Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI BANGSA INDONESIA

DOSEN : SILVI ANGGRAINI, M.Pd

Kelompok 4:

EKA OKTAVIANI (2211053)

NABIL HARDI FAHMI (2211058)

STEFANUS NICOLAS P. (2211060)

ANNISA RAHMA SARI (2211062)

IRVAN PEBRIAN (2211065)

TEKNIK INDUSTRI AGRO

POLITEKNIK ATI PADANG

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

Sejak kemerdekaan Indonesia pada proklamasi 17 agustus 1945, kehidupan bangsa


indonesia tidak luput dari tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa seperti:

a) Agresi Militer Belanda.


b) Gerakan Separatis: PKI, DI/TII, dll.
c) Ditinjau dari geopolitik dan geostrategis dengan posisi geografis, potensi Sumber

Daya alam serta jumlah dan kemampuan penduduk, telah menempatkan bangsa Indonesia
menjadi ajang persaingan dan perebutan negara-negara besar, sehingga menimbulkan dampak
negatif yang dapat membahayakan kelangsungan dan eksistensi negara Indonesia. Tetapi bangsa
Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belana dan
mampu menegakkan wibawa pemerintahan Republik Indonesia pada saat itu juga. hal itu
menunjukan bangsa Indonesia mempunyai keuletan dan kemampuan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, sehingga dapat menghadapi Ancaman,
Gangguan, Hambatan dan Tantangan.

Posisi geografis Indinesia menjadikan Indonesia sebagai negara untuk ajang persaingan.
Hal ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak negatif bagi segala aspek
kehidupan dan membahayakan eksistensi NKRI. Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
sehingga berhasil mengatasi setiap bentuk tantangan ancaman hambatan dan gangguan dari
manapun datangnya. Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai UUD 1945 sebagai
konsutitusinya, dimana system pemerintahan negara tertuang di dalamnya.

Sehingga kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan Nasional yang didasari
oleh :

a) Pancasila sebagai landasan idiil.


b) UUD 1945 sebagai landasan konstitusionil.
c) Wawasan nusantara sebagai landasan visional
BAB II

LATAR BELAKANG

A. KETAHANAN NASIOANAL

Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis di
Asia Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia Tenggara Indonesia memiliki posisi yang sangat
penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era global dewasa ini menjadi perhatian
banyak negara di dunia. Berdasarkan peranan dan posisi negara Indonesia, maka tidak menutup
kemungkinan akan merupakan ajang perebutan kepentingan kekuatan transnasional. Oleh karena
itu sebagai suatu negara, indonesia harus memperhatikan dan mengembangkan ketahanan
nasional.

Ketahanan nasional sebagai istilah sebenarnya belum lama dikenal. Istilah ketahanan
nasional mulai dikenal dan dipergunakan pada pemulaan tahun 1960-an. Istilah katahanan
nasional untuk pertama kali dikemukakan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno.
Kemudian pada tahun 1962 mulai dupayakan secara khusus untuk mengembangkan gagasan
ketahanan nasional di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Bandung.

Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik
yang datang dari luar maupun dalm negeri, yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan intergritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasional. Dalam hubungan ini cara
mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai
dengan falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi bangsa
Indonesia ketahanan nasional dibangun diatas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu
Pancasila. Sebagai dasar falsafah bangsa dan negara, Pancasila tidak hanya merupakan hasil
pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-nilai Pancasila telah hidup dan berkembang dalam
kehidupan objektif bangsa Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut
negara. Hal inilah yang menurut Notonagoro disebut sebagai kausa materialis Pancasila.
Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila dirumuskan oleh para pendiri
negara Indonesia, dan secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat bangsa
dan negara Indonesia, dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu dalam
pengertian ini Pancasila sebagai suatu dasar filsafat dan sekaligus sebagai landasan ideologis
ketahanan nasional Indonesia.

1. Sifat-sifat Ketahanan Nasional

Beberapa sifat ketahanan nasional yang ada mingkin akan kami jabarkan seperti dibawah ini :

a) Mandiri

Maksudnya adalah percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak mudah
menyerah. Sifat ini merupakan prasyarat untuk menjalin suatu kerjasama. Kerjasama perlu
dilandasi oleh sifat kemandirian, bukan semata-mata tergantung oleh pihak lain

b) Dinamis

Artinya tidak tetap, naik turun tergantung situasi dan kondisi bangsa dan negara serta
lingkungan strategisnya. Dinamika ini selalu diorientasikan kemasa depan dan diarahkan
pada kondisi yang lebih baik.

c) Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional yang berlanjut dan berkesinambungan tetap
dalam rangka meningkatkan kekuatan dan kemampuan bangsa. Dengan ini diharapkan agar
bangsa Indonesia mempunyai harga diri dan diperhatikan oleh bangsa lain sesuai dengan
kualitas yang melekat padanya. Atas dasar pemikiran diatas, maka berlaku logika, semakin
tinggi tingkat ketahanan nasional, maka akan semakin tinggi wibawa negara dan pemerintah
sebagai penyelenggara kehidupan nasional.

d) Konsultasi dan kerjasama

Hal ini dimaksudkan adanya saling menghargai dengan mengandalkan pada moral dan
kepribadian bangsa. Hubungan kedua belah pihak perlu diselenggarakan secara komunikatif
sehingga ada keterbukaan dalam melihat kondisi masing-masing didalam rangka hubungan
ini diharapkan tidak ada usaha mengutamakan konfrontasi serta tidak ada hasrat
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata.

2. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional

Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Kedudukan

Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh
bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementasikan secara
berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang
didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai landasan konstisional dalam
paradigma pembangunan nasional.

b) Fungsi

Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu
dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak dan pola kerja
dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah), inter – sektoral
maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berfikir yang
terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan
timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita
nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada
hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional
disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan
rancangan program.

B. Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara

Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada kalangan
militer angkatan darat di SSKAD yg sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu
sedang meluasnya pengaruh komunisme yg berasal dari Uni Sovyet dan Cina dalam menguasai
daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang ditandai dengan G 30 S PKI.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai memikirkan suatu rencana dalam
meningkatkan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1968, pemikiran yang ada di SSKAD tersebut
dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional).

Tantangan dan ancaman terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan
bangsa yg dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur ideologi,
ekonomi, social, dan militer. Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 telah ada kemajuan
konseptual  berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yg berupa ideologi,
politik, ekonomi, social, dan militer.

Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan nasional yang menjadi  pertanda


ditinggalkannya konsep kekuatan, walaupun di ketahanan nasional sendiri memakai konsep
kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu
bangsa yg mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi atau mengatasi tantangan, ancaman, dan hambatan dari luar maupun dalam yang
dapat menghancurkan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

1) Konsep Ketahanan Nasional

Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh :

a) Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b) Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
c) Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan
(regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya
perubahan (the stability idea of changes).

Konsepi ketahanan nasional dapat juga dipandang sebagai suatu pilihan atau alternatif
dan konsepsi tentang kekuatan nasional (national power), yang biasanya dianut oleh negara-
negara besar di dunia. Kosepsi tentang kekuatan nasional bertumpu pada kekuatan, terutama
bertumpu pada kekuatan fisik militer dengan politik kekuasannya (power politics), sedangkan
ketahanan nasional tidak semata-mata menggunakan kekuatan fisik, melainkan memanfaatkan
daya dan kekuatan lainnya pada suatu bangsa. Ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan
suatu konsepsi dalam pengaturan dan penyelenggaraan kesejahtraan dan kemakmuran serta
pertahanan dan keamanan di dalam kehidupan nasional. Untuk dapat mencapai suatu tujuan
nasional suatu bangsa harus mempunyai kekuatan, akemampuan, daya tahan, dan keuletan.
Dengan demikian jelaslah bahwa ketahanan nasional harus diwujudkan dengan mempergunakan
baik pndekatan kesejahtraan, maupun pendekatan keamanan.

2) Asas-asas Ketahanan Nasional

Asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang
tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara. Ini merupakan kondisi
sebagai prasyaratan utama bagi negara berkembang yang memfokuskan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan negaranya. Tidak hanya untuk pertahanan,
tetapi juga untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik
yang datang dari luar maupun dari dalam, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut

a. Asas kesejahteraan dan keamanan

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan
kebutuhan manusia yang paling mendasar dan esensial, baik sebagai perorangan maupun
kelompok dalam kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian
kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam system kehidupan nasional dan
merupakan nilai intrinsic yang ada padanya. Dalam kehidupan nyatanya kondisi
kesejahteraan dan keamanan dapat dicapai dengan menitik beratkan pada kesejahteraan,
namun tidak mengabaikan keamanan yang ada. Sebaliknya memberikan prioritas terhadap
keamanan tidak harus selalu ada, berdampingan pada apapun sebab keduanya merupakan
salah satu parameter tingkat ketahanan nasional sebuah bangsa dan Negara.

b. Asas komperensif integral atau meyeluruh terpadu

Sistem kehidupan nasional mencakup  seluruh aspek kehidupan suatu bangsa secara utuh
dan menyuluruh dan juga terpadu atau tersusun dalam bentuk berwujudan persatuan dan
perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyrakat,
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, ketahanan nasional mencakup ketahanan
segenap aspek kehidupan suatu bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif
integral).

c. Asas mawas kedalam dan mawas keluar.

Suatu sistem kehidupan nasional merupakan suatu perpaduan segenap aspek kehidupan
bangsa yang saling berinteraksi disamping itu, system kehidupan nasional juga berinteraksi
dari berbagai lingkungan yang ada disekelilingnya. Dalam prosesnya dapat timbul berbagai
dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas
kedalam dan keluar.

1) Mawas kedalam

Mawas kedalam bertujuan untuk menumbuhkan hakikat, sifar-sifat dan kondisi


kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan suatu nilai-nilai kemandirian yang
proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan
tangguh. Hal itu tidak berarti bahwa ketahanan nasioanal mengandung sikap isolasi
(tertutup) atau nasionalisme sempit (chauvinisme).

2) Mawas keluar

Mawas keluar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan ikut berperan serta
menghadapi dan mengatasi dampak lingkungan yang strategis luar negeri, dan dapat
meneria kenyataan adanya saling interaksi dan ketergantungan dengan dunia globalisasi
datau dunia internasional. Untuk menjaminnya kepentingan nasional, kehidupan nasional
harus mampu mengembangkan kekuatan nasional agar memberikan dampak keluar
dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Namun demikian, interaksi dengan pihak lain
diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan bagi bebagai pihak.

d. Asas kekeluargaan

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, gotong royong,


tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam asas ini diakui adanya suatu perbedaan ayng seharusnya dikembangkan
secara serasi dalam hubungan kemitraan serta dijaga agar tidak berkembang menjadi konflik
yang bersifat antagonistik yang saling menghancurkan. Bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan asas kekeluargaan untuk pertahanan negara menganut prinsip berikut:

1) Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta memperthankan kemerdekaan dan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman.
2) Pembelaan negara diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara
merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara.
3) Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan
kedaulatannya.
4) Bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik bebas aktif.
5) Bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti melibatkan seluruh rakyat dan
segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah
negara sebagai satu kesatuan pertahanan.
6) Perthanan negara disusun bedasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional,
dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai dengan
memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

C. Bela Negara dan Sistem Pertahanan Ketahanan Negara


1. Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat
tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan


berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga
yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Unsur Dasar Bela Negara:

a) Cinta Tanah Air


b) Kesadaran Berbangsa & bernegara
c) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
d) Rela berkorban untuk bangsa & negara
e) Memiliki kemampuan awal bela negara

Contoh-Contoh Bela Negara :

a) Melestarikan budaya
b) Belajar dengan rajin bagi para pelajar
c) Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
d) Mencintai produk-produk dalam negeri

2. Sistem Pertahanan Ketahanan Negara

Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan
secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari
segala ancaman. Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta
yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.

       Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara. Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)
diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari
orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya. Pertahanan nasional dikelola oleh
Kementerian Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai kekuatan pertahanan di beberapa
negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.

Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin perlindungan dari satu unit
yang sensitif dan jika sumber daya ini jelas, misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai
dengan spesialisasi mereka, pertahanan udara (sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA),
pertahanan rudal, dll. Tindakan, taktik, operasi atau strategi pertahananadalah untuk
menentang/membalas serangan.

3. Landasan dan Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara


a. Landasan dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara

      Landasan konsep bela negara adanya wajib militer. Subjek dari konsep ini adalah tentara atau
perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat
dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-
undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
bekorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas dari yang paling halus
hingga  yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.

b. Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara

Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan hak dan
kewajibannya. Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk
mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan Negara. Proses motivasi untuk
membela Negara dan bansa akan berhasil jika setiap warga memahami keunggulan dan
kelebihan Negara dan bangsanya. Di samping itu setiap warga hendaknya juga memahami
kemungkinan segala macam ancaman terhadap eksistensi bangsa dan Negara Indonesia. Dalam
hal ini ada bebeapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai paham motivasi setiap warga
Negara untuk ikut serta membela Negara Indonesia.

1) Pengalaman sejarah perjuangan RI


2) Kedua wilayah geografis nusantara yang strategis
3) Keadaan produk (demografis) yang besar
4) Kekayaan sumber daya alam
5) Perkembangan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6) Kemungkinan timbulnya bencana perang

4. Kewajiban Warga Negara dalam Bela Negara


a. Bela Negara secara Fisik

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan


warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara
Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar kemiliteran
diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih
(Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok
Pertahanan dan Keamanan Negara.

Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa),
Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipi (Hansip), mengikuti Pendidikan Dasar Militer dan
lainnya. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan
Masyarakat, Keamanan Rakyat dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama
umumnya dilakukan dalam masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil,
di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan
darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan reguler
TNI dan terlibat langsung di medan perang.

Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, dapat pula dipertimbangkan
kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhji syarat
seperti yang dilakukan di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan
dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama waktu tertentu,
dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus
penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapar dimobilisasi dalam waktu singkat
untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif,
teratur, dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil, misislnya dokter ditempatkan di Rumah
Sakit Tentara, Pengacara di Dinas Hukum, akuntan di Bagian Keuangan, penerbangan di
Skuandron Angkutan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah dimaksudkan sebagai upaya
militerisasi masyarakat sipil, tetapi memperkenalkan ”dwifungsi sipil”. Maksudnya sebagai
upaya sosialisasi “konsep bela negara” dimana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah
semata-mata tanggung jawab TNI, tetapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara
Indonesia.

b. Bela Negara Secara Non Fisik

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa bela negara tidak selalu harus
berarti “memanggul senjata menghadapi musuh” atau bela negara yang militeristik. Menurut
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002, keikut sertaan warga negara dalam bela negara secara non
fisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan
profesi. Berdasarkan hal itu, keterlibatan warga negara dalam bela negara secara non fisik dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan
cara :

1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi


dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.
2) Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat.
3) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika).
4) Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
5) Pembekalan mental spiritual dikalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-
pengaruh budaya asingyang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertakwa kepada Allah SWT, melalui ibadah sesuai agama/
kepercayaan masing-masing.

Sampai saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai
pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai
dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002. Apabila
nantinya telah keluar undang-undang mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk
keikut sertaan warga negara dalam upaya bela negara.
BAB III

PENUTUP

1. Pengertian Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.
2. Asas-asas Ketahanan Nasional terdiri dari: Asas kesejahteraan dan keamanan, Asas
komperensif integral atau meyeluruh terpadu, Asas mawas kedalam dan mawas keluar, asas
kekeluargaan.
3. Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya sedangkan Bela Negara
adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
4. Landasan dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara adalah Wajib Militer
sedangkan Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara yaitu Pengalaman
sejarah perjuangan RI, Kedua wilayah geografis nusantara yang strategis, Keadaan produk
(demografis) yang besar, Kekayaan sumber daya alam, Perkembangan kemajuan IPTEK di
bidang persenjataan, dan Kemungkinan timbulnya bencana perang
5. Kewajiban warga negara dalam bela negara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bela
negara secara fisik dan bela negara secara non fisik.

Anda mungkin juga menyukai