikarenakan tidak kuatnya konsepsi dan
implementasi pertahanan nasional Negara Yugoslavia terutama aspek ideologi.
2. Upaya Penggagasan Konsep Ketahanan Nasional 1962 oleh Lemhannas
Sekitar awal tahun l962 ada usaha-usaha untuk mengembangkan pola
gagasan Ketahanan Nasional  tersebut,  terutama  oleh  Panitia Pendirian
Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas). Kemudian pada tahun 1965
Lemhannas diresmikan, maka lembaga ini selalu berusaha mempopulerkan dan
menyempurnakan konsep Ketahanan Nasional.
3. Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1968
Pada tahun 1968 Lemhannas untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep
pertahanan nasional pada publik. Pada waktu itu Lemhannas mendefinisikan
ketahanan nasional sebagai keuletan dan daya tahan bangsa dalam menghadapi
segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung

10 | P a g e
maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa
Indonesia.
4. Revisi Gagasan Tannas oleh Lemhanas pada tahun 1969
Pengertian tersebut direvisi oleh Lemhannas pada tahun 1969, menjadi
keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala ancaman baik yang
datang dari luar maupun yang datang dari dalam yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
5. Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1972
Kata “segala” pada konsep sebelumnya ditelaah kembali dan menunjukkan
kesadaran akan spectrum ancaman yang lebih dari sekedar ancaman komunis dan
atau pemberontakan. Kesadaran akan spectrum ini diperluas tahun 1972 menjadi
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). Konsep Ketahanan
Nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam,
yang langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan
perjuangan nasional. Konsepsi ini mampu menghadapi krisis ekonomi dan politik
pada tahun 1997-1998 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Konsep ini juga
digunakan hingga saat ini karena dianggap paling relevan dan sesuai dengan
kebutuhan Negara Indonesia.
6. Gagasan Tannas berdasarkan SK Menhamkam/Pangab
No.SKEP/1382/XI/1974
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan,
tantangan, baik yang datang dari dalam maupun luar, yang langsung maupun
tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta perjuangan nasional.
7. Gagasan Tannas menurut Presiden Soeharto pada tahun 1975
Konsep Ketahanan Nasional yang dikemukakan Presiden Soeharto pada
Sidang DPR RI Tanggal 16 Agustus 1975 menegaskan bahwa Ketahanan

11 | P a g e
Nasional itu merupakan bagian yang penting dari usaha kita untuk terus
membangun diri sendiri dan sanggup membentuk masa depan sendiri. Ketahanan
Nasional dirumuskan oleh Presiden Soeharto sebagai tingkat keadaan keuletan
dan ketangguhan bangsa kita dalam menghimpun dan mengerahkan keseluruhan
kemampuan nasional yg ada sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu
menghadapi setiap ancaman dan tantangan keutuhan maupun kepribadian bangsa
dalam mempertahankan kehidupan bangsa dan kelangsungan cita-citanya. Dalam
ketahanan di bidang politik dikatakan hak demokrasi selalu disertai dengan
tanggungjawab. Ditegaskan oleh Presiden : kebebasan yang kreatif berjalanlah
terus, bergandengan dengan rasa tanggung jawab yang besar.
8. Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional
adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan
hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.

2.3 Urgensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara

Bela negara adalah sikap, tekad dan juga perilaku warga negara yang dilakukan
secara menyeluruh, teratur serta terpadu dan juga dijiwai oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa. Dasar hukum mengenai bela negara
terdapat dalam isi UUD 1945, yakni:

a. Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
b. Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik. Bela negara
secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi musuh (secara militer).
Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit daripada bela negara secara
nonfisika.

A. Bela Negara Secara Fisik

12 | P a g e
Menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit daripada bela
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan
dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar
Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui
program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih)
adalah amanat dari Undang-undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih)
terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan
Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer,
dan lain-lain. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum,
Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga
fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada
saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat
Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat. Sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam
keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan
tempur.Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat
pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi
warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara
maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan
dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan
masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-
kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi
dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial.
Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur dan berkesinambungan.
Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau
profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya dokter ditempatkan di Rumah
Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum, akuntan di Bagian Keuangan,
penerbang di Skuadron Angkatan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah
dimaksudkan.sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi memperkenalkan
“dwi-fungsi sipil”. Maksudnya sebagai upaya sosialisasi “konsep bela negara” di
mana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab
TNI, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.

13 | P a g e
B. Bela Negara Secara Nonfisik
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa bela negara tidak selalu harus
berarti “memanggul senjata menghadapi musuh” atau bela negara yang
militerisitik.Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai
dengan profesi. Pendidikan kewarganegaraan diberikan dengan maksud
menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan
kewarganegaraan dapat dilaksanakan melalui jalur formal (sekolah dan
perguruan tinggi) dan jalur nonformal (sosial kemasyarakatan).
Bela negara memiliki kedudukan yang penting karena merupakan
implementasi dan upaya bangsa Indonesia sehingga tidak terjadi perpecahan
dalam negara Indonesia demi terjaganya kelangsungan hidup dan keutuhan
negara sesuai dengan dinamika ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
Bela negara memiliki fungsi, tujuan dan manfaat sebagai berikut:

A.       Tujuan Bela Negara


a. Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
b. Menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara.
c. Melestarikan budaya.
d. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan juga negara.
e. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara.

B.      Fungsi Bela Negara


a. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
b. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
c. Merupakan panggilan sejarah.
d. Menjaga keutuhan wilayah negara.

C. Manfaat Bela Negara


Bela negara memiliki beragam manfaat, baik bagi individu masing-masing
warga negara ataupun bagi negara itu sendiri. Berikut ialah beberapa contoh
manfaat bela negara:

14 | P a g e
a. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
b.   Membentuk Iman dan Taqwa pada masing-masing Agama.
c.   Melatih jiwa kepemimpinan dalam memimpin diri sendiri ataupun
kelompok.
d.   Menghilangkan sikap negatif, misalnya malas, apatis, boros, egois, dan
tidak disiplin.
e.   Membentuk sikap disiplin akan waktu, aktivitas, dan juga pengaturan
kegiatan lain.
f.   Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, serta kepedulian antar sesama.
g.  Membentuk jiwa kebersamaan serta solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
h.  Membentuk mental dan juga fisik yang tangguh.
i.   Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama.
j.   Melatih kecepatan, ketepatan, ketangkasan individu dalam melaksanakan
beragam kegiatan.

15 | P a g e
BAB III

ISI PEMBAHASAN

3.1. Konsep ketahanan nasional bidang ekonomi pada sektor pariwisata


Peningkatan kekuatan ekonomi nasional melalui sektor pariwisata yang didukung
oleh kemampuan profesionalisme SDA bidang kepariwisataan akan berdampak
kepada penciptaan ketahanan nasional. Sektor pariwisata dapat menjadi sumber
devisa dan motor penggerak utama pembangunan nasional. Harapan tersebut memberi
peluang seiring dengan pertumbuhan perekonomian dunia yang semakin meningkat
dimana mengakibatkan semakin banyak orang di dunia yang melakukan perjalanan
wisata. Pengembangan pariwisata mempunyai kecenderungan semakin meningkatkan
peranannya terhadap ketahanan nasional pada bidang ekonomi, yaitu melalui semakin
baiknya kontribusinya terhadap pembangunan nasional.

Konsep Ketahanan Nasional dalam bidang ekonomi sebagai pola


dasar pembangunan, pada hakekatnya merupakan arah dan pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang secara terpadu dan dilakukan
sesuai rencana program termasuk di bidang ekonomi pada sektor pariwisata.

Pemerintah juga membuat konsep yang mengarah kepada pengembangan


pendidikan vokasi bidang pariwisata. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan daya
saing kompetensi lulusan vokasi bidang pariwisata sesuai dengan tingkatan
pendidikan. Tentu semua ini untuk pembangunan SDM yang berkualitas sebagai
kunci ketahanan nasional dan kesuksesan bangsa Indonesia Dimensi persaingan
ekonomi tersebut tidak saja meliputi produk, tetapi juga pada tingkat
kualitas/produktivitas tenaga kerja.

3.2. Strategi yang dilakukan dalam ketahanan nasional bidang ekonomi pada
sektor pariwisata

Guna melancarkan kegiatan pariwisata ada berbagai macam strategi yang


dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Merujuk pada faktor-faktor yang berperan
dalam industri pariwisata diantaranya adalah menciptakan sumber daya manusia yang
kompeten, promosi kepariwitasaan, serta sarana dan prasarana kepariwisataan.

16 | P a g e
1. Menciptakan sumber daya manusia yang kompeten.
kualitas Sumber Daya Manusia Salah satu kunci sukses pariwisata di
Indonesia adalah human resources development diberbagai subsistem pariwisata
tersebut. Ini menunjukkan bahwa somber daya manusia yang berkualitas
memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan industri
pariwisata.
2. Promosi Kepariwisataan.
Upaya-upaya pengenalan potensi-potensi budaya dan alam di daerahdaerah
Indonesia dilakukan dengan jalan melakukan promosi kepariwisataan. Pada abad
21, di mana perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
demikian pesat maka diperkirakan akan terjadi persaingan di pasar global
khususnya persaingan di bidang industri pariwisata. Oleh karenanya promosi
kepariwisataan merupakan suatu strategi yang harus dilakukan secara
berkesinambungan baik di tingkat internasional maupun regional.
3. Sarana dan Prasarana Kepariwisataan.
Motivasi yang mendorong orang untuk mengadakan perjalanan akan
menimbulkan permintaan-permintaan yang sama mengenai prasarana dan sarana
kepariwisataan seperti jaringan telekomunikasi, akomodasi dan lain sebagainya.
Dalam hal ini kesiapan sarana dan prasarana kepariwisataan merupakan salah satu
faktor penentu berhasilnya pengembangan industri pariwisata daerah. Terlebih
ketika program otonomi telah diterapkan, maka masing-masing daerah dituntut
untuk lebih memberikan perhatiannya pada penyediaan sarana prasarana
kepariwisataan yang memadai dan paling tidak sesuai dengan standar
intemasional.

Ketiga faktor di atas merupakan faktor kritis yang perlu mendapat perhatian
serius dalam rangka pengembangan industri pariwisata. Tujuan pengembangan
industri pariwisata dapat tercapai apabila ketiga faktor tersebut dilaksanakan secara
terpadu dan berkesinambungan. Dengan hal tersebut, sektor pariwisata akan semakin
baik guna pertahanan nasional Indonesia.

3.3. Peran pelaku pariwisata dalam bela negara

17 | P a g e
1. Memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengurus usaha-usaha
sektor industry pariwisata
2. Menikatkan kinerja dan segala lini, dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh
masyarakat Indonesia
3. Melestarikan budaya Indonesia agar tidak tergeser oleh budaya asing
4. Membagun indutri pariwisata
5. Sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya pembangunan pariwisata
6. Melakukan pengawasan dalam perkembangan sektor pariwisata
7. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan
8. Melaksanakan hak dan kewajiban kepariwisataan sebagaimana yang tertera
dalam UU 10 Tahun 2009.

3.4. Upaya bela negara dalam ketahanan nasional bidang ekonomi pada
sektor pariwisata

1. Membantu memperkenalkan pariwisata dalam negeri ke dunia luar.


2. Membuka sektor wirausaha dalam pariwisata contohnya seperti tour guide atau
pemandu wisata, tempat penginapan, tempat makan tradisional.
3. Tidak menyebarkan berita yang menakutkan atau berita palsu(hoax) tentang
pariwisata dalam negeri.
4. Menjaga keamanan serta kebersihan tempat pariwisata secara bersama-sama.
5. Membayar dan menyetorkan pajak tepat waktu.

18 | P a g e
BAB IV

CONTOH KASUS

“Dampak Bom Bali terhadap pariwisata Indonesia dalam prespektif ketahanan


nasional”

Salah satu ciri khas terorisme di Indonesia adalah tidak adanya pelaku yang mengklaim
bahwa kegiatan tersebut itu kelompok atau perorangan yang bertanggung jawab, sehingga
terorisme harus kita sepakati sebagai musuh bersama yang bersifat global. Aksi terorisme
dapat terjadi dimana saja tanpa mengenal batas tempat dan waktu. Aksi terorisme yang relatif
besar diawal abad 21 ini terjadi menimpa menara kembar World Trade Centre (WTC) di
Amerika Serikat pada tanggal 12 September 2001 dengan cara menabrakan pesawat terbang
ke gedung WTC tersebut, dengan menelan korban mencapai 3000 jiwa. Aksi teroris
selanjutnya menimpa Indonesia, tepatnya terjadi di Pulau Bali yang merupakan salah satu
tujuan wisatawan dunia, aksi teroris ini menelan korban 202 jiwa dari 21 negara, sebanyak
418 unit gedung mengalami kerusakan dan taksiran kerugian mencapai Rp.,
5.924.219.319,17, Peristiwa ini dianggap sebagai kasus pidana terorisme terbesar yang
pernah terjadi di Indonesia. Beberapa warga negara asing yang tengah berlibur di Bali
menjadi korban dari aksi ini, antara lain Australia, Inggris, Kanada, serta beberapa negara
lainnya. Dengan adanya kejadian ini, Indonesia dirundung masalah yang berat terkait dengan
masalah keamanan. Sebagai dampaknya, kecaman pun berdatangan dari berbagai penjuru
dunia, seperti mengeluarkan travel warning hingga ancaman menurunnya potensi wisata
Indonesia

Dari uraian diatas, kita dapat mengetahui dampak dari aksi ledakan born di Bali oleh teroris
terhadap kehidupan masyarakat Bali, khususnya warga Kuta sebagai Zero Point (TKP) aksi
teroris tersebut. Dampak yang ditanggung oleh pemerintah daerah Bali dan masyarakatnya
relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang terus
menurun sejak terjadinya aksi bom Bali tanggal 12 September 2002 sampai dengan akhir
Desember 2003. Pada tahun 2001 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali
sebanyak 1.356.774 orang, tahun 2002 sebanyak 1.285.844 orang atau turun sebesar 5,23 %,
tahun 2003 sebanyak 1.285.844 orang atau turun sebesar 22,77 %, baru pada tahun 2004
dengan segala daya dan upaya Pemerintah Daerah Bali dan warganya, jumlah wisatawan
yang datang ke Bali meningkat menjadi 1.458.309 orang atau meningkat 46,85 % dari tahun

19 | P a g e
2003. Diharapkan pada akhir tahun 2005 pariwisata Bali dapat kembali ke kondisi yang lebih
baik lagi.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat agak terganggu, dari segi sosial muncul rasa curiga
warga terhadap orang yang tidak dikenalnya dimana para korban bom Bali tersebut akan
mengalami trauma mendalam akibat kejadian tersebut. Sehingga berdampak sangat tidak baik
bagi kejiwaan mereka. Sebagian masyarakat yang tinggal di Bali pun akan merasa tidak aman
lagi untuk bertempat tinggal di Bali. Akan mulai muncul rasa curiga mereka terhadap orang
yang tidak dikenalnya. Hal ini karena kenyamanan yang mereka miliki sudah terusik dengan
adanya aksi terorisme terkait.

Dari segi ekonomi pendapatan pemerintah dan warga menurun sebagai akibat langsung dari
aksi bom Bali dan sampai sekarang masih terasa kelambatan dalam pertumbuhan ekonomi
Bali. Dibidang keamanan masyarakat berharap banyak kepada aparat keamanan negara untuk
menciptakan Bali yang aman guna mendukung pembangunan dunia pariwisata Bali.
Masyarakat mengusulkan konsep "sistem keamanan berlapis" dalam mengelola dan menjaga
keamanan Bali, dimana masyarakat Bali dilibatkan secara aktif dalam menjaga keamanan
wilayah Bali.

Kejahatan terorisme memang sudah seharusnya lenyap. Aksi-aksi tersebut hanya


mengganggu ketenteraman kehidupan serta keamanan hidup seseorang maupun kelompok.
Penanggulangan aksi terorisme yang telah banyak dilakukan oleh negara sudah seharusnya
lebih ditingkatkan lagi terutam di daerah-daerah yang sering menjadi sasaran aksi terorisme
seperti di Bali.

20 | P a g e
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Banyak cara untuk menjaga Ketahanan Nasional dan Bela Negara salah satunya
dengan mendukung Negara dengan sector pariwisata ataupun membantu perkembangannya,
dalam sector pariwisata tentu banyak sekali manfaat dalam perkembangan daerah ataupun
negara. Tidak menutup kemungkinan bahwasannya berdasarkan fakta pariwisata menjadi satu
aspek yang sangat penting bagi perekonomian, selain itu budaya dalam suatu daerah jika
tersentuh sector pariwisata pun akan semakin terjaga kelestariannya dan banyak manfaat
lainnya.

Ketahanan nasional di bidang pariwisata harus dimulai dengan memperkenalkan berbagai


macam pariwisata didalamnya. Putut Prabantoro, yang juga konsultan komunikasi publik itu,
menyarankan, agar institusi pendidikan pariwisata Indonesia memperkenalkan kekayaan
potensi pariwisata termasuk budayanya dan juga kekayaan kuliner tradisional Indonesia agar
anak didiknya membumi pada kekayaan dan keindahan tanah airnya.

Sementara itu, Caturida Meiwanto Doktoralina menegaskan bahwa, untuk mencapai


keberhasilan di bidang pariwisata, para mahasiswa harus mengerti kondisi persaingan dunia
tourisme di dunia.

“Jika kita yakin berdasarkan data yang ada bahwa dunia pariwisata merupakan bisnis masa
depan yang menjanjikan dalam era Milenial, kerja keras melalui pendidikan yang tidak
mudah, harus dijalani. Harus ada semangat tempur untuk memenangkan persaingan global di
bidang pariwisata dari hulu ke hilir," ujar Caturida.

"Selain itu, pendidikan etika dan moral yang menjadi landasan wujud dunia pariwisata
Indonesia harus dibangun oleh para mahasiswa yang dalam 15 tahun akan menjadi
enterpreneur-enterprenus baru dalam dunia pariwisata,” tambahnya.

21 | P a g e
5.2 SARAN

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Sumber

https://www.kompasiana.com/nuninglisti/562e0b39707a619b09221951/teror-bom-bali-dan-
dampak-pada-industri-pariwisata

https://www.dw.com/id/dampak-bom-bali-terhadap-pariwisata/a-2935604

http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak/id_abstrak-109415f

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/
16/530fe569c740f72eca3e506930fc4715f62d4924.pdf

https://www.kompasiana.com/primoraharahap/54fd7579a33311021750fdf4/strategi-
ketahanan-nasional-bangkit-dari-krisis

https://www.kemhan.go.id/belanegara/opini/asd

https://wow.tribunnews.com/2019/02/06/membangun-ketahanan-nasional-bidang-pariwisata-
dengan-memperkenalkan-kuliner-tradisonal?page=2

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai