Anda di halaman 1dari 18

“KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA”

DOSEN PEGAMPUH: H. ZAINI BIDAYA M.H

DISUSUN OLEH :

1. KAMELIA (2022A1B031)
2. DINASTI (2022A1B039)
3. FITRIANI (2022A1B016)
4. FARUL ( 2022A1B026)
5. MANSYUR (2022A1B040R)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

i
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mewujudkan cita-citanya perlu
memiliki pemahaman mengenai geopolitik dan geostrategi. Geopolitik adalah cara mencapai
tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis. Sedangkan geostrategi adalah
salah satu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.

Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa baik pada masa lampau, kini,
manapun mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang telah
menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang hidup
nasional untuk menentukan kebijakan, sarana dan sasaran perwujudan kepentingan dan
tujuan nasional melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis,
politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.

Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar dalam
hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan upaya
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Geostrataegi Indonesia pada dasarnyanya adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam
memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna
merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.

Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi ”Ketahanan Nasional”. Ketahanan


nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki pengertian bahwa konsep ketahanan
nasional merupakan pendekatan yang digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Ketahanan nasional
sebagai suatu pendekatan merupakan salah satu pengertian dan konsepsi ketahanan nasional
itu sendiri.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

ii
Ada pun rumusan masalah yang kami dapatkan setelah membaca latar belakangnya, yaitu :

1. Apakah yang di maksud dengan ketahanan nasional ?

2. Bagaimana sejarah lahirnya ketahanan nasional ?

3. Unsur-unsur apa saja yang termasuk ke dalam ketahanan nasional ?

4. Bagaimana makna pembelaan Negara, apakah sudah di terapkan oleh warga Negara
Indonesia ?

5. Apakah Indonesia ikut serta dalam perdamaian dunia ?

BAB III

LANDASAN TEORI

1. Inspirasi Membangun Ketahanan Nasional Sejarah Indonesia, khususnya sejak proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945, mencatat bahwa di dalam dinamika mengisi
kemerdekaannya, bangsa Indonesia terus-menerus dihadapkan pada berbagai kesulitan,
tantangan, dan ancaman yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang
hampir membinasakan kelangsungan hidupnya. Berbagai macam kesulitan dan ancaman itu
meliputi seluruh bidang kehidupan nasional. Kondisi ini secara langsung ataupun tidak
langsung menimbulkan dampak negatif terhadap seluruh aspek kehidupan nasional, baik
aspek alamiah maupun aspek sosial/ kemasyarakatan, mempengaruhi dan membahayakan
kelangsungan hidup dan eksistensi NKRI. Meskipun demikian, atas berkat rahmat Tuhan
Yang Maha Kuasa, ternyata sampai saat ini bangsa Indonesia masih dapat mempertahankan
kelangsungan hidup. Kemampuan bangsa Indonesia mempertahankan negara untuk tetap
tegak berdiri karena bangsa Indonesia memiliki keuletan dan ketangguhan yang dibimbing
oleh kesadaran, pengakuan, dan kemauan untuk mengembangkan kekuatan nasional, didasari
oleh landasan idil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional
Wawasan Nusantara. Kenyataan sejarah itulah yang memberi inspirasi bangsa Indonesia
untuk membangun Ketahanan nasional di masa kini dan masa yang akan datang. Istilah
keuletan dan ketangguhan merupakan dua hal yang membentuk Ketahanan Nasional.
Dinamika ketahanan nasional dapat dipelajari dari gerak langkah bangsa Indonesia di dalam
mengisi kehidupan nasionalanya.

2. Pokok Pikiran Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Pokok-pokok pikiran yang mendasari Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia adalah:

a. Eksistensi manusia Indonesia sebagai manusia berbudaya

Sebagai manusia berbudaya, manusia mengadakan hubungan dengan alam sekitarnya dalam
usaha memenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan menggunakan kemampuannya.

b. Tujuan nasional bangsa Indonesia Dalam konteks manusia

iii
Indonesia yang berbudaya sebagai warga organisasi negara Indonesia memiliki kewajiban
dan tanggung jawab mewujudkan tujuan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Pembukaan
UUD 1945 Alenia 4.

c. Falasafah dan Ideologi Pancasila

Makna falsafah dan ideologi bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
terkandung dalam:

(1) Alenia I : bermakna bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan hak asasi manusia.

(2) Alenia II : bermakna bahwa adanya masa depan yang harus diraih.

(3) Alenia III : bermakna bahwa bila negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan
berbangsa dan bernegaraan harus mendapat ridho Tuhan yang merupakan dorongan spiritual.

(4) Alenia IV : bermakna bahwa cita-cita yang telah ditetapkan harus mampu dicapai oleh
bangsa Indonesia melalui ruang hidup NKRI.

3. Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Soekarno, ketika menerima defile di Banda Aceh pada tahun 1958, menyampaikan
pernyataan harapannya bahwa untuk menjadi bangsa yang besar bangsa Indonesia harus
memiliki tiga syarat ketahanan: ketahanan militer, nomor dua ketahanan ekonomi, nomor tiga
ketahanan jiwa. Harapan itu sangat erat berkaitan dengan kelangsungan hidup bangsa dan
tetap tegaknya NKRI dalam eksistensinya sebagai negara-bangsa yang merdeka dan
berdaulat.Ditinjau secara antropologis, istilah ketahanan mengandung arti kemampuan
manusia atau suatu kesatuan manusia untuk tetap hidup. Ketahanan disini berisi keuletan dan
ketangguhan di dalam menghadapi dan mengatasi segala AGHT. Rumusan baku Ketahanan
Nasional yang harus dipahami sama bagi seluruh warga negara Indonesia adalah rumusan
baku yang telah disusun oleh Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional), yakni: Ketahanan
Nasional Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala AGHT baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan untuk menjamin identitas,
integritas, kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan negara, serta perjuangan mencapai
tujuan nasional.

4. Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan


nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang
seimbang, serasi, dan selaras pada seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan
terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Kesejahteraan berarti
kemampuan bangsa menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasional terhadap AGHT

iv
dari luar ataupun dari dalam negeri. Keamanan berarti kemampuan bangsa melindungi nilai-
nilai nasional terhadap AGHT dari luar ataupun dari dalam negeri.

5. Hakikat Ketahanan Nasional Republik Indonesia

a. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara di dalam mencapai tujuan nasional.

b. Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan


kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan nasional.

6. Asas Ketahanan Nasional Republik Indonesia

a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan bernilai intrinsic dan bersifat mendasar, berdampingan pada
kondisi apapun, pembangkit utama sistem kehidupan nasional.

b. Asas Komprehensif Integral

Sistem kehidupan nasional meliputi aspek alamiah dan aspek sosial dalam bentuk
perwujudan persatuan dan perpaduan yang selaras, serasi, dan seimbang didalam kehidupan
nasional.

c. Asas Wawas Diri

Sistem kehidupan nasional berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, hal tersebut dapat
menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap
wawas diri ke dalam dan ke luar.

 Wawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional
berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat
kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.

 Wawas ke luar bertujuan untuk mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak
lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan pengaruh
perkembangan dunia.

d. Asas Kekeluargaan

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong,


tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan beermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

7. Sifat Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Ketahanan Nasional Indonesia memiliki sifat-sifat:

v
a. Mandiri

Ketahanan Nasional Indonesia percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada
keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, berdiri di atas
identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian merupakan prasyarat untuk
menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.

b. Dinamis

Ketahanan Nasional Indonesia dapat meningkat atau menurun, tergantung pada situasi dan
kondisi bangsa, negara, serta lingkungan strategisnya. Upaya peningkatan Ketahanan
Nasional harus senantiasa berorientasi ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk
pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.

c. Wibawa

Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional secara berlanjut dan berkesinambungan akan


meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa.

d. Konsultasi dan Kerja Sama

Konsepsi Ketahanan Nasional tidak mengutamakan sikap konfrontasi dan antagonis, tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap
konsultatif, kerja sama, serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan
kepribadian bangsa. Beberapa konsep Membangun Ketahanan Nasional

1. Konsep Hans J. Morgenthau

a. Stabilitas geografi

b. Kekuatan sumber daya alam

c. Kapasitas industri

d. Kesiapan militer

e. Kemampuan penduduk

f. Karakter bangsa yang berkualitas

g. Moril nasional yang kuat

h. Kualitas diplomasi

i. Kualitas pemerintahan

2. Konsep Alfred Thayer Mahan

Mahan berpendapat bahwa ketahanan nasional suatu bangsa dapat dibangun atas dasar
pemenuhan 6 gatra:

vi
a. Letak geografi

b. Bentuk wujud bumi

c. Luas wilayah

d. Jumlah penduduk

e. Watak nasional / bangsa

f. Sifat pemerintah Berdasarkan konsep itu,

Mahan juga menyatakan bahwa ketahanan nasional tidak hanya bergantung pada luas
wilayah daratan tetapi juga bergantung pada faktor luas akses ke laut dan bentuk pantai dari
wilayah negara, sehingga demikian ketahanan laut suatu negara dapat diciptakan atas 4
faktor:

a. Situasi geografi

b. Kekayaan alam

c. Konfigurasi wilayah negara

d. Jumlah penduduk

3. Konsep Ray Cline Cline menyatakan bahwa suatu negara dilihat atas dasar persepsi negara
lain termasuk di dalamnya persepi atas sistem penangkalannya. Cline menyusun 6 gatra yang
diperlukan untuk membangun ketahanan nasional suatu bangsa, yakni:

a. Perceived power, kekuatan nasional sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain,

b. Critical mass, yaitu strategi antara potensi penduduk dengan geografi,

c. Kemampuan militer,

d. Kemampuan ekonomi,

e. Strategi nasional,

f. Tekad rakyat untuk mewujudkan strategi nasional.

4. Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Konsep ketahanan nasional Indonesia dikembangkan oleh Lemhannas dan berisi daya
keuletan (tenacity) dan daya tahan (resistence atau resilience). Konsep ketahanan nasional
Indonesia melibatkan 8 gatra yang dikelompokkan ke dalam trigatra dan pancagatra. Oleh
sebab itu, konsep ketahanan nasional Indonesia disebut juga sebagai Konsep Astagatra.
Unsur-unsurnya meliputi:

 Trigatra berisi aspek alamiah, yang terdiri atas gatra/ bidang:

vii
 Letak geografi negara (geografi), Keadaan dan kekayaan alam (sumber kekayaan
alam), Keadaan dan kemampuan penduduk (kependudukan) dan Pancagatra berisi
aspek sosial/ kemasyarakatan, meliputi gatra:
 Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial- budaya, Pertahanan-keamanan. Antara trigatra dan
pancagatra serta antargatra terdapat korelasi dan interdependensi (saling
ketergantungan), dan Lemhannas menempatkan gatra ideologi sebagai yang pertama
dalam pancagatra.Secara rinci akan dibahas sebagai berikut.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA

1. Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap
aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan nasional berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam dan untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.

Terdapat pula tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan nasional.
Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai
suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.

2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan
suatu kegiatan khususnya dalam pembangunan negara.

3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu konsepsi
khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep ketahanan nasional dimasukkan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) agar setiap orang, masyarakat dan penyelenggara
negara menerima dan menjalankannya.

2. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia

a. Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara

Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada kalangan militer
angkatan darat di SSKAD yg sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang
meluasnya pengaruh komunisme yg berasal dari Uni Sovyet dan Cina dalam menguasai

viii
daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang ditandai dengan G 30 S PKI.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai memikirkan suatu rencana dalam
meningkatkan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1968, pemikiran yang ada di SSKAD
tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Tantangan dan ancaman
terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yg dimanifestasikan
dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, social, dan militer.
Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 telah ada kemajuan konseptual berupa ditemukannya
unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yg berupa ideologi, politik, ekonomi, social, dan
militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan nasional yg menjadi pertanda
ditinggalkannya konsep kekuatan, walaupun di ketahanan nasional sendiri memakai konsep
kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu
bangsa yg mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi atau mengatasi tantangan, ancaman, dan hambatan dari luar maupun dalam yang
dapat menghancurkan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

b. Ketahanan Nasional Dalam GBHN

Konsepsi ketahanan nasional pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973 yaitu ketetapan
MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional tahun dalam GBHN 1973 adalah
sama dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari Lemhanas. Konsep ketahanan
nasional berikut perumusan yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan
GBHN 1988.

Dalam GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep ketahanan nasional.
Ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis yg merupakan integrasi dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara. perumusan ketahanan nasional pada GBHN 1993
berlanjut pada GBHN 1998. Konsepsi ketahanan nasional pada GBHN 1998 adalah rumusan
yg terakhir. Dari rumusan GBHN 1998 dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional
mempunyai 3 makna, yaitu :

- Ketahanan nasional sebagao metode pendekatan sebagaimana tercermin dalam


rumusan pertama.
- Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan kedua.
- Ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.

3. Unsur-Unsur Ketahanan Nasional

a. Gatra dalam Ketahanan Nasional

Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur kekuatan nasional suatu Negara.

1). Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou

Unsur ketahanan nasional negara terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu

- Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam.

ix
- Faktor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer, demografi,
karakter nasional, modal nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi.

2). Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray

Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu

- Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industry, dan militer.


-  Intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitaS
kepemimpinan.

3). Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins

Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumberdaya, penduduk, teknologi, idiologi,
moral, dan kepemimpinan.

4). Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra

Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu

- Alamiah terdiri atas geografi, sumberdaya, dan penduduk.


- Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral
nasional.
- Lain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijakan kepemimpinan.

5). Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan

Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas wilayah, jumlah
penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

6). Unsur kekuatan nasional menurut Cline

Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi demografi dan geografi,
kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

7). Unsur kekuatan nasional model Indonesia

Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra dalam ketahanan


nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan
dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan
nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.

- Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber daya
alam, dan wilayah.
- Pancagatra adalah aspek social (intangible) yang terdiri atas idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

4. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional

a. Unsur atau Gatra Penduduk

x
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut.

- Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan


kepribadian.
- Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran;
perataan dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur
penduduk adalah faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral nasional
menunjukan pada dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya kita
menghadapi ancaman. Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang
dimiliki suatu bangsa sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan
karakter nasional mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.

b. Unsur atau Gatra Wilayah

Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan wilayah
negara meliputi:

- Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara
kontinental.
- Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil).
- Posisi geografis, astronomi dan geologis negara.
- Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang
unhabitable.

c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam

Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan
nasional, meliputi:

- Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati dan tambang.
- Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
- Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan
lingkungan hidup.
- Kontrol sumber daya alam.

d. Unsur atau gatra di Bidang Idiologi

Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu:

- Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan,


artinya nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak
dituju secara bersama.

xi
- Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat
yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama
dan menjadikannya bersatu.

e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik

Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu negara.


Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti:

- Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi.
- Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer.
- Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan.
- Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.

f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi

Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang
ekonomi tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan
dunia. Contoh, Jepang dan Cina.

Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi
bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula
mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi
bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi
Pancasila yang bercorak kekeluargaan.

g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya

Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-hal
yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang  dihadapi
bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya, bangsa
Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang relatif
homogen.

Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga dapat
memperkuat kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua)
strategi kebijakan, yaitu “assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy”
(Winarno, 2002). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural utama dari
komunitas kecil yang berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan
cara penciptaan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat
ditentukan strategi mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi dari
keduanya. Kesalahan dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke
perpecahan bahkan perang saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan

xii
antara suku Huttu dan Tutsi di Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di
Sri Lanka.

h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan

- Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam menghadapi
ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di
tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu fungsi
pemerintahan negara.

- Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari
hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat
menggunakan cara yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang
dianut oleh negara. Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa,
kepentingan nasional dan konteks zamannya.

- Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang meliputi unsur-
unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur kependudukan disebut
Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.

B. Pembelaan Negara

Pengertian bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya. Arti dari bela negara itu sendiri adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang
memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai cinta NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 yang rela berkorban demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.

1. Makna Bela Negara

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-
sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
bela negara adalah cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila
sebagai ideologi negara, rela berkorban bagi bangsa dan Negara.

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

- Pasal 27 ayat (3) UUD 1945


- Pasal 30 UUD 1945

Sampai saat ini undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal 30 UUD 1945
tersebut adalah :

xiii
- UU No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia
- UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
- UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

2. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara

a. Bela Negara secara Fisik

Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh.
Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan bela
negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan
negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan
bangsa dan negara".

b. Bela Negara secara Nonfisik

Bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan
dalam segala situasi, misalnya dengan cara:

 Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti


demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.
 Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat.
 Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika).
 Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.

Beberapa contoh bela Negara misalnya melestarikan budaya, belajar dengan rajin bagi para
pelajar, taat akan hukum dan aturan-aturan negara. Dan ada beberapa contoh bela negara
dalam kehidupan sehari-hari misalnya siskamling, menjaga kebersihan, mencegah bahaya
narkoba, mencegah perkelahian antar perorangan sampai dengan antar kelompok,
meningkatkan hasil pertanian sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan daerah dan
nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat meningkatkan hasil eksport, melestarikan
budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik nasional maupun
internasional.

C. Indonesia dan Perdamaian Dunia

1. Pengertian Perdamaian Dunia

Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama, perdamaian
adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua, perdamaian
adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan

xiv
bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika transformasi konflik yang kreatif
berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan, juga
merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase
perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada
tindakan yang dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti
ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik
semata.

2. Mewujudkan Perdamaian Dunia

Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:

1). Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)

Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil
langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Pendekatan
budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat
Indonesia serta dunia.

2). Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi

Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya
perwujudan perdamaian dunia. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia
adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.

3). Melalui Pendekatan Politik

Untuk mewujudkan perdamaian dunia perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada
agenda politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih
lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia.
Negara-negara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk
“melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia
berdamai kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar
persenjataan mereka terus dibeli.

4). Melalui Pendekatan Religius (Agama)

Setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam
turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh
agama yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta
aktif menyerukan perdamaian.

Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu
adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita. Contohnya dengan :

 Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.

xv
 Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
 Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-istiadat,
agama, ras, dan status sosial.
 Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri.

3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia

Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara lain
ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang
lainnya, Indonesia juga peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sesuai amanat
konstitusi, sejak dekade awal kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk
terlibat aktif melaksanakan ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah
bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi
perdamaian dunia telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan
perkembangan lingkungan strategis serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam
menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah dan profesionalitas para pejuang perdamaian baik
yang tergabung dalam Kontingen Garuda maupun civilian experts telah menjadi bukti nyata
bahwa bangsa Indonesia telah mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi mulia
tersebut. Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga
perdamaian dan keamanan antar negara. Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB
membentuk pasukan perdamaian dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP).
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan PBB, Indonesia
tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini, Indonesia sudah
3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu :

- Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.


- Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
- Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam pembentukan ketahan nasional di suatu bangsa diperlukan geostrategi sebelumnya


agar terwujudnya tujuan nasional. Dan pengertian geostrategi itu sendiri adalah salah satu
cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional. Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi

xvi
”Ketahanan Nasional”. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh
berlandaskan Pancasila, dan UUD 1945.

Kemudian rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional dalam GBHN adanya tiga wujud
ketahanan nasional, yaitu :

- Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagaimana tercermin dari rumusan


pertama.
- Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan kedua.
- Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.

Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara
terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara, seperti :

- Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou terbagi menjadi dua factor,
yaitu factor tetap dan factor berubah.
- Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray terbagi menjadi dua factor, yaitu
tangible factors dan intangible factors.
- Unsur kekuatan nasional menurut Palmer dan Perkins.
- Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra terbagi menjadi tiga, yaitu
alamiah, social, dan lain-lain.
- Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan.
- Unsur kekuatan nasional menurut Cline.
- Unsur kekuatan nasional menurut model Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Trigatra
dan Pancagatra.

Unsur-Unsur demikian dianggap mempengaruhi Negara dalam mengembangkan kekuatan


nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara yang bersangkutan.

Dan dalam ketahanan nasional suatu Negara terdapat suatu hubungan dengan pembelaan
Negara. Kegiatan pembelaan Negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga Negara
untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dan ini di wajibkan pada warga Negara sesuai
dengan yang tercantum dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”.

Tak hanya masalah itu, Indonesia pun ikut peran aktif di dunia Internasional dalam upaya
pemeliharaan perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan
kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer
atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah

xvii
bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan
menjadi anggota pasukan perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian
dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai
saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan
pasukan perdamaian PBB.

Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini merupakan
cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan Indonesia
selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat kawasan
maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain keterlibatan
pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957, upaya
perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks ASEAN ikut
serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta peran aktif
diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.

2. SARAN

Geostrategi hendaknya dipelajari disetiap bangsa agar dapat mempertahankan


keamanan bangsa tersebut dari berbagai gangguan, baik gangguan yang berasal
dari d a l a m   n e g e r i   m a u p u n   g a n g g u a n   d a r i   l u a r   n e g e r i u n t u k m e m p e r k u a t
k e t a h a n a n nasional. Setiap bangsa hendaknya menegakan hukum dan menertibkan
kekuatan yang terealisasikan untuk menjaga ketahanan dan keamanan negara.

3. DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia.

Winarno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

http://palasnetwork.blogspot.com/2010/12/ketahanan-nasional-sebagai-
geostrategi.htmlhttp://guildanjing.wordpress.com/2013/06/10/ketahanan-nasional-sebagai-
geostrategi-indonesia/

http://udhermansyah.blogspot.com/2013/06/makalah-ketahanan-nasional-sebagai.html

xviii

Anda mungkin juga menyukai