Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI

GEOSTRATEGI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Fajar Makfirah (1901104010064)
Aliefah Zulqavia Darta (1901103010002)
Anggita Dwi Rahma (1901103010141)
Muhammad Alfakri (1901104010015)
Faisal Arfiansyah (1901101010102)
Muhammad Hanif Fariswan (1901104010118)
Muhammad Daffa Aqmal (1901103010059)

DOSEN PENGAJAR :
Ridayani, S.H., M.H.
(198412012017032101)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (PKN).
Shalawat dan salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan makna bagi kehidupan di dunia ini. Penulisan makalah ini
merupakan perwujudan dari hasil pemahaman
kami berdasarkan dari beberapa sumber bacaan yang telah kami baca dan kami t
elah berusaa menyajikan isi makalah sesuai yang diharapkan oleh dosen
pembimbing. Makalah ini kami
susun dengan judul “Ketahanan Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, ini
disebabkan karena terbatasnya ilmu yang kami miliki. Untuk itu masukan dari
berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat berguna dan memberikan
banyak manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca untuk
memperluas wawasan.

Banda Aceh, 13 April 2020

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….... ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii

BAB I – PENDAHULUAN……………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………… 2


1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….. 2

BAB II – PEMBAHASAN…………………………………………………….. 3

2.1 Pengertian Ketahanan Nasional…………………………………... 3

2.2 Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia………... 4

2.2.1 Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara………………………... 4

2.2.2 Ketahanan Nasional Dalam GBHN………………………… 5

2.3 Unsur-Unsur Ketahanan Negara…………………………………. 5

2.3.1 Gastra Dalam Ketahanan Nasional…………………………. 5

2.3.2 Penjelasan Atas Tiap Gatra Dalam Ketahanan Nasional….... 7

2.4 Makna Pembelaan Negara………………………………………. 12

BAB III – PENUTUP…….…………………………………………………... 16

3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 16

3.2 Saran…………………………………………………………….. 16

BAB IV – DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH


Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mewujudkan
cita-
citanya perlu memiliki pemahaman mengenai geopolitik dan geostrategi. Ge
opolitik adalah cara mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan
konstelasi geografis. Sedangkan geostrategi adalah salah satu cara atau
pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-
cita proklamasi dan tujuan nasional.
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa baik pada masa
lampau, kini, manapun mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena
setiap bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam
memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang hidup nasional untuk
menentukan kebijakan, sarana dan sasaran perwujudan kepentingan dan
tujuan nasional melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap eksis dalam
arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.Pembukaan UUD
1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar dalam
hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk
mewujudkan upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Geostrataegi Indonesia
pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam memanfaatkan
wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna
merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan sasaran pembangunan untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.
Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi ”Ketahanan
Nasional”.
Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki
pengertian bahwa konsep ketahanan nasional merupakan pendekatan yang
digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dalam
rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.Ketahanan nasional sebagai
suatu pendekatan merupakan salah satu pengertian dan konsepsiketahanan
nasional itu sendiri.

1.2RUMUSAN MASALAH
Ada pun rumusan masalah yang kami dapatkan setelah membaca latar
belakangnya,yaitu :
a. Apakah yang di maksud dengan ketahanan nasional ?
b. Bagaimana sejarah lahirnya ketahanan nasional ?
c. Unsur-unsur apa saja yang termasuk ke dalam ketahanan nasional ?
d. Bagaimana makna pembelaan Negara?

2.3TUJUAN PENULISAN
Dalam pengembangan geostrategi di Indonesia terdapat beberapa tujuan
yang mendasarinya diantaranya :
a. Memahami maksud dari ketahanan nasional itu sendiri seperti apa
b. Mengetahui bagaimana sejarah lahirnya ketahanan nasional
c. Mengetahui unsur-unsur kekuatan nasional menurut para ahli
d. Memahami makna bentuk pembelaan Negara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari
kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan
nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara.
Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional.
Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan politik,
ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan
keamanan. Ketahanannasional berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan untukmengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan untukmenjamin
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuanganmencapai tujuan nasionalnya.
Terdapat pula tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi
ketahanan nasional. Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, perspektif ini melihat ketahanan
nasionalsebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya
dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara
dalammenjalankan suatu kegiatan khususnya dalam pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah
satukonsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang
pengaturan
dan penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep
ketahanannasional dimasukkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) agar setiaporang, masyarakat dan penyelenggara negara
menerima dan menjalankannya.

Terdapat pula ciri dari ketahanan nasional yaitu untuk mempertahankan


kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan, maka suatu negara
perlu pertahanan menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dari luar
maupun dari dalam negeri.

2.2 Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia


2.2.1 Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an
pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama
SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh
komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina dalam menguasai
daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang ditandai dengan G
30 SPKI. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai
memikirkan suatu rencana dalam meningkatkan keamanan di Indonesia.
Pada tahun 1968, pemikiran yang ada di SSKAD tersebut dilanjutkan oleh
Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Tantangan dan ancaman
terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yang
dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur
ideologi, ekonomi, social, dan militer. Dalam pemikiran Lemhanas tahun
1968 telah ada kemajuan konseptual berupa ditemukannya unsur-
unsur dari tata kehidupan nasional yg berupa ideologi, politik, ekonomi,
social, dan militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan
nasional yang menjadi pertanda ditinggalkannya konsep
kekuatan, walaupun di ketahanan nasional sendiri memakai konsep
kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai
kondisidinamis satu bangsa yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi atau mengatasi
tantangan, ancaman, dan hambatan dari luar maupundalam yang dapat
menghancurkan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

2.2.1 Ketahanan Nasional Dalam GBHN


Konsepsi ketahanan nasional pertama kali dimasukkan dalam GBHN
1973 yaituketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional
tahun dalam GBHN 1973 adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional
tahun 1972 dari Lemhanas. Konsepketahanan nasional berikut perumusan
yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN1983, dan GBHN
1988.Dalam GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep
ketahanannasional. Ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis
yg merupakan integrasidari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara.
perumusan ketahanan nasional pada GBHN 1993 berlanjut pada GBHN 1998.
Konsepsi ketahanan nasional pada GBHN 1998adalah rumusan yg terakhir.
Dari rumusan GBHN 1998 dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional
mempunyai 3 makna, yaitu :
1. Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagaimana tercermin
dalamrumusan pertama.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan
kedua.
3. Ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional sebagaimana tercermin
dari rumusan ketiga.

Pada wujud pertama, yaitu ketahanan nasional sebagai pendekatan


dimaksudkan konsepsi ketahanan nasional digunakan sebagai strategi atau
cara dalam melaksanakan pembangunan.Pada wujud kedua, yaitu ketahanan
nasional sebagai kondisi yang dimaksud adalah kondisi yang dinamis yang
merupakan integrasi dari tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.Adapun
pada wujud ketiga, yaitu ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional
menggambarkan kondisi ideal dari bidang pembangunan.

2.3 Unsur-unsur Ketahanan Negara

2.3.1 Gatra dalam Ketahanan Nasional


Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan
nasional suatu Negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan
pendapatnya mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu Negara.
1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou
Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu
a. Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam;
b. Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri,
militer, demografi, karakter nasional, modal nasional, moral nasional,
dan kualitas diplomasi.

2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray


Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu
a. Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry, dan
militer.
b. Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan
kualitaS kepemimpinan.

3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumberdaya,
penduduk, teknologi, idiologi, moral, dan kepemimpinan.

4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu
a. Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan penduduk;
b. Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan
moral nasional;
c. Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan kepemimpinan.

5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi,
luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi
demografi dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional,
dan kemauan nasional.

7. Unsur kekuatan nasional model Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra
dalam ketahanan nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam
ketahanan nasional dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-
unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang
terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
a. Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk,
sumber daya alam, dan wilayah.
b. Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas idiologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Bila dibandingkan perumusan unsur-unsur kekuatan


nasional/ketahanan nasional di atas, pada hakikatnya dapat dilihat adanya
persamaan. Unsur-unsur demikian dianggap mempengaruhi Negara dalam
mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang bersangkutan. Pertanyaan dasarnya adalah
dalam kondisi apa atau bagaimana unsur-unsur tersebut dapat dikatakan
mendukung kekuatan nasional suatu negara. Bila mana suatu unsur justru
dapat melemahkan kekuatan nasional suatu negara?
Pertanyaan demikian dapat diperinci dan diperjelas. Misalnya,
penduduk yang bagaimanakah yang mampu mendukung kekuatan nasional
suatu negara, wilayah atau geografi yang seperti apa dapat
mengembangkan kekuatan sebuah bangsa, dan seterusnya. Jawaban
eksploratif atas pertanyaan tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada
hakikatnya ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui
pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil
pengamatan yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan
nasional. Apakah ketahanan nasional Indonesia kuat/meningkat atau
lemah/menurun. Lemah atau turunnya tingkat ketahanan nasional akan
menurun kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman yang terjadi.
Apakah pengamatan tersebut kita lakukan pada sejumlah gatra yang ada
pada tingkat wilayah atau regional maka akan menghasilkan kondisi
ketahanan regional.

2.3.1 Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional


a. Unsur atau Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional
negara yang bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara
meliputi dua hal berikut.
1. Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja,
dan kepribadian.
2. Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan,
persebaran; perataan dan perimbangan penduduk di tiap wilayah
negara. Terkait dengan unsur penduduk adalah faktor moral nasional
dan karakter nasional. Moral nasional menunjukan pada dukungan
rakyat secara penuh terhadap negaranya kita menghadapi ancaman.
Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang dimiliki suatu
bangsa sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan karakter
nasional mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.

b. Unsur atau Gatra Wilayah


Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang
terkait dengan wilayah negara meliputi:
1. Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan
atau negara kontinental;
2. Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara
dengan wilayah yang sempit (kecil);
3. Posisi geografis, astronomi dan geologis negara;
4. Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada
wilayah yang unhabitable.

Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang ini perlu
dipertimbangkan adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan
komunikasi. Suatu wilayah yang pada awalnya sama sekali tidak
mendukung kekuatan nasional, karena penggunaan teknologi maka
wilayah itu kemudian menjadi unsur kekuatan nasional negara. Misalnya,
wilayah kering dibuat saluran atau sungai buatan.

c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen
ketahanan nasional, meliputi:
1. Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup
sumber daya alam hewani, nabati dan tambang;
2. Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam;
3. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan
dan lingkungan hidup;
4. Kontrol sumber daya alam.

Dewasa ini, kemampuan melakukan kontrol atas sumber daya alam


menjadi semakin penting bagi ketahanan nasional dan kemajuan suatu
negara. Banyak negara yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak
di negara-negara Afrika, tetapi negara tersebut tetaplah miskin. Negara-
negara berkembang belum mampu melakukan kontrol atas sumber daya
alam yang berasal dari miliknya. Justru negara-negara yang tidak memiliki
sumber daya alam seperti Singapura dan Jepang bias maju oleh karena
mampu melakukan kendali atas jalur perdagangan sumber daya alam
dunia.

d. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi


Idiologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat
tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang
harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.
(Ramlan Surbakti, 1999) Idiologi itu berisikan serangkaian nilai (norma)
atau sistem dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki
dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka. Nilai yang terkandung didalam idiologi tersebut
diyakini oleh masyarakat sebagai nilai yang baik, adil dan benar sehingga
berkeinginan untuk melaksanakan segala tindakan berdsarkan nilai
tersebut.
Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi
suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu
1. Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang
bersangkutan, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu
menjadi cita-cita yang hendak dituju secara bersama;
2. Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya
masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi
sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.

Sejarah dunia telah membuktikan bahwa idiologi dapat digunakan


sebagai unsur untuk membangun kekuatan nasional negara. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasia telah ditetapkan sebagai idiologi nasional melalui
kesepakatan. Pancasila adalah kesempatan bangsa, rujuk bersama, common
denominator yang mampu memperkuat persatuan bangsa. Kesepakatan
atas Pancasila menjadikan segenap elemen bangsa bersedia bersatu di
bawah negara Indonesia.

e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik


Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan
nasional suatu negara. Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari
beberapa aspek, seperti
1. Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau
nondemokrasi;
2. Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau
parlementer;
3. Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan;
4. Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau
negara serikat.

Pemilihan suatu bangsa atas politik penyelenggaraan bernegara tertentu


saja tergantung pada nilai-nilai dan aspirasi bangsa yang bersangkutan.
Dalam realitasnya, sebuah bangsa bias mengalami beberapa kali perubahan
dan pergantian politik penyelenggaraan bernegara. Misalnya negara
Prancis dari bentuk kerajaan menjadi republik. Indonesia pernah
mengalami pergantian dari presidensiil ke parlementer dan pernah berubah
dalam bentuk negara srikat.
Bangsa Indonesia sekarang ini telah berketetapan untuk mewujudkan
negara Indonesia yang bersusunan kesatuan, berbentuk republik dengan
sistem pemerintahan presidensiil. Adapun sistem politik yang dijalankan
adalah sistem politik demokrasi (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945).

f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan
nasional negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini.
Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan
distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang ekonomi
tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai
kesatuan dunia. Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung
kekuatan ekonomi bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar
dikelompokan menjadi dua macam yaitu sistem ekonomi liberal dan
sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula mengembangkan
sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi
bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan
sistem ekonomi Pancasila yang bercorak kekeluargaan.

g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional
suatu negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu
saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen
(plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya, bangsa
Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa
Jepang yang relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting
sehingga dapat memperkuat kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa
dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi kebijakan, yaitu
“assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy” (Winarno,
2002). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural
utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi sebuah kebudayaan
nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan kesetiaan nasional
tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat ditentukan strategi
mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi dari
keduanya. Kesalahan dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang
bersangkutan ke perpecahan bahkan perang saudara. Misal, perpecahan
etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.

h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok
terutama dalam menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena
itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di tangan tentara
(militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu
fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rahyatnya dalam upaya pertahanan negara
sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela
negara. Upaya melibatkan rakyat menggunakan cara yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang dianut oleh negara.
Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa,
kepentingan nasional dan konteks zamannya.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai
dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan
Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat semesta dengan
menempatkan tentara sebagai komponen utama pertahanan.
Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata
yang meliputi unsur-unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3)
kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6) ekonomi, (7) sosial budaya,
dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3)
kependudukan disebut Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana
terdapat saling hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan
nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila dalam kehidupan nasional
Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigrata.
Keadaaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan
Nasional Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah.
Kelemahan disalahsatu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra
lain dan memengaruhi kondisi secara keseluruhan. Ketahanan Nasional
Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative dari
kondisi dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek kehidupan.

2.4 Makna Pembelaan Negara


Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang
pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban
membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga
negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non fisik. Secara
fisik dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh,
secara non fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk
mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme,
yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara.

Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan


pembelaan negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan
usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,
seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya
terletak pada Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdsarkan Pasal 27 dan
30 UUD 1945, masalah bela negara dan pertahanan negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesai. Bela negara adalah
upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia
terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.
Dimasa demokrasi dan kebutahuan sekarang ini, tentu timbul
pertanyaan apakah bela negara masih relevan dan dibutuhkan? Seperti
apakah pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara dewasa ini?
1. Asas Mawas ke Dalam dan ke Luar
Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek
kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Di samping itu, sistem
kehidupan nasional juga berinteraksi dengan lingkunagan sekelilingnya.
Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak, baik yang
bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas kedalam
maupun ke luar.
a. Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi
kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang
propesiaonal untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa
ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional
mengandung sikap isolasi atau nasionalisme sempit.

b. Mawas keluar
Mawas keluar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan
serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima
kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia
internasional. Kehidupan nasional harus mampu mengembangkan
kekuatan nasional untuk memberikan dampak ke luar dalam bentuk
daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak lain diutamakan
dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

2. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan,
kesamaan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Asas ini mengakui
adanya perbedaan. Perbedaan tersebut harus dikembangkan secara
serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembang menjadi
konflik yang bersifat saling menghancurkan.
Ketahanan Nasional mempunyai sifat yang terbentuk dari nilai-nilai
yang terkandung dalam landsan dan asas-asasnya, yaitu:
1. Mandiri
Ketahanan nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri
serta pada keuletan dan ketangguhan, yang mengandung prinsip tidak
mudah menyerah, dengan tumpuan pada idenditas, integrasi dan
kepribadian bangsa. Kemandirian (independency) ini merupakan
persyaratan untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan
dalam perkembangan global (interdependent)
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau
menurun, tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, negara, sertas
lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala
sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa
berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus
senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan
untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.

3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara
berlanjut dan berkesinambungan akan meningkat kemampuan dan
kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat ketahanan Nasional Indonesia,
makin tinggi pula nilai kewibawaaan dan tingkat daya tangkal yang
dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.

4. Konsultasi dan Kerjasama


Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan
sikap konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan
dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap
konsultatif. Kerjasama, serta saling menghargai dengan
mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya hakikat ketahanan nasional adalah kemampuan dan


ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan suatu
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan
bangsa dan negara. Berhasilnya suatu pembangunan nasional akan
meningkatkan ketahanan nasional.

Unsur-unsur dalam ketahanan negara sendiri mencakup banyak unsur,


elemen, dan faktor yang mempegaruhi kekuatan atau ketahanan nasional
suatu negara itu sendiri.

3.2 Saran
Agar suatu negara dapat menjaga ketahanan nasionalnya itu hendaknya
suatu negara menjalankan ideologi yang bersifat persatuan yang
mencerminkan keutuhan suatu negara yang damai dan tidak bersifat
memecah belah (provokasi) antar individu atau kelompok itu sendiri di
masing-masing atau tiap-tiap daerah suku bangsa.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

https://sosioab.blogspot.com/2016/01/ketahanan-nasional-sebagai-
geostrategi.html?m=1

sunarso, dkk, 2013. Pendidikan kewarganegaraan.yogyakarta:UNY

http://rangkuman-materi-kuliah-ku.blogspot.com/2012/10/ketahanan-nasional-
sebagai-geostrategi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai