Anda di halaman 1dari 26

Makalah PKN

Urgensi dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela


Negara Bagi Indonesia Dalam Membangun Komitmen
Kolektif Kebangsaan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

Aisa fadila 221010503918


Muhamad Rizki 221010505704

JURUSAN MANAJEMENT

UNIVERSITAS PAMULANG

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata

kuliah pendidikan kewarganegaraan (PKN). Shalawat dan salam kami junjungkan kepada

Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan makna bagi kehidupan di dunia ini.

Penulisan makalah ini merupakan perwujudan dari hasil pemahaman kami

berdasarkan dari beberapa sumber bacaan yang telah kami baca dan kami telah berusaha

menyajikan isi makalah sesuai yang diharapkan oleh dosen pembimbing. Makalah ini kami

susun dengan judul “Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, ini disebabkan karena

terbatasnya ilmu yang kami miliki. Untuk itu masukan dari berbagai pihak sangat kami

harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat berguna dan memberikan banyak

manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca untuk memperluas wawasan.

Tangerang Selatan, 25 Agustus 2022

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I : Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2

Bab II : Pembahasan 3
A. Pengertian Ketahanan Nasional 3
B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia 4
1. Sejarah lahirnya ketahanan Negara 4
2. Ketahanan nasional dalam GBHN 4
C. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional 5
1. Gatra dalam ketahanan nasional 5
2. Penjelasan atas tiap gatra dalam ketahanan nasional 7
D. Pembelaan Negara 10
1. Makna bela negara 11
2. Peraturan perundang-undangan tentang bela negara 11
3. Keikutsertaan warga Negara dalam bela Negara 11
E. Indonesia dan Perdamaian Dunia 13
1. Pengertian perdamaian dunia 13
2. Mewujudkan perdamaian dunia 13
3. Partisipasi Indonesia bagi perdamaian dunia 16

Bab III : Penutup 20


Kesimpulan 20

iii
Lampiran 22
Daftar Pustaka 23

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mewujudkan cita-citanya


perlu memiliki pemahaman mengenai geopolitik dan geostrategi. Geopolitik adalah cara
mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis. Sedangkan geostrategi
adalah salah satu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa baik pada masa lampau,
kini, manapun mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang
telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang
hidup nasional untuk menentukan kebijakan, sarana dan sasaran perwujudan kepentingan dan
tujuan nasional melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis,
politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar
dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan
upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Geostrataegi Indonesia pada dasarnyanya adalah strategi nasional bangsa Indonesia
dalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna
merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.
Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi ”Ketahanan Nasional”.
Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki pengertian bahwa konsep
ketahanan nasional merupakan pendekatan yang digunakan bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.

iv
Ketahanan nasional sebagai suatu pendekatan merupakan salah satu pengertian dan konsepsi
ketahanan nasional itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH

Ada pun rumusan masalah yang kami dapatkan setelah membaca latar belakangnya,
yaitu :
a. Apakah yang di maksud dengan ketahanan nasional ?
b. Bagaimana sejarah lahirnya ketahanan nasional ?
c. Unsur-unsur apa saja yang termasuk ke dalam ketahanan nasional ?
d. Bagaimana makna pembelaan Negara, apakah sudah di terapkan oleh warga
Negara Indonesia ?
e. Apakah Indonesia ikut serta dalam perdamaian dunia ?

C. TUJUAN PENULISAN

Dalam pengembangan geostrategi di Indonesia terdapat beberapa tujuan yang


mendasarinya diantaranya :
a. Memahami maksud dari ketahanan nasional itu sendiri seperti apa
b. Mengetahui bagaimana sejarah lahirnya ketahanan nasional
c. Mengetahui unsur-unsur kekuatan nasional menurut para ahli
d. Memahami makna bentuk pembelaan Negara
e. Keikutsertaan dalam perdamaian dunia
f. Memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen
g. Memberikan pengetahuan bagi pembaca

D. MANFAAT PENULISAN

Ada pun manfaat penulisannya yang didapatkan adalah untuk memberikan


pengetahuan dan wawasan yang luas baik kami maupun pembaca sekalipun.

v
BAB II
PEMBAHASAN

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI


INDONESIA

A. Pengertian Ketahanan Nasional

Adapun pengertian ketahanan nasional itu sendiri merupakan kondisi dinamis bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan
nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan
mencapai tujuan nasionalnya.
Terdapat pula tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan
nasional. Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, perspektif ini melihat ketahanan nasional
sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam
menjalankan suatu kegiatan khususnya dalam pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu
konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan
penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep ketahanan
nasional dimasukkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) agar setiap
orang, masyarakat dan penyelenggara negara menerima dan menjalankannya.

Terdapat pula ciri dari ketahanan nasional yaitu untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan mengembangkan kehidupan, maka suatu negara perlu pertahanan menghadapi dan
mengatasi tantangan, ancaman dari luar maupun dari dalam negeri.

vi
B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia

1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara


Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada kalangan
militer angkatan darat di SSKAD yg sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu
sedang meluasnya pengaruh komunisme yg berasal dari Uni Sovyet dan Cina dalam
menguasai daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang ditandai dengan G 30 S
PKI. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai memikirkan suatu rencana
dalam meningkatkan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1968, pemikiran yang ada di
SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Tantangan dan
ancaman terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yg
dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi,
social, dan militer. Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 telah ada kemajuan konseptual
berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yg berupa ideologi, politik,
ekonomi, social, dan militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan nasional yg menjadi
pertanda ditinggalkannya konsep kekuatan, walaupun di ketahanan nasional sendiri memakai
konsep kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi
dinamis satu bangsa yg mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi atau mengatasi tantangan, ancaman, dan hambatan dari luar maupun
dalam yang dapat menghancurkan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

2. Ketahanan Nasional Dalam GBHN


Konsepsi ketahanan nasional pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973 yaitu
ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional tahun dalam GBHN 1973
adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari Lemhanas. Konsep
ketahanan nasional berikut perumusan yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN
1983, dan GBHN 1988.
Dalam GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep ketahanan
nasional. Ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis yg merupakan integrasi
dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara. perumusan ketahanan nasional pada
GBHN 1993 berlanjut pada GBHN 1998. Konsepsi ketahanan nasional pada GBHN 1998

vii
adalah rumusan yg terakhir. Dari rumusan GBHN 1998 dapat disimpulkan bahwa ketahanan
nasional mempunyai 3 makna, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagao metode pendekatan sebagaimana tercermin dalam
rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.

Pada wujud pertama, yaitu ketahanan nasional sebagai pendekatan dimaksudkan


konsepsi ketahanan nasional digunakan sebagai strategi atau cara dalam melaksanakan
pembangunan.
Pada wujud kedua, yaitu ketahanan nasional sebagai kondisi yang dimaksud adalah
kondisi yg dinamis yg merupakan integrasi dari tiap aspek kehidupan bangsa dan negara .
Adapun pada wujud ketiga,yaitu ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional
menggambarkan kondisi ideal dari bidang pembangunan.

C. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional

1. Gatra dalam Ketahanan Nasional


Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu
Negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara.
a. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou
Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu
 Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam.
 Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, modal nasional, moral nasional, dan kualitas
diplomasi.

b. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray


Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu
 Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry, dan militer.

viii
  Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitaS
kepemimpinan.

c. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumberdaya, penduduk, teknologi,
idiologi, moral, dan kepemimpinan.

d. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu
 Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan penduduk.
 Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral
nasional.
 Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan kepemimpinan.

e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas wilayah,
jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

f. Unsur kekuatan nasional menurut Cline


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi demografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

g. Unsur kekuatan nasional model Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra dalam
ketahanan nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan nasional
dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional
Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
 Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber daya
alam, dan wilayah.
 Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Bila dibandingkan perumusan unsur-unsur kekuatan nasional/ketahanan nasional di


atas, pada hakikatnya dapat dilihat adanya persamaan. Unsur-unsur demikian dianggap

ix
mempengaruhi Negara dalam mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan. Pertanyaan dasarnya adalah
dalam kondisi apa atau bagaimana unsur-unsur tersebut dapat dikatakan mendukung kekuatan
nasional suatu negara. Bila mana suatu unsur justru dapat melemahkan kekuatan nasional
suatu negara?
Pertanyaan demikian dapat diperinci dan diperjelas. Misalnya, penduduk yang
bagaimanakah yang mampu mendukung kekuatan nasional suatu negara, wilayah atau
geografi yang seperti apa dapat mengembangkan kekuatan sebuah bangsa, dan seterusnya.
Jawaban eksploratif atas pertanyaan tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada hakikatnya
ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui pengamatan
atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan yang mendalam itu
akan menggambarkan tingkat ketahanan nasional. Apakah ketahanan nasional Indonesia
kuat/meningkat atau lemah/menurun. Lemah atau turunnya tingkat ketahanan nasional akan
menurun kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman yang terjadi. Apakah pengamatan
tersebut kita lakukan pada sejumlah gatra yang ada pada tingkat wilayah atau regional maka
akan menghasilkan kondisi ketahanan regional.

2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional


a. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut.
 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
 Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran; perataan
dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur penduduk
adalah faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral nasional menunjukan pada
dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya kita menghadapi ancaman.
Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang dimiliki suatu bangsa
sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan karakter nasional
mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.

b. Unsur atau Gatra Wilayah

x
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan
wilayah negara meliputi:
 Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara
kontinental.
 Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil).
 Posisi geografis, astronomi dan geologis negara.
 Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang
unhabitable.

c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan
nasional, meliputi:
 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati dan tambang.
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan
lingkungan hidup.
 Kontrol sumber daya alam.

d. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi


Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu
 Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya
nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju
secara bersama.
 Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat
yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama dan
menjadikannya bersatu.

e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik


Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu
negara. Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti
 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi.

xi
 Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer.
 Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan.
 Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.

f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara
yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung
dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang
ekonomi tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia.
Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi
bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula
mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi
bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi Pancasila
yang bercorak kekeluargaan.

g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-
hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang 
dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya,
bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang
relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga dapat
memperkuat kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi
kebijakan, yaitu “assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy” (Winarno, 2002).
Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil
yang berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan
kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat ditentukan strategi
mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi dari keduanya. Kesalahan
dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke perpecahan bahkan perang
saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.

xii
h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam
menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan
berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu
fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk
dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat
menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang
dianut oleh negara. Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa,
kepentingan nasional dan konteks zamannya.
Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang meliputi
unsur-unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan
alam, (3) kependudukan disebut Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.
            Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling
hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila
dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan
Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional
Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan disalahsatu gatra
dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi kondisi secara keseluruhan.
Ketahanan Nasional Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative dari kondisi dinamik kehidupan
bangsa di seluruh aspek kehidupan.

D. Pembelaan Negara

Apakah bela negara itu? Bela Negara adalah kewajiban dasar manusia. Juga
kehormatan bagi tiap warga negara yang penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela
berkorban kepada Negara dan bangsa

xiii
Memang banyak devinisi yang membuat pengertian tentang arti bela Negara namun
pengertian yang pasti Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya. Arti dari bela negara itu sendiri adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang
memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai cinta NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 yang rela berkorban demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.

1. Makna Bela Negara


Membela negara merupakan kewajiban sebagai warga negara. Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang
pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-
sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam bela negara adalah cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban bagi
bangsa dan Negara

2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara


Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
b. Pasal 30 UUD 1945

Sampai saat ini undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal 30 UUD
1945 tersebut adalah :
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia
b. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
c. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

3. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara


Konsep Bela Negara dapat diuraikan secara fisik maupun non-fisik.

a. Bela Negara secara Fisik

xiv
Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi
musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan
bela negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara".

b. Bela Negara secara Nonfisik


Bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang
masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak.
2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat.
3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata
(bukan retorika).
4. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
5. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah swt melalui
ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing

Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela negara
secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang merupakan ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau
bahkan dihilangkan sama sekali.
Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah
kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional
Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia.
Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik
Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.

xv
Beberapa contoh bela Negara misalnya melestarikan budaya, belajar dengan rajin bagi
para pelajar, taat akan hukum dan aturan-aturan negara. Dan ada beberapa contoh bela negara
dalam kehidupan sehari-hari misalnya siskamling, menjaga kebersihan, mencegah bahaya
narkoba, mencegah perkelahian antar perorangan sampai dengan antar kelompok,
meningkatkan hasil pertanian sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan daerah dan
nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat meningkatkan hasil eksport, melestarikan
budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik nasional maupun
internasional.

E. Indonesia dan Perdamaian Dunia

1. Pengertian Perdamaian Dunia


Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama,
perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua,
perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika transformasi konflik yang
kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan,
juga merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase
perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada
tindakan yang dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti
ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik
semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ. Perdamaian
bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan. Lebih jauh dari
itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian keadilan dan kemajuan. Perdamaian
dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan
keadaan putus harapan tidak diminimalisir. Perdamaian bukan soal penggunaan metode
kreatif non-kekerasan terhadap setiap bentuk kekerasan, tapi semestinya dapat menciptakan
sebuah situasi yang seimbang dan harmoni, yang tidak berat sebelah bagi pihak yang kuat
tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi semua pihak. Jadi perdamaian dunia
merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.

2. Mewujudkan Perdamaian Dunia

xvi
Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan,
mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi
tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih memberikan
harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai
saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling bergandengan
tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian
itu sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus membelenggu
fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala upaya perdamaian itu sendiri.
Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu mudahnya kita serukan konflik dan
peperangan? Sementara itu begitu sulit hanya untuk sebuah perdamaian yang mana demi
kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang lebih baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa
Indonesia khususnya dan seluruh Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar
terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Harus
ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia.
Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan pertemuan antar Negara guna
menciptakan perdamaian dunia. Pada akhirnya yang dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir
kesepakatan atau semacam perjanjian bersama yang selama ini belum banyak mampu
merubah keadaan.
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:

a. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)


Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat
ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui
budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari
masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu
Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan
perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam
mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.

b. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi

xvii
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya
perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan
konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya
akan “tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian
dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang
kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat
dan Negara di dunia ini.

c. Melalui Pendekatan Politik


Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi
Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-
negara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan
sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai
kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan
mereka terus dibeli.

d. Melalui Pendekatan Religius (Agama)


Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan
ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian
dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus
memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di
kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di
masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-
masalah yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang
kurang memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia adalah
kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak semena-mena agar tidak
terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di tengah masyarakat.

xviii
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan
berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah, tidak egois
dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri
tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan
terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa
terbentuknya perdamaian. Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran.
Maksud dari kesadaran itu adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita.
Contohnya dengan :
 Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.
 Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
 Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-istiadat,
agama, ras, dan status sosial.
 Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri

Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan
baik, sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.

3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia


Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara
lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang
lainnya, Indonesia juga peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain,
konstelasi perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa negara
Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan semua umat manusia
termasuk bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang termasuk lima
besar dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi
perdamaian dunia. Peran serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia
memang sudah bukan hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal
kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif melaksanakan
ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi perdamaian dunia telah
mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan lingkungan strategis
serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah

xix
dan profesionalitas para pejuang perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda
maupun civilian experts telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah
mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi
apresiasi yang tinggi terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB,
tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan
dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi
sebagian bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang
ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari
konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS dengan US – memang
tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di wilayah
Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur Tengah, perang dan berbagai jenis
konflik lain terus berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang serius
diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat kelengkapan yang dinamakan
Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah
menjaga perdamaian dan keamanan antar negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk pasukan perdamaian
dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP). Beberapa contoh pasukan
perdamaian tersebut, sebagai berikut :
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian Vietnam Selatan.
b. UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu pasukan
perdamaian PBB sebagai pengawas pertikaian senjata.
c. UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk
Timur Tengah, Korea Utara, dan Korsel.
d. UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian di Cyprus.
e. UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan),
yaitu pasukan perdamaian PBB untuk perdamaian India dan Pakistan.
f. UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan perdamaian PBB
untuk Kongo.

xx
g. UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine), yaitu
pasukan perdamaian PBB untuk Palestina.
h. UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu pasukan
perdamaian PBB di Kroasia.
i. UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan perdamaian PBB
di Bosnia Herzegovina.
j. UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan perdamaian
PBB di FYROM (Macedonia).
k. UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan perdamaian PBB di
Liberia.

Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian


dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun
peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas
operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan
Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan
perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah dimulai
sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda
atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai
kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957. Adapun
samapai sekarang ini Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai
bagian dari UNFIL ( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon ) pada September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan PBB,
Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini,
Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu :
a. Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.
b. Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
c. Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.

Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini


merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan
Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat
kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain

xxi
keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun
1957, upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks
ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta
peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban kepercayaan
masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan Keamanan sebagai badan yang
efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan global dibidang perdamaian dan keamanan
saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya dibidang
diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV, yang
memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya menciptakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

xxii
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pembentukan ketahan nasional di suatu bangsa diperlukan geostrategi


sebelumnya agar terwujudnya tujuan nasional. Dan pengertian geostrategi itu sendiri adalah
salah satu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud
Konsepsi ”Ketahanan Nasional”. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh
berlandaskan Pancasila, dan UUD 1945.
Kemudian rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional dalam GBHN adanya tiga
wujud ketahanan nasional, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagaimana tercermin dari
rumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.

Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu


Negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara, seperti :
1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou terbagi menjadi dua factor,
yaitu factor tetap dan factor berubah.

xxiii
2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray terbagi menjadi dua factor, yaitu
tangible factors dan intangible factors.
3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer dan Perkins.
4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra terbagi menjadi tiga, yaitu
alamiah, social, dan lain-lain.
5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan.
6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline.
7. Unsur kekuatan nasional menurut model Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
Trigatra dan Pancagatra.

Unsur-Unsur demikian dianggap mempengaruhi Negara dalam mengembangkan


kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara yang
bersangkutan.
Dan dalam ketahanan nasional suatu Negara terdapat suatu hubungan dengan
pembelaan Negara. Kegiatan pembelaan Negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga
Negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dan ini di wajibkan pada warga Negara
sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”.
Tak hanya masalah itu, Indonesia pun ikut peran aktif di dunia Internasional dalam
upaya pemeliharaan perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik,
bantuan kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf
militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di
bawah bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan
menjadi anggota pasukan perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian
dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai
saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan
pasukan perdamaian PBB.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini
merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan
Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat
kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain
keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun
1957, upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks

xxiv
ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta
peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.

LAMPIRAN

 Ideologi, liberalisme, komunisme


 Gerakan Komunis (G 30 S/PKI )
 DI/TII

 Hankam (Pertahanan dan Keamanan)


 Kasus lepasnya Tim-Tim ( dis integrasi bangsa )
 Ligitan Sipadan ( Malasyia di Indonesia )
 Gerakan Aceh Merdeka/GAM
 Terorisme/fanatisme agama/ekstrimis
 Kasus Madura vs Kalimantan
 Kasus Poso

 Pasal 27 ayat 3 UUD 1945


Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

 Pasal 30 UUD 1945


1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan nasional.
2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksananakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum.

xxv
5. dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha mempertahankan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia.


Winarno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://palasnetwork.blogspot.com/2010/12/ketahanan-nasional-sebagai-geostrategi.html
http://guildanjing.wordpress.com/2013/06/10/ketahanan-nasional-sebagai-geostrategi-
indonesia/
http://udhermansyah.blogspot.com/2013/06/makalah-ketahanan-nasional-sebagai.html

xxvi

Anda mungkin juga menyukai