Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa baik pada
masa lampau, kini, manapun mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting
karena setiap bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam
memanfaatkan wilayah negara sebgai ruang hidup nasional untuk menentukan
kebijakan, Sarana dan sasaran perwujudan kepentingan dan tujuan nasional
melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis,
politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.
Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara
negara agar dalam hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional
diarahkan untuk mewujudkan upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Geostrataegi Indonesia pada dasarnyanya adalah strategi nasional bangsa
Indonesia dalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai
ruang hidup nasional guna merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan
sasaran pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional
tersebut. Geostrataegi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi
”Ketahanan Nasional”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Geostrategi?
2. Apa Ketahanan Nasional?
3. Bagaimana Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional?
4. Bagaimana Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mengetahui Apa Pengertian Geostrategi.
2. Agar Mengetahui Apa Ketahanan Nasional.
3. Agar Mengetahui Bagaimana Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional.
4. Agar Mengetahui Bagaimana Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Geostrategi
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupannya, eksistensinya
dan untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan nasionalnya perlu memiliki
pemahaman tentang geopolitik dan dalam implementasinya diperlukan suatu
strategi yang besifat nasional, dan hal inilah yang disebut sebagai
“geostrategi”. Mapping global strategy ke depan sangat diperlukan bagi setiap
bangsa, dan bagi bangsa Indonesia wawasan Nusantara merupakan konsep
nasional dan ilmu geopolitik mengenai persatuan dan kesatuan dalam berbagai
bidang kehidupan, sebagai perekat bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Geostrategi diartikan sebagai metode atau atauran-aturan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan
keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang
lebih baik, lebih aman, dan bermartabat. Sir Balford Mackinder (1861-1947)
guru besar geostrategi Universitas London teori yang dikembangkannya
tentang “geostrategi continental”, merupakan teori yang saat ini digunakan
oleh negara-negara maju maupun negara- negara berkembang (Suradinata,
2005: 10).
Bagi bangsa Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, melaui proses pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka
hal itu sebagai pegangan atau bahkan doktrin pembangunan dan hal ini lazim
disebut sebagai suatu ketahanan nasional. Dalam Pembukaan UUD 1945
dijelaskan setelah alinea III tentang pernyataan Proklamasi, .....”Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa..”
Pernyataan dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut sebagai landasan
fundamental Geostretegi Indonesia. Hal ini sejalan dengan kedudukan

2
3

Pembukaan UUD 1945 dalam Negara Indonesia merupakan suatu dasar


fundamental negara, atau dalam ilmu hukum disebut sebagai
‘staatsfundamentalnorm, atau pokok kaidah negara yang fundamental, yang
merupakan sumber hukum dasar negara.
Berdasarkan pengertian tersebut maka berkembangnya geostrategi
Indonesia sangat terkait erat dengan hakikat terbentuknya bangsa Indonesia
yang terbentuk dari berbagai macam etnis, suku, ras, golongan, agama bahkan
terletak dalam teritorial yang terpisahkan oleh pulau-pulau dan lautan. Selain
itu hal itu terwujud karena adanya proses sejarah, nasib serta tujuan untuk
mencapai martabat kehidupan yang lebih baik. Dengan lain perkataan menuru
Notonagoro terbentuknya bangsa Indonesia merupakan proses persatuan
‘monopluralis’. Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam
suatu proses sejarah, sejak zaman pra-sejarah, Sriwijaya, Majapahit,
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sampai proklamasi 17 Agustus 1945,
dan kemudian membentuk bangsa dan Negara Indonesia.
2. Kesatuan nasib, yaitu segenap unsur bangsa berada dalam suatu proses
sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama. Yaitu dalam
penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.
3. Kesatuan kebudayaan, yaitu beraneka ragam kebudayaan tumbuh dan dan
secara bersama-sama membentuk Puncak-puncak kebudayaan nasional
Indonesia.
4. Kesatuan wilayah, yaitu segenap unsur bangsa Indonesia berdiam di
segenap wilayah teritorial yang dalam wujud berbagai pulau, dengan
lautannya, namun merupakan satu kesatuan wilayah tumpah darah negara
dan bangsa Indonesia.
5. Kesatuan asas kerokhanian, yaitu adanya kesatuan ide, tujuan, cita-cita dan
nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam dasar
filosofis negara Indonesia Pancasila (Notonagoro, 1975: 106).
Berdasaran pengertian tersebut di atas, maka geostrategi Indonesia
diperlukan dan dikembangkan untuk mewujudkan dan mempertahankan
4

integritas bangsa dan wilayah tumpah darah negara Indonesia. Mengingat


kemajemukan bangsa Indonesia serta sifat khas wilayah tumpah darah negara
Indonesia, maka geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk Ketahanan
Nasional.
B. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional sebagai istilah sebenarnya belum lama dikenal. Istilah
ketahanan nasional mulai dikenal dan dipergunakan pada permulaan tahun
1960-an. Istilah ketahanan nasional untuk pertama kali dikemukan oleh
Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. Kemudian pada tahun 1962
mulai diupayakan secara khusus untuk mengembangkan gagasan ketahanan
nasional di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Bandung (Armawi,
2005: 2).
Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu
bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung
mebahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia (Suradinata, 2005: 47).
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan
nasional. Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan
ketahanan nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai dengan falsafah,
budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi bangsa
Indonesia ketahanan nasional dibangun di atas dasar falsafah bangsa dan
negara Indonesia yaitu Pancasila.
Sebagai dasar falsafah bangsa dan negara, Pancasila tidak hanya
merupakan hasil pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-nilai Pancasila
telah hidup dan berkembang dalam kehidupan objektif bangsa Indonesia
sebelum membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Hal inilah
yang menurut Notonagoro disebut sebagai kausa materialis Pancasila.
Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila dirumuskan
5

oleh para pendiri negara Indonesia (founding fathers), dan secara formal
yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia,
dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu dalam pengertian
ini Pancasila sebagai suatu dasar filsafat dan sekaligus sebagai landasan
ideologis ketahanan nasional Indonesia.
Dalam hubungan dengan realisasi pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, maka filsafat Pancasila merupakan esensi dari
‘staatsfundamentalnorm’ atau pokok kaidah negara yang fundamental.
Konsekuensinya Pancasila merupakan suatu pangkal tolak derivasi dari seluruh
peraturan perundang-undangan di Indonesia, termasuk hukum dasar dan
seluruh sistem hukum positif lainnya (Kaelan, 2004). Sementara itu dalam
hubungannya dengan ketahanan nasional, dalam konsepsi dan seluruh
pelaksanannya harus memiliki landasan yuridis yang jelas. Atas dasar
pengertian inilah maka landasan konstitusional atau landasan yuridis ketahanan
nasional Indonesia adalah UUD 1945, yang bersumber pada dasar falsafah
Pancasila.
Konsepsi ketahanan nasional dapat juga dipandang sebagai suatu
pilihan atau alternatif dan konsepsi tentang kekuatan nasional (national
power), yang biasanya dianut oleh negara-negara besar di dunia. Konsepsi
tentang kekuatan nasional bertumpu pada kekuatan, terutama bertumpu pada
kekuatan fisik militer dengan politik kekuasaannya (power politics),
sedangkan ketahanan nasional tidak semata-mata mengutamakan kekuatan
fisik, melainkan memanfaatkan daya dan kekuatan lainnya pada suatu
bangsa.
Ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan suatu konsepsi dalam
pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan kemakmuran serta
pertahanan dan keamanan di dalam kehidupan nasional. Untuk dapat
mencapai suatu tujuan nasional suatu bangsa harus mempunyai kekuatan,
kemampuan, daya tahan dan keuletan. Dengan demikian jelaslah bahwa
ketahanan nasional harus diwujudkan dengan mempergunakan baik
pendekatan kesejahteraan, maupun pendekatan keamanan. Kehidupan
nasional tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa aspek sebagai berikut:
6

1. Aspek alamiah yang meliputi:


a. Letak geografis negara
b. Keadaan dan kekayaan alam
c. Keadaan dan kemampuan penduduk
2. Aspek kemasyarakatan yang meliputi :
a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial budaya dan hankam
e. Pertahanan dan keamanan
Unsur-unsur tersebut yang meliputi alamiah karena jumlahnya tiga,
maka disebut sebagai Tri Gatra; sedangkan aspek kemasyarakatan
dinamakan Panca Gatra, karena jumlahnya lima. Keseluruhan unsur secara
sistematik yang membagi kehidupan nasional dalam delapan aspek tersebut
disebut Asta Gatra. Konsepsi ketahanan nasional tidak memandang aspek-
aspek alamiah dan kemasyarakatan secara terpisah-pisah melainkan
meninjaunya secara korelatif, dimana aspek yang satu senantiasa
berhubungan erat dengan lainnya, sedangkan keseluruhannya merupakan
suatu konfigurasi yang menimbulkan daya tahan nasional.
C. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional
1. Pengaruh Aspek Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata ‘Idea’ yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu. Kata ‘idea’ berasal dari kata
bahasa Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’
yang berarti ‘melihat. Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu tentang
pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, kata ‘idea’
disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-
cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat
tetap itu sekaligus merupakan suatu dasar, pandangan atau faham. Memang
pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan
satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar
7

yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian


tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.
a. Ideologi Dunia
1) Liberalisme
Berpangkal dari dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya
adalah sebagai makhluk individu yang bebas, manusia menurut paham
liberalisme sebagai pribadi yang utuh dan lengkap yang terlepas dari
manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi dan
senantiasa berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dalam pengertian inilah maka dalam kehidupan masyarakat
bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi
ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Hobbes disebut
‘homo homini lupus’, sehingga manusia harus membuat perlindungan
bersama. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan
individu, negara pada hakikatnya merupakan alat untuk mencapai
tujuan individu dan dalam kepentingan inilah kemudian manusia
secara bersama-sama menyelenggarakan dan mengatur negara sebagai
lembaga kemasyarakatan dan lembaga kemanusiaan.
2). Komunisme
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara
dengan agama meletakkan pada pandangan filosofisnya yaitu
materialisme dialektis dan materialisme historis. Hakikat kenyataan
tertinggi menurut komunisme adalah materi. Namun materi menurut
komunisme berada pada suatu ketegangan intern secara dinamis
bergerak dari keadaan tesis ke keadaan lain antitesis, kemudian
menyatukan sehingga merupakan suatu sintesis yang merupakan
tingkat yang lebih tinggi. Selanjutnya sejarah sebagaimana
berlangsungnya suatu proses sangat ditentukan oleh fenomena-
fenomena dasar, yaitu dengan suatu kegiatan-kegiatan yang paling
material yaitu fenomena-fenomena ekonomis. Dalam pengertian inilah
maka komunisme yang dipelopori oleh Karl Marx menyatakan bahwa
manusia adalah merupakan suatu hakikat yang menciptakan dirinya
8

sendiri, dengan menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga


sangat menentukan dalam suatu perubahan sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan bahkan agama.
Paham inilah yang dikembangkan oleh komunisme sehingga ciri
komunisme adalah berpaham atheis, karena manusia ditentukan oleh
dirinya sendiri dan bukannya terikat oleh suatu hukum sebab akibat
secara kausalitas dengan Tuhan. Agama menurut komunisme adalah
merupakan suatu kesadaran diri bagi manusia untuk kemudian
menghasilkan masyarakat negara. Agama menurut komunisme adalah
merupakan suatu realisasi fantastis makhluk manusia, agama adalah
merupakan keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut
komunisme Marxis, agama adalah merupakan candu masyarakat dan
oleh karena itu harus diperangi dan dilenyapkan (Leahy, 1992).
3). Ideologi Keagamaan
Ideologi keagamaan pada hakikatnya memiliki perspektif dan
tujuan yang berbeda dengan ideologi liberalisme dan komunisme.
Sebenarnya sangatlah sulit untuk menentukan tipologi ideologi
keagamaan, karena sangat banyak dan beraneka ragamnya wujud,
gerak dan tujuan dari ideologi tersebut. Namun secara keseluruhan
terdapat suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa mendasarkan
pemikiran, cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama tertentu.
Gerakan-gerakan politik yang mendasarkan pada suatu ideologi
Keagamaan lazimnya sebagai suatu reaksi atas ketidakadilan,
penindasan, serta pemaksaan terhadap suatu bangsa, etnis ataupun
kelompok yang mendasarkan pada suatu agama.
b. Ideologi Pancasila
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesepakatan filosofis
dan kesepakatan politis dari segenap elemen bangsa Indonesia dalam
mendirikan negara. Dapat juga diistilahkan bahwa Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu kontrak sosial seluruh elemen bangsa
Indonesia dalam mendirikan negara. Kausa finalis atau tujuan pokok
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara, sehingga
9

konsekuensinya seluruh aspek dalam penyelenggaraan negara berasaskan


sistem nilai yang terkandung dalam Pancasila.
c. Ketahanan Nasional Bidang Ideologi
Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi. Sebagaimana diketahui bersama bahwa
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, yang dengan
sendirinya memiliki beraneka ragam budaya masing-masing. Selain itu
bangsa Indonesia juga tersusun atas golongan, agama dan adat istiadat
yang beraneka ragam. Keadaan yang demikian ini memiliki dua
kemungkinan:
1) Pertama, keanekaragaman itu dapat menimbulkan potensi perpecahan,
jikalau di antara unsur-unsur bangsa tidak memiliki wawasan
kebersamaan sebagaimana terkandung dalam ideologi Pancasila. Oleh
karena itu jikalau unsur bangsa memiliki wawasan yang sempit maka
bukannya tidak mungkin, akan terjadi perpecahan bangsa atau
disintegrasi bangsa. Hal ini nampak pada kondisi bangsa pada era
reformasi dewasa ini yang salah memahami kebebasan serta otonomi
daerah.
2) Kedua, keanekaragaman itu justru merupakan suatu khasanah budaya
bangsa yang dapat dikembangkan serta menguntungkan dalam
berbagai kepentingan, misalnya dalam bidang pariwisata, serta dapat
menumbuhkan kebanggaan nasional serta memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa.
Dengan latar belakang keadaan tersebut, lebih-lebih keadaan wilayah
yang terdiri atas berbagai gugusan pulau dan kepulauan besar maupun
kecil, maka diperlukan secara mutlak sarana penangkal ideologis untuk
mempersatukan persepsi, mempersatukan bangsa yaitu Pancasila.
Pancasila sebagai suatu ideologi merupakan suatu sistem nilai yang telah
diyakini kebenaran dan kesesuaiannya dengan pandangan hidup bangsa,
sehingga merupakan suatu prinsip dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Dengan demikian salah satu fungsi pokok Pancasila sebagai
suatu ideologi bangsa dan negara adalah merupakan prinsip untuk
10

mempersatukan bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan


mewujudkan tujuan bersama.
d. Strategi Pembinaan Ketahanan Ideologi
Agar terwujudnya suatu ketahanan nasional bidang ideologi secara
strategis harus diwujudkan baik secara kenegaraaan maupun secara
kewarganegaraan. Artinya suatu ideologi harus terealisasikan baik dalam
kehidupan perseorangan dalam berbangsa dan bernegara, maupun dalam
kehidupan kenegaraan secara formal. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
ideologi dibedakan atas dua macam aktualisasi yaitu:
1) Pertama: aktualisasi secara objektif, yaitu pelaksanaan ideologi dalam
bidang kenegaraan. Hal ini terwujud dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara serta peraturan perundang-undangan lainnya serta
dalam segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.
2) Kedua: aktualisasi yang subjektif, yaitu aktualisasi ideologi negara
dalam kehidupan para warga negara serta kehidupan kewarganegaraan
secara perseorangan. Hal itu terwujud dalam sikap, perilaku,
kepribadian setiap warga negara perseorangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Makin tinggi, kesadaran suatu bangsa melaksanakan dan
mengaktualisasikan ideologi, baik aktualisasi objektif maupun subjektif,
pada hakikatnya semakin tinggi pula ketahanan bidang ideologi bangsa
tersebut.
2. Pengaruh Aspek Politik
Sejalan dengan pengertian ketahanan nasional secara umum, maka
pengertian ketahanan nasional bidang politik adalah suatu kondisi dinamis
suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan potensi nasional menjadi kekuatan nasional,
sehingga dapat menangkal dan mengatasi segala kesulitan dan gangguan
yang dihadapi oleh negara baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
negeri.
Politik dalam arti kebijakan (policy) merupakan suatu proses alokasi
sistem nilai dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diyakini
11

baik dan benar, dilakukan oleh suatu institusi yang berwenang, agar menjadi
pedoman pelaksanaan dalam mewujudkan cita-citanya. Mengingat bangsa
Indonesia itu sangat hiterogen, kiranya dapat difahami bahwa di dalam
kehidupan politik itu sering terjadi perbedaan persepsi, perbedaan skala
prioritas, bahkan konflik kepentingan kelompok atau golongan. Namun
yang harus selalu diingat, bahwa di dalam proses penentuan kebijakan
maupun pelaksanaan kebijakan itu terdapat rambu-rambu yang tidak boleh
dilanggar, yaitu kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa, serta
tetap tegaknya negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berdasar filsafat
Pancasila.
a. Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat
mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu sistem. Unsur-unsurnya
terdiri atas struktur politik, proses politik, budaya politik, komunikasi
politik, dan partisipasi politik.
1) Struktur politik merupakan wadah penyaluran kepentingan
masyarakat dan sekaligus wadah pengkaderan pimpinan nasional.
2) Proses politik merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan
tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum
yang bersifat nasional dan penentuan dalam pemilihan kepemimpinan
yang puncaknya terselenggara melalui pemilu.
3) Budaya politik merupakan perncerminan dari aktualisasi hak dan
kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang dilaksanakan secara sadar dan rasional melalui
pendidikan politik maupun kegiatan politik yang sesuai dengan
disiplin nasional.
4) Komunikasi politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimana rakyat
merupakan sumber aspirasi dan sumber pimpinan nasional.
b. Ketahanan pada Aspek Politik Dalam Negeri
12

1) Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan


kekuasaan yang bersifat absolut, di mana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR sebagai penjelmaan
seluruh rakyat.
2) Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat.
Namun perbedaan tersebut tidak menyangkut nilai dasar, sehingga
tidak menjurus pada konflik fisik. Di samping itu, timbulnya diktator
mayoritas dan tirani minoritas harus dicegah.
3) Kepemimpinan nasional mampu mengakomodasikan aspirasi yang
hidup dalam masyarakat dan tetap berada dalam lingkup dasar filsafat
Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.
4) Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat, dan antarkelompok/golongan dalam masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan nasional dan kepentingan nasional
(Lemhanas, SUSCADOSWAR, 2000). Dalam era reformasi dewasa
ini memang banyak menghadapi kendala, karena banyak kelompok
yang hanya menekankan pada kepentingan golongannya sehingga
kepentingan bangsa serta rakyat sebagai inti tujuan nasional menjadi
tersisihkan. Akibatnya banyak terjadi kekecewaan pada rakyat yang
terekspresi pada unjuk rasa, atau gerakan-gerakan yang kadangkala
melemahkan ketahan pada bidang politik. Oleh karena itu kesadaran
untuk kembali kepada tujuan bangsa sebagai tujuan yang esensial
harus difahami oleh semua fihak agar terciptanya suatu ketahanan
dalam bidang politik. Hal itulah yang harus difahami oleh segenap
warga negara terutama kalangan elit politik yang dewasa ini sangat
berperan dalam konstelasi politik Indonesia, dan dengan sendirinya
secara langsung maupun tidak langsung sangat menentukan
keberhasilan katahanan bidang politik.
c. Politik Luar Negeri
Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan
nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia
yang berlandaskan pada Pembukaan UUD 1945, yaitu melaksanakan
13

ketertiban dunia yang berdasakan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan


keadilan sosial, serta anti penjajahan bangsa satu terhadap bangsa lainnya
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka rincian politik luar
negeri Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Sebagai bagian integral dari strategi nasional. Politik luar negeri
merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar
bangsa. Hal tersebut dijiwai oleh filsafat negara Pancasila sebagai
tuntutan moral dan etika, politik luar negeri Indonesia ditujukan pada
kepentingan nasional terutama pembangunan nasional. Dengan
demikian, politik luar negeri merupakan bagian integral dari strategi
nasional dan secara keseluruhan merupakan salah satu sarana
pencapaian tujuan nasional.
2) Garis politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas
artinya bahwa negara Indonesia tidak m.mihak pada kekuatan-
kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Aktif dalam
pengertian peran Indonesia dalam percaturan dunia internasional tidak
bersifat reaktif, dan Indonesia tidak menjadi objek percaturan dunia
internasional. Indonesia berperan serta atas dasar cita-cita bangsa yang
tercermin dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Karena
hiterogimitas kepentingan bangsa-bangsa di dunia, maka politik luar
negeri Indonesia harus bersifat fleksibel dalam arti moderat dalam hal
yang kurang prinsipial dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar
seperti yang ditentukan dalam Pembukaan UUD 1945. Politik luar
negeri juga harus lincah dalam menghadapi dinamika perubahan
hubungan antar bangsa yang cepat dan tidak menentu. Daya
penyesuaian yang tinggi diperlukan dalam mengha- dapi dan
menanggapi perkembangan-perkembangan tersebut.
d. Ketahanan pada Aspek Politik Luar Negeri
1) Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama
internasional di berbagai bidang atas dasar sikap saling
menguntungkan, meningkatkan citra positif Indonesia di luar negeri,
14

dan memantapkan persatuan serta keutuhan Negara Kesatuan


Republik Indonesia.
2) Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam
rangka, meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar negara
berkembang serta antara negera berkembang dengan nergara maju
sesuai dengan kemampuan demi kepentingan nasional. Peran
Indonesia dalam membina dan mempererat persahabatan dan
kerjasama antar bangsa yang saling menguntungkan perlu terus
ditingkatkan. Kerjasama dengan negara-negara ASEAN, terutama di
bidang ekonomi misal MEA, Iptek dan sosial budaya, harus terus
dilanjutkan dan dikembangkan. Peran aktif Indonesia dalam Gerakan
Non Blok dan OKI serta mengembangkan hubungan demi kerja- sama
antar negara di kawasan Asia Pasifik perlu terus ditingkatkan.
3) Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain
melalui promosi, peningkatan diplomasi, lobi internasional,
pertukaran pemuda, pelajar, dan mahasiswa serta kegiatan olah raga.
4) Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji
dengan saksama agar dampak negatif yang mungkin mempengaruhi
stabilitas nasional dan menghambat kelancaran pembangunan dan
pencapaian tujuan nasional dapat diperkirakan dini.
5) Langkah bersama negara berkembang dengan industri maju untuk
secara memperkecil ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan perlu
ditingkatkan melalui perjanjian perdagangan internasional serta
kerjasama lembaga-lembaga keuangan internasional.
6) Perjuangan mewujudkan suatu tatanan dunia baru dan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
melalui penggalangan, pemupukan solidaritas, kesamaan sikap, serta
kerjasama internasional dalam berbagai forum internasional dan
global. Peran aktif Indonesia dalam perlucutan senjata, pengiriman
serta pelibatan pasukan perdamaian, dan penyelesaian konflik antar
bangsa perlu terus ditingkatkan. Upaya restrukturisasi PBB terutama
15

Dewan Keamanan agar efektif, efisien dan demokratis harus terus


dilaksanakan.
7) Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilaksanakan dengan
pembenahan sistem pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan calon
diplomat secara menyeluruh agar mereka dapat menjawab tantangan
tugas yang mereka hadapi. Selain itu, aspek-aspek kelembagaan dan
sarana penunjang lainnya perlu ditingkatkan.
8) Perjuangan bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional,
seperti melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi
negatif negara lain dan melindungi hak-hak warga negara Republik
Indonesia di luar negeri perlu ditingkatkan (Lemhanas RI,
SUSCADOSWAR 2000).
3. Pengaruh Aspek Ekonomi
Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam
rangka mencukupi kebutuhannya di samping alat pemuas kebutuhan yang
terbatas. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi menyangkut berbagai bidang
antara lain permintaan, penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa.
Bidang ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan faktor-faktor lainnya
yang saling berkaitan. Perekonomian selain berkaitan dengan wilayah
geografi suatu negara, juga sumber kekayaan alam, sumber daya manusia,
cita-cita masyarakat yang lazimnya disebut ideologi, akumulasi kekuatan,
kekuasaan, serta kebijaksanaan yang akan diterapkan dalam kegiatan
produksi dan distribusi, nilai sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan
yang memberikan jaminan lancarnya roda kegiatan ekonomi suatu bangsa.
Proses tersebut akan mempunyai dampak positif dalam arti meningkatkan
kesejahteraan suatu bangsa manakala kegiatan ekonomi itu terselenggara
dalam posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran, produksi,
distribusi barang dan jasa (Parmono, 1995).
a. Perekonomian Indonesia
Bangsa Indonesia telah memiliki sistem perekonomian sendiri yang
oleh para pendiri negara telah dicanangkan, yaitu yang menekankan asas
kebersamaan dan kekeluargaan, dalam arti penekanan pada aspek
16

kemakmuran bersama di samping kemakmuran individu dan kelompok.


Sistem ini secara konstitusional telah dijamin dalam pasal 33 UUD 1945,
yang menyebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajad hidup orang
banyak dikuasai oleh negara. Bumi dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat.
Sistem ini menekankan bahwa suatu usaha bersama berarti bahwa
setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
menjalankan roda perekonomian dengan tujuan untuk mensejahterakan
bangsa. Dalam pengertian ini individupun memiliki kesempatan untuk
melakukan suatu usaha, namun juga pemerintahan negara sebagai
lembaga hidup bersama juga ikut serta dalam kegiatan perekonomian
demi kesejahteraan rakyat secara bersama. Maka perekonomian tidak
hanya dijalankan oleh pemerintah yang berupa kegiatan badan-badan
usaha miliki negara, namun juga masyarakat dapat turut serta dalam
kegiatan perekonomian dalam bentuk usaha-usaha swasta dalam berbagai
bidang. Namun perlu diperhatikan betapapun swasta memiliki kebebasan
untuk melakukan suatu usaha, dalam sistem perekonomian Indonesia
tidak dikenal praktek monopoli maupun monopsoni, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh swasta. Masyarakat yang tidak termasuk
dalam badan usaha milik negara atau badan usaha swasta masih
mempunyai peluang untuk membentuk badan usaha dalam bentuk
koperasi. Koperasi adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk badan
usaha yang mendasarkan asas kekeluargaan. Masyarakat secara
berkelompok dapat membentuk badan usaha dalam bentuk koperasi.
Selain itu perlu diingat bahwa pada era global dewasa ini satu negara
tidak mungkin menutup diri dari sistem perekonomian dunia. Secara
makro perekonomian satu negara senantiasa tidak bisa dipisahkan dengan
negara lain. Demikian juga perekonomian Indonesia, senantiasa terbuka
terhadap sistem perekonomian dunia. Tingkat integrasi ekonomi nasional
17

dengan ekonomi global sangat penting, karena hal itu merupakan ukuran
dari kemampuan ekonomi nasional untuk secara adaptif mengikuti irama
dan dinamika pasar internasional.
Oleh karena itu Indonesia juga menyambut bentuk-bentuk kerjasama
ekonomi dunia seperti GATS, AFTA, APEC, juga MEA yang diharapkan
dapat meningkatkan potensi ekonomi nasional dan pada gilirannya akan
meningkatkan tingkat kemakmuran rakyat secara nasional. Sehingga
harus disadari bahwa sistem perekonomian Indonesia tidak bisa
dipisahkan dengan sistem perekonomian dunia bahkan merupakan suatu
bagian yang integral dari sistem perekonomian internasional.’
b. Ketahanan pada Aspek Ekonomi
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan
perekonomian bangsa yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang
sehat dan dinamis, menciptakan kemandirian ekonomi nasional yang
berdaya saing tinggi, dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang secara
adil dan merata.
Dengan demikian, pembangunan ekonomi diarahkan kepada
mantapnya ketahanan ekonomi melalui suatu iklim usaha yang sehat
serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang
dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup serta meningkatnya
daya saing dalam lingkup perekonomian global.

Demikianlah ketahanan ekonomi yang hakikatnya merupakan suatu


kondisi kehidupan perekonomian bangsa berlandaskan UUD 1945 dan
dasar filosofi Pancasila, yang menekankan kesejahteraan bersama, dan
mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta
menciptakan kemandirian perekonomian nasional dengan daya saing
yang tinggi.
4. Pengaruh Aspek Sosial Budaya
Menurut Koentjaraningrat produk kebudayaan dibedakan atas tiga
macam yaitu:
1) Sistem nilai, gagasan-gagasan atau sistem pemikiran yang bersifat
abstrak yang hanya mampu difahami, dimengerti dan dipikirkan.
18

2) Benda-benda budaya, yaitu suatu karya kebudayaan manusia yang berupa


benda-benda, baik berupa prasasti, candi, lembaran sejarah, pusaka,
rumah, kerajinan, benda seni dan lain sebagainya.
3) Suatu sistem interaksi antar manusia dalam kehidupan bersama atau
sering diistilahkan dengan kehidupan sosial. Manusia berinteraksi antara
satu dengan lainnya untuk memenuhi kebutuhannya, ekspresi, kerjasama
atau untuk memenuhi hasrat emosi dan lain sebagainya. Yang terakhir ini
diistilahkan dengan sistem sosial (Koentjaraningrat, 1987).
Melalui budayanya itulah manusia berkarya, sehingga manusia menjadi
makhluk yang berbudaya, terhormat dan beradab. Melalui kebudayaan
kehidupan manusia menjadi serasi, selaras serta mempunyai dinamika yang
normatif menuju taraf kehidupan yang lebih tinggi. Dinamika kehidupan
manusia, terus dinamis dan berkembang melalui sistem nilai dan norma-
norma. Dengan demikian individu sebagai anggota masyarakat dalam
berbuat itu mengembangkan kepribadiannya ke arah yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya.
a. Kondisi Budaya di Indonesia
Bangsa Indonesia terdari atas berbagai suku bangsa dan berbagai
etnis, yang masing-masing memiliki kebudayaannya sendiri. Karena
suku-suku bangsa tersebut mendiami daerah-daerah tertentu, kebudayaan
tertentu kemudian sering disebut dengan kebudayaan daerah. Dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan daerah sebagai suatu sistem nilai yang
menuntun sikap, perilaku dan gaya hidup merupakan identitas dan
menjadi kebanggaan dari suku bangsa yang berasangkutan. Dalam setiap
kebudayaan daerah terdapat nilai-nilai budaya yang tidak dapat
dipengaruhi budaya asing, yang sering disebut sebagai local genius.
Local genius inilah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk
menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan suku-suku yang mendiami wilayah nusantara ini telah
lama saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam kesetaraan. Dalam
kehidupan bernegara saat ini, dapat dikatakan bahwa kebudayaan daerah
merupakan kerangka dari kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia.
19

Dengan demikian kehidupan sosial budaya bangsa tidak akan terlepas


dari perkembangan sosial budaya daerah (Lemhanas, SUSCADOSWAR,
2000).
b. Kebudayaan Nasional
Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam etnis yang
mendiami beribu-ribu pulau, dan masing-masing memiliki kebudayaan
sesuai dengan daerah masing-masing. Oleh karena itu untuk merumuskan
pengertian kebudayaan nasional tidak bisa dilepaskan dengan eksistensi
kebudayaan daerah yang merupakan unsur kebudayaan nasional. Oleh
karena itu kebudayaan nasional adalah merupakan hasil interaksi
kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang masing-masing memiliki
kebudayaan daerah, yang kemudian diterima sebagai nilai bersama dan
sebagai suatu identitas bersama sebagai satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia.
Oleh karena itu kebudayaan nasional menurut Koentjaraningrat
berfungsi sebagai pemberi identitas kebudayaan bersama sebagai suatu
bangsa. Jadi seluruh gagasan kolektif seluruh bangsa Indonesia yang
Bhinneka yang beraneka warna itulah yang merupakan kebudayaan
nasional dalam fungsinya untuk saling berkomunikasi dan untuk
memperkuat solidaritas.
Bagi bangsa dan negara Indonesia secara formal yuridis rumusan
kebudayaan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam penjelasan
UUD 1945 pasal 32 yang berbunyi: “Kebudayaan bangsa ialah
kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia
seluruhnya.” Jadi kebudayaan nasional Indonesia dalam pengertian ini
merupakan suatu totalitas dari seluruh akar-akar budaya daerah.
c. Ketahanan pada Aspek Sosial Budaya
Berdasarkan pengertian sosial dan kebudayaan sebagaimana tersebut
di atas maka dapat dirumuskan bahwa ketahanan nasional bidang sosial
budaya adalah suatu kondisi dinamis sosial budaya suatu bangsa yang
berisi keuletan, ketangguhan dari kemampuan suatu bangsa untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
20

segala tantangan, permasalahan, gangguan, ancaman serta hambatan baik


dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak
langsung dapat membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya
bangsa dan negara Republik Indonesia.
Berdasarkan batasan pengertian ketahanan bidang sosial budaya
tersebut, maka dapat difahami bahwa ketahanan pada aspek sosial
budaya merupakan salah satu pilar yang penting untuk menyangga
kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia. Hal itu
dipertegas secara yuridis dalam UUD 1945 pasal 32 bahwa:
“Kebudayaan nasional itu adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli
yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di
seluruh Indonesia, terhitung sebagai bangsa. Usaha kebudayaan harus
menuju kearah kemajuan adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak
menolak bahan-bahan dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau mem- perkaya kebudayaan bangsa sendiri,
serta mempertinggi derajad kemanusiaan Indonesia”.
Wujud ketahanan bidang sosial budaya tercermin dalam kehidupan
sosial budaya bangsa, yang mampu membentuk dan mengembangkan
kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu,
cinta tanah air, berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang
serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi
budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
5. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya
seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan negara
demi kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia dilaksanakan dengan
menyusun, mengerahkan, dan menggerakkan seluruh potensi nasional
secara terintegrasi dan terkoordinasi.
21

Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan secara nasional merupakan


salah satu fungsi utama pemerintahan dan Negara Republik Indonesia
dengan TNI dan Polri sebagai intinya. Tujuannya adalah untuk menciptakan
keamanan bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan Ketahanan
Nasional Indonesia. Wujud ketahanan, pertahanan, dan keamanan tercermin
dalam kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi oleh kesadaran bela
negara seluruh rakyat.
Kondisi ini mengandung kemampuan bangsa dalam memelihara
stabilitas pertahanan dan keamanan negara, mengamankan pembangunan
dan hasil-hasilnya, serta mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara dan
menangkal segala bentuk ancaman. Sejalan dengan pengertian ketahanan
nasional, ketahanan pertahanan dan keamanan pada hakikatnya adalah suatu
keuletan dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan serta
upaya bela negara.
Hal ini merupakan perjuangan rakyat semesta, di mana seluruh potensi
dan kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, militer, dan
kepolisian disusun dan dikerahkan secara terpimpin, terintegrasi dan
terkoordinasi untuk menjamin penyelenggaraan sistem keamanan nasional,
dan menjamin kesinambungan pembangunan nasional serta kelangsungan
hidup bangsa dan negara Indonesia, yang secara konstitusional berdasarkan
UUD 1945 dan dasar falsafah Pancasila. Hal itu didasari oleh prinsip-prinsip
nilai yang merupakan dasar keyakinan dan kebenaran bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Postur Kekuatan Pertahanan dan
Keamanan
a. Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
1) Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan
serta upaya bela negara, yang berisi ketangguhan, kemampuan dan
kekuatan melalui penyelenggaraan Siskamnas (Sishankamrata) untuk
menjamin kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan filsafat
Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945.
22

2) Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan


dan kedaulatan. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan
mengamankan kedaulatan negara merupakan suatu kehormatan demi
martabat bangsa dan negara. Karena itu, pertahanan dan keamanan
harus diselenggarakan dengan mengandalkan kekuatan dan
kemampuan sendiri.
3) Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
dimanfaatkan untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan
demi kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
4) Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
harus dilindungi dari segala ancaman dan gangguan agar dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin
segenap lapisan masyarakat Indonesia.
5) Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan
dan kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat mungkin
dihasilkan oleh industri dalam negeri. Pengadaan dari luar negeri
dilakukan karena industri dalam negeri masih terbatas
kemampuannya. Karena itu, industri dalam negeri harus ditingkatkan
kemampuannya.
6) Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahan
dan keamanan harus diselenggarakan oleh manusia-manusia yang
berbudi luhur, arif, bijaksana, menghormati Hak Asasi Manusia
(HAM), dan menghayati makna nilai dan hakikat perang dan damai.
Kelangsungan hidup dan perkembangan hidup bangsa memerlukan
dukungan manusia-manusia yang bermutu tinggi, tanggap, tangguh,
bertanggung jawab, rela berjuang, dan berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan golongan dan pribadi.
7) Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI
berpedoman pada Sapta Marga yang marupakan penjabaran dari asas
kerokhanian negara Pancasila. Dalam keadaan damai TNI
dikembangkan dengan kekuatan kecil, profesional, efektif, efisien, dan
23

modern bersama segenap kekuatan perlawanan bersenjata dalam


wadah Siskamnas (Sishankamrata) yang strateginya adalah
penangkalan. Sebagai kekuatan inti Kamtibmas, Polri berpedoman
kepada Tri Brata dan Catur Prasetiya dan dikembangkan sebagai
kekuatan yang mampu melaksanakan penegakan hukum,
pemeliharaan keamanan dan penciptaan ketertiban masyarakat.
8) Kesadaran dan ketaatan masyarakat kepada hukum perlu terus
menerus ditingkatkan.
Dengan demikian Ketahanan Pertahanan dan Keamanan yang
diinginkan adalah kondisi daya tangkal bangsa dilandasi oleh kesadaran
bela negara seluruh rakyat dan mengandung kemampuan memelihara
stabilitas Pertahanan dan Keamanan Negara yang dinamis,
mengamankan permbangunan dan hasil-hasilnya, serta mempertahankan
kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman (Lemhanas,
2000).
b. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia
Kondisi kehidupan nasional merupakan suatu pencerminan
Ketahanan Nasional yang mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Kondisi ini harus ada dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan ideal
Pancasila dan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan
nusantara. Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional setiap
warga negara Indonesia perlu :
1) Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non
fisik yang disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah
dan mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka
menghadapi segala tantangan, ancaman, gangguan dan hambatan yang
datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas,
integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta pencapaian
tujuan nasional.
24

2) Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek


ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan
sehingga setiap warga negara Indonesia dapat mengeliminir pengaruh
tersebut.
Apabila setiap warganegara Indonesia memiliki semangat
perjuangan bangsa, sadar serta peduli terhadap pengaruh yang timbul
serta dapat mengeliminir pengaruh tersebut, Ketahanan Nasional
Indonesia akan berhasil. Perwujudan Ketahanan Nasional memerlukan
satu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan yang disebut Politik
dan Strategi nasional (Polstranas) (Lemhanas, 2000).
Demikianlah letak pentingnya pengaruh aspek Pertahanan dan
Keamanan Nasional dalam mewujudkan cita-cita nasional, terutama ke
arah terwujudnya masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran. Hal
ini menjadi sangat penting sekali terutama pada kondisi bangsa Indonesia
yang sedang melakukan reformasi di berbagai bidang dan kondisi bangsa
yang sedang mengalami krisis multidimensional dewasa ini.
Hakikat tujuan reformasi pada akhirnya adalah perbaikan nasib
bangsa agar menjadi lebih sejahtera, makmur, tenteram, aman dan damai.
Hal yang demikian ini dapat tercapai manakala pertahanan dan keamanan
dapat terwujud dengan proporsional dan memadai.
D. Perkembangan Konsep Geostrategi di Indonesia
1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional
Konsepsi ketahanan nasional memiliki latar belakang sejarah
kelahirannya di Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasional bermula
pada awal tahun 1960-an pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD
yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu adalah sedang
meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina.
Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu
persatu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam,
dan Kamboja. Bahkan, infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailand,
Malaysia, dan Singapura. Akankah efek domino itu akan terus ke
Indonesia?
25

Concern atas fenomena tersebut memengaruhi para pemikir militer di


SSKAD. Mereka mengadakan pengamatan atas kejadian tersebut, yaitu
tidak adanya perlawanan yang gigih dan ulet di Indo Cina dalam
menghadapi ekspansi komunis. Bila dibandingkan dengan Indonesia,
kekuatan apa yang dimiliki bangsa ini, sehingga mampu menghadapi
berbagai ancaman termasuk pemberontakan dalam negeri. Jawaban
sementara dari kalangan pemikir tersebut adalah adanya kemampuan
teritorial dan perang gerilya.
Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Filipina, Malaya, Singapura,
dan Thailand. Bahkan, gerakan komunis Indonesia berhasil mengadakan
pemberontakan pada 30 September 1965, namun akhirnya dapat diatasi.
Menyadari atas berbagai kejadian tersebut, semakin kuat gagasan pemikiran
tentang kekuatan apa yang seharusnya ada dalam masyarakat dan bangsa
Indonesia agar kedaulatan dan keutuhan bangsa negara Indonesia terjamin
di masa-masa mendatang. Jawaban atas pertanyaan eksploratif tersebut
adalah adanya kekuatan nasional yang antara lain berupa unsur kesatuan dan
persatuan serta kekuatan nasional.
Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat setelah
berakhirnya gerakan G30S PKI. Pada tahun 1968, pemikiran di lingkungan
SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan
Nasional). Tantangan dan ancaman terhadap bangsa harus diwujudkan
dalam bentuk ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk
tameng yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial, dan militer.
Tameng yang dimaksud adalah sublimasi dari konsep kekuatan sebagai
manifestasi konsep dari SSKAD.
Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 tersebut telah ada kemajuan
konseptual berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional
yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan militer. Pada tahun 1969,
lahirlah istilah ketahanan nasional yang menjadi pertanda dari
ditinggalkannya konsep kekuatan, meskipun dalam ketahanan nasional
sendiri terdapat konsep kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional waktu itu
dirumuskan sebagai keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang
26

mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang


ditujukan untuk menghadapi segala ancaman dan kekuatan yang
membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia. Kata
“segala” menunjukkan kesadaran akan spektrum ancaman yang lebih dari
sekadar ancaman komunis dan atau pemberontakan.
Kesadaran akan spektrum ini diperluas pada tahun 1972 menjadi
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG). Konsepsi ketahanan
nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak langsung yang
membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional.
Dari sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa konsepsi ketahanan
nasional Indonesia berawal dari konsepsi kekuatan nasional yang
dikembangkan oleh kalangan militer. Pemikiran konseptual ketahanan
nasional ini mulai menjadi doktrin dasar nasional setelah dimasukkan ke
dalam GBHN.
2. Ketahanan Nasional dalam GBHN
Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam
GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan
nasional dalam GBHN 1973 adalah sama dengan rumusan ketahanan
nasional tahun 1972 dari Lemhanas. Konsep ketahanan nasional berikut
perumusan yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan
GBHN 1988. Pada GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai
konsep ketahanan nasional. Ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi
dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa
dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan
ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup
menuju kejayaan bangsa dan negara. Perumusan ketahanan nasional dalam
GBHN 1993 berlanjut pada GBHN 1998. Konsepsi ketahanan nasional pada
27

GBHN 1998 adalah rumusan yang terakhir. Pada GBHN 1999 sebagai
GBHN terakhir sebab sesudahnya tidak dipergunakan lagi GBHN tidak lagi
ditemukan perumusan akan konsepsi ketahanan nasional.
Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN 1998 adalah
sebagai berikut.
a. Untuk tetap meraungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang
selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara
efektif dielakkan dari hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang
timbul baik dari luar maupun dari dalam maka pembangunan nasional
diselenggarakan melalui pendekatan ketahanan nasional yang
mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional
bangsa secara utuh dan menyeluruh.
b. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi
dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya
ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa
untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan
negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan
ketahanan nasional. Selanjutnya Ketahanan Nasional yang tangguh akan
mendorong pembangunan nasional.
c. Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan politik,
ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan
keamanan.
1) Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideclogi Pancasila yang
mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara
persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi
ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa.
2) Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia
yang berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang mengandung kemampuan
28

memelihara sistem politik yang sehat dan dinamis serta kemampuan


menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
3) Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa
yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila
yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang
sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian
ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata.
4) Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang
mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan
kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun,
bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan Sejahtera dalam
kehidupan yang serba selaras, serasi seimbang, serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan nasional.
5) Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa
yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang
mengandung keinampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan
negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya
serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal
segala bentuk ancaman.
Menyimak rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional dalam
GBHN tersebut, kita kembali mengetahui akan adanya tiga wujud atau
wajah konsep ketahanan nasional, yaitu:
a. Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagaimana tercermin
dari rumusan pertama;
b. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan
c. Kedua; ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional sebagaimana
tercermin dari rumusan ketiga.
29

Pada wujud yang pertama, yaitu ketahanan nasional sebagai pendekatan


dimaksudkan konsepsi ketahanan nasional digunakan sebagai strategi atau
cara dalam melaksanakan pembangunan. Konsepsi ketahanan nasional
menggambarkan adanya keterpaduan dan saling ketergantungan antarunsur
ketahanan nasional. Merencanakan, melaksanakan, dan memecahkan
masalah pembangunan tidak hanya bertumpu pada satu aspek tetapi juga
memperhatikan aspek-aspek lain. Pemikiran seperti demikian merupakan
pemikiran kesisteman yang berciri komprehensif integral. Pada wujud
pertama inilah ketahanan nasional merupakan geostrateginya bangsa
Indonesia.
Pada wujud yang kedua, yaitu ketahanan nasional sebagai kondisi yang
dimaksud adalah kondisi yang dinamis yang merupakan integrasi dari tiap
aspek kehidupan bangsa dan negara. Aspek kehidupan bangsa ini nantinya
dicerminkan pada unsur-unsur ketahanan nasional Indonesia yang dikenal
dengan istilah gatra, yaitu Tri Gatra, Panca Gatra, dan Asta Gatra. Pada
wujud kedua ini, akan tampak apakah ketahana naional kita kuat atau lemah.
Kuat atau lemahnya ketahanan nasional Indonesia diukur dari kondisi dari
tiap aspek atau unsur dalam ketahanan nasional tersebut. Integrasi dari
kondisi setiap aspek atau unsur inilah yang nantinya akan menggambarkan
kondisi ketahanan nasional Indonesia.
Adapun pada wujud yang ketiga, yaitu ketahanan nasional sebagai
doktrin dasar nasional menggambarkan kondisi ideal dari bidang-bidang
pembangunan. Kondisi yang ideal ini menjadi arah, acuan, ukuran sekaligus
batu ujian apakah pembangunan dan penyelenggaraan bernegara Indonesia
yang dijalankan mampu mencapai ukuran yang diidealkan tersebut. Pada
wujud ketiga ini, ketahanan nasional merupakan konsepsi yang amat
normatif. Memang sudah sewajarnya suatu doktrin dasar nasional bersifat
normatif justru untuk digunakan sebagai landasan ideal bagi
penyelenggaraan bernegara.
30

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geostrategi ialah suatu cara dalam memanfaatkan kondisi lingkungan
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Ketahanan
nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki pengertian ialah suatu
pendekatan yang digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Kehidupan nasional dibagi ke dalam beberapa aspek sebagai berikut:
Aspek alamiah yang meliputi: Letak geografis negara, Keadaan dan kekayaan
alam serta Keadaan dan kemampuan penduduk. Aspek kemasyarakatan yang
meliputi: Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial budaya dan hankam serta
Pertahanan dan keamanan. Unsur-unsur tersebut yang meliputi alamiah karena
jumlahnya tiga, maka disebut sebagai Tri Gatra; sedangkan aspek
31

kemasyarakatan dinamakan Panca Gatra, karena jumlahnya lima. Keseluruhan


unsur secara sistematik yang membagi kehidupan nasional dalam delapan
aspek tersebut disebut Asta Gatra.
B. Saran
Kita sebagai rakyat Indonesia harus mampu memahami apa itu geostrategi
dan penerapan ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia, serta harus
ikut serta dalam mempertahankan negara Indonesia dari berbagai ancaman
yang datang karena Indonesia memiliki letak geografis yang sangat strategis di
asia tenggara.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma
Winarno, 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT
30
Bumi Aksara
32

31

Anda mungkin juga menyukai